Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TELAAH KURIKULUM

NAMA : TIARA MAGDALENA PANJAITAN


NIM : 4193321009
KELAS : FISIKA DIK’A 2019

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2019/2020
A.KURIKULUM

A.1. HAKEKAT KURIKULUM

Hakekat dari kurikulum ialah kegiatan yang mencakup berbagai rencana


kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan,
saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat
diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai
tujuan yang diinginkan.

A.2. PENGERTIAN KURIKULUM

Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-


pakar dalm bidang pengembangan kurikulum sejak dulu hingga sekarang.
Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan
titik berat dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Hingga awal abad ke-20,
kurikulum merujuk kepada kandungan dan bahan pembelajaran yang berkembang
yaitu ‘apa itu persekolahan’.

Istilah “Kurikulum” berasal dari bahasa Latin, yaitu curriculum; awalnya


mempunyai pengertian a running course dan dalam bahasa Prancis yakni courier
berarti to run = berlari. Istilah ini kemudian digunakan untuk sejumlah mata
pelajarn (courses) yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar penghargaan
dalam dunia pendidikan, yang dikenal dengan ijazah.

Berdasarkan pemahamannya, kurikulum dapat dipandang sebagai kurikulun


trdisisonal dan kurikulum modern. Secara tradisional, kurikulum diartikan sebagai
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Pengertian kurikulum yang dianggap
tradisional ini, menurut Nasution (1993), masih banyak dianut sampai sekarang,
juga Indonesia. Secara modern, kurikulum mempunyai pengertian tidak hanya
sebagai mata pelajaran (courses) tetapi menyangkut pengalaman-pengalaman
diluar sekolah sebagai kegiatan pendidikan.

Berikut ini dikemukakan beberapa defenisi yang cukup dipandang


sebagai defenisi yang popular yang pantas untuk ditelaah, yakni:
 Ralp Tyler (1949): Kurikulum adalah semua pelajaran-pelajaran siswa yang
direncanakan dan dilakukan oleh pihak sekolah untuk mencapai tujuan-
tujuan pendidikan.
 Grayson (1978): Kurikulum adalah suatu perencanaan untuk endapatkan
keluaran (outcomes) yng diharapkan dari suatu pembelajaran.
 E. Eisner (1979): dengan kurikulum, kita mengartikannya dengan
pengalaman yang ditawarkan kepada siswa di bawah petunjuk dan
bimbingan sekolah.
 G. Saylor, W. Alexander & A.J. Lewis (1981): mendefenisikan kurikulum
sebagai suatu rencana untuk memberikan sejumlah kesempatan-kesempatan
belajar pada orang lain untuk dididik.
 M. Skilbeck (1984): Kurikulum adalah pengalaman-pengalaman siswa yang
di ekspresikan dan diantisipasikan dalam cita-cita dan tujuan-tujuan,
rencana-rencana dan desain-desain untu belajar dan implementasi dari
rencana dan desain-desain tersebut di lingkungan sekolah.
 A. Glatthorn (1987): Kurukulum ialah rencana-rencana yang dibuat untuk
membimbing dalam belajar di sekolah yang biasanya, meliputi dekumen,
level secara umum dan dan aktualisasi dari rencana-rencana itu di kelas,
sebagai pengalaman siswa, yang telah dicatat dan ditulis oleh seorang ahli;
pengalaman-pengalaman tersebut ditempatkan dalam lingkungan belajar
yang juga mempengaruhi apa yang dipelajari.
 J. Wiles dan J. Bondi (1989): Kurikulum ialah suatu cita-cita atau
seperangkat nilai-nilai, yang digerakkan melalui suatu pengembangan proses
kulminasi dalam pengalaman-pengalaman di kelas untuk siswa-siswa.
 Pasal 1 butir 19 UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
A.3. LANDASAN KURIKULUM

