Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL:

KONSEP DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM

M. Syukri

(IP FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak)

Abstrak: Pendidikan keaksaraan merupakan kebutuhan dasar yang memiliki


daya ungkit bagi pembangunan masyarakat dan berkaitan dengan kemampuan
dasar yang sangat bermanfaat untuk berbagai macam aktivitas kehidupan
sehari-hari. Bahkan, ide mengenai keaksaraan fungsional pada awalnya
bertujuan untuk menjadikan warga belajar buta aksara mampu berfungsi
sesuai dengan budayanya sendiri, tetapi sejak konferensi UNESCO di Teheran-
Iran tahun 1965, terjadi peralihan pemikiran dan keaksaraan fungsional
menjadi lebih dikaitkan dengan ekonomi, yang berarti bahwa tujuan akhir dari
keaksaraan adalah untuk membantu pihak penerima (sasaran didik) mampu
berfungsi dalam kehidupan ekonomi.

Kata Kunci: konsep, strategi, keaksaraan fungsional

Pendahuluan Salah satu program PNF


yang terkait erat dengan upaya
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun
mengatasi dampak krisisi
2003 tentang Sistem
multidimensi adalah pendidikan
pendidikan Nasional, dikemukakan
keaksaraan. Pendidikan
bahwa jalur pendidikan di Indonesi
terdiri dari; informal, formal dan non- keaksaraan secara umum
formal. Di dalam membangun dirancang untuk memberantas
masyarakat ketiga jalur pendidikan ketunaksaraan penduduk dari buta
ini tidak dapat dipisahkan aksara, angka dan bahasa
karena saling memiliki keterkaitan Indonesia serta buta pendidikan
satu sama lain, namun dari masing- atau pengetahuan dasar.
masing pendidikan memiliki karakteristik
Pada awalnya, ide mengenai
sasaran peserta yang
berbeda. Sebagai contoh keaksaraan fungsional bertujuan
dalam pendidikan non-formal yang untuk menjadikan warga belajar
memiliki beraneka ragam jenis buta aksara mampu berfungsi
pendidikan, yang diantaranya adalah sesuai dengan budayanya sendiri,
pendidikan keaksaraan fungsional tetapi sejak konferensi UNESCO di
(KF). Jenis pendidikan ini Teheran-Iran tahun 1965, terjadi
ditujukan bagi masyarakat yang peralihan pemikiran dan
sama sekali belum pernah tersentuh oleh keaksaraan fungsional menjadi
jalur pendidikan formal, atau masyarakat lebih dikaitkan dengan ekonomi
yang sudah pernah menerima pendidikan (Bhola; 1994:32) yang berarti
di jalur formal tetapi telah menjadi buta bahwa tujuan akhir dari
aksara kembali. keaksaraan adalah untuk

