Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Mampu Memahami Khittah NU


Tugas ini untuk memenuhi mata kuliah Aswaja

Dosen Pengampu:

Heru Setiawan, M.PD.I

Kelompok 2 :

1. Ahmad Wasiul Fikri : 20201700120004


2. Indri Rahma Putri : 20201700120020
3. Siti Halimah Shopariah : 20201700120044

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM
MOJOKERTO
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak
akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan
kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, sehingga makalah “Mampu Memahami Khittah NU” dapat diselesaikan. Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas Aswaja. Penulis berharap makalah tentang Mampu
Memahami Khittah NU ini dapat menambah pengetahuan Penulis menyadari makalah
bertema Mampu Memahami Khittah NU ini masih perlu banyak penyempurnaan
karena kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca
agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
baik terkait penulisan maupun konten, penulis memohon maaf.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Mojokerto, 4 April 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 1
C. TUJUAN ......................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. PENGERTIAN KHITTAH NU ...................................................................................... 3
B. Dasar-Dasar Faham Keagamaan NU .............................................................................. 3
C. Sikap Kemasyarakatan NU ............................................................................................. 4
D. Perilaku Keagamaan dan Sikap ...................................................................................... 5
E. Fungsi organisasi dan kehidupan Bernegara................................................................... 5
F. Implikasi Politik Khitah .................................................................................................. 6
BAB III...................................................................................................................................... 7
Penutup ..................................................................................................................................... 7
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Nahdlatul ulama jam’iyah diniyah (organisasi keagamaan) wadah bagi para


ulama dan pengikutnya yang didirikan pada 16 rajab/1344 H 31 januari 1926 M di
Surabaya. NU didirikan atas dasar kesadaran bahwa setiap manusia hanya dapat
memenuhi kebutuhannya, bila hidup bermasyarakat.
NU didirikan dengan tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan dan
mengamalkan ajaran islam yang berhaluan ahlussunnah wal jama’ah dengan menganut
salah satu dari empat madhab : maliki, hambali, Hanafi, syafi’I serta mempersatukan
langkah ulama dan pengikutnya dan melakukan kegiatan yang bertujuan untuk
menciptakan kemaslahatan umat, kemajuan bangsa, dan ketinggian harkat dan martabat
manusia.
Dengan demikian maka menjadi gerakan keagamaan yang bertujuan ikut
membangun insan dan masyarakat yang bertaqwa kepada Alloh SWT, cerdas, terampil,
berakhlaq mulia, tenteram, adil dan sejahtera. NU mewujudkan cita-cita dan tujuannya
melalui serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar faham keagamaan yang
membentuk kepribadian khas NU. Inilah yang kemudian disebut sebagai kittah
Nahdlatul Ulama.
Menurut kyai muchit, khittah NU 1926 merupakan dasar agama warga NU,
akidahnya, syaratnya, tasawufnya, faham kenegaraannya, dan lain-lain. Dalam hal ini
penulis akan membahas tentang khittah NU dan gerakan-gerakan NU.1

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam pembahasan


ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian khittah NU?
2. Kapan dicetuskan kembalinya NU ke Khittah 1962 dan bagaimana bentuknya?
3. Bagaimana geralan politik NU setelah Khitaah ?

1
Haryono Abu Syam, Pendidikan Nahdatul Ulama (Surabaya: Cahaya Ilmu, 1981).

1
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui Apa pengertian khittah NU


2. Untuk mengetahui kapan dicetuskan kembalinya NU ke Khittah 1926 dan
bagaimana bentuknya
3. Untuk mengetahuo gerakan politik Nu setelah Khittah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KHITTAH NU

Kata khittah berasal dari kata khaththa, yang bermakna menulis dan
merencanakan. Kata khithah kemudian bermakna garis dan thariqoh (jalan).
Khittah NU adalah landasan berfikir bersikap dan bertindak warga NU yang
harus dicerminkan dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi serta dalam
setiap proses pengambilan keputusan. Landasan tersebut adalah faham islam
ahlussunnah waljama’ah yang diterapkan menurut kondisi masyarakat Indonesia,
meliputi dasar-dasar amal keagamaan maupun masyarakat. Khittah NU juga didasari
intisari perjalanan sejahtera khidmatnya dari masa ke masa, kata khittah ini sangat
dikenal kalangan masyarakat nahdliyin, terutama sejak tahun 1984.2
Landasan tersebut adalah faham Islam Ahlussunnah wal jama’ah yang
diterapkan menurut kondisi kemasyarakatan Indonesia, meliputi dasar-dasar amal
keagamaan maupun kemasyarakatan.3

