Pendidikan adalah hal yang utama didalam kehidupan era sekarang ini. Pendidikan dapat
diperoleh dimana saja dan oleh siapa saja. Ilmu pengetahuan,keterampilan, dan pendidikan
merupakan unsur dasar yang menentukan kecekatan seseorang berpikir tentang dirinya dan
lingkungannya. Begitu pentingnya ilmu pengetahuan, pendidikandan keterampilan sebab
hal itu merupakan modal utama untuk bersaing didunia luar.
Walaupun buta aksara, ternyata mereka tetap dapat melakukan kegiatan lain yang tidak
perlu membaca dan menulis baik melalui lagu ,drama, musik, adat istiadat, sejarah dan
sebagainya. Seperti pada masyarakat pedalaman , mereka menguasai cara bercocok tanam,
beternak membangun rumah dan sebagainya. Mereka menguasai pendidikan dasar yang
dibutuhkan untuk bertahan hidup, bahkan dalam kondisi sesulit apapun. Sehingga mereka
tidak merasa butuh untuk belajar keaksaraan, untuk itu diperlukan motivasi agar merka
mau belajar keaksaraan dan terbebas dari ketunaaksaraan yang dialami.
Dengan adanya motivasi WB akan mau belajar keaksaraan cara memotivasinya dengan
banyak cara salah satunya dengan mengaitkan kegiatan keaksaraan dengan kegiatan yang
berhubungan dengan pekerjaan mereka sehari-hari sehingga nantinya mereka dapat hidup
lebih sejahtera.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
PEMBAHASAN
kemampuan keaksaraan atau melek aksara adalah kemampuan seseorang untuk membaca
dan menulis kalimat sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dan
seseorang dikatakan mempunyai kemempuan keaksaraan fungsional jika seseorang
tersebut dapat terlibat dalam aktivitas dimana kemampuan keaksaraan merupakan prasarat
sebagai dasar bagi dirinya untuk meningkatkan kemaampuan membaca, menulis dan
berhitung.
Untuk mewujudkan hal ini, perlu diterapkan prinsip pendidikan berbasis luas yang tidak
hanya berorientasi pada bidang akademik atau vokasional semata, tetapi juga memberikan
bekal learning how to learn sekaligus learning how to unlearn, tidak hanya belajar teori,
tetapi juga mempraktekkannya untuk memecahkan problema kehidupan sehari-hari .
Oleh karena itu pendidikan keaksaraan diharapkan menjadi lebih efektif digunakan untuk
memberantas ketunaaksaraan masyarakat dengan mengintegrasikanya dengan ketrampilan
fungsional sesuai kebutuhan peserta didik. Dengan modal pedidikan ketrampilan
fungsional yang diperoleh diharaphan dapat memotivasi WB untuk mengikuti program
keaksaran hingga tuntas dan tidak kembali menjadi buta aksara kembali.
Landasan Teori
STRATEGI PENGAJARAN
Strategi dan metode merupakan suatu cara / tindakan yang dirancang tutor, sehingga
menimbulkan kegiatan belajar bagi para warga belajar dan juga warga belajar dapat
mencerna bahan pembelajaran yang disampaikan tutor dengan mudah dan baik.
Adapun kriteria yang perlu diperhatikan dalam menetapkan strategi dan metode
pembelajaran yaitu :
1. Pemilihan dan penetapan strategi dan metode harus berorientasi pada tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai,
2. Memperhatikan materi yang akan disampaikan kepada warga belajar dengan berbagai
karakteristiknya sebagai orang dewasa,
4. Tingkat kemampuan dan kemudahan warga belajar dalam menyerap dan memahami
materi pembelajaran,
.
Dalam memberantas buta aksara, peran penggunaan bahasa daerah juga sangat
penting dalam proses pembelajaran, karena bahasa daerah adalah bahasa ibu, bahasa yang
pertama dipelajari di lingkungan keluarga, bahasa daerah memainkan peran penting dalam
proses pendidikan anak bangsa. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar
pembelajaran aksara untuk penyandang buta aksara. Selain itu, tutor juga harus
memperhatikan konteks lokal yakni pembelajaran berdasarkan minat, kebutuhan,
pengalaman dan permasalahan lokal, karena warga belajar umumnya tinggal di pedesaan
yang telah usia lanjut tidak mengerti jika penyampaian materi oleh tuturnya menggunakan
bahasa Indonesia.
Model pendekatan dengan bahasa ibu atau bahasa daerah dalam pembelajaran
diakui sangat efektif dalam mempercepat pemahaman dan kemampuan warga belajar
dalam menulis kalimat sederhana, membaca dan menghitung.