112
Pendidikan Keaksaraan (M.Syukri) 113

membantu pihak penerima membantu mereka mengingat


(sasaran didik) mampu berfungsi dan berkomunikasi dengan
dalam kehidupan ekonomi. sesamanya, bahkan dengan
perbedaan ruang dan waktu
Untuk memberikan pema
sekalipun. Orang yang buta aksara
haman yang jelas bagi pemerhati
bisa jadi mempunyai pengetahuan
pendidikan nonformal terutama
yang luas, contoh orang di
pendidikan keaksaraan, dalam
pedalaman ternyata sudah
topik ini akan dikemukakan
mempunyai pengetahuan yang
konsep keaksaraan, keaksaraan
fungsional, dan strategi kompleks mengenai
pengembangan program cara bertanam, memelihara
keaksaraan fungsional, sebagai berbagai hewan ternak,
berikut: membangun rumah dan membuat
berbagai macam kerajinan.
Konsep Pendidikan Mereka menguasai pendidikan dasar
Keaksaraan yang diperlukan untuk bertahap hidup,
Pendidikan pada dasarnya bahkan dalam kondisi yang sangat sulit
diselenggarakan dalam rangka sekalipun.
membebaskan manusia dari Pengetahuan keaksaraan ala
berbagai persoalan hidup dan pendidikan formal tidak terlalu
kehidupan yang melingkupinya. diperlukan oleh mereka yang tinggal di
Dalam konteks pendidikan wilayah pedesaan seperti gambaran di
keaksaraan, berarti bagaimana atas. Banyak orang bisa bertahan hidup
memberaksarakan penduduk dari tanpa pendidikan keaksaraan, dan
kebutaaksaraan agar dapat mereka mampu membuat strategi yang
membaca dunia kehidupannya. efektif untuk menyikapi hal-hal yang
Untuk mencapai tujuan itu, kita berkaitan dengan kegiatan membaca
tidak bisa memulai sebuah dan menulis. Saat mereka harus
program pendidikan keaksaraan melakukan ha-hal yang berkaitan
tanpa mengetahi filosofi yang dengan baca tulis misalnya, mereka
berhubungan dengan program meminta bantuan orang lain atau
tersebut, yakni: Apa filosofi dan menggunakan jasa para ahli (orang yang
tujuan dari keaksaraan? sudah melek aksara). Tetapi yang pasti
Dahulu orang yang kita yakini bahwa, kehidupan akan terus berubah
sebagai orang buta aksara, dan prospek perubahan ke depan jauh
ternyata dapat melakukan hal-hal seperti yang dibayangkan. Oleh karena
seperti di atas, baik melalui musik, itu, sangat kecil kemungkinannya di
drama, lagu, adat istiadat, pola suatu tempat tidak memerlukan
pakaian, hikayat, sejarah dan pentingnya pendidikan keaksaraan
sebagainya. Hal- hal tersebut untuk sebuah perubahan. Ke depan
ternyata pula telah dilakukan kebutuhan baca tulis menjadi penting
dengan pola terstruktur yang
Pendidikan Keaksaraan (M.Syukri) 114

bahkan untuk mereka yang buta aksara an merupakan salah satu dari sekian
sekalipun. banyak cara untuk membantu manusia
mengingat, mencatat, dan
Beberapa alasan
berkomunikasi lintas ruang dan waktu.
mengapa orang buta aksara
Dengan demikian, pendidikan
perlu belajar keaksaraan antara lain
keaksaraan bukan satu-satunya cara
untuk:
bahkan bukan cara yang terbaik untuk
- Mendapatkan status dan/atau menuntaskan kebutaaksaraan, dan hal-
dihormati oleh orang lain; hal yang melingkupinya seperti
- Mempelajari kemampuan/ keteram kemiskinan, keterbelakangan, dan
pilan baru yang belum dimiliki; ketidak-berdayaan penduduk. Satu hal
- Mendapatkan posisi tertentu sesuai yang pasti bahwa, kebutuhan akan
dengan tanggungjawabnya sebagai pendidikan keaksaraan semakin
anggota masyarakat; meningkat seiring dengan perubahan
- Mempertahankan statusnya semula dan perkembangan dunia.
- Memulai usaha/bisnis baru;
- Menulis dan membaca surat-surat Street (1995) mengembangkan
yang sifatnya resmi; model “keaksaraan otonom”
- Membantu pekerjaan rumah anak (outonomous view of literacy).
- Mendapatkan informasi berkaitan
Bentuk keaksaraan seperti ini bisanya
hal tertentu, seperti tentang pertani
mengabaikan keaneka-ragaman konteks
an dan kesehatan;
budaya, dan tidak selalu sesuai dengan
- Membaca aturan pakai berbagai budaya lokal dalam suatu masyarakat.
produk barang dan jasa; Permasalahan yang muncul dari model
- Membaca media cetak; keaksaraan otonom adalah bahwa
- Mengetahui label di pestisida dan model tersebut mempunyai anggapan
pupuk; yang sempit dan datang dari alam
- Mencatat perkembangan vaksinasi pikiran dunia barat. Atas dasar itu,
anak; Street lebih lanjut menyarankan, model
- Menghindari penjiplakan;
“keaksaraan ideologis” yang
- Mendapatkan pekerjaan;
memandang bahwa model
- Membaca buku keagamaan; -
Memperoleh hiburan. keaksaraan itu tidak hanya satu,
Masih banyak lagi alasan yang tetapi ada banyak model
diperlukan untuk belajar keaksaraan. keaksaraan tergantung dari
Dalam kenyataan faktor terpenting yang konteks budaya masyarakatnya.
memotivasi mereka belajar
Filosofi keaksaraan ideologis ini
keaksaraan sering tidak tampak dalam
secara gamblang menaruh
program pendidikan keaksara an itu
perhatian pada bentuk-bentuk
sendiri.
keaksaraan dan budaya lokal. Pada
Jika dilihat dari filosofinya, intinya filosofi model “keaksaraan
penyelenggaraan pendidikan keaksara ideologis” adalah bahwa
pendidikan keaksaraan perlu
Pendidikan Keaksaraan (M.Syukri) 115