B. Dasar-Dasar Faham Keagamaan NU

Nahdatul ulama mendasarkan faham keagamaan kepada sumber ajaran agaman


islam yaitu: Al-Qur’an, As-sunnah, Al-ijma’ dan Al-qiyas. Dalam memahami,
menafsirkan islam dari sumber-sumbernya Nahdatul Ulama mengikuti faham
Ahlussunnah wal jama’ah dan menggunakan jalan pendekatan (al-mazhab):4
1. Di bidang akidah, Nahdatul Ulama mengikuti Ahlussunnah wal jama’ah yang
dipelopori oleh Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari dan Imam Manshur al-Maturidi.
2. Di bidng fiqih, Nahdatul Ulama mengikuti jalan pendekatan (al-mazhab) salah
satu dari mazhab Abu Hanifah an-Nu’man. Imam Maliki bin Anas, Imam
Muhammad bin Idris as-Syafi’I dan Imam Ahmad bin Hanbal.
3. Di bidang tasawuf, mengikuti antara lain Imam al-Junaid al-Baghdadi dan
Imam al-Ghajali serta iam-imam yang lainya.

2
Pustaka Ma’arif Nu, Islam Ahlussunnah Wal Jamaah Di Indonesia (Jakarta, 2007).
3
Ma’ruf Amin (Rais ’aam PBNU), Khazanah Aswaja (Surabaya: Aswaja Nu Center PWNU Jawa
Timur, 2016).
4
PBNU), Khazanah Aswaja.

3
4. Nahdatul Ulama mengikuti pendirian bahwa islam adalah agama yang fitri,
yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sydah dimiliki manusia.
Faham keagamaan yang dianut oleh Nahdatul Ulama bersifat menyempurnakan
nilai-nilai yang baik sudah ada dan menjadi milik serata ciri-ciri suatu kelompok
manusia seperti suku maupun bangsa dan tidak bertujuan menghapus nilai-nilai
tersebut.

C. Sikap Kemasyarakatan NU

Dasar-dasar pendirian keagamaan Nahdatul Ulama tersebut menumbuhkan


sikap kemasyarakatan yang bercirikan pada:5
1. Sikap Tawassuth (moderat)
Sikap tengah yang berintikan kepada prinsip hidup yang menjungjung
tinggi keharusan berlaku adil dan lurus ditengah-tengah kehidupan bersama.
Nahdatul Ulama dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan
yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta
menghidanri segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharruf (ekstrim).
2. Sikap Tasammuh (toleran)
Sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam masalah
keagamaan, terutama hal-hal yang bersifat furu’ atau menjadi masalah
khilafiyah, serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.
3. Sikap Tawazun (seimbang)
Sikap seimbang dalam berkhidmah. Menyertakan khidmah kepada
Allah SWT, khidmah kepada sesam manusia serta kepada lingkungan hidupnya.
Menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini dan masa mendatang.
4. Ta’addul (adil)
Yakni sikap menegakan keadilan dan bersikap proposional dalam
menjalani kehidupan sehingga memiliki komitmen dan konsistensi dalam
memegang prinsip kebenaran dan kebaikan diberbagai bidang kehindupan.
5. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Sikap memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik,
berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama serta menolak dan mencegah
semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.

5
Nur Khalid Ridwan, Khittah NU (Yogyakarta: Diva Press, 2020).

4
D. Perilaku Keagamaan dan Sikap

Dasar-dasar keagamaan dan kemsyarakatan membentuk perilalku warga


Nahdatul Ulama, baik dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi yang:6
1. Menjunjung tinggi nilai-nilai maupun norma-norma ajaram Islam.
2. Mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi.
3. Menjunjung tinngi sifat keikhlasan dan berkhidmah serta berjuang.
4. Menjungjung tinggi persaudaran (al-ukhwah), persatuan (al-ittihad) serta
ksih mengasihi.
5. Meluhurkan kemuliaan moral (al-akhlaq al-karimah) dan menjunjung
tinggi kejujuran (ash-shidqu) dalam berfikir, bersikap dan bertindak.
6. Menjungjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada bangsa dan negara.
7. Menjungjung tinggi nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian dari ibadah
kepada Allah SWT.
8. Menjungjung tinggi ilmu-ilmu pengetahuan serta ahli-ahlinya.
9. Selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang
membawa kemaslahatan bagi manusia
10. Menjungjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong memacu dan
mempercepat perkembangan masyarakatnya.
11. Menjungjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan
bernegara.