A. LANDASAN FILOSOFIS
Filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup suatu
masyarakat atau pendisrian hidup suatu individu. Sebagai suatu
fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam proses
pengembangan kurikulum. Sanjaya (2011) menguraikan alasan
filsafat harus menjadi dasar dalam menentukan tujuan pendidikan dan
sebagai proses berpikir seperti berikut ini.
1. Filsafat sebagai Dasar Menentuan Tujuan Pendidikan
Hummel (1977) dalam Sanjaya (2011) mengemukakan
ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
tujuan pendidikan, yaitu (1) Automy. Gives individuals and
groups the maximum awareness, knowledge and ability so that
they can manage their personal and collective life to the
greates possible extent; (2) Equity. Enable all citizens
participate in cultural and economic life by offering them an
equal basic education: (3) Survival. Permit every nation to
transmit and enrich its cultural heritage over the generation,
but also guide education towards mutual understanding and
towards what has become worldwide realizations of common
detiny.
Tujuan pendidikan harus mengandung ketiga hal
tersebut. Pertama, autonomy, artinya memberi kesadaran,
pengetahuan dan kemampuan yang prima kepada setiap
individu dan kelompok untuk mandiri dan hidup bersama dalam
kehidupan yang lebih baik. Kedua, equity, artinya pendidikan
harus dapat memberikan kesempatan bagi seluruh warga
masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kebudayaan dan
ekonomi. Ketiga, survival, artinya pendidikan bukan saja harus
dapat menjamin terjadinya pewarisan dan memperkaya
kebudayaan dari generasi ke generasi, melainkan juga harus
memberikan pemahaman akan saling ketergantungan
antarmanusia.
2. Filsafat sebagai Proses Berpikir
Filsafat sering diartikan sebagai cara berpikir. Nasution
(1989) mengelompokkan empat aliran utama dalam filsafat,
yaitu:
a) Aliran Realisme, memandang bahwa manusia dapat
menemukan dan mengenal realitas sebagai hukum-
hukum universal, hanya saja dalam menemukannya
dibatasi oleh kelambanan sesuai dengan kemampuannya.
Oleh karena itu, pengetahuan dapat diperoleh secara
ilmiah atau fakta dan kenyataannya yang dapat diindra.
b) Aliran Idealisme, memndang bahwa kebenaran itu
datangnya dari “Yang Maha Kuasa”. Manusia tidak dapat
melihat secara lengkap apalagi menciptakannya.
c) Aliran Pragmatisme, memandang bahwa kenyataan
berada pada hubungan sosial, antara manusia dengan
manusia lainnya.
d) Aliran Eksistensialisme, memandang bahwa individu
setiap manusia memiliki kelemahan-kelemahan namun
setiap individu dapat memperbaiki dirinya sendiri sesuai
dengan norma dan keyakian yang ditentukannya sendiri.

B. LANDASAN PSIKOLOGIS
1) Psikologis Perkembangan Anak
a. Sensorimotor (0-2 tahun)
Pada tahap ini, kemampuan kognitif anak masih sangat
terbatas. Kemampuannya masih bersifat primitive. Tahap
ini sangat berarti dan menentukan untuk perkembangan
kognitif selanjutnya.
b. Praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini, ditandai dengan beberapa ciri, yaitu (1)
adanya kesadaran dalam diri anak tentang suatu objek.
(2) kemampuan anak dalam berbahasa mulai
berkembang. (3) mulai mengetahui perbedaan suatu
objek. (4) mulai memandang bahwa gerakan suatu benda
disebabkan oleh adanya kekuatan yang menggerakkan,
serta benda yang bergerak adalah hidup, dinamakan juga
tahap articifialistic. (5) pengamatan dan pemahaman anak
terhadap situasi lingkungan sangat dipengaruhi oleh
sifatnya yang mulai egocentric.
c. Operasional Konkret (7-11 tahun)
Disebut tahap operasional karena pada masa ini, pikiran
anak terbatas pada objek-objek yang dijumpai, seperti
objek nyata, dan konkret.
d. Operasional Formal (11-14 tahun ke atas)
Disebut tahap operasional formal karena pada masa ini,
pola piker anak sudah sistematis dan meliputi proses-
proses yang kompleks.
2) Psikologi Belajar
Pengembangan kurikulum selain mengacu pada psikologi
perkembangan anak, juga mengacu pada psikologi belajar. Pada
hakikatnya, kurikulum disusun untuk membelajarkan peserta
didik. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku manusia
karena setiap teori belajar berpangkal dari pandangan tentang
hakikat manusia.

