Anda di halaman 1dari 31

Modul ini membahas tentang Konsep Dasar dan Tujuan Pendidikan.

Pendidikan
adalah proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahkan perjalanan sejarah
manusia tak dapat dipisahkan dengan proses pendidikan. Pendidikan adalah proses sosial
yang terus menerus terjadi dalam kehidupan manusia. Proses pendidikan biasanya cenderung
untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan pendidikan terus menarik untuk dikaji dan dianalisis,
karena perubahan sosial, budaya, ekonomi, politik cenderung mempengaruhi proses
pencapaian tujuan pendidikan.Untuk memudahkan Kalian dalam mempelajari materi tentang
Konsep Dasar dan Tujuan Pendidikan dalam mata kuliah ini, maka Kegiatan Belajar 2 ini
disusun dalam beberapa sub materi, yaitu:
1) Mazhab filsafat pendidikan dan tujuan pendidikan
2) Konsep dasar sistem pendidikan nasional
3) Fungsi dan tujuan pendidikan
4) Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara
5) Pendidikan abad ke-21
Pada akhir kegiatan belajar disediakan Tes Formatif (dalam bentuk pilihan ganda dan
essay), yang harus Kalian kerjakan. Pelajari Kegiatan Belajar 2 ini secara bertahap, sehingga
seluruh kegiatan belajar dapat Kalian kuasai dengan tuntas. Apabila Kalian masih belum
paham, pelajari kembali materi yang ada dengan lebih cermat, atau diskusikan dengan teman
dan Dosen.

Selamat belajar, semoga sukses!

1
Mahasiswa memiliki kemampuan dalam memahami konsep dan tujuan pendidikan serta
mengenal tokoh-tokoh pendidikan yang berperan dalam membangun fondasi pendidikan di
Indonesia.

Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 2 (KB-2) ini, mahasiswa diharapkan dapat:


1) Mengenal mazhab filsafat pendidikan dan tujuan pendidikan
2) Menjelaskan konsep dasar sistem pendidikan nasional
3) Memahami fungsi dan tujuan pendidikan
4) Mengenal konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara
5) Menjelaskan tujuan pendidikan abad ke-21

I. MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN


Filsafat pendidikan terus berkembang dalam kehidupan sejarah manusia. Secara
umum ada beberapa aliran yang mendasari konsep-konsep pendidikan dan tujuan
pendidikan. Beberapa mazhab dalam filsafat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Mazhab dan Tujuan Pendidikan


Mazhab Tujuan Pendidikan
Pandangan Mazhab naturalisme mempunyai konsep bahwa tujuan pendidikan
naturalisme adalah secara radikal ialah pertumbuhan manusia secara alami di tengah
mazhab filsafat tua masyarakat yang hidup serasi dengan lingkungan alam dan juga
dalam sejarah lingkungan sosial. Secara moderat tujuan pendidikan ialah kesehatan
pemikiran di Eropa. jasmani dan rohani dalam arti kesejahteraan batin yang didukung oleh
Aliran ini dirintis jasmani yang sehat, segar dan bugar.
oleh Thales dan Untuk itu siswa mengalami proses pematangan sesuai dengan hukum-
kawan-kawan hukum pertumbuhan dan perkembangan. Proses dan hukum-hukum ini
penduduk Alitos di dapat diteliti secara ilmiah untuk dipergunakan dalam membina
Asia. pendidikan dan praktek.

2
Siswa diajarkan proses menggumpulkan data dan bukti-bukti untuk
memecahkan masalah, dan menerima unsur kebenaran hanya atas
dasar – dasar tersebut sesuai dengan penelitian yang bersifat terbuka.
Pandangan idealisme Aliran idealisme berkeyakinan secara rasional bahwa alam semesta
diturunkan dari dihasilkan dari karya suatu instansi kecerdasan (intelligence) dan
filsafat rasionalisme bersifat selaras dengan hakekat manusia. Instansi tersebut sering
berawal dari zaman diidentifikasi sebagai “ide-ide, roh, intelegensi dan alam semesta”
Yunani klasik dan karena itu tujuan pendidikan haruslah perkembangan wujud
berlanjut ke Eropa di kepribadian yang mencapai kehidupan sebaik-baiknya melalui
abad pertengahan. pengguasaan disiplin yang patut diteladani dalam upaya mewujudkan
potensi-potensi dirinya yang luhur (paradigmatic self) dan tidak
sekedar realisasi sesuai semua potensinya.
Para filosof Yunani sebelum dan sesudah Aristoteles cenderung
sepakat dan berkeyakinan bahwa “kebenaran dan pengetahuan tidak
semata-mata tergantung pada penginderaan umum melalui pancaindra
namun diperoleh dari pengalaman melalui berfikir.
Pandangan realisme Dalam bidang pendidikan aliran realisme terfokus pada tujuan
sebagai aliran modern pendidikan untuk membina kemampuan manusia melakukan interaksi
di Eropa (khususnya yang konstruktif dalam hubungan manusia dan masyarakat dan
di Inggris sesudah melakukan penyesuaian diri dengan tanpa mengeksploitasi alam.
tahun 1600 M) Pendidikan harus dilakukan dengan cara membantu siswa dan anak
merupakan reaksi untuk memahami hukum-hukum alam dan kehidupan apa adanya
filsafat idealisme dan karena hukum-hukum itu menekan manusia sebagai hukum alam.
rasionalisme yang Tugas utama siswa adalah mencapai pengguasaan atas pengetahuan-
meluas sejak zaman pengetahuan yang menjadi milik orang dewasa karena pengetahuan itu
Yunani klasik. bersifat eksternal baginya sebagai bagian dari realitas sosial.
Implikasinya yaitu bahwa siswa dengan jiwa yang rentan dan peka,
dapat diajar tentang pendekatan pemecahan masalah yang akan
membantunya mempelajari tentang kenyataan objektif. Adapun tugas
utama pendidikan membantu siswa dan anak untuk membina
hubungan yang efektif dengan kejadian (persitiwa-peristiwa) di
sekitarnya agar terhindar dari ide khalayan yang sia-sia.
Pandangan Menurut paradigmatisme manusia mampu mencapai bentuk ide
paradigmatisme yang (pikiran) yang jelas dan efektif khususnya apabila akibat-akibat dari
besar pengaruhnya di penggunaan suatu ide itu langsung dialami ketika terdapat kesempatan
USA pada untuk mencobakan baik tidaknya ide itu dalam praktek kehidupan.
pertengahan abad ke-
20 sampai menyaingi
idealisme dan
realisme.
Pandangan Aliran esksistensialisme lebih berpengaruh sebagai sistem filsafat
eksistensialisme daripada penerapannya kendalam filsafat pendidikan. Inti aliran ini
menomersatukan hak ialah filsafat hidup yang lebih menghormati hak hidup manusia
kebebasan individu sebagai individu daripada kebaikan dan nilainya dirusak dan dijajah
manjadi diri sendiri orang lain dalam pergaulan hidup. Atas dasar asas individualisme,
yang bersifat terbuka menurut aliran ini tidak ada unsur hakiki di alam semesta yang bersifat
terhadap segala universal. Adapun hakekat kenyataan tergantung pada persepsi
kemungkinan yang individu yang bersangkutan. Setiap orang adalah individu sendiri-
selalu baru. sendiri yang tak akan mampu berkomunikasi murni dengan individu
yang lain.

Sumber: Rasyidin (2007: 20-28)

3
Dengan mengenal beberapa mazhab di atas, maka dapat digunakan untuk
memahami bagaimana dinamika dari konsep dan tujuan pendidikan yang dibangun
dan diaplikasikan dalam pembangunan pendidikan suatu bangsa.

DISKUSI KELOMPOK
“Problem Solving”

1. Jelaskan perbedaan dan persamaan dari konsep dan tujuan pendidikan yang
dikemukakan oleh setiap mazhab!
2. Jelaskan tujuan pendidikan yang ideal bagi pembangunan kualitas pendidikan!

