Anda di halaman 1dari 14

Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

by sereliciouz Januari 14, 2021

Halo Bapak/Ibu, bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan diberi kelancaran untuk semua

urusannya.

Tentu Bapak/Ibu sering mendengar atau membaca pepatah “buku adalah jendela dunia”. Pepatah

tersebut seolah mengisyaratkan bahwa semua wawasan tentang dunia bisa didapatkan hanya dari

membaca buku. Meskipun saat ini sudah memasuki era digital, bukan berarti buku ditinggalkan

begitu saja. 

Kecintaan seseorang pada buku akan senantiasa tercermin pada kemampuan literasi dan

perilakunya, terlebih dalam menyikapi banyaknya berita hoax yang sering beredar di media sosial. 

Untuk menumbuhkan kecintaan membaca buku, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan meluncurkan gerakan literasi sekolah (GLS). Apa itu gerakan literasi sekolah? Inilah

ulasan selengkapnya!

Daftar Isi  Sembunyikan 

Pengertian Gerakan Literasi Sekolah

Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

1. Tujuan umum

2. Tujuan khusus

Manfaat Gerakan Literasi Sekolah


Prinsip Literasi Sekolah

Komponen Literasi Sekolah

1. Komponen literasi usia dini

2. Komponen literasi dasar

3. Komponen literasi perpustakaan

4. Komponen literasi teknologi

5. Komponen literasi media

6. Literasi visual

Tahapan Pelaksanaan Literasi Sekolah

1. Tahap pembiasaan

a. Membaca nyaring

b. Membaca dalam hati

2. Tahap pengembangan

3. Tahap pembelajaran

Langkah Literasi dalam Pembelajaran

1. Sebelum

2. Selama

3. Setelah

Apa Saja Kegiatan Literasi Sekolah?

Gerakan Literasi Sekolah di Masa Pandemi

Pengertian Gerakan Literasi Sekolah


Gerakan literasi sekolah adalah gerakan yang bertujuan untuk menjadikan sekolah sebagai tempat

untuk belajar (membaca dan menulis) agar warganya bisa selalu literat sepanjang hidup dengan

melibatkan peran publik. 

Gerakan literasi sekolah ini wajib digalakkan karena minat membaca dan menulis masyarakat

Indonesia masih tergolong minim. Program literasi sekolah ini diharapkan mampu membangkitkan

minat membaca dan menulis sejak dini.

Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

Tujuan gerakan literasi sekolah dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus.

1. Tujuan umum
Tujuan umum gerakan literasi sekolah adalah menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti

para peserta didik agar menjadi insan literat sepanjang hidup melalui ekosistem literasi yang

dibangun dalam gerakan literasi sekolah.

2. Tujuan khusus
Tujuan khususnya adalah sebagai berikut.

1. Membentuk budaya literasi di lingkungan sekolah.

2. Meningkatkan insan literat di lingkungan sekolah.

3. Meningkatkan pengelolaan pengetahuan di lingkungan sekolah melalui sekolah ramah anak yang

menyenangkan.
4. Menjadi wadah untuk menumbuhkan strategi membaca, sehingga keberlanjutan pembelajaran bisa

selalu dihadirkan.

Manfaat Gerakan Literasi Sekolah


Manfaat gerakan literasi sekolah adalah sebagai berikut.

1. Memperkaya pengetahuan kosa kata.

2. Meningkatkan pemahaman mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Menambah informasi dan wawasan baru.

4. Meningkatkan kreativitas peserta didik dalam menulis dan menyusun kata-kata.

5. Mengasah daya ingat melalui membaca.

6. Meningkatkan kepekaan terhadap informasi yang muncul di media.

Prinsip Literasi Sekolah


Prinsip literasi sekolah merupakan pedoman yang mendasari gerakan literasi sekolah. Adapun

prinsip literasi sekolah adalah sebagai berikut.

1. Literasi sekolah harus disesuaikan dengan perkembangan peserta didik berdasarkan

karakteristiknya.

2. Pelaksanaannya harus berimbang dengan berbagai jenis/ragam teks serta memperhatikan hal-hal

yang dibutuhkan peserta didik.

3. Berlangsung secara terintegrasi dan menyeluruh untuk semua kurikulum.

4. Literasi sekolah harus dijalankan secara berkelanjutan.

5. Literasi harus disertai kegiatan kecakapan dalam berkomunikasi secara lisan.

6. Dilakukan dengan mempertimbangkan keberagaman.

Komponen Literasi Sekolah


Literasi sekolah terdiri dari enam komponen. Adapun komponen literasi sekolah yang dimaksud

adalah sebagai berikut.