C. LANDASAN SOSIAL BUDAYA


Hal yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam
pengembangan kurikulum sehubungan dengan perubahan sosial
budaya masyarakat adalah perubahan pola hidup dan perubahan
kehidupan sosial pilitik.

D. LANDASAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN


Pengetahuan berkembang sedemikian pesatnya,terutama di
bidang ilmu-ilmu sosial, yang ditandai dengan teori-teori baru yang
kemudian menggugurkan teori-teori sebelumnya.
E. LANDASAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
Perkembangan teknologi yang begitu pesat beberapa decade
terakhir, terutama dominasi oleh perkembangan dibidang teknologi
transportasi, teknologi komunikasi dan informatika, serta teknologi
media cetak.
F. LANDASAN EMPIRIS
Kurikulum dikembangkan atas dasar pertimbangan berbagai
pengalaman yang diperoleh dalam proses pengembangan kurikulum
sebelumnya, yang siklusnya mulai dari perencanaan, penyusunan,
implementasi dan evaluasi kurikulum.

A.4. FUNGSI KURIKULUM

Kurikulum memiliki berbagai fungsi. Bagi guru, kepala sekolah, pengawas,


orangtua, dan peserta didik fungsi kurikulum sebagai berikut:

a) Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses


pembelajaran.
b) Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan
program sekolah.
c) Bagi pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan
supervise ke sekolah.
d) Bagi orangtua peserta didik, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk
memberikan bantuan bagi penyelenggara program sekolah dan membantu
putra-putrinya belajar di rumah sesuai dengan program sekolah.
e) Bagi pesert didik, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar.

A.5. KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

Merujuk pada fungsi kurikulum dalam proses pendidikan, yakni merupakan


alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka hal ini berarti, sebagai alat
pendidikan kurikulum mempunyai komponen-komponen penunjang yang saling
mendukung satu sama lainnya.

a) Komponen Tujuan
Tujuan merupakan suatu hal yang paling dalam proses pendidikan,
yakni hal yang ingin dicapai secara keseluruhan, yang meliputi tujuan
domain kognitif, domain efektif dan domain psikomotor.
b) Komponen Isi dan Struktur Program atau Materi
Komponen isi dan struktur program/materi merupakan materi yang
diprogramkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
c) Komponen Media atau Sarana dan Prasarana
Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran. Sarana dan
prasarana atau media merupakan alat bantu untuk memudahkan dalam
mengaplikasikan isi kurikulum agar mudah dimengerti oleh peserta didik
dalam proses belajar mengajar.
d) Komponen Strategi Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar, guru perlu memahami suatu strategi.
Srategi menunjuk pada pendekatan (approach), metode (method) dan
peralatan mengajar yang diperlukan dalam pengajaran.
e) Komponen Proses Belajar Mengajar
Komponen ini tentunya sangatlah pentig dalam suatu proses
pengajaran atau pendidikan. Tujuan akhir dari proses belajar mengajar
adalah diharapkan terjadinya perubahan dalam tingkah laku anak.
f) Komponen Evaluasi dan Penilaian
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dalam pelaksanaan
kurikulum maka diperlukan evaluasi. Mengingat evaluasi berhubungan erat
dengan komponen lainnnya, maka cara penilaian atau evaluasi ini akan
menentukan tujuan kurikulum, materi atau bahan dan proses belajar
mengajar.

A.6. KONSEP DASAR KURIKULUM

Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori


kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum,
kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.

1.      kurikulum sebagai suatu substansi

                        Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan


belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang
ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang
berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan
evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis
sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang
kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat
mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun
seluruh negara.