II. KONSEP DASAR SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Setiap negara mempunyai sistem pendidikan yang berbeda sesuai dengan tujuan-
tujuan yang dirancang oleh negara yang bersangkutan. Bagi Indonesia untuk membangun
proses pembangunan pendidikan didasarkan pada sistem pendidikan nasional yang dalam
perjalanannya tidak bersifat stagnan tetapi juga mengalami dinamika sosialnya. Untuk
memahami konsep pendidikan yang terjadi saat ini perlu untuk mencermati Sistem
Pendidikan Nasional yang tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 yang saat ini
masih menjadi acuan dalam pembangunan pendidikan di Indonesia. Secara umum
undang-undang tersebut menjelaskan beberapa pokok pikiran antara lain:
1) Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang;
2) Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
3) Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan
dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan
tercapainya tujuan pendidikan nasional;
4) Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan
kekhususan tujuannya;
5) Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang
ditempatkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik serta keluasan dan
kedalaman bahan pengajaran;

4
6) Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya
melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu;
7) Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam
penyelenggaraan pendidikan;
8) Tenaga pendidikan adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar
dan/atau melatih peserta didik;
9) Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar-mengajar;
10) Sumber daya pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan
yang terwujud sebagai tenaga, dana, sarana, dan prasarana yang tersedia atau
diadakan dan didayagunakan oleh keluarga, masyarakat, peserta didik dan
Pemerintah, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama;
11) Warga negara adalah warga negara Republik Indonesia;
12) Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab atas bidang pendidikan nasional.
Di samping itu, pendidikan nasional dibangun berdasarkan Pancasila dan Undang-
udangan Dasar 1945. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
serta meningkatkan tujuan nasional. Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Di sisi
lain, Undang-undang tersebut juga mengatur hak warga negara untuk memperoleh
pendidikan. Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan
yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan
tamatan pendidikan dasar. Demikian halnya, warga negara yang memiliki kelainan fisik
dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa. Warga negara yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.
Untuk memahami isi dari Undang-undang tersebut akan dipaparkan beberapa
konsep pokok dari materi yang termuat dalam pasal-pasal UU Nomor 20 Tahun 2003.
Secara umum Undang-undang tersebut pada pasal 1 menjelaskan bahwa Satuan
pendidikan menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan di sekolah
atau di luar sekolah. Satuan pendidikan yang disebut sekolah merupakan bagian dari

5
pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan. Satuan pendidikan luar sekolah
meliputi keluarga, kelompok belajar, kursus, dan satuan pendidikan sejenis. Adapun
Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2 (dua) jalur yaitu jalur pendidikan
sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan
pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar-mengajar secara
berjenjang dan berkesinambungan. Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan
yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar-mengajar yang tidak harus
berjenjang dan berkesinambungan.

Sumber: www.kemdikbud.go.id
Gambar 1.
Kelompok Belajar Paket C merupakan contoh Pendidikan Luar Sekolah

Undang-undang pada pasal 2 mengatur pendidikan keluarga merupakan bagian


dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang
memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan. Pelaksanaan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang tidak menyangkut ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa, jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri
atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan
kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional.
Pendidikan umum merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan
dan peningkatan keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada
tingkat- tingkat akhir masa pendidikan. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang

6
mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan luar
biasa merupakan pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik yang
menyandang kelainan fisik dan/atau mental. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan
yang berusaha meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan untuk
pegawai atau calon pegawai suatu Departemen Pemerintah atau Lembaga Pemerintah
Non Departemen. Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan
khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan. Pendidikan akademik merupakan
pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan. Pendidikan
profesional merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan
keahlian tertentu. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai
dengan ayat (8) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Sumber: Dokumen Pribadi


Gambar 2.
Contoh Kegiatan Pembelajaran di Jenjang Pendidikan Usia Dini dan
Jenjang Pendidikan Menengah

Jenjang pendidikan diatur oleh Undang-undang yang pada intinya menjelaskan


bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Selain jenjang pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diselenggarakan pendidikan prasekolah.
Syarat-syarat dan tata cara pendirian serta bentuk satuan, lama pendidikan, dan
penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah. Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap
dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan

7
untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi
persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Syarat-syarat dan tata cara pendirian,
bentuk satuan, lama pendidikan dasar, dan penyelenggaraan pendidikan dasar ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah. Secara khusus dijelaskan juga bahwa Warga negara yang
berumur 6 (enam) tahun berhak mengikuti pendidikan dasar. Warga negara yang berumur
7 (tujuh) tahun berkewajiban mengikuti pendidikan dasar atau pendidikan yang setara
sampai tamat. Pelaksanaan wajib belajar ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan
pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam
dunia kerja atau pendidikan tinggi. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan umum,
pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, dan pendidikan
keagamaan. Demikian, lulusan pendidikan menengah yang memenuhi persyaratan berhak
melanjutkan pendidikan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pelaksanaan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutkan pendidikan menengah yang
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyakarat yang
memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian.
Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi
yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.
Akademi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam
satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, atau kesenian tertentu.
Politeknik merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan
dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.
Sekolah tinggi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
akademik dan/atau profesional dalam satu disiplin ilmu tertentu. Institut merupakan
perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan
akademik dan/atau profesional dalam sekelompok disiplin ilmu yang sejenis. Universitas
merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan
pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu tertentu. Syarat-
syarat dan tata cara pendirian, struktur perguruan tinggi dan penyelenggaraan pendidikan
tinggi ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.Pendidikan tinggi terdiri atas pendidikan

8
akademik dan pendidikan profesional. Sekolah tinggi, institut, dan universitas
menyelenggarakan pendidikan akademik dan/ atau profesional. Akademi dan politeknik
menyelenggarakan pendidikan profesional.
Pada perguruan tinggi ada gelar sarjana, magister, doktor, dan sebutan profesional.
Gelar sarjana hanya diberikan oleh sekolah tinggi, institut, dan universitas. Gelar magister
dan doktor diberikan oleh sekolah tinggi, institut, dan universitas yang memenuhi
persyaratan. Sebutan profesional dapat diberikan oleh perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan profesional. Institut dan universitas yang memenuhi
persyaratan berhak untuk memberikan gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa)
kepada tokoh-tokoh yang dianggap perlu memperoleh penghargaan amat tinggi
berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
kemasyarakatan ataupun kebudayaan. Jenis gelar dan sebutan, syarat-syarat dan tata cara
pemberian, perlindungan dan penggunaannya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

TUGAS INDIVIDUAL
“Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis”

1. Apakah masyarakat di sekitar tempat tinggal Kalian banyak yang menempuh


pendidikan sampai dengan jenjang pendidikan tinggi? Berilah penjelasan atas
jawaban Kalian!
2. Menurut Kalian, apa saja tantangan yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia
saat ini?

Gelar dan/atau sebutan lulusan perguruan tinggi hanya dibenarkan digunakan oleh
lulusan perguruan tinggi yang dinyatakan berhak memiliki gelar dan/atau sebutan yang
bersangkutan. Penggunaan gelar dan/atau sebutan lulusan perguruan tinggi hanya
dibenarkan dalam bentuk yang diterima dari perguruan tinggi yang bersangkutan atau
dalam bentuk singkatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penggunaan gelar akademik dan/atau sebutan profesional yang diperoleh dari perguruan
tinggi di luar negeri harus digunakan dalam bentuk asli sebagaimana diperoleh dari
perguruan tinggi yang bersangkutan, secara lengkap ataupun dalam bentuk singkatan.
Pada universitas, institut, dan sekolah tinggi dapat diangkat guru besar atau
profesor. Pengangkatan guru besar atau profesor sebagai jabatan akademik didasarkan
atas kemampuan dan prestasi akademik atau keilmuan tertentu. Syarat-syarat dan tata cara

9
pengangkatan termasuk penggunaan sebutan guru besar atau profesor ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah. Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu
pengetahuan pada perguruan tinggi berlaku kebebasan akademik dan kebebasan mimbar
akademik serta otonomi keilmuan. Perguruan tinggi memiliki otonomi dalam pengelolaan
lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi dan penelitian ilmiah.
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
Pendidikan nasional bersifat terbuka dan memberikan keleluasaan gerak kepada
peserta didik. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh
Menteri. Setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan mempunyai hak-hak berikut :
mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; mengikuti program
pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk
mengembangkan kemampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat
pendidikan tertentu yang telah dibakukan; mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa,
atau bantuan lain sesuai dengan persyaratan yang berlaku; pindah ke satuan pendidikan
yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi sesuai dengan persyaratan penerimaan
peserta didik pada satuan pendidikan yang hendak dimasuki; memperoleh penilaian hasil
belajarnya; menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan;
mendapat pelayanan khusus bagi yang menyandang cacat.
Setiap peserta didik berkewajiban untuk ikut menanggung biaya penyelenggaraan
pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai
dengan peraturan yang berlaku; mematuhi semua peraturan yang berlaku; menghormati
tenaga kependidikan; ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban,
dan keamanan satuan pendidikan yang bersangkutan. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Menteri. Peserta didik berkesempatan untuk
mengembangkan kemampuan dirinya dengan belajar pada setiap saat dalam perjalanan
hidupnya sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing- masing.
Undang-undang mengatur tenaga kependidikan secara detail. Tenaga
kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti,
mengembangkan, mengelola, dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang
pendidikan. Tenaga kependidikan, meliputi tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan,
penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran,
dan teknisi sumber belajar. Tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang khusus
diangkat dengan tugas utama mengajar yang pada jenjang pendidikan dasar dan