Langkah – langkah kegiatan menulis untuk warga belajar pemula meliputi empat tahap
berikut :
a) Menulis di udara
Mengingat warga belajar pemula jarang memiliki kesempatan memegang alat – alat tulis,
maka mereka perlu dibelajarkan bagaimana menggunakan alat – alat tulis tersebut. Tutor
meminta WB untuk menulis di udara, untuk melemaskan dan lebih memperkenalkan
fungsi – fungsi alat – alat tulis sebagai mediamenuangkan ide/gagasan.
Setelah warga belajar familier mengenal alat – alat tulis dan fungsinya, tutor meminta
warga belajar menulis tentang apa saja yang menjadi kesukaannya. Hal ini bertujuan untuk
merangsang WB, bahwa apa yang dipikirkan hanya dapat dikomunikasikan melalui
lambang – lambang tertentu.
c) Menulis konkrit
WB diminta menulis kata – kata nyata, dengan cara menyalin, meniru tulisan orang lain
seperti nama diri, anggota keluarga, dsb. Pengalaman menunjukkan, warga belajar akan
lebih cepat belajar menulis apabila mereka diminta menulis kata – kata sederhana dan
bermakna.
Inti menulis adalah mengkomunikasikan ide/gagasan kepada orang lain. Oleh karena itu
mereka diminta dan dilatih untuk menulis kata- kata/kalimat/pesan pendek yang bisa
dimengerti orang lain.
e) Meminta WB yang sudah sedikit mampu membaca untuk kedepan dan membaca
bahan bacaan tersebut, sementara yang lainnya mengikuti.
j) Bantulah WB agar percaya diri dan merasa senang bahwa mereka dapat membaca dan
beri semangat pada WB untuk membantu yang lainnya.
Untuk bisa membelajarkan warga belajar berhitung, tutor perlu mengamati aktivitas
berhitung masyarakat, selain itu tutor perlu mengamati cara belajar ketrampilan berhitung
yang digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari – hari.
Prinsip – prinsip yang harus diingat oleh tutor ketika membelajarkan warga belajar
berhitung adalah :
e) Gunakan selalu alat-alat yang dapat dikerjakan sendiri oleh WB seperti : Lidi, batu,
telur, daun, dsb
f) Untuk meningkatkan kemampuan berhitung warga belajar program KF, tutor perlu :
Jumlah penduduk buta aksara usia 15-59 tahun yang menjadi sasaran garapan program
pengentasan buta aksara di Kabupaten Grobogan sebanyak 43.039, untuk tahun 2014 ini
akan digarap sebanyak 750 orang yang terdiri dari 253 orang laki-laki dan 497 orang
perempuan.
Upaya pengentasan Buta Aksara tersebut sejalan dengan salah satu target yang ingin
dicapai dalam Millenium Development Goals (MDGS) yaitu “mengurangi separuh, pada
tahun 2015 dari proporsi penduduk yang buta aksara”. Oleh karena itu untuk menjawab
pemenuhan target MDGs tersebut, pengurangan jumlah penduduk penyandang buta aksara
merupakan prioritas dalan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten
Grobogan tahun 2015 dan tahun-tahun berikutnya.
Analisis
Dari analisis yang saya dapatkan penyebab utama adalah masalah sosial ekonomi yang
menyebabkan banyaknya warga di kabupaten grobogan menjadi buta aksara,kurangnya
dari segi ekonomi penduduk yang menyebabkan mereka tidak dapat menylesaikan
sekolahnya sehingga mereka memiliki kualitas pendidikan yang rendah.
Dapat dilihat ditabel diatas jika tingkat pendidikan dikabupaten grobogan dari tahun 2008-
2011 tidak mengalami perubahan signifikan ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan di
daerah purwodadi memang kurang banyak yang tdak tamat SD dan lulusan SD .
Dapat dilihat pendapatan perkapita tahun 2008 yang sangat sedikit berbanding lurus
dengan tingkat pendidikan yang rendah.
PENUTUP
http://tintabinta.wordpress.com/2012/07/08/pengaruh-pengua/
http://grobogan.go.id/index.php/info-daerah/berita-terbaru/1212-pengentasan-buta-aksara-
grobogan-2014-akan-garap-750-orang
http://rizalcayoo.blogspot.com/2011/06/strategi-dan-metode-pembelajaran.html
digilib.uinsby.ac.id/7303/2/bab%202.pdf