dipikirkan masak-masak untuk (1985), mengatakan bahwa


memastikan bahwa program kemampuan keaksaraan memiliki
pemberantasan buta aksara harus keterkaitan dengan kemampuan
relevan dan sesuai dengan dasar yang sangat bermanfaat
pandangan hidup dan budaya untuk berbagai macam aktivitas
masyarakatnya. kehidupan sehari-hari. Pendidikan
keaksaraan adalah satu cara
Berbeda dengan pendapat di
untuk mengingat, mencatat,
atas, yaitu pendapat yang melihat
mengungkapkan kenyataan serta
bahwa keaksaraan sebagai
berkomunikasi lintas ruang dan
sesuatu yang vakum (vacum
waktu (Archer & Cottingham,
literacy), dimana “aksara hanya
untuk aksara” itu sendiri, dan 1996:9).
memandang keaksaraan tidak
Menurut John Hunter
dicampuradukkan dengan budaya,
(1997:124) ada tiga kategori dasar
ekonomi, maupun sejarah. Melalui
tentang definisi keaksaraan, di
pandangan keaksaraan sebagai
mana setiap kategori didasari oleh
sesuatu yang vakum, maka
asumsi yang sangat berbeda dari
kegagalan dalam peningkatan
peran keaksaraan dalam
keaksaraan penduduk suatu
kehidupan masyarakat, yaitu :
bangsa atau masyarakat, hanya
disebabkan oleh faktor teknis yang 1. Literacy as a set on basic
berkaitan dengan keaksaraan itu skills, abilities or
sendiri. Para penganutnya melihat competencies (keaksaraan
demikian penting kedudukan merupakan seperang kat
seorang tutor, yang harus keterampilan dan kompetensi
berkembang menjadi seorang dasar).
mentor. Menurut penganut 2. Literacy as the necessity
ideologi ini, peran mentor meliputi foundation for higher quality
pembimbing, fasilitasi, pengendali, of life (keaksaraan sebagai
model, pembantu, penghubung, dasar
pencipta peluang belajar, yang penting untuk meningkat
perangsang dan pemberi inspirasi, kan kualitas kehidupan yang lebih
penyiram dan pengembang baik).
ide/gagasan.
3. Literacy as a reflection of
Coombs (1973) political and structural
mengatakan bahwa realities (keaksaraan
pendidikan keaksaraan merupakan refleksi dari
merupakan kebutuhan dasar yang kebijakan dan kenyataan
memiliki daya ungkit bagi struktural).
pembangunan masyarakat
pedesaan di negara-negara
berkembang. Hunter
Pendidikan Keaksaraan (M.Syukri) 116