10
menengah disebut guru dan pada jenjang pendidikan tinggi disebut dosen. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa penyelenggaraan kegiatan pendidikan pada suatu jenis dan jenjang
pendidikan hanya dapat dilakukan oleh tenaga pendidik yang mempunyai wewenang
mengajar. Untuk dapat diangkat sebagai tenaga pengajar, tenaga pendidik yang
bersangkutan harus beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berwawasan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta memiliki kualifikasi sebagai tenaga
pengajar. Pengadaan guru pada jenjang pendidikan dasar dan menengah pada dasarnya
diselenggarakan melalui lembaga pendidikan tenaga keguruan.
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Untuk kepentingan pembangunan nasional,
Pemerintah dapat mewajibkan warga negara Republik Indonesia atau meminta warga
negara asing yang memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu menjadi tenaga
pendidik. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah. Lebih lanjut djelaskan bahwa Setiap tenaga kependidikan yang
bekerja pada satuan pendidikan tertentu mempunyai hak-hak berikut:
1. memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial
a) tenaga kependidikan yang memiliki kedudukan sebagai pegawai negeri
memperoleh gaji dan tunjangan sesuai dengan peraturan umum yang berlaku bagi
pegawai negeri;
b) pemerintah dapat memberi tunjangan tambahan bagi tenaga kependidikan ataupun
golongan tenaga kependidikan tertentu;
c) tenaga kependidikan yang bekerja pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat memperoleh gaji dan tunjangan dari badan/perorangan yang
bertanggung jawab atas satuan pendidikan yang bersangkutan;
2. memperoleh pembinaan karir berdasarkan prestasi kerja
3. memperoleh perlindungan hukum dalam melakukan tugasnya
4. memperoleh penghargaan seuai dengan darma baktinya
5. menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan yang lain dalam
melaksanakan tugasnya
Secara lebih khusus dijelaskan bahwa setiap tenaga kependidikan berkewajiban
untuk: membina loyalitas pribadi dan peserta didik terhadap ideologi negara Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945; menjunjung tinggi kebudayaan bangsa; melaksanakan
tugas dengan penuh tanggung jawab dan pengabdian; meningkatkan kemampuan
profesional sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

11
pembangunan bangsa; menjaga nama baik sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
masyarakat, bangsa, dan negara.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 juga mengatur bahwa kedudukan dan
penghargaan bagi tenaga kependidikan diberikan berdasarkan kemampuan dan
prestasinya. Pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah diatur oleh Pemerintah. Pembinaan dan
pengembangan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat diatur oleh penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan. Pelaksanaan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Adapun sumber daya pendidikan diatur undang-undang yakni dengan pengadaan dan
pendayagunaan sumber daya pendidikan dilakukan oleh Pemerintah, masyarakat,
dan/atau keluarga peserta didik. Demikian halnya, dengan Buku pelajaran yang
digunakan dalam pendidikan jalur pendidikan sekolah disusun berdasarkan pedoman
yang ditetapkan oleh Pemerintah. Buku pelajaran dapat diterbitkan oleh Pemerintah
ataupun swasta. Setiap satuan pendidikan jalur pendidikan sekolah baik yang
diselenggarakan oleh Pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber belajar.
Demikian halnya, dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 secara khusus pada pasal 36
juga mengatur biaya penyelenggaraan kegiatan pendidikan di satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah menjadi tanggung jawab Pemerintah. Biaya
penyelenggaraan kegiatan pendidikan di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat menjadi tanggung jawab badan/perorangan yang menyelenggarakan satuan
pendidikan. Pemerintah dapat memberi bantuan kepada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Meskipun tidak diatur secara detail pada pasal 37, UU Nomor 20 Tahun 2003
undang-undang juga mengatur aspek kurikulum yang disusun untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan
kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-
masing satuan pendidikan. Selanjutnya, pada pasal 38, dijelaskan bahwa pelaksanaan
kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku
secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan
lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan. Kurikulum yang berlaku
secara nasional ditetapkan oleh Menteri atau Menteri lain atau Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non Departemen berdasarkan pelimpahan wewenang dari Menteri. Adapun

12
pasal 39, dijelaskan tentang isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran
untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam
rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan
jenjang pendidikan wajib memuat: pendidikan Pancasila; pendidikan agama; pendidikan
kewarganegaraan. Isi kurikulum pendidikan dasar memuat sekurang-kurangnya bahan
kajian dan pelajaran tentang: pendidikan Pancasila; pendidikan agama; pendidikan
kewarganegaraan; bahasa Indonesia; membaca dan menulis; matematika (termasuk
berhitung); pengantar sains dan teknologi; ilmu bumi; sejarah nasional dan sejarah umum;
kerajinan tangan dan kesenian; pendidikan jasmani dan kesehatan; menggambar; serta
bahasa Inggris. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
diatur oleh Menteri.
Lebih lanjut, dalam undang-undang juga mengatur bahwa penyelenggaraan
pendidikan wajib memegang beberapa prinsip, yakni pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa dengan satu kesatuan
yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. Selain itu dalam penyelenggaraan
juga harus dalam suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
melalui pengembangan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga
masyarakat memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Paparan di atas menggambarkan bahwa sistem pendidikan nasional secara umum
sudah menjabarkan prinsip-prinsip pokok yang melandasi proses pembangunan
pendidikan bangsa secara utuh dan komprehensif. Persoalan yang masih perlu untuk
didiskusikan adalah bagaimana merealisasikan semua tujuan pendidikan? Bagaimana ciri
pendidikan yang baik? Siapa yang harus memperoleh pendidikan dan dididik oleh siapa?
Problem apa sajakah yang dialami dalam proses pendidikan, bagaimana solusinya. Untuk
menjawab beberapa pertanyaan tersebut, maka mahasiswa perlu untuk memahami
beberapa konsep dasar tentang filsafat pendidikan. Di samping itu, perlu disadari bahwa
pendidikan bukan hanya sebuah kewajiban, lebih dari itu pendidikan merupakan sebuah
kebutuhan manusia yang memiliki pilihan untuk lebih berkembang dengan adanya
pendidikan. Demikian halnya, tujuan pendidikan itu sendiri beragam, tergantung pribadi
tiap individu memandang pendidikan itu sendiri, ada yang memandang pendidikan yang

13
baik dapat memperbaiki status kerjanya, sehingga mendapatkan pekerjaan yang nyaman,
ada pula yang memandang pendidikan adalah sebuah alat transportasi untuk
membawanya menuju jenjang itu semua.
Pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab lembaga formal, tetapi menjadi
tanggung jawab masyarakat yang dapat dilaksanakan secara informal dan non-formal.
Pendidikan adalah semua usaha atau upaya yang sudah direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik kelompok, individu, maupun masyarakat sehingga mereka
akan melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan
upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, serta pemerintah, dengan melalui
pengajaran atau latihan, kegiatan bimbingan, yang berlangsung di dalam sekolah dan di
luar sekolah sepanjang hidupnya, yang bertujuan untuk mempersiapkan anak didik
supaya mampu memainkan peranan pada berbagai kondisi lingkungan hidup dengan tepat
di waktu yang akan datang. Selain itu, pendidikan juga merupakan upaya untuk
menumbuhkan dan mengembangkan segala potensi-potensi yang di bawa sejak lahir baik
potensi jasmani ataupun rohani, sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat dan
kebudayaan. Dari definsi pendidikan tersebut dapat dipahami bahwa konsep dasar
pendidikan di Indonesia bertujuan untuk membentuk sikap yang baik, sesuai nilai yang
berlaku. Selain itu, juga untuk menumbuhkan potensi-potensi yang dimiliki untuk
dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan bakat dan minat anak.

III. FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN


Pendidikan yang dirancang pasti memiliki fungsi bagi kehidupan manusia. Secara
umum fungsi pendidikan adalah mengubah kehidupan manusia ke arah yang lebih baik
dan bermakna. Fungsi utama sebuah pendidikan adalah mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak, kepribadian serta peradapan yang bermartabat dalam hidup dan
kehidupan atau dengan kata lain pendidikan berfungsi memanusiakan manusia agar
menjadi manusia yang benar sesuai dengan norma yang dijadikan landasannya. Di
samping fungsi utama, setiap proses pendidikan memiliki fungsi umum dan fungsi
khusus. Dari berbagai literatur, secara umum dapat disimpulkan bahwa fungsi umum
pendidikan antara lain adalah: a) Pendidikan memiliki peran penting dalam melestarikan
nilai-nilai pokok yang dibutuhkan untuk menjaga dan melestarikan kehidupan
masyarakat; b) Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kehidupan masyarakat
lebih berkualitas dan berilmu; c) Pendidikan berperan untuk mengembangkan potensi

