Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN

Disusun Oleh :

1. Salsabila Eka Dewanti


2. Sintia Wulandari
3. Nuraini
4. Roby Tri Zulkhafi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)


PROGRAM S1 PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS TERBUKA POKJAR LAHAT
TAHUN 2023
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Pembelajarab Berwawasan Kemasyarakatan tepat pada waktu. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada guru pembimbing yang selalu memberikan dukungan dan bimbingannya

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas pembelajaran berwawasan
kemasyarakatan. Tak hanya itu, kami juga berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Walaupun demikian, kami menyadari
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya kata, kami berharap semoga makalah pembelajaran berwawasan kemasyarakatan


ini bisa memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Kami juga
mengucapkan terima kami kepada para pembaca yang telah membaca makalah ini hingga
akhir
Pendahuluan

 Latar Belakang

Pembelajaran memiliki peranan penting dalam perkembangan kehidupan manusia.


Sekolah juga merupakan salah satu lembaga utama untuk mewarisi kebudayaan

Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan adalah pembelajaran melalui pelayanan,


kepentingan masyarakat. Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan menjadi sebuah
pergerakan penyadaran masyarakat untuk terus belajar dalam mengatasi tantangan
kehidupan yang berubah dan semakin berat.

Makalah ini menjelaskan tentang pengertian pembelajaran berwawasan masyarakat ,


fungsi dari pembelajaran, teori yang mendasari, tujuan dan prinsip pembelajaran
berwawasan kemasyarakatan.
Kegiatan Belajar 1

Program Keaksaraan, Taman Bacaan Masyarakat, dan


Kepemudaan

A. Tingkat keaksaraan fungsional

Kegiatan pembelajaran untuk warga belajar (WB) dilakukan juga seperti kegiatan
pembelajaran sekolah formal. Artinya, kegiatan pembelajaran nya mengacu pada standar
kompetensi keaksaraan. Standar kompetensi keaksaraan fungsional dikembangkan
berdasarkan level atau tingkat kompetensi keaksaraan yang ingin dicapai oleh WB.

1. Tingkat Keaksaraan Dasar

Ciri-ciri WB pada tingkat keaksaraan dasar adalah mereka yang belum mengenal
semua huruf, belum bisa merangkai kata kata dengan lancar, dan belum mengerti arti
sebuah kalimat dengan jelas. Meskipun mereka belum bisa menulis, membaca, atau
berhitung, tetapi mereka sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran

2. Tingkat Keaksaraan Lanjutan

Pada tingkat ini mereka biasanya sudah dapat membaca dan menulis sederhana,
tetapi masih belum lancar. Walaupun mereka sudah memiliki pengetahuan, mereka
belum memiliki semua kemampuan Fungsional yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Hal tersebut karena mereka biasanya jarang menggunakan keterampilan
membaca, menulis, dan berhitung dalam kehidupan sehari-hariny.

3. Tingkat Keaksaraan Mandiri

Pada tingkat ini Webbe diharapkan sudah mempunyai sikap untuk belajar secara
mandiri. Mereka juga diharapkan dapat memecahkan masalah keaksaraan yang
dihadapi dan mencari informasi serta narasumber sendiri.

B. Prinsip Dan Strategi Pembelajaran Keaksaraan Fungsional

1. Konteks Lokal

Pembelajaran keaksaraan fungsional ini di kembangkan berdasarkan konteks lokal.


Artinya, kegiatannya mengacu pada konteks sosial lokal dan kebutuhan khusus dari
setiap WB dan masyarakat sekitarnya
2. Desain Lokal

Anda bersama WB perlu merancang sendiri kegiatan belajarnya di kelompok


belajar berdasarkan minat, kebutuhan, kenyataan dan potensi setempat.

3. Proses Partisipatif

Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pemberantasan buta aksara


dengan menggunakan pendekatan keaksaraan fungsional harus di lakukan
berdasarkan strategi partisipatif.

4. Fungsionalisasi Hasil Belajar

Hasil yang diharapkan dari proses pembelajaran tersebut adalah WB dapat


memfungsikan keaksaraannnya untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang di
hadapi dalam rangka meningkatkan mutu dan taraf hidupnya.

C. Tolak Ukur Keberhasilan Pembelajaran Keaksaraan


Fungsional

Program keaksaraan fungsional bertujuan untuk membantu WB mengembangkan


kemampuan fungsional yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan tujuan
tersebut, maka kemampuan minimal yang menjadi tolak ukur keberhasilanya, meliputi hal
hal berikut.