Konsep Keaksaraan sederhana yang diperlukan dalam


kehidupan sehari- hari, dan seseorang
Fungsional dikatakan mempunyai kemampuan
Tidak sedikit para praktisi, pakar keaksaraan fungsional jika seseorang
dan promotor keaksaraan memusatkan tersebut dapat terlibat dalam aktivitas
perhatian mereka pada berbagai macam dimana kemampuan keaksaraan
alasan untuk melaksanakan program merupakan prasyarat sebagai effective
pendidikan keaksaraan. UNESCO, suatu function kelompok dan sebagai dasar
badan dunia yang menaruh perhatian bagi dirinya untuk meningkatkan
terhadap masalah pendidikan kemampuan membaca, menulis dan
keaksaraan, memberikan penekanan berhitungnya sendiri.
pada Pada pelaksanaannya, keaksa
“keaksaraan fungsional”. Pada awalnya raan fungsional merupakan penyem
ide mengenai keaksaraan fungsional purnaan pendekatan bagi program
bertujuan untuk menjadikan warga pemberantasan buta aksara yang
belajar buta aksara mampu berfungsi menitikberatkan pada proses dari, oleh
sesuai dengan budayanya sendiri, tetapi dan untuk warga belajar dengan strategi
sejak konferensi UNESCO di Teheran- pembelajarannya melalui diskusi,
Iran tahun 1965, terjadi peralihan membaca, menulis, berhitung dan aksi.
pemikiran dan keaksaraan fungsional Keaksaraan fungsional juga merupakan
menjadi lebih dikaitkan dengan ekonomi suatu pendekatan atau cara untuk
(Bhola; 1994:32) yang berarti bahwa mengembangkan kemampuan warga
tujuan akhir dari keaksaraan fungsional belajar dalam menguasai dan
adalah untuk membantu pihak penerima menggunakan keterampilan menulis,
(sasaran didik) mampu berfungsi dalam membaca, berhitung, berfikir, menga
kehidupan ekonomi. mati, mendengar dan berbicara yang
berorientasi pada kehidupan seharihari
Filosofi keaksaraan fungsional dan lingkungan sekitar warga belajar.
sebagaimana dikemukakan oleh Oleh karena itu, keaksaraan fungsional
Beynham (1995:1) yang menyatakan bertujuan untuk mengem bangkan
bahwa pada dasarnya keaksaraan kemampuan dan keteram pilan
termasuk ideologi. Dengan berupa membaca, menulis dan berhitung
ideologi tentu saja keaksaraan tidak dengan harapan warga belajar dapat
bersifat netral, semuanya tergantung menggunakannya atau berfungsi untuk
pada keputusan sebagai sesuatu yang pemecahan masalah dalam
tidak netral, maka program pendidikan kehidupannya sehari-hari dan kahidupan
keaksaraan harus mempertimbangkan masyarakat di sekitarnya.
faktor-faktor lain yang memengaruhi
keaksaraan tersebut. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa keaksaraan fungsional
UNESCO mendefinisikan berpusat pada bagaimana cara
kemampuan keaksaraan atau melek masyarakat menggunakan keteram pilan
aksara sebagai kemampuan seseorang keaksarannya dalam kehidupan sehari-
untuk membaca dan menulis kalimat hari. Masyarakat tidak hanya membaca
Pendidikan Keaksaraan (M.Syukri) 117

informasi tetapi menerap kannya dan materi ajar yang digunakan


mengambil keuntungan untuk didapatkan dari lingkungan
meningkatkan kualitas kahidupan, mereka sendiri, baik diperoleh
secara material maupun secara fisik. secara sendirisendiri maupun
bersama-sama dapat dipelajari
Bahan-bahan ajar yang
serta dianalisa, selanjutnya
didapatkan dari lingkungan secara
menulis rencana dan proposal
sendiri-sendiri atau bersama-sama
untuk memperbaiki situasi sesuai
dapat dipelajari serta
dianalisa, selanjutnya menulis dengan kebutuhan warga belajar
rencana dan proposal untuk setempat.
memperbaiki situasi setempat. Dalam penyelenggaraan prog
Tujuan kelompok belajar ram pembelajaran keaksaraan
keaksaraan fungsional adalah fungsional ini dapat dilakukan dalam
membantu warga belajar mncari bentuk kelompok belajar. Tujuan
kelompok belajar keaksaraan
dan menggunakan bahan
fungsional (Kejar KF) adalah
“calistung” (Baca. Tulis, dan
membantu warga belajar mncari dan
Hitung) sendiri. Karena itu, tutor
menggunakan bahan “calistung” (Baca.
tidak hanya membantu warga
Tulis, dan Hitung) sendiri. Karena itu,
belajar membaca buku, tetapi tutor tidak hanya membantu warga
tutor juga membantu mereka belajar membaca buku, tetapi tutor
pergi ke TBM (Taman juga membantu mereka pergi ke TBM
(Taman
Bacaan Masyarakat).
Bacaan Masyarakat).
Strategi Pendidikan dan Tutor tidak hanya
Pengembangan Program membantu warga belajar
Keaksaraan Fungsional 1. membaca informasi tentang
bagaimana memperoleh dana,
Pendekatan tutor juga membantu mereka
Keaksaraan Fungsional pergi ke koperasi atau bank untuk
meru pakan suatu pendekatan mencari informasi dan formulir
atau cara untuk mengembangkan atau membantu warga belajar
kemampuan warga belajar dalam membuka rekening. Tutor juga
menguasai dan menggunakan meminta nara sumber dari
keterampilan menulis, membaca, instansi lain untuk membantu
berhitung, berfikir, mengamati dan warga belajar.
berdiskusi yang berorientasi pada
Selain kelompok belajar,
kehidupan seharihari berdasarkan
warga belajar dapat dibelajarkan
konteks lokal.
dengan membentuk kelompok
Dalam kaitannya dengan Usaha Bersama (UB).
konteks lokal tersebut, bahan-bahan Pembentukan kelompok ini
merupakan suatu kesepakatan
Pendidikan Keaksaraan (M.Syukri) 118