14
generasi muda penerus bangsa yang berkarakter; d) Pendidikan berperan untuk
mengajarkan kebudayaan dan menghasilkan pribadi yang berkepribadian; e) Pendidikan
berfungsi untuk menjamin integrasi dan keamanan bangsa; f) Pendidikan berfungsi untuk
mengembangkan kreativitas dan inovasi sosial. Berdasarkan paparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa fungsi pendidikan yaitu mengubah pola pikir manusia agar
kehidupannya lebih berkembang dan bermakna bagi kehidupan masyarakat serta mampu
menghasilkan karya yang inovatif.
Tujuan pendidikan penting untuk dicermati dan dievaluasi. Langkah ini penting
dipertimbangkan, karena tujuan pendidikan adalah target dari proses pembangunan
pendidikan. Oleh karena itu, tujuan merupakan sebuah faktor yang sangat penting dalam
setiap kegiatan pendidikan. Sebagaimana diatur dalam UU No. 2 tahun 1985, tujuan
pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang
seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani,
berkepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Hal ini mendukung paparan tentang tujuan
pendidikan di MPRS No. 2 Tahun 1960 yang berbunyi tujuan pendidikan ialah
membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945.
Salah satu tujuan pendidikan adalah tercapainya kedewasaan jasmani dan rohani
anak didik. Kedewasaan jasmani adalah jika pertumbuhan jasmani sudah mencapai batas
pertumbuhan maksimal, maka pertumbuhan jasmani tidak akan berlangsung lagi.
Kedewasaan rohani yang dimaksud yaitu peserta didik sudah mampu menolong dirinya
sendiri, mampu berdiri sendiri, dan mampu bertanggung jawab atas semua perbuatannya.
Adapun tujuan khusus yaitu tujuan tertentu yang hendak dicapai berdasar usia, jenis
kelamin, sifat, bakat, intelegensi, lingkungan sosial budaya, tahap – tahap perkembangan,
tuntunan syarat pekerjaan. Di samping tujuan umum dan tujuan khusus, Langeveled juga
membedakan tujuan pendidikan bersifat tidak lengkap karena hanya menyangkut
sebagian aspek manusia saja, seperti halnya aspek kepribadian.
Tujuan pendidikan dapat bersifat sementara jika untuk mencapai tujuan tersebut
harus bertahap dan berproses karena tidak dapat dicapai secara sekaligus. Tingkatan
demi tingkatan inilah yang disebut dengan tujuan sementara. Tujuan pendidikan yang
perlu dipahami oleh pendidikan adalah tujuan intermedier yaitu tujuan perantara bagi
tujuan lainnya yang pokok. Misalnya, anak dibiasakan menyapu halaman, maksudnya

15
supaya kelak ia memiliki rasa tanggung jawab, sedangkan tujuan insidental adalah
tujuan yang dicapai pada saat – saat tertentu, yang sifatnya seketika dan spontan.
Misalnya, orang tua menegur anaknya agar berbicara sopan. Sedangkan Bloom (dalam
Anderson & Krathwohl, 2010) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga
yaitu: a) Domain Kognitif, meliputi kemampuan – kemampuan yang diharapkan dapat
tercapai setelah dilakukannya proses belajar mengajar; b) Domain Afektif, yaitu berupa
kemampuan untuk menerima, menjawab, membentuk dan mengarakterisasi; c) Domain
Psikomotor, yaitu terdiri dari kemampuan persepsi, kesiapan dan respon terpimpin.
Berdasarkan deskripsi tentang tujuan pendidikan maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan adalah proses yang kompleks dan komprehensif yang dialami oleh individu
untuk menjadikan potensi dirinya dapat berkembang secara optimal. Tujuan pendidikan
adalah proses dinamis yang harus dilalui oleh individu untuk mendapatkan beberapa
pengetahuan dan ketrampilan hidup untuk dapat berperan sebagaimana yang seharusnya.
Untuk memahami proses yang lebih detail tentang tujuan pendidikan dalam
kehidupan bangsa Indonesia, maka akan dikenalkan salah satu pemikir pendidikan di
Indonesia yakni Ki Hadjar Dewantara yang telah mengembangkan konsep pendidikan
humanis dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan.

TUGAS INDIVIDUAL
“Berpikir Kritis dan Kreatif”

1. Cermatilah deskripsi dari Sistem Pendidikan Nasional, kemudian lakukan


analisis masalah pendidikan yang dihadapi dalam pembangunan pendidikan
di Indonesia!
2. Kemukakan solusi yang kreatif dan proaktif dengan memilih salah satu
masalah yang sudah Anda identifikasikan!

IV. KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

Sekolah seharusnya dibangun dalam landasan pendidikan humanis sesuai dengan


prinsip-prinsip pendidikan yang humanis. Pemikiran yang dikembangkan oleh Ki Hadjar
Dewantara memberikan dasar yang kuat untuk membangun pendidikan yang humanis.
Namun demikian, dalam realitas sosialnya pemahaman dan praktik ajaran Ki Hadjar

16
Dewantara cenderung tidak menjadi dasar bagi fondasi pendidikan di sekolah. Oleh
kerena menggali pendidikan humanis di sekolah menjadi menarik, khususnya dalam
proses pembelajarannya.
Konsep pembelajaran Ki Hadjar Dewantara sangat relevan dalam membangun
fondasi pendidikan di Indonesia. Konsep pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara ialah
dasar-dasar pemikiran mengenai masalah pendidikan yang sudah terumuskan secara
sistematis. Menurut Ki Hajar Dewantara dalam memahami tujuan dari “Indische Partij”,
yaitu memajukan dan mengembangkan tanah air serta mempersiapkan bangsa Hindia
agar dapat berdiri sendiri, bebas dan merdeka. Menurut Ki Hadjar Dewantara, mendidik
dalam arti yang sesungguhnya adalah proses memanusiakan manusia (humanisasi), yakni
pengangkatan manusia ke taraf insani (Dewantara, 2013). Dalam mendidik, ada
pembelajaran yang merupakan komunikasi eksistensi manusiawi yang otentik kepada
manusia, untuk dimiliki, dilanjutkan dan disempurnakan. Jadi sesungguhnya pendidikan
adalah usaha bangsa ini membawa manusia Indonesia keluar dari kebodohan, dengan
membuka tabir aktual-transenden dari sifat alami manusia (humanis).
Lebih lanjut Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah
“penguasaan diri”. Penguasaan diri merupakan langkah yang harus dituju untuk
tercapainya pendidikan yang memanusiakan manusia. Ketika setiap peserta didik mampu
menguasai dirinya, mereka akan mampu juga menentukan sikapnya. Dengan demikian
akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa. Prinsip dalam konsep pendidikan yang
dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara perlu dikritisi, karena adanya dua sistem yang
saling mendukung dan mempengaruhi. Dalam konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara,
ada dua hal yang harus dibedakan yaitu sistem “Pengajaran” dan “Pendidikan” yang
harus bersinergis satu sama lain (Dewantara, 2013). Pengajaran bersifat memerdekakan
manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan). Pendidikan lebih
memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil
keputusan, martabat, mentalitas demokratik). Jika dicermati dari konsep pemikiran Ki
Hadjar Dewantara, maka metode yang relevan dalam membangun sistem pendidikan di
Indonesia adalah sistem among, yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang
berdasarkan pada asah, asih dan asuh (Dewantara, 2013). Adapun azas dan dasar
pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara dengan mendirikan Taman
Siswa Yogyakarta pada tanggal 9 Juli 1922 dimaksudkan untuk menggantikan sistem
pendidikan Belanda dapat dijadikan sebagi landasan pemikiran untuk merevitalisasi
fondasi sistem pendidikan di Indonesia.

17
Dasar pemikiran Taman Siswa memiliki substansi yang cukup kuat dalam
membangun konsep pendidikan humanis. Adapun tujuh azas pendidikan dikemukakan
oleh Ki Hadjar Dewantara (2013) tersebut adalah:

a. Pendidikan sebagai usaha kebudayaan, yang bermaksud memberi tuntunan bagi


pertumbuhan jiwa dan raga anak-anak, agar kelak mampu bertahan dari segala
pengaruh yang mengelilingi hidupnya, maju lahir serta batinnya, menuju ke arah
adab kemanusiaan.
b. “Kodrat hidup” manusia menunjukkan adanya kekuatan sebagai bekal hidupnya
perlu dipelihara sehingga dapat dicapai keselamatan dalam hidupnya lahir
maupun batin, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk masyarakatnya.
c. Adab kemanusiaan, mengandung arti keharusan serta kesanggupan manusia
untuk menuntut kecerdasan dan keluhuran budi pekerti bagi dirinya, serta
bersama-sama dengan masyarakatnya, yang berada dalam satu lingkungan alam
dan zaman, menimbulkan kebudayaan bersama yang mempunyai corak khusus
tapi tetap berdasar atas adab kemanusiaan sedunia. Selanjutnya terciptalah alam-
diri, alam-kebangsaan, alam-kemanusiaan yang saling berhubungan, karena
memiliki dasar yang sama.
d. Kebudayaan sebagai buah budi dan hasil perjuangan manusia terhadap kekuasaan
alam dan zaman, membuktikan kemampuan manusia untuk mengatasi segala
rintangan dalam hidup guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam hidup
bersama, yang bersifat tertib dan damai.
e. Kemerdekaan, merupakan syarat mutlak dalam setiap usaha pendidikan yang
berdasarkan keyakinan, bahwa manusia, karena kodratnya sendiri dan hanya
terbatas oleh pengaruh-pengaruh kodrat alam serta zaman dan masyarakatnya,
dapat memelihara dan memajukan, mempertinggi dan menyempurnakan
hidupnya sendiri. Setiap pelaksanaan hanya akan mempersulit dan menghambat
kemajuan hidup anak-anak.
f. Usaha kebudayaan, maka setiap pendidikan wajib memelihara dan meneruskan
corak warna dan garis kebidupan yang terdapat dalam setiap aliran kebatinan dan
kemasyarakatan untuk mencapai keluhuran dan kehalusan hidup dan penghidupan
menurut masing-masing aliran yang menuju ke arah adab kemanusiaan.
g. Pendidikan dan pengajaran rakyat sebagai usaha untuk mempertinggi dan
menyempurnakan hidup dan penghidupan rakyat, adalah menjadi kewajiban
negara dan harus dilakukan sebaik-baiknya oleh pemerintah dengan
memperhatikan kekhususan dan keistimewaan yang berhubungan dengan
kebatian, serta memberi kesempatan pada setiap warga negara untuk menuntut
kecerdasan budi, pengetahuan dan kepandaian yang setinggi-tingginya, sesuai
dengan kemampuannya.
Jika dicermati azas-azas pendidikan yang dirumuskan oleh Ki Hadjar Dewantara
sangat menekankan pada pemikiran yang holistik dan komprehensif dalam membangun
fondasi pendidikan. Pendidikan tidak terbatas pada proses belajar, akan tetapi pendidikan
harus mampu menggerakan semua dimensi nilai kemanusiaan agar manusia memiliki
bekal untuk hidup sejahtera, bahagia dan bermakna bagi kehidupan. Pendidikan adalah
proses untuk membentuk dan mengembangkan kecerdasan manusia yang memiliki nilai-

18
nilai karakter yang mampu untuk mempertahankan eksistensi dirinya dalam proses
perubahan sosial-budaya (Dwiningrum, 2014).
Dalam kehidupan masyarakat yang selalu berubah, konsep pendidikan Ki Hadjar
Dewantara masih sangat relevan untuk dianalisis dalam konteks pendidikan berbasis
humanis. Hal ini disebabkan oleh dasar pemikiran Ki Hadjar Dewanantara memiliki
prinsip azas yang bersifat universal bagi kehidupan sosial. Dalam hal ini azas-azas yang
dikembangkan dari konsepnya tentang “Dasar Tamansiswa 1947” atau “Dasar
Pancadarma Tamansiswa” ialah: a) Kodrat alam; b) Kemerdekaan; c) Kebudayaan; d)
Kebangsaan; dan e) Kemanusiaan; memberikan gambaran yang komprehensif dalam
memaknai pendidikan. Secara umum, dasar dan ciri khas pendidikan yang dikemukakan
Ki Hadjar Dewantara dapat dipaparkan sebagai berikut.

Tabel 2. Konsep Dasar Pancadarma


Dasar dan Ciri Deskripsi
Khas Pendidikan
Dasar Kodrat sebagai perwujudan kekuasaan Tuhan mengandung arti, bahwa
Alam pada hakekatnya manusia sebagai makhluk Tuhan, adalah satu
dengan alam semesta ini. Karena itu manusia tidak dapat lepas
dari kehendak hukum-hukum kodrat alam. Bahkan manusia akan
mengalami kebahagiaan, jika ia dapat menyatukan diri dengan
kodrat alam yang mengandung segala hukum kemajuan
Dasar mengandung arti, bahwa kemerdekaan sebagai karunia Tuhan
Kemerdekaan kepada semua makhluk (manusia) yang memberikan kepadanya
“hak untuk mengatur hidupnya sendiri” (zelfbeschikkingsrecht)
dengan selalu mengingat syarat-syarat tertib damainya hidup
bersama dalam masyarakat. Oleh karena itu, kemerdekaan diri
harus diartikan “swadisiplin” atas dasar nilai-nilai hidup yang
tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat. Kemerdekaan harus menjadi dasar untuk
mengembangkan pribadi yang kuat dan sadar dalam suasana
perimbangan dan keselarasan dengan masyarakat.
Dasar mengandung arti, keharusan memelihara nilai-nilai dan bentuk-
Kebudayaan bentuk kebudayaan nasional. Dalam memelihara kebudayaan
nasional itu, yang pertama dan terutama ialah membawa
kebudayaan nasional ke arah kemajuan yang sesuai dengan
kecerdasan zaman dan kemajuan dunia, guna kepentingan hidup
rakyat lahir-batin dalam tiap zaman dan keadaannya.
Dasar mengandung arti, adanya rasa satu bersama bangsa sendiri dalam
Kebangsaan suka dan duka, dan dalam kehendaknya mencapai kebahagiaan
hidup lahir-batin seluruh bangsa. Dasar kebangsaan tidak boleh
bertentangan dengan asas kemanusiaan bahkan harus menjadi
sifat bentuk dan laku kemanusiaan yang nyata, dan karenanya
tidak mengandung rasa permusuhan terhadap bangsa-bangsa lain.

19
Dasar mengandung arti, bahwa kemanusiaan itu ialah norma tiap-tiap
Kemanusiaan manusia yang timbul dari keluhuran akal budinya. Keluhuran
akalbudi menimbulkan rasa dan laku cinta-kasih terhadap sesama
manusia dan terhadap makhluk Tuhan seluruhnnya yang bersifat
keyakinan akan adanya hukum kemajuan yang meliputi alam
semesta. Karena itu rasa laku cinta-kasih itu harus tampak pula
sebagai kesimpulan untuk berjuang melawan segala sesuatu yang
merintangi kemajuan yang selaras dengan kehendak alam.
Sumber: Boentarsono (2017: 53-54)

Paparan di atas membuktikan bahwa konsep pendidikan yang dikembangkan oleh


Ki Hadjar Dewantara bersifat komprehensif dan bersifat futuristik. Bersifat komprehensif
karena menyangkut semua dasar pembentukan manusia dari semua level kehidupannya.
Demikian juga bersifat futuristik jika dianalisis dari dimensi ruang dan waktu, maka
dasar pemikiran oleh Ki Hadjar Dewantara dapat diterapkan dalam merespon kondisi
yang akan datang dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Artinya, substansi yang
ditawarkan oleh Ki Hadjar Dewantara masih relevan untuk diterapkan dalam dinamika
perubahan konsep pendidikan yang terus berkembang.
Kajian tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara terus dilakukan. Pemikiran Ki
Hadjar Dewantara bersifat dinamis, yakni sebagai salah satu konsep pendidikan yang
fundamental adalah “Azas Tamansiswa 1922” yang menjadi dasar berdirinya “Dasar
Pancadarma Tamansiswa”, sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hadjar Dewantara, “Bahwa
sebenarnya “Dasar-dasar 1947” itu sama sekali tidak menyalahi atau bertentangan
dengan “Asas 1922” (Dewantara, 2013). Pernyataan tersebut dimaksudkan agar dapat
dimengerti bahwa maksud piagam “Perjanjian Pendirian” tadi tidak sekali-kali
dibatalkan.” Asas Taman Siswa yang dirumuskan pada tanggal 3 Juli 1922 tersebut
disahkan dalam Kongres I Taman Siswa 6-13 Agustus 1930 sebagai “Piagam Perjanjian
Pendirian” yang menegaskan bahwa asas Taman Siswa tersebut harus tetap hidup
sebagai pokok yang tak boleh berubah, tak boleh disangkal dan tak boleh dikurangi oleh
suatu peraturan atau adat dalam kalangan Taman Siswa selama nama Taman Siswa
hidup terpakai. Piagam tersebut merupakan naskah penyerahan pengelolaan Taman
Siswa dari pendirinya Ki Hadjar Dewantara kepada Majelis Luhur sebagai pimpinan
Persatuan Taman Siswa pada tanggal 7 Agustus 1930 (Soeratman, 1985).
Prinsip pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara adalah Tri
Pusat Pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara (2013), yang maknanya bahwa dalam
hidupnya anak-anak terdapat tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang
sangat penting baginya, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan

20
pemuda. Pendidikan akan menjadi sempurna apabila usaha pendidikan itu tidak hanya
dibebankan pada sikap dan tenaganya si pendidik, tetapi harus juga beserta suasana
(atmosfer) yang sesuai dengan maksudnya pendidikan. Oleh karena itu, ketiga pusat
pendidikan tersebut wajib dimasukkan ke dalam sistem pendidikan (Dwiningrum, 2014).
Tiap-tiap pusat pendidikan harus memahami kewajibannya sendiri-sendiri dan
mengakui haknya, yaitu alam keluarga untuk mendidik budi pekerti dan laku sosial, alam
perguruan sebagai balai wiyata untuk usaha mencari dan memberikan ilmu pengetahuan
di samping pendidikan intelek, alam pergerakan pemuda sebagai daerah merdekanya
kaum muda untuk melakukan penguasa diri yang sangat perlu untuk pembentukan watak.
a. Alam keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting, maka
dari itu, hidup keluarga selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti dari tiap-
tiap manusia. Berhubung dengan adanya naluri yang asli (oer-instinct) yang
mengenai kekalnya turunan, maka setiap manusia selalu berusaha mendidik anak-
anaknya dengan sebaik mungkin, baik dalam hal rohani maupun jasmani.
Setiap manusia mempunyai dasar kecakapan dan keinginan untuk mendidik
anak-anaknya, sehingga tiap-tiap keluarga itu bersifat pusat-pendidikan yang
sederhana. Pendidikan budi pekerti dan laku sosial juga terdapat dalam kehidupan
keluarga dalam sifat yang kuat dan murni. Apabila sistem pendidikan dapat
memasukkan alam keluarga itu ke dalam ruangannya, maka orangtua tersebut akan
terbawa oleh segala keadaannya, bisa berdiri sebagai guru (pemimpin laku adab),
sebagai pengajar (pemimpin kecerdasan pikiran serta pemberi ilmu pengetahuan).

b. Alam perguruan merupakan pusat pendidikan yang sangat istimewa yang


berkewajiban untuk mengusahakan kecerdasan pikiran (perkembangan intelektual)
serta pemberian ilmu pengetahuan. Sistem sekolahan selama ini masih ditujukan
kepada pencarian dan pemberian ilmu serta kecerdasan pikiran, akan selalu bersifat
zakelijk atau tak berjiwa. Apabila balai-wiyata itu terpisah dengan hidup keluarga,
maka usaha pendidikan budi pekerti dan kemasyarakatan di ruang keluarga itu akan
selalu sia-sia, pengaruh sekolahan sangat kuat untuk mengasah intelektual hingga
menimbulkan intelektualisme.

c. Alam pemuda merupakan tempat pendidikan ketiga bagi anak-anak. Masyarakat


sebagai tempat anak muda untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai hasil dari proses
pendidikan yang telah dilakukan oleh keluarga dan sekolah. Di dalam masyarakat,
para pemuda akan belajar tentang kemasyarakatan, hidup dan kehidupan yang nyata.

21
Menurut Ki Hadjar Dewantara, alam pemuda ini untuk melatih pendidikan
kemandirian, dengan memberikan kemerdekaan yang bertanggungjawab. Dengan
demikian, melalui alam pemuda ini akan banyak membantu proses pendidikan, baik
untuk kecerdasan jiwa, budi pekerti serta sikap laku sosial (kegiatan sosial) anak
untuk membentuk budi kesosialan.

Perguruan Tamansiswa memiliki tujuan untuk mewujudkan cita-cita


kemanusiaan, pekerti luhur bangsa dan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Boentarsono, 2017). Lebih
lanjut, Tilaar (2014) menjelaskan bahwa dasar Perguruan Tamansiswa adalah masyarakat
Indonesia yang sangat terikat pada budayanya, sehingga dapat diilustrasikan dalam suatu
„Tamansiswa Education House‟ berikut ini.

PANCASILA Pancadarma
Ideology of Indonesian People 1 Law of Nature
(Five Principles of Pancasila) 2 Independence
3 Culture
4 Nationality
1 2 3 4 5
5 Humanity
PANCADARMA
(Principles of Tamansiswa)

DIVERSE INDONESIAN
CULTURE

Gambar 3. Tamansiswa Education House


(Sumber: Tilaar, 2014: 96)

Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya sikap seorang pendidik dalam


mengembangkan relasi sosial dalam proses pembelajaran, yakni ke arah terlaksananya
hubungan yang baik atau terjadi integrasi antara ketiga pusat pendidikan tersebut, serta
didukung dengan metode among, yang berdasarkan pada landasan nilai-nilai moral,
etika dan kultural serta Tutwuri Handayani, dengan mempergunakan pengaruh
pendidikan sebanyak-banyaknya pada tiap-tiap pusat pendidikan. Ki Hadjar Dewantara

22
mengajarkan beberapa konsep pokok yang dibutuhkan untuk membangun proses
pembangunan pendidikan bangsa Indonesia, antara lain:
1. Teori Trikon
Ajaran penting yang dikembangkan Ki Hadjar Dewantara adalah Teori
Trikon. Teori Trikon adalah teori yang digunakan untuk usaha pembinaan
kebudayaan nasional yang mengandung tiga unsur, yaitu kontinuitas, konsentris dan
konvergensi. Berikut ini akan dipaparkan lebih lanjut mengenai tiga unsur tersebut

Unsur Deskripsi
Kontinuitas Dasar kontinuitas maksudnya adalah budaya, kebudayaan bangsa
itu bersifat continue atau dilaksanakan secara terus-menerus.

Dalam mengembangkan dan membina karakter bangsa melalui


pendidikan hendaknya dilakukan secara terus-menerus dan tidak
melupakan kebudayaan lokal sendiri.

Konsentris Dasar konsentris memiliki arti bahwa dalam mengembangkan


kebudayaan harus mempunyai sikap terbuka, namun tetap kritis
dan selektif terhadap pengaruh dari kebudayaan luar.

Dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia hendaknya


berpedoman dari kebudayaan sendiri, sehingga nilai-nilai luhur
bangsa dapat tertanam disetiap hati masyarakat, meskipun tidak
tertutup kemungkinan untuk menerima pengaruh kebudayaan luar
yang baik dan sesuai dengan kebudayaan sendiri.

Konvergensi Dasar konvergensi memiliki arti bahwa dalam upaya


mengembangkan kebudayaan asli, kita harus memadukan dengan
kebudayaan asing yang dipandang dapat memajukan kebudayaan
asli dengan prinsip selektif dan adaptatif.

Dalam melakukan hal tersebut harus dilakukan dengan memilah


dan memilih kebudayaannya harus secara alami dan tidak
dipaksakan

Sumber: Dewantara (2013: 228)

2. Sistem Among
Kata among berasal dari bahasa Jawa, yang mempunyai makna seseorang
yang bertugas „ngemong‟ dan jiwanya penuh pengabdian. Sistem among sudah
dikenal cukup lama di lingkungan Taman Siswa. Sistem among merupakan suatu
cara mendidik yang diterapkan dengan maksud mewajibkan kodrat alam anak
didiknya (Dewantara, 2013). Cara mendidik yang harus diterapkan adalah

23
menyokong atau memberi tuntunan dan menyokong anak-anak tumbuh dan
berkembang atas kodratnya sendiri. Dalam sistem among, maka pengajaran berarti
mendidik anak akan menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya,
dan merdeka tenaganya. Guru atau pamong tidak hanya memberikan pengetahuan
yang perlu dan baik saja, melainkan juga harus mendidik murid agar dapat mencari
sendiri pengetahuan itu dan memakainya guna kehidupan sehari-harinya dan amal
keperluan umum. Di lingkungan Taman Siswa, sebutan guru tidak digunakan dan
diganti dengan sebutan pamong. Hubungan antara pamong dan siswa harus dilandasi
rasa cinta kasih, saling percaya, jauh dari sifat otoriter dan situasi yang memanjakan.
Dalam sistem ini, siswa bukan hanya objek, melainkan juga menjadi subjek dalam
kurun waktu yang bersamaan.
Dasar pemikiran dalam konsep sistem among tak lepas dari pengaruh beberapa
para ahli pendidikan, ahli filsafat dan ahli ilmu jiwa. Hal tersebut dapat dimengerti
karena pada saat diasingkan ke negeri Belanda, Ki Hadjar Dewantara berkesempatan
untuk memperdalam pengetahuannya tentang masalah pendidikan. Sistem among
adalah sistem yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan dua dasar yaitu kodrat
alam dan kemerdekaan. Kodrat alam sebagai syarat untuk mencapai kemajuan
secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya dan kemerdekaan sebagai syarat untuk
menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak, agar dapat
memiliki pribadi yang kuat dan dapat berpikir serta bertindak merdeka.
Dalam sistem pendidikan terkandung: dasar pendidikan, tujuan pendidikan,
metode pendidikan, suasana perguruan, bentuk perguruan, dan kurikulum. Dalam
sistem among, suasana among selalu mewarnai komponen-komponen pada setiap
kegiatan pendidikan, sehingga suasananya mencerminkan keharmonisan dalam
setiap interaksi yang terjadi antara murid dengan pamong. Sistem among bukan
hanya tempat untuk penyelenggaraan pendidikan, melainkan merupakan tempat
suatu sistem sosial, yang dapat terjadi dimana saja, asal terjadi hubungan antar
manusia. Dalam hubungannya antar manusia dengan manusia, maka penerapan
sistem among mengharuskan penempatan manusia sebagai subjek dan objek antar
sesamanya. Artinya, hubungan setiap manusia diwajibkan untuk saling
memanusiakan manusia, mejunjung tinggi martabat kemanusiaan, saling
menghargai, serta saling menghormati antar sesamanya.
Dalam hubungannya dengan alam, maka hubungan manusia dengan alam
berdasarkan sistem among adalah mewajibkan manusia untuk melakukan

24
penyesuaian dan mengusahakan kelestarian lingkungan hidupnya. Dalam hubungan
ini, seluruh potensi alam akan berguna dan dapat dimanfaatkan oleh dan untuk
manusia. Dalam hubungannya dengan Tuhan, maka manusia sadar akan
kedudukannya sebagai hamba dan makhluk-Nya, karenanya lahirlah sifat manembah
dan pengabdian.