2.      kurikulum sebagai suatu sistem

            Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem
persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem
kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara me-
nyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya.
Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi
dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap
dinamis.

3.      kurikulum sebagai suatu bidang studi

            Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli
kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang
studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.
Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar
tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan
percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan
memperkuat bidang studi kurikulum.

Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga
dituntut untuk:

(1) mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah


teknis,

(2) mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam


pengetahuan-pengetahuan baru,

(3) melakukan penelitian inferensial dan prediktif,

(4) mengembangkan subsubteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan


model-model kurikulum.
Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum.
Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi, sebagai sistem,
maupun bidang studi kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.

B.SILABUS

B.1. PENGERTIAN SILABUS

Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan


pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis membuat komponen
komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar.

B.2. KOMPONEN KOMPONEN SILABUS

NO KOMPONEN SILABUS PENJELASAN


1. Tujuan Tujuan mencerminkan upaya memproduksikan
hasil belajar yang bertahan lama setelah peserta
didik menyelesaikan kegiatan pembelajaran.
2. Komponen Dasar Penempatan komponen komponen dasar dalam
silabus sangat disarankan. Hal ini berguna
untuk mengingatkan para guru seberapa jauh
tuntutan target kompetensi yang harus
dicapainya.
3. Hasil Belajar dan Hasil belajar mencerminkan kemampuan
Indikator peserta didik dalam memenuhi suatu tahapan
pencapaian pengealaman belajar dalam sat
kompetensi dasar. Hasil belajar dapat dirinci
sebagai indikator. Indikator merupakan rincian
hasil belajar yang lebih spesifik.
4. Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran memuat rangkaian kegiatan
peserta didik yangdikelola secara sistematis dan
menyeluruh untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
5. Materi Cantumkan materi pokok yang sesuai dengan
standar kompetensi mata pelajaran.
6. Aloksi Waktu Penentuan alokasi waktu disesuaikan dengan
kompetensi, kedalaman, dan keluasan materi
untuk mencapai hasil belajar.
7. Sarana dan Prasarana Sarana dan sumber mencakup alat, bahan, serta
sumber yang bermanfaat untuk mempermudah
peserta didik memncapai suatu kompetensi
melalui kegiatan pembelajaran.
8. Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan
untuk memperoleh, menganalisis dan
menafsirkan hasil belajar secara
berkesinambungan, menyeluruh, sistematis
serta menggunakan informasi tersebut dalam
pengambilan keputusan.

B.3. URUTAN PENYAJUAN SILABUS

Mengembangkan silabus dilakukan melalui langkah-langkah sebagai


berikut:

1.    Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran  sebagaimana


tercantum pada Standar Isi, dengan  memperhatikan hal-hal berikut:

 a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan 
materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi;

 b. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran;

 c. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata 
pelajaran.

2.    Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian


kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:

a)      potensi peserta didik;


b)      relevansi dengan karakteristik daerah,

c)      tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual


peserta didik;

d)     kebermanfaatan bagi peserta didik;

e)      struktur keilmuan;

f)       aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;

g)      relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan

h)      alokasi waktu.

3.   Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang


melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta
didik dengan guru, lingkungan,  dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian kompetensi dasar.  Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud
melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada
peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut.

a.       Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para


pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara
profesional.

b.      Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan


oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.

c.       Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep


materi pembelajaran.

d.      Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua


unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu
kegiatan siswa dan materi.

4.    Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.

Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran,


satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional
yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk
menyusun alat penilaian.

5.    Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan


indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya
berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan


menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penilaian.

a.          Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.

b.         Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa


dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk
menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.

c.          Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.


Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis
untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta
untuk mengetahui kesulitan siswa.

d.         Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut


berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta
didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program
pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e.          Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan
pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada
proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil
melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.

6.  Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.  Alokasi waktu yang
dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai
kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

7.  Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta
lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi


dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi pembelajaran.

B.4. CONTOH SILABUS

Anda mungkin juga menyukai