antara Tutor, Pengelola PKBM dan 2. Alur Kegiatan


Warga Belajar dalam menciptakan
suatu usaha dari keterampilan Penyelenggaraan Program
yang telah dipelajari selama Keaksaraan Fungsional
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), Penyelenggaraan program aksi
dikelola bersama-sama untuk diarahkan untuk memungkinkan warga
membantu dalam meningkatkan masyarakat dapat terlibat sejak awal
baik pada sisi proses kegiatan maupun
kesejahteraan taraf hidup semua
dalam pengambilan keputusan yang
pihak yang terlibat di dalam UB
diperlukan pada setiap tahapan. Hal ini
tersebut. Jadi, dengan caracara
dilakukan sebagai prosedur kerja bagi
seperti inilah ada kebermaknaan
penyeleng gara dalam pengelolaan
dan kebermanfaatan pendidikan
program juga sebagai medium
Keaksaraan Fungsional ( KF ) bagi
pembelajaran bagi masyarakat dalam
warga belajar KF yang
pengembangan kapasitas.
berkembang pada masyarakat
yang notabene hidup dalam garis Alur kegiatan penyelenggaraan
ekonomi rendah (miskin). program keaksaraan fungsional
Keaksaraan pada masyarakat tersebut, dapat dilakukan seperti bagan
miskin adalah : berikut:
a. Ketidakpahaman mereka tentang
pentingnya pendidikan untuk
meningkatkan taraf hidupnya
b. Penyelenggaraan program
keaksaraan tidak luput mengalami
kesulitan untuk menarik perhatian
dan melibatkan mereka, terutama
orang dewasa dalam proses
pembelajaran.
Salah satu pendekatan yang
dapat digunakan dalam
mengembangkan model program
pembela jaran keaksaraan fungsional
adalah Action Reserch dan prinsip-
prinsip pembelajaran partisipatif. Dalam
konteks pendidikan sepanjang hayat (life
long education), tanggung jawab
program keaksaraan fungsional tidak
terhenti setelah program dinyatakan
berakhir, namun harus sampai pada
dampak pembelajaran bagi kehidupan
mereka secara terus menerus sepanjang
hidupnya.
Pendidikan Keaksaraan (M.Syukri) 119

Identifikasi Pemotiva- Penetapan


dan sian Warga jenis
pengadaan Belajar kebutuhan
data dasar belajar

Pengemba-
ngan Model
dan Bahan
Pendamping
-
Belajar an

Penguatan Pengorganisa-
Kelembaga- sian pembelaja- Proses
ran &kegiatan Pembelaja
an Lokal
a
r-
n
Keberdayaan
Warga
Motivasi Tutor Evaluasi Belajar:
Pembelaja - Keaksaraan
dan Motivator
r- a - Kecakapan
n hidup

Gambar 1. Bagan Model Penyelenggaraan Program


Keterangan: 3. Tim Pengembang bersama-
1. Berdasarkan gambaran di atas, sama dengan calon tutor dan
langkah pertama yang dilakukan warga belajar untuk
Tim Pengembang adalah menetapkan jenis kegiatan dan
melakukan identifikasi untuk tema-tema belajar
memperoleh gambaran yang akan dibelajarkan;
komprehensif terhadap calon
4. Tim Pengembang
kelompok sasaran;
mengembangkan draft model
2. Melakukan motivasi kepada keaksaraan yang terintegrasi
kelompok sasaran mengenai dengan vocational
perlunya meningkatkan skill (life skills)
kecakapan keaksaraan sebagai
5. Melakukan penguatan kelemba
pintu masuk bagi upaya
gaan lokal, baik pengurus Rukun
pembelajaran dan
Warga, Rukun Tetangga,
pemberdayaan masyarakat.
Lembaga Keagamaan, Organisa
Pada saat ini perlu dilakukan
si Kepemudaan dan tokoh-
pula koordinasi dan
tokoh masyarakat.
penggerakan tokoh-tokoh
masyarakat lokal dan 6. Melakukan pengorganisasian
pemerintah Kabupaten/Kota pembelajaran dan pelaksanaan
untuk berperan serta dalam kegiatan yang menghasilkan
kegiatan ini; rencana kegiatan pembelajaran
dan pemberdayaan masyarakat.
Pendidikan Keaksaraan (M.Syukri) 120