E. Fungsi organisasi dan kehidupan Bernegara

Nahdatul Ulama sebagai Jami’iyah diniyah yang mengusung paham


Ahlussunnah Wal Jama’ah, dengan menempatkan para ulama sebagai pengelola,
pengendali, pengawas, dan pembimbing utama jalannya organisasi. Pengendalian
terhadap warga atau anggota dilakukan melalui kiai yang lazim disebut dengan ulama
NU Kultural. Ulama-ulama inilah yang selama ini membina warga dan anggota yang
kepayuhan mereka masih tertuju kepada kiai panutan mereka masing-masing dan bukan
kepada lembaga atau organisasi. Besarnya peran kiai dalam pengendalian warga dan
anggota organisasi, maka dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan, pengurus
Nu secara struktural mengadakan rapat-rapat internal. Namun juga mengadakan

6
Ma’ruf Amin (Rais ’aam PBNU), Khazanah Aswaja (Surabaya: Aswaja Nu Center PWNU Jawa
Timur, 2016), 450.

5
musyawarah NU dengan mengikuti para ulama kultural (kiai) yang ditingkat PBNU
dikenal dengan Munas Alim Ulama.7

F. Implikasi Politik Khittah

Persoalan hubungan Nu dan politik terus berkepanjangan, dunia politik disini


adalah dunia politik praktis. Meskipun NU sudah secara jelas menegaskan bahwa tidak
ingin melakukan dan tidak dimaksudkan untuk ikut politik praktis, pada kenyataanya
Khittah NU dalam soal ini menggariskan sebuah deklaasi yang amat pendek bahwa
Nahdatul Ulama sebagai Jami’iyah secara oganistoris tidak terikat dengan organisasi
kemasyarakatan mana pun juga.
Deklarasi tersebut dimaksudkan untuk NU sebagai Organisasi (jam’iyah).
Sementara, untuk orang per orangan dikalangan Nahdiyin, Khittah NU menyebutkan
bahwa mempunyai hak-hak politik didalam waga Nu menggunakan hak-hk politikna
harus dilkukan secara bertanggung jawab, sehingga dengan demikian dapat
ditumbuhkan sikap hidup yang demokratis, konstitusional, taat hukum dan mapu
mengembangkan mekanisme musyawarah dn mufakt dalam memecahkan masalah
yang dihadapi bersama.
Sebagai orang per orang dar kalangan Nahdliyin, maka keterlibatan dalam
politik praktis tidaklah menjadi persoalan. Ini lain dengan Nu sebagai organisasi,
ternyata terus-menerus masih menjadi persoalan. Deklarasi Khittah Nu hanya
menyebutkan bahwa tidak terikat dengan organisasi kemasyarakatan manapun. Disini
kata terikat terentu memiliki beberapa tafsir diantaranya mnurut KH. Muchit Muzadi
menyebutkan Khittah NU itutidak sekedar dimaknai dengan keluarnya Nu dari PPP
atau dari pada partai politik tertentu. Yang disebutkan Khittah Nu itu dimuatanya jauh
lebih dalam. Khittah NU itu menerangkan NU sepenuhnya , seutuhnya, mulai dari
sejarahnya, motivasi didirikannya, dasar keagamaanna, tentang kemasyarakatan secara
komplet. Tetapi, pada umumnya yang dinamakan Khittah NU adalah bahwa NU tidak
terikat dengan partai. Kata-kat tidak terikat itu ditafsirkan macam-macam dan nggak
karuan. Malahan NU sendiri tidak sempat membuat tafsiran.8

7
Aida Nahar dkk, Pengendalian Manajemen Berbasis Ahlussunnah Wal Jama’ah (Jepara: Unisnu
Press, 2021).
8
Nur Khalid Ridwan, Khittah Nu (Yogyakarta: Diva Press, 2020) hal. 275-276.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Khittah NU dikenal dikalangan masyarakat nahdliyin, terutama sejak tahun


1984. Khittah Nu merupakan landasan berfikir bersikap dan bertindak warga NU yang
harus dicerminkan dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi serta dalam
setiap proses pengambilan keputusan, Landasan tersebut adalah faham Islam
Ahlussunnah wal jama’ah yang diterapkan menurut kondisi kemasyarakatan Indonesia,
meliputi dasar-dasar amal keagamaan maupun kemasyarakatan.
Nahdatul ulama mendasarkan faham keagamaan kepada sumber ajaran agaman
islam yaitu: Al-Qur’an, As-sunnah, Al-ijma’ dan Al-qiyas. Dalam memahami,
menafsirkan islam dari sumber-sumbernya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Aida Nahar, Dkk. Pengendalian Manajemen Berbasis Ahlussunnah Wal Jama’ah. Jepara:
Unisnu Press, 2021.

Nu, Pustaka Ma’arif. Islam Ahlussunnah Wal Jamaah Di Indonesia. Jakarta, 2007.

PBNU), Ma’ruf Amin (Rais ’aam. Khazanah Aswaja. Surabaya: Aswaja Nu Center PWNU
Jawa Timur, 2016.

Ridwan, Nur Khalid. Khittah NU. Yogyakarta: Diva Press, 2020.

Syam, Haryono Abu. Pendidikan Nahdatul Ulama. Surabaya: Cahaya Ilmu, 1981.

Anda mungkin juga menyukai