1. Komponen literasi usia dini


Pada komponen literasi usia dini, pihak yang harus ikut aktif berperan adalah orang tua, keluarga,

guru PAUD, dan pengasuh (jika ada).

2. Komponen literasi dasar


Pada komponen literasi dasar, pihak yang harus ikut aktif berperan adalah pendidikan formal.

3. Komponen literasi perpustakaan


Pada komponen literasi perpustakaan, pendidikan formal adalah pihak yang harus ikut aktif

berperan.

4. Komponen literasi teknologi


Di era digital seperti sekarang ini, arus teknologi tidak dapat dibendung. Kemampuan literasi setiap

anak harus selalu ditingkatkan agar tidak mudah terjerumus dalam hal-hal yang tidak benar. Oleh

karena itu, komponen literasi teknologi harus melibatkan peran pendidikan formal dan keluarga.

5. Komponen literasi media


Arus informasi yang disampaikan melalui media tidak bisa diterima mentah-mentah begitu saja.

Seringkali, Bapak/Ibu mendapatkan berita hoax yang menyesatkan. Oleh karena itu, komponen

literasi media ini harus melibatkan pendidikan formal, keluarga, dan lingkungan sosial.

6. Literasi visual
Komponen literasi visual membutuhkan peran aktif pendidikan formal dan lingkungan sosial.
Tahapan Pelaksanaan Literasi Sekolah

Untuk mengimplementasi literasi di sekolah, diperlukan tiga tahapan. Adapun tahapan pelaksanaan

literasi sekolah adalah sebagai berikut.

1. Tahap pembiasaan
Pada tahap pembiasaan, kegiatan literasi hanya bertujuan untuk kesenangan. Melalui kesenangan

itulah diharapkan bisa menumbuhkan minat membaca dan menulis para peserta didik. Tahap

pembiasan dilakukan dengan dua cara, yaitu membaca nyaring oleh dan membaca dalam hati.

a. Membaca nyaring
Langkah-langkah yang harus dilakukan guru selama membaca nyaring adalah sebagai berikut.

 Sebelum membaca
Kegiatan sebelum membaca adalah sebagai berikut.

– Peserta didik diberi buku yang menarik, bermanfaat, dan sesuai dengan perkembangan anak.

– Guru memberikan pernyataan pembuka tentang buku yang akan dibaca.

 Saat membaca
Kegiataan saat membaca adalah sebagai berikut.

– Guru membaca isi buku dengan suara lantang, pengucapan jelas, dan tidak terlalu ceoat.

– Di antara sela-sela membaca, guru bisa menanyakan beberapa kalimat yang sudah dibaca untuk

menggiring tanggapan peserta didik.

 Setelah membaca
Kegiatan setelah membaca adalah memberikan pertanyaan kepada peserta didik berkaitan dengan

teks yang sudah dibaca.

b. Membaca dalam hati


Membaca dalam hati dilakukan oleh guru dan peserta didik secara bersamaan. Alokasi waktu yang

dibutuhkan biasanya 15 menit. Jika terlalu lama, peserta didik bisa cepat bosan. Adapun langkah-

langkah membaca dalam hati adalah sebagai berikut.

 Sebelum membaca
Sebelum membaca ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut.

– Peserta didik bebas memilih buku bacaan yang diinginkan.

– Guru memberikan penjelasan tentang durasi membaca.

– Peserta didik bisa menempati area mana saja yang disukainya asalkan masih di area sekolah.

 Saat membaca
Saat membaca, peserta didik dan guru membaca bersama-sama dalam jangka waktu yang telah

ditentukan.

 Setelah membaca
Setelah membaca, ada hal-hal penting yang harus dilakukan peserta didik, yaitu sebagai berikut.

– Peserta didik mencatat hal-hal penting dari buku bacaan, misalnya judul buku, pengarang, jumlah

halaman, dan sebagainya.

– Untuk buku yang belum selesai dibaca, bisa dilanjutkan di pertemuan selanjutnya.

– Peserta didik harus mengembalikan buku yang dibacanya di tempat semula.

– Peserta didik harus menjawab sejumlah pertanyaan dari Bapak/Ibu guru.