7. Tim pengembang melakukan ekonomi, kecakapan diri dan


orientasi tenaga lapangan dan kepercayaan diri.
fasilitator/tutor. Materi Salah satu hal
orientasi yang disampaikan yang penting diperhatikan
berkenaan dengan konsep dan dalam perencanaan
implementasi keaksaraan, program keaksara an
metodologi pembelajar an, adalah konteks sosial
pengembangan media belajar lokal. Jalal et.al.
bersumber sumber daya lokal, (2005:192-194)
evaluasi pembelajaran dan kiat- menekankan pada
kiat melakukan motivasi warga pentingnya
belajar; memperhatikan konteks
8. Proses pembelajaran dan sosial lokal dan dalam
pemberdayaan warga belajar perancangan program
dengan melibatkan berbagai diperlukan desain lokal,
sumber belajar. Tim
yang selanjutnya dalam
pengembang dari BPKB-
rancangan tersebut unsur
bersama-sama dengan Tutor,
utamanya terdiri atas (a)
Pamong Belajar dari Sanggar
kelompok sasaran, (b)
Kegiatan Belajar (SKB) dan/atau
TLD melakukan pendampingan, tujuan, (c) kegiatan
pemantauan dan evaluasi belajar, (d) waktu dan
(formatif dan diagnostik) agar tempat pembelajaran dan
proses pembelajaran (e) hal lain yang terkait
berlangsung secara efektif, yang disesuaikan dengan
serta mengatasi berbagai situasi dan kondisi
hambatan yang terjadi. masing-masing kelompok
9. Melakukan evaluasi program belajar. Konteks sosial
atau evaluasi sumatif, yaitu lokal yang perlu
evaluasi untuk mengetahui diperhatikan adalah
sejauh mana ketercapaian prog bahasa yang
ram keaksaraan yang dilakukan. dipergunakan dalam
Aspek yang dievaluasi antara komunikasi sosial calon
lain berkenaan dengan warga belajar. Salah satu
kemampu an kecakapan bentuk penterjemahan
keaksaraan, kecakapan konteks sosial lokal
vocational, kecakapan sosial- dalam wujud bahasa
ekonomi, kecakapan diri dan adalah bahasa ibu
kepercayaan diri. (mother tongue). Bahasa
10. Hasil evaluasi inilah yang ibu dipergunakan untuk
dapat memberikan gambaran meng-ekspresikan dan
menge nai tingkat keberdayaan
menerima informasi
warga belajar, baik kecakapan
dalam kegiatan
keaksaraan, kecakapan vocati
komunikasi sosial.
onal, kecakapan sosial-
Pendidikan Keaksaraan (M.Syukri) 121