3. Trilogi Kepemimpinan
Dalam sistem among, setiap pamong sebagai pemimpin diwajibkan bersikap:
ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa dan tutwuri handayani
(Dewantara, 2013). Asas tersebut telah banyak dikenal oleh masyarakat daripada
Sistem Among sendiri, karena banyak dari anggota masyarakat yang belum
memahaminya.
Sistem Deskripsi
Ing ngarsa Ing ngarsa berarti di depan, atau orang yang lebih
sung tuladha berpengalaman atau lebih berpengetahuan. Tuladha berarti
memberi contoh atau memberi tauladan.
Jadi, ing ngarsa sung tuladha memiliki makna bahwa seorang
guru harus mampu menjadi contoh bagi siswanya, baik sikap
maupun pola pikirnya. Anak akan melakukan apa yang
dicontohkan oleh gurunya, bila guru memberikan teladan
yang baik maka anak akan baik pula perilakunya. Dalam hal
ini, guru harus selalu memberikan pengarahan dan mau
menjelaskan supaya siswa menjadi paham dengan apa yang
dimaksudkan oleh guru.

Ing madya Ing madya berarti di tengah-tengah, yang berarti dalam


mangun karsa pergaulan dan hubungannya sehari-hari secara harmonis dan
terbuka, sedangkan mangun karsa artinya adalah membina
kehendak, kemauan dan hasrat untuk mengabdikan diri
kepada kepentingan umum, kepada cita-cita yang luhur.
Jadi, ing madya mangun karsa, berarti bila guru berada di
antara siswanya maka guru tersebut harus mampu
memberikan inspirasi dan motivasi bagi siswanya, sehingga
siswa diharapkan bisa lebih maju dalam belajar. Jika guru
selalu memberikan semangat kepada siswanya, maka siswa
akan lebih giat karena merasa diperhatikan dan selalu
mendapat pikiran-pikiran positif dari gurunya sehingga anak
selalu memandang ke depan dan tidak terpaku pada
kondisinya saat ini.

Tutwuri Tutwuri berarti mengikuti dari belakang dengan penuh


handayani tanggungjawab berdasarkan cinta dan kasih sayang yang
bebas dari pamrih dan jauh dari sifat authoritative, possessive,

25
protective, dan permissive yang sewenang-wenang.
Handayani memiliki arti memberi kebebasan, kesempatan
dengan perhatian dan bimbingan yang memungkinkan anak
didik atas inisiatif sendiri dan pengalaman sendiri, supaya
mereka berkembang menurut garis kodratnya.
Jadi, tutwuri handayani berarti apabila siswa sudah paham
dengan materi, siswa sudah pandai dalam banyak hal maka
guru harus menghargai siswanya tersebut. Guru diharapkan
mau memberikan kepercayaan bahwa siswa dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Guru tidak boleh
meremehkan kemampuan siswa. Semboyan ini diwujudkan
dengan pemberian tugas, ataupun belajar secara mandiri atau
pengayaan.

Sumber: diolah dari data Tomy (2014)

Berdasarkan paparan di atas dapat dimaknai bahwa dalam konteks kepemimpinan


maka semboyan tersebut akan menciptakan seorang pemimpin yang disegani dan
berwibawa karena menggambarkan seorang pemimpin yang mampu menempatkan diri
dimanapun dia berada namun tetap berwibawa. Jiwa kepemimpinan yang dipaparkan oleh
Ki Hasjar Dewantara perlu untuk dikuatkan kembali dalam jiwa para pemimpin di
Indonesia dalam mengatasi krisis karakter bangsa.

V. PENDIDIKAN ABAD KE-21

Pendidikan berhadapan dengan era perkembangan Massive Open Online Courses


(MOOCs) yang dikatakan melibas apa saja yang berada di depannya (avalanche) di era
abad ke-21 (Dhakidae, 2017). Fenomena disruption terjadi secara meluas, mulai dari
pemerintahan, ekonomi, hukum, politik, sampai penataan kota, konstruksi, pelayanan
kesehatan, pendidikan, kompetisi bisnis dan juga hubungan-hubungan sosial (Kasali,
2017). Disruption Education menjadi fenomena sosial di era global. Sebagaimana
dijelaskan oleh Yoga (2017) bahwa fenomena sosial terkait Disruption Education terus
terjadi pada abad 21. Ada empat aspek yang terkait Disruption Education. Pertama, terkait
dengan Student (Generasi Neo-Milennials) yakni generasi yang langsung begitu lahir ke
dunia sehingga menciptakan “generasi gap”, dengan generasi yang sebelumnya. Kedua,
Parent (Hyper-Demanding) yakni adanya peningkatan jumlah “kelas-menengah”, yang
menyebabkan meningkatnya kebutuhan, termasuk untuk kebutuhan dalam pendidikan
sehingga meningkatkan homeschooling. Ketiga, Technology (Disruptive Technologies)
yakni perkembangan teknologi yang sangat cepat sehingga mengubah cara/ metode belajar

26
secara fundamental. Keempat, Skills (Irrelevan skills), yang diperoleh di sekolah
(menghafal, multi-choice, dan lainnya) “tidak sesuai” dengan keterampilan yang
dibutuhkan (kreatif, inovatif, dan lainnya). Realitas sosial tersebut menguatkan tantangan
pembangunan pendidikan di Indonesia. Di sisi lain, dehumanisasi dalam pendidikan terus
terjadi dalam era globalisasi yang menyebabkan krisis karakter bangsa menjadi fenomena
sosial yang terus terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia (Dwiningrum, 2013).
Demikian halnya, devaluasi pendidikan menjadi fakta sosial pada kehidupan
masyarakat dunia yang sulit untuk dihindari (Dwiningrum, 2013). Disrupsi akan terus
terjadi sampai pada titik keseimbangannya. Disrupsi adalah sebuah inovasi yang akan
menggantikan seluruh sistem lama dengan cara-cara baru. Disrupsi menggantikan
teknologi lama yang serba fisik dengan teknologi digital yang akan menghasilkan sesuatu
yang benar-benar baru lebih efisien, lebih bermanfaat (Kasali, 2017: 34). Fenomena
perubahan yang terjadi disertai perlawanan-perlawanan, pertengkaran aturan, dan adu
kencang dalam urusan regulasi. Oleh karena itu, saat ini dibutuhkan pemimpin yang
bijaksana, yang mampu berpikir terbuka (Kasali, 2017: 163). Dalam konteks inilah,
tindakan self disruption lebih penting daripada membiarkan diri terdisrupsi oleh
pendatang-pendatang baru. Konsep disruption dibutuhkan agar lebih memahami
fenomena-fenomena sosial yang terkait dalam era disrupsi.
Perubahan mindset dibutuhkan untuk merespon pendidikan abad ke-21. Guru
pada abad ke-21 harus mengubah mindset dari fix-mindset ke growth mindset. Oleh karena
itu, seorang guru mampu merancang pendidikan dengan pendekatan multiliteracy
pedagogical planning dengan mempersiapkan peserta didik untuk memiliki berbagai
kompetensi. Pertama, memiliki kompetensi untuk kolaborasi lintas negara, lintas budaya,
agama dan bahasa, dan memilki kompetensi diversity dengan baik, pengetahuan, sikap,
dan tindakan sehingga bisa berkolaborasi dengan siapa saja di dunia. Kedua, memiliki
kompetensi dalam komunikasi global, bisa menggunakan bahasa yang bisa difahami oleh
masyarakat dunia, baik komunikasi verbal maupun tulisan, baik dalam aspek reading
maupun writing sehingga bisa menjadi bagian penting dalam sebuah perusahaan industri,
jasa atau lainnya. Ketiga, menguasai teknologi informasi dengan baik, untuk akses
informasi, komunikasi, penyampaian informasi pada publik dan bahkan juga untuk
menyimpan data yang diperlukan untuk dibuka setiap setiap saat, movable, dan bisa
diakses kapan saja dan di mana saja sehingga sangat membantu dalam proses pengambilan
keputusan. Keempat, memiliki kemampuan critical thinking yang baik, mampu mengubah
masalah menjadi kesempatan untuk maju, berpikir kreatif inovatif, dan bahkan memiliki

27
kemampuan problem solving yang baik, yang semua ini bisa dikembangkan dengan
pelatihan dalam proses pembelajaran atau pelatihan khusus di luar jadwal rutin mata
pelajaran yang biasanya berbasis disiplin ilmu pengetahuan (Rosyada, 2017). Bagaimana
peran guru untuk mengembangkan proses belajar dengan tetap mengintergasikan nilai-
nilai karakter dalam membentuk komptensi siswa?
Guru berperan menjadi fasilitator dan mediator yang mampu mendorong siswa
untuk belajar dan berpikir kritis dalam situasi yang menyenangkan. Guru tidak lagi
menjadi sumber dan pusat belajar utama, tetapi lebih berperan sebagai katalisator dalam
menghadapi proses belajar yang bersifat akseleratif di era digital. Guru harus mampu
menjadi inspirator bagi siswa dalam menggugah rasa keinginan tahuan siswa dalam
menghubungkan antara fakta dan perkembangan IPTEK yang semakin cepat. Guru adalah
teman berbagi, bercerita dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan untuk membentuk
kualitas siswa. Oleh karena, guru diharuskan menyiapkan siswa yang memiliki critical
thinking, communication, collaboration, creativity, dan innovation yang secara rinci
dipaparkan sebagai berikut.

Tabel 3. Pengembangan Kompetensi Siswa Abad ke-21


Kompetensi Kemampuan yang Dikembangkan Siswa
Critical  Kemampuan mengembangkan cara berpikir yang menekankan
Thinking pada kebenaran proses dan prosedur, serta integritas berfikir yang
disandarkan pada teori dan regulasi.
 Kemampuan menggunakan metodologi berfikir yang saintifik,
berbasis data, teori, regulasi dan konsep, serta analisis obyektif
dengan teknik dan metode yang benar.
 Kemampuan mengembangkan ketrampilan atau strategi kognitif
untuk meningkatkan probabililitas pencapaian outcome.
 Kemampuan menyampaikan argumentasi logis secara efektif,
mampu berfikir sistemik, mampu merumuskan kesimpulan, dan
mampu melakukan problem solving secara efektif.

Comunication  Kemampuan menggunakan bahasa yang difahami oleh semua


orang, bisa meyakinkan para penerima, pesannya singkat, jelas
dan sesuai dengan target outcome yang diharapkan,
 Kemampuan menerima semua pesan yang tersampaikan dan akan
mempengaruhi penerima untuk mengikuti atau setidaknya tidak
melakukan penolakan terhadap informasi tersebut.
 Kemampuan memaknai pesan sesuai dengan yang dimaksudkan
oleh pengirim pesan.

Collaboration  Kemampuan melakukan kerjasama dengan membentuk


konsorsium untuk melakukan proyek yang sangat besar, atau
hanya mengembangkan kerjasama dengan saling membantu sama

28
lain dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan.
 Kemampuan mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh
seseorang untuk mempunyai peran sosial tertentu. Tiga
komponen penting dalam kolaborasi adalah jejaring kerja,
koordinasi dan kerjasama (cooperation).
 Kemampuan mengembangkan jejaring dengan sesama mitra kerja
untuk bertukar informasi, dan untuk melakukan kerjasama yang
saling menguntungkan serta dapat melakukan langkah-langkah
konkrit untuk mengembangkan kolaborasi untuk mencapai tujuan
dan keuntungan bersama.

Creativity and  Kemampuan melahirkan sebuah gagasan, konsep baru untuk


Innovation menyelesaikan sebuah masalah, atau kemampuan melahirkan
prototype baru untuk melahirkan sebuah produk baru yang akan
dihasilkan.
 Kemampuan berfikir divergen yang bisa memberikan solusi
berbeda dari yang lain tentang sebuah masalah.
 Kemampuan mengembangkan pengalaman dan bertukar
informasi dengan orang lain.
 Kemampuan mengembangkan kapasitas dalam berfikir kritis dan
memiliki kemampuan analisis yang baik.
 Kemampuan melakukan inovasi dengan membuat prototype baru,
dan produk baru sebagai alternatif untuk memperbaiki produk
yang sudah ada.
 Kemampuan melahirkan sebuah formula baru, dan ada proses
implementasi formula tersebut untuk bisa dipakai dalam
penyelesaian masalah.

Sumber: Fisk (2018)

Pengembangan kompetensi berbasis budaya dapat diimplementasikan dalam


proses pendidikan untuk membentuk pribadi berkarakter. Di samping itu, tujuan
pendidikan berbasis budaya adalah mengembangkan potensi afektif siswa sebagai
pribadi yang berkarakter dan memiliki kemampuan menjadi pribadi yang percaya diri,
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dengan mengembangkan lingkungan sekolah
sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan.
Budaya sekolah menentukan daya adaptasi sekolah. Nilai-nilai yang dikembangkan
sekolah akan mempengaruhi perilaku warga sekolah. Sebagaimana dijelaskan oleh
Coleman yang merekomendasikan bahwa komponen-komponen dalam “value climate”
termasuk di dalamnya adalah leadership, staff cooperation, student behaviour, teacher
control over school and classroom policy, and teacher moral.
Budaya sekolah diharapkan mampu merespon era disrupsi. Dengan budaya
sekolah maka sekolah mampu beradaptasi dengan perubahan sekolah. Budaya yang

29
dikembangkan oleh sekolah sangat ditentukan oleh tujuan mutu. Oleh karena itu,
budayadalam perspektif mutu sekolah sebagai eksternalisasi dikuatkan dalam aktivitas
di sekolah yang membentuk perilaku yang bermakna dan berkarakter (Dwiningrum,
2014). Budaya sekolah sebagai modal budaya akan membangun habituasi yang
diharapkan mambuat membentuk karakter siswa. Dengan modal budaya menjadi modal
perbaikan mutu sekolah. Modal budaya akan efektif jika seluruh warga sekolah
menjadikan “nilai mutu” sebagai spirit dalam perbaikan sekolah. Modal budaya
dijelaskan oleh Bourdieu (1993) memiliki definisi yang sangat luas dan mencakup hal-
hal material (yang dapat memiliki nilai simbolik) dan berbagai atribut „yang tak
tersentuh‟, namun memiliki signifikansi secara kultural, misalnya: pretise, status, dan
orotitas (yang dirujuk sebagai modal simbolik). Modal budaya berperan sebagai sebuah
relasi sosial yang terdapat di dalam suatu sistem pertukaraan. Dengan modal budaya,
maka pendidikan akan bergerak dinamis dalam merespon setiap perubahan dengan lebih
proaktif dan “positive thinking” (Dwiningrum, 2018).

DISKUSI KELOMPOK
“Problem-Solving”

1. Identifikasikan beberapa masalah struktural dan kultural dalam proses


pembangunan pendidikan di Indonesia!
2. Jelaskan bentuk disrupsi dalam pendidikan dan solusi yang kreatif dan
inovatif!
3. Jelaskan peran dan strategi keluarga dan sekolah dalam mengembangkan 4
kompetensi yang dibutuhkan untuk merespon tantangan abad ke-21!

Sumber pengayaan materi:


https://www.thegeniusworks.com/2017/01/future-education-young-everyone-
taught-together.
https://www.intelitek.com/what-is-education-4-0/

30
Konsep pendidikan dan tujuan pendidikan menjadi pengetahuan awal yang perlu
dipahami oleh mahasiswa agar dapat digunakan untuk mengkritisi proses pembangunan
pendidikan. Di samping itu, dengan memahami sistem pendidikan nasional, maka dasar untuk
merancang pengelolaan pendidikan dapat mengacu pada aturan yang sudah diatur secara
legal formal dalam mencapai tujuan pembangunan pendidikan.
Tujuan pendidikan tidak mudah dicapai jika tidak mengacu pada fondasi pemikiran
yang jelas dalam merancang konsep dasar dari filosofis pendidikan yang beragam. Oleh
karena itu, bangsa Indonesia perlu untuk mengenalkan kembali pemikiran para tokoh
pendidikan agar proses pembangunan pendidikan lebih humanis sesuai dengan konteks
masyarakat yang dinamis.
Pendidikan abad ke-21 menghadapi tantangan yang berat karena disrupsi menjadi
fenomena sosial. Guru harus mengubah mindset untuk dapat mengembangkan kompetensi
yang dibutuhkan dalam merespon perubahan tuntutan abad ke-21 dengan mengembangkan
empat kompetensi pokok yakni critical thinking, comunication, collaboration, creativitive &
innovation untuk membentuk siswa yang berkarakter. Pendidikan berbasis budaya
dibutuhkan untuk merespon era abad ke-21 yang membutuhkan daya adaptasi dan
fleksibilitas yang tinggi. Pendidikan berbasis budaya akan membentuk siswa yang
berkarakter yang memiliki identitas budaya yang kuat.

31

Anda mungkin juga menyukai