1. Kemampuan fungsional untuk keperluan individu.


2. Kemampuan fungsional untuk membantu anak-anak.
3. Kemampuan fungsional untuk akutualisasi diri.
4. Kemampuan fungsional berkaitan dengan pekerjaan.
5. Kemampuan fungsional berkaitan dengan sosial kemasyarakatan.
6. Kemampuan fungsional berkaitan dengan pendidikan.
7. Kemampuan fungsional berkaitan dengan pengelolaan kelompok belajar.

D. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Di Kelompok Belajar


Efektivitas kegiatan belajar sangat bergantung pada kemampuan Anda dalam
mengorganisasi dan membimbing WB dalam kegiatan belajarnya. Pengalaman
menunjukkan bahwa kegiatan menulis perlu didahulukan daripada kegiatan membaca.
Karena melalui kegiatan menulis, WB sedikit demi sedikit langsung belajar membaca.
Sebaiknya, apabila mereka didahulukan belajar membaca, maka cenderung kurang
Trampil dalam hal menulis.

E. Strategi Pengelolaan Diskusi

Diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran efektif dalam program keaksaraan
fungsional (KF) yang harus diterapkan di kelompok belajar. Tujuan diskusi adalah
membuka pikiran WB dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan
pengetahuannya. Topik yang harus pertama kali di diskusikan dalam kelompok belajar
adalah menyangkut minat, kebutuhan, potensi, dan hambatan yang mungkin ditemui
selama proses kegiatan pembelajaran. Sebagai pembukaan kegiatan belajar, Anda dapat
memilih teknik teknik, seperti peta, tabel, dan kalender kegiatan atau jadwal. Melalui
teknik teknik tersebut, ada dapat mengumpulkan dan menganalisis informasi dari
pengalaman WB. Anda perlu membimbing dan mengarahkan WB dengan menggunakan
pertanyaan pertanyaan fleksibel berikut, misalnya

 Di mana ?

Di mana WB tinggal ?
Di mana WB bekerja

 Kapan ?

Kapan WB melakukan kegiatan rutin ?


Kapan WB melakukan kegiatan yang akan datang ?

 Berapa ?

Berapa jam, waktu yang diperlukan untuk bekerja ?


Berapa orang menggunakan jenis-jenis obat tradisional ?

F. Strategi Pembelajaran Membaca

1. Prinsip-prinsip membaca

Biasanya WB sudah mempunyai kemampuan mengenal dan mengucapkan huruf


atau kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, mereka belum
mengerti betul bahwa kata kata tersebut terdiri dari beberapa suku kata atau huruf
misalnya:
a. Nama sendiri, anak-anaknya, anggota keluarga, dan lainnya.
b. Alamat/Tempat tinggal di desa/kampung, kecamatan, kabupaten.

Kemampuan mengucapkan dan menghafal kata kata, biasanya tidak selalu


beriringan dengan kemampuan membacanya. Ajarkanlah keterampilan membaca
sesuai dengan kebutuhan WB dengan bahan bacaan yang sederhana.

2. Cara memilih bahan bacaan

a. Sumber bahan bacaan

Berikan bahan bacaan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan, serta yang
biasa digunakan WB dalam kehidupan sehari harinya.
b. Memilih bahan bacaan

Isi bacaan harus yang sudah dikenal oleh WB, menggunakan lebih banyak
gambar dari pada tulisan, Ukuran dan bentuk bahan bacaan mudah digunakan
WB, dan bentuk dan ukuran huruf sesuai dengan kemampuan WB.

c. Menyederhanakan bahan bacaan

Jika kalimat, gila, dan gambar yang terdapat dalam bahan bacaan tidak sesuai
dengan tingkat keaksaraan WB, Anda perlu menyederhanakannya dengan langkah
langkah sebagai berikut.
1. Buatlah rangkuman yang berisi butir butir dari isi bacaan.
2. Bacakanlah dan jelaskanlah isi rangkuman tersebut.
3. Mintalah WB mengungkapkan pokok pokok isi bacaan menurut bahasanya
sendiri.
4. Pilihlah kata kata kunci atau kata yang dianggap paling penting.
5. Mintalah WB untuk menulis kalimat pendek dengan struktur sederhana.

3. Cara membantu warga belajar buta huruf murni melalui


pendekatan pengalaman berbahasa (PPB)

a. I mintalah WIB untuk mengucapkan satu kalimat dengan kata-katanya sendiri


b. Tulislah setiap kata yang diucapkan oleh WB
c. Bacalah kalimat tersebut bersama-sama dengan WB berulang-ulang sampai
lancar
d. Tulislah kalimat tersebut di kertas, kemudian memotongnya kata perkata
e. Bantulah WB mengingat kata-kata dengan menggunakan permainan
diantaranya buka tutup, memindahkan posisi
f. Bimbinglah WB menyusun kata-kata sampai membentuk kalimat yang benar
dan dapat dimengerti
g. WB menyalin kalimat dalam buku catatan nya dan memasukkan kata-kata baru
dalam kamus pribadinya
h. Bimbinglah WB praktik memotong huruf dari suku kata maupun memotong
kata dari kalimat, sampai paham, dan benar.

4. Cara membantu warga belajar membaca

a. Mengadakan kegiatan pembelajaran


b. Memahi langkah-langkah pembelajaran
c. Mengajarkan untuk mengingat huruf
d. Belajar kata (Bahasa Indonesia/bahasa ibu)
e. Membaca lancar
f. Menjelaskan/mengartikan gamabaran/informasi pada WB
g. Mencari bahan bacaan
h. Mengajari WB untuk membuat catatan

III. Strategi pembelajaran menulis

1. Kegiatan pembelajaran untuk merangsang diskusi


2. Membentuk kelompok menulis
3. Tutor melatih warga belajar yang mampu
4. Prinsip-prinsip membantu warga belajar menulis
5. Cara menggunakan hasil tulisan warga belajar
6. Menerbitkan hasil tulisan warga belajar
7. Merangsang WB menganalisis situasi

IV. Strategi pembelajaran berhitung

1. Mengamati kegiatan berhitung

a. Kapan dan di mana orang yang melakukan kegiatan di berhitung


b. Amatilah jenis itungan apa yang biasa digunakan ?
c. Untuk kegiatan baru kenapa yang biasa digunakan orang dalam
kegiatan sehari-hari ?
d. Berapa batas itu yang biasa digunakan masyarakat ? Sampai berapa
jauh mereka melakukan perhitungan yang tepat ?

2. Prinsip-prinsip berhitung

a. Warga belajar kemampuan atau potensi yang dapat digunakan


sehari-hari seperti: jumlah anak, jumlah ternak peliharaan
(ayam,kambing, bebek, dll).
b. Kemampuan berhitung tersebut biasanya lebih baik daripada
kemampuan menulisnya.
c. Ajarkanlah keterampilan berhitung yang dibutuhkan WB.
d. Gunakanlah dan manfaatkanlah alat-alat yang berasal dari
kehidupan WB.
e. Ajarkanlah keterampilan berhitung bersama sama dengan kegiatan
Fungsional.
f. Gunakanlah selalu alat alat yang dapat dikerjakan sendiri seperti
lidi, batu, telur,dll.
g. Memahami cara mengajar berhitung untuk program keaksaraan
fungsional.

V. Strategi pembelajaran aksi/keterampilan

1. Membuat jaringan kerja


2. Keterampilan Fungsional
3. Membuat proposal dana belajar
4. Proses membuat rencana untuk memperoleh dana belajar

Penilaian Pembelajaran

I. Tahap Penilaian Sebelum kegiatan Pembelajaran


Penilaian sebelum pembelajaran dilakukan dengan menggunakan format
penilaian kemampuan awal dilakukan melalui:
a. Wawancara
b. Menilai kemampuan membaca
c. Menilai kemampuan menulis
d. Penilaian berhitung

II. Tahap Penilaian Selama Kegaitan Pembelajaran

1. Menilai kemajuan warga belajar

Untuk menilai kemajuan belajar WB gunakanlah 2 macam checklist


penilaian yaitu sebagai berikut:
a. Checklist keterampilan calisting
b. Checklist kemampuan fungsional

2. Menilai kemajuan kelompok belajar

Instrumen instrumen untuk menilai kemajuan setiap WB dan kemajuan


kelompok belajar, terdiri atas berikut:
a. Buku catatan harian
b. Laporan pelaksanaan kegiatan pembelajaran

III. Tahap Penilaian Setelah Kegiatan Pembelajaran

a. Penilaian akhir warga belajar

Penilaian ini bertujuan untuk mengukur hasil kemajuan WB.

b. Membuat laporan akhir kegiatan kelompok belajar

Laporan akhir merupakan kesimpulan laporan bulanan yang dibuat oleh


tutor.
Kegiatan Belajar 2

Program Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat

A. Latar Belakang, Pengertian, Dan Tujuan TBM

1. Latar belakang

Program TBM telah dimulai sejak tahun 1992/1993. Kehadiran TBM merupakan
Pembaharuan dari Taman Pustaka Rakyat (TPR) Yang didirikan oleh masyarakat pada
tahun lima puluhan. Program TBM ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca dan
budaya baca masyarakat.

2. Pengertian

TBM merupakan sebuah lembaga yang menyediakan bahan bacaan yang


dibutuhkan oleh masyarakat sebagai tempat penyelenggaraan pembinaan kemampuan
membaca dan belajar. Selain itu, TBM juga merupakan tempat yang digunakan
sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat, khususnya yang
bersumber dari bahan pustaka. Bahan pustaka itu sendiri merupakan jenis bahan
bacaan dalam berbagai bentuk media.

3. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya kegiatan TBM ini adalah
membangkitkan dan meningkatkan minat baca sehingga tercipta masyarakat yang
cerdas, menjadi sebuah wadah kegiatan belajar masyarakat, dan mendukung
peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam rangka buta aksara sehingga mereka
yang telah “melek huruf” tidak menjadi buta aksara kembali.

B. Fungsi Dan Manfaan Taman Bacaan Masyarakat

1. Fungsi

a. Sarana pembelajaran bagi masyarakat


b. Sarana hiburan atau rekreasi dan pemanfaatan waktu dengan bahan bahan bacaan
dari sumber informasi lain sehingga warga dapat memperoleh pengetahuan dan
informasi baru guna meningkatkan kehidupan mereka.
c. Sarana informasi berupa buku dan bahan bacaan lainnya sesuai dengan kebutuhan
warga belajar dan masyarakat setempat.

2. Manfaat

a. Menumbuhkan minat, kecintaan, dan kegemaran membaca


b. Memperkaya pengalaman belajar dan pengetahuan bagi masyarakat
c. Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri
d. Membantu pengembangan kecakapan membaca
e. Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
f. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat

C. Organisasi dan Manajemen Taman Bacaan Masyarakat

Struktur organisasi TBM terdiri dari seorang kepala TBM dibantu dengan bidang
administrasi dan teknis serta bidang layanan pembaca. Struktur organisasi yang ada di
kolaborasikan dengan manajemen atau pengelolaan yang dapat dipertanggungjawabkan,
mulai dari

a. Biaya penyelenggaraan

Biaya penyelenggaraan TBM terdiri atas sumber dana dan anggaran. Sumber dana
TBM diperoleh dari swadaya masyarakat, pemerintah, swasta, kemasyarakatan, dan
sumbangan lainnya yang tidak mengikat.

b. Koleksi

Jumlah TBM minimal 300 judul terdiri atas, majalah, surat kabar, leaflet, dan bahan
audiovisual.

c. Perlengkapan

Sebagai sarana dan prasarana yang harus mendukung, sebuah TBM minimal
memiliki perlengkapan atau mebeler yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
setiap TBM.

d. Ruang TBM

Ruang TBM merupakan ruangan yang diperuntukkan bagi sejumlah koleksi


sebagaimana telah dipaparkan dalam bab perlengkapan, yakni ruangan untuk
menempatkan perlengkapan atau mebeler TBM dalam rangka penyelenggaraan
layanan dan sekaligus sebagai tempat untuk membaca dan belajar.

e. Tenaga pengelolaan.

Dalam memfasilitasi sebuah BBM, tenaga pengelola merupakan komponen utama


dalam kegiatan TBM. Perkembangan dan pembinaan serta pemberdayaan TBM
banyak ditentukan oleh kemampuan tenaga pengelola nya

D. Upaya Pembiaan Taman Bacaan Masyaraka


Upaya pembinaan TBM perlu dimaknai sebagai salah satu rangkaian kegiatan yang
harus dilakukan. Upaya pembinaan ini dimaksudkan agar manfaat yang diperoleh melalui
kegiatan ini dapat harus lebih ditingkatkan lagi. Harus diingat bahwa salah satu sasaran
TBM adalah warga masyarakat yang semula buta aksara sehingga kalau kemampuan baca
Yang dimilikinya tidak dijaga tidak menutup kemungkinan akan lupa.
Untuk meningkatkan dan merevitalisasi kegiatan TBM yang telah ada saat ini,
diperlukan tindakan nyata dari semua pihak, baik pemerintah pusat, provinsi, maupun
daerah dan juga. Pengelolaan dan pengembangan perpustakaan termasuk TBM, yang
dilakukan secara profesional umumnya terdapat di Perkotaan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan dengan melibatkan generasi muda, khususnya kader kader muda bangsa yang
ada di pedesaan agar mereka tertarik dan merasa terpanggil untuk turut memikirkan
bagaimana memberdayakan TBM secara maksimal.
Kegiatan Belajar 3

Program pembinaan Kepemudaan

A. Latar Belakang Perlunya Lembaga Kepemudaan


Pemuda sebagai salah satu modal dasar pembangunan perlu dihimpun dan dibina
agar mereka benar benar mampu mengambil peran aktif dalam pembangunan di
daerah. Untuk itu, diperlukan konsep yang tepat dalam pembinaan lembaga
kepemudaan agar keberadaannya benar benar dapat menumbuh kembangkan
kreativitas pemuda. Selama ini peran Lembaga Kepemudaan belum berperan aktif dan
belum menampakkan hasil yang nyata dalam pembangunan, padahal pemuda adalah
generasi penerus dan berpotensi besar dalam pembangunan daerah karena usianya
yang produktif.

B. Profil Pemuda Indonesia


Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Pemuda adalah penduduk yang berusia
antara 15 – 35 tahun. Berdasarkan Susenas 2003, sekitar 2% tidak pernah sekolah,
16% masih sekolah dan 82% sudah tidak bersekolah lagi. Tingginya biaya hidup dan
sulitnya lapangan pekerjaan pada akhir-akhir ini semakin menambah tingginya angka
anak putus sekolah. Masalah lainnya cukup serius dihadapi oleh pemuda kecuali
masalah pendidikan dan sulitnya mencari lapangan kerja, adalah maraknya masalah-
masalah soal di kalangan muda, seperti Kriminalitas, premanisme, narkotika,
psikotropika, adik, dan HIV/AIDS. Oleh karena itu perlu adanya suatu upaya yang
meningkatkan peran pemuda dalam pembangunan sebagai kebijakan. Peran dan
partisipasi pemuda dalam pembangunan dapat ditingkatkan dengan :

1. Mewujudkan keserasian kebijakan pemuda di berbagai bidang pembangunan


2. Memperluas kesempatan memperoleh pendidikan dan ketrampilan
3. Meningkatkan peran serta pemuda dalam pembangunan sosial, politik, ekonomi,
budaya, dan agama
4. Meningkatkan pemuda dalam Kewirausahaan, pelaporan dan kepemimpinan
dalam pembangunan
5. Melindungi segenap generasi muda dari bahaya Penyalahgunaan obat, minuman
keras, penyebaran penyakit HIV/AIDS, dan penyakit menular di kalangan pemuda

1. Lembaga Kepemudaan
Lembaga kepemudaan memiliki peran utama dalam pembangunan apabila dilihat
dari publik. Peran sektor publik pada dasarnya terdiri dari peran-peran :
a. Memonitoring kebijakan pemerintah dan swasta
b. Data assessmeng
c. Pendidikan masyarakat dan penyebaran informasi

Ada 6 faktor penentu agar lembaga kepemudaan dapat memiliki daya tanggap
terhadap lingkungannya, meliputi :
a. Hukum dan kebijakan organisasi
b. Organisasi dan sumber daya manusia
c. Anggaran lembaga kepemudaan
d. Infrastruktur
e. Pengetahuan dan teknologi
f. Peningkatan infrastruktur sistem informasi

2. Program pembinaan pemuda


Untuk meningkatkan peran dan partisipasi pemuda dalam pembangunan, berbagai
pihak yang ber kompeten menangani masalah kepemudaan dapat menciptakan
program program, sehingga para pemuda dapat berpartisipasi di berbagai bidang
pembangunan, memiliki keterampilan yang memadai, memiliki potensi dalam
Kewirausahaan, pelaporan, dan kepemimpinan, serta terlindungi dari bahaya
Penyalahgunaan obat, minuman keras, penyebaran penyakit HIV/AIDS, dan penyakit
menular berbagai program telah diluncurkan oleh beberapa lembaga berikut :

A. Subdinas Pemuda dan Olahraga


B. Subdinas Pendidikan Luar Sekolah
C. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
D. Dinas Sosial

Anda mungkin juga menyukai