D. Penutup dengan ekonomi yang tujuan adalah


untuk membantu pihak penerima
Pendidikan pada dasarnya (warga belajar) mampu berfungsi dalam
diselenggarakan dalam rangka kehidupan ekonomi.
membebaskan manusia dari berbagai
persoalan hidup dan kehidupan yang Bahan-bahan ajar yang
melingkupinya. Memberaksarakan didapatkan dari lingkungan secara
penduduk atau warga belajar dari sendiri-sendiri atau bersama-sama
kebutaaksaraan agar dapat membaca (kelompok belajar) dapat dipelajari serta
dunia kehidupannya dan merupakasalah dianalisa, selanjutnya menulis rencana
satu dari sekian banyak cara untuk untuk memperbaiki situasi setempat.
membantu manusia mengingat, Tujuan kelompok belajar keaksaraan
mencatat, dan berkomunikasi lintas fungsional (KF) adalah membantu warga
ruang dan waktu yang dibutuhkan setiap belajar mncari dan menggunakan bahan
anggota warga masyarakat seiring “CaLisTung” (Baca. Tulis, dan Hitung)
dengan perubahan dan perkem- bangan sendiri. Tutor tidak hanya membantu
dunia yang semakin cepat. warga belajar membaca buku, tetapi
tutor juga membantu mereka pergi ke
Tiga kategori dasar tentang TBM (Taman Bacaan Masyarakat).
definisi keaksaraan, didasari oleh asumsi
yang sangat berbeda dari peran
Daftar Bacaan
keaksaraan dalam kehidupan
masyarakat, yaitu: (1) keaksaraan APPEAL. (1996). Pendidikan
merupakan seperangkat keterampilan Berkelanjutan: Arah dan
dan kemampuan atau kompetensi dasar; Kebijakan Baru, Bangkok:
(2) keaksaraan sebagai dasar yang Ditjen Dikluspora dan
penting untuk meningkatkan kualitas UNESCO.
kehidupan yang lebih baik); dan (3)
keaksaraan merupakan refleksi dari ---------- (1999). Pendidikan Dasar untuk
kebijakan dan kenyataan struktural. Pemberdayaan Orang Miskin
(Laporan Studi
Pendekatan atau cara untuk Kawasan tentang Keaksaraan
mengembangkan kemampuan warga sebagai Alat Pemberdayaan
belajar dalam menguasai dan Orang Miskin), Bangkok:
menggunakan keterampilan menulis, UNESCO.
membaca, berhitung, berfikir, Archer, David, and Cottingham, Sara.
mengamati, mendengar dan berbicara (1996). Reflect Mother
yang berorientasi pada kehidupan Manual, a Ne Approach to Adult
sehari-hari dan lingkungan sekitar warga Literacy, London:
belajar. Bagi penduduk atau kelompok
Actionaid.
masyakat miskin, pembelajaran KF akan
lebih bermakna jika penyusunan Arif, Z. (1997). Pendidikan Luar
program dan bahan/materi Sekolah Menyongsong
pembelajarannya dilandasi kebutuhan Awal Abad Ke-2 : Prospek
warga belajar yang lebih dikaitkan
Pendidikan Keaksaraan (M.Syukri) 122

dan Tantangan, Jakarta: Depdikbud


Ditjen Diklusepora.
Srinivasan, L (1977). Perspektif on
---------- (2000), Andragogi, Bandung:
Nonformal Adult
Angkasa.
Learning: Functional
Coombs, P dan Manzoor A. (1984). Education Education
Memerangi Kemiskinsn for individual,
di Pedesaan Melalui Community and
Pendidikan Non Formal, National
Jakarta:
Development, New
Rajawali.
York:World
Jalal, F. Et.al. (2005) Pendidikan Education.
Keaksaraan: Filosofi,
Sudjana, D (2001). Pendidikan
Strategi dan Implementasi Luar
Sekolah:Wawasan,
Jakarta: Dirjen PLS Seja rah
Kindervatter, S. (1979). NonFormal Perkembangan, Falsa
Education: As An fah, Teori
Empowering Process. Pendukung Azas,
Amherst Mass: Center for Bandung:
Falah
international Education
Production.
University Of
---------------- (2000). Manajemen
Massachusetts: Printers in Program Pendidikan: untuk
Pendidikan Luar Sekolah dan
The United Stated Pengem bangan Sumber Daya
of America Manusia,
Sakya, T.M. (1986) “Orientation
Bandung: Falah
on Neo-Literate
Materials and Production

Process of Wokshop” UNESCO (1993) Post-


makalah untuk 4th Literacy Programmes
Regional Workshop Bangkok:
UNESCO Principal
on Literacy Follow Up
Regional Office for
Materials in Asia and
Asia and the Pacific
the Pacific, Bandung:
ACCU, UNESCO ------------ (1993),
Regional Office for Continuing
Education in Asia and Education: New
the Pacific, Direktorat Policies

Jenderal PLSPO and Directions. Bangkok:


Pendidikan Keaksaraan (M.Syukri) 123

UNESCO Principal
Regional Office for Asia and
the Pacific
------------- (1996). Pendidikan
Berkelanjutan: Arah dan
Kebijakan Baru, Ditjen
Diklusepora dan UNESCO
PROAP: Bangkok.
------------- (1996). Program
Berorientasi Masa Depan,
Ditjen Dikluse pora dan
UNESCO PROAP:
Bangkok.
-------------- (1991). Training
Materials for Literacy
Personnel. APPEAL
UNESCO: Bangkok.

Anda mungkin juga menyukai