A. LANDASAN FILOSOFIS
Filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup suatu
masyarakat atau pendisrian hidup suatu individu. Sebagai suatu
fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam proses
pengembangan kurikulum. Sanjaya (2011) menguraikan alasan
filsafat harus menjadi dasar dalam menentukan tujuan pendidikan dan
sebagai proses berpikir seperti berikut ini.
1. Filsafat sebagai Dasar Menentuan Tujuan Pendidikan
Hummel (1977) dalam Sanjaya (2011) mengemukakan
ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
tujuan pendidikan, yaitu (1) Automy. Gives individuals and
groups the maximum awareness, knowledge and ability so that
they can manage their personal and collective life to the
greates possible extent; (2) Equity. Enable all citizens
participate in cultural and economic life by offering them an
equal basic education: (3) Survival. Permit every nation to
transmit and enrich its cultural heritage over the generation,
but also guide education towards mutual understanding and
towards what has become worldwide realizations of common
detiny.
Tujuan pendidikan harus mengandung ketiga hal
tersebut. Pertama, autonomy, artinya memberi kesadaran,
pengetahuan dan kemampuan yang prima kepada setiap
individu dan kelompok untuk mandiri dan hidup bersama dalam
kehidupan yang lebih baik. Kedua, equity, artinya pendidikan
harus dapat memberikan kesempatan bagi seluruh warga
masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kebudayaan dan
ekonomi. Ketiga, survival, artinya pendidikan bukan saja harus
dapat menjamin terjadinya pewarisan dan memperkaya
kebudayaan dari generasi ke generasi, melainkan juga harus
memberikan pemahaman akan saling ketergantungan
antarmanusia.
2. Filsafat sebagai Proses Berpikir
Filsafat sering diartikan sebagai cara berpikir. Nasution
(1989) mengelompokkan empat aliran utama dalam filsafat,
yaitu:
a) Aliran Realisme, memandang bahwa manusia dapat
menemukan dan mengenal realitas sebagai hukum-
hukum universal, hanya saja dalam menemukannya
dibatasi oleh kelambanan sesuai dengan kemampuannya.
Oleh karena itu, pengetahuan dapat diperoleh secara
ilmiah atau fakta dan kenyataannya yang dapat diindra.
b) Aliran Idealisme, memndang bahwa kebenaran itu
datangnya dari “Yang Maha Kuasa”. Manusia tidak dapat
melihat secara lengkap apalagi menciptakannya.
c) Aliran Pragmatisme, memandang bahwa kenyataan
berada pada hubungan sosial, antara manusia dengan
manusia lainnya.
d) Aliran Eksistensialisme, memandang bahwa individu
setiap manusia memiliki kelemahan-kelemahan namun
setiap individu dapat memperbaiki dirinya sendiri sesuai
dengan norma dan keyakian yang ditentukannya sendiri.
B. LANDASAN PSIKOLOGIS
1) Psikologis Perkembangan Anak
a. Sensorimotor (0-2 tahun)
Pada tahap ini, kemampuan kognitif anak masih sangat
terbatas. Kemampuannya masih bersifat primitive. Tahap
ini sangat berarti dan menentukan untuk perkembangan
kognitif selanjutnya.
b. Praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini, ditandai dengan beberapa ciri, yaitu (1)
adanya kesadaran dalam diri anak tentang suatu objek.
(2) kemampuan anak dalam berbahasa mulai
berkembang. (3) mulai mengetahui perbedaan suatu
objek. (4) mulai memandang bahwa gerakan suatu benda
disebabkan oleh adanya kekuatan yang menggerakkan,
serta benda yang bergerak adalah hidup, dinamakan juga
tahap articifialistic. (5) pengamatan dan pemahaman anak
terhadap situasi lingkungan sangat dipengaruhi oleh
sifatnya yang mulai egocentric.
c. Operasional Konkret (7-11 tahun)
Disebut tahap operasional karena pada masa ini, pikiran
anak terbatas pada objek-objek yang dijumpai, seperti
objek nyata, dan konkret.
d. Operasional Formal (11-14 tahun ke atas)
Disebut tahap operasional formal karena pada masa ini,
pola piker anak sudah sistematis dan meliputi proses-
proses yang kompleks.
2) Psikologi Belajar
Pengembangan kurikulum selain mengacu pada psikologi
perkembangan anak, juga mengacu pada psikologi belajar. Pada
hakikatnya, kurikulum disusun untuk membelajarkan peserta
didik. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku manusia
karena setiap teori belajar berpangkal dari pandangan tentang
hakikat manusia.
a) Komponen Tujuan
Tujuan merupakan suatu hal yang paling dalam proses pendidikan,
yakni hal yang ingin dicapai secara keseluruhan, yang meliputi tujuan
domain kognitif, domain efektif dan domain psikomotor.
b) Komponen Isi dan Struktur Program atau Materi
Komponen isi dan struktur program/materi merupakan materi yang
diprogramkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
c) Komponen Media atau Sarana dan Prasarana
Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran. Sarana dan
prasarana atau media merupakan alat bantu untuk memudahkan dalam
mengaplikasikan isi kurikulum agar mudah dimengerti oleh peserta didik
dalam proses belajar mengajar.
d) Komponen Strategi Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar, guru perlu memahami suatu strategi.
Srategi menunjuk pada pendekatan (approach), metode (method) dan
peralatan mengajar yang diperlukan dalam pengajaran.
e) Komponen Proses Belajar Mengajar
Komponen ini tentunya sangatlah pentig dalam suatu proses
pengajaran atau pendidikan. Tujuan akhir dari proses belajar mengajar
adalah diharapkan terjadinya perubahan dalam tingkah laku anak.
f) Komponen Evaluasi dan Penilaian
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dalam pelaksanaan
kurikulum maka diperlukan evaluasi. Mengingat evaluasi berhubungan erat
dengan komponen lainnnya, maka cara penilaian atau evaluasi ini akan
menentukan tujuan kurikulum, materi atau bahan dan proses belajar
mengajar.
Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem
persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem
kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara me-
nyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya.
Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi
dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap
dinamis.
Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli
kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang
studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.
Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar
tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan
percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan
memperkuat bidang studi kurikulum.
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga
dituntut untuk:
B.SILABUS
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan
materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi;
b. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran;
c. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran.
e) struktur keilmuan;
h) alokasi waktu.
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang
dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai
kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta
lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.