2. Tahap pengembangan
Tahap pengembangan merupakan bentuk tindak lanjut dari tahap sebelumnya, yaitu tahap

pembiasaan. Pada tahap pengembangan ini, diharapkan kemampuan dan keinginan membaca para

peserta didik sudah mulai muncul. Agar minat membacanya tidak hilang, dibutuhkan adanya tahap

pengembangan. Adapun kegiatan yang bisa dilakukan di tahap pengembangan ini adalah sebagai

berikut.

1. Memberikan komentar, baik secara lisan maupun tulisan, pada buku/jurnal/makalah yang sudah

dibaca.

2. Menulis jurnal tanggapan terhadap buku yang sudah dibaca.

3. Memanfaatkan graphic organizer sebagai alat untuk menulis tanggapan.

4. Membuat suatu kesimpulan sistematis dari buku yang sudah dibaca.

3. Tahap pembelajaran
Tahap pembelajaran ini merupakan tindak lanjut dari tahap sebelumnya, yaitu tahap 

pengembangan. Pada tahap ini, peserta didik sudah otomatis terlatih untuk menerapkan budaya

literasi di lingkungan sekolah. Adapun kegiatan yang bisa dilakukan pada tahap ini adalah sebagai

berikut.
1. Kebiasaan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Kegiatan ini bisa berupa membaca

nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, atau membaca secara terintegrasi dengan

beberapa indikator.

2. Menjalankan berbagai strategi untuk memudahkan peserta didik dalam memahami suatu bacaan di

semua mata pelajaran.

3. Memanfaatkan berbagai jenis bacaan, misalnya bacaan cetak, visual, auditori, dan digital. Dengan

demikian, peserta didik bisa memperkaya literasinya di luar bacaan pelajaran.

Langkah Literasi dalam Pembelajaran

Seperti pembahasan sebelumnya, langkah literasi dalam pembelajaran meliputi sebelum, saat, dan

setelah membaca.

1. Sebelum
Sebelum membaca, peserta didik akan diberi buku bacaan dan mereka diminta untuk memahami

tujuan membaca buku tersebut. Pada tahap ini, peserta didik juga harus mampu memperkirakan isi

buku yang akan dibaca.

2. Selama
Selama membaca, peserta didik harus bisa mengidentifikasi informasi relevan yang terkandung di

dalam bacaan, mencari kata kunci, dan menemukan kosakata baru.

3. Setelah
Setelah membaca, peserta didik harus bisa menyimpulkan teks yang sudah dibaca, baik secara

lisan dan tulisan.

Apa Saja Kegiatan Literasi Sekolah?

Kegiatan literasi sekolah bisa diisi secara bervariasi, bergantung pada kreativitas peserta didik. Lalu,

apa saja kegiatan literasi sekolah?

1. Kegiatan wajib kunjungan ke perpustakaan

2. Pembuatan mading kelas atau sekolah setiap minggu/bulan.

3. Membaca buku non pelajaran sebelum dimulai pembelajaran.

4. Membuat pohon literasi di setiap mading kelas.

5. Kegiatan menghafal kosa kata baru dan menuliskannya dalam bentuk kalimat.

6. Mengadakan perlombaan karya literasi setiap satu semester.

7. Membuat perpustakaan mini di dalam kelas beserta spot membaca yang cozy atau nyaman.

Gerakan Literasi Sekolah di Masa Pandemi


Pandemi Covid-19 belum juga usai. Artinya, peserta didik masih harus berada di rumah saja demi

memutus mata rantai penyebaran Covid-19. 

Selama di rumah saja, tentu kegiatan literasi yang digagas Kemdikbud tersebut menemukan

sejumlah kendala. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. 


Saat ini, Kemdikbud sudah mengeluarkan sejumlah kebijakan terkait relaksasi kurikulum, yaitu guru

tidak dibebani untuk menyelesaikan seluruh kompetensi dasar, melainkan bisa dipilih KD mana saja

yang esensial. 

Tidak hanya itu, Kemdikbud sudah menyediakan modul literasi yang bisa diunduh secara bebas

oleh peserta didik, guru, dan masyarakat.

Ketersediaan modul literasi digital ini diharapkan mampu mempertahankan minat membaca dan

menulis para peserta didik dan guru. Dengan demikian, gerakan literasi sekolah di masa pandemi

bisa tetap dijalankan, sehingga fungsi literasi sekolah bisa didapatkan di rumah.

Itulah pembahasan Quipper Blog tentang gerakan literasi sekolah. Semoga bisa bermanfaat buat

Bapak/Ibu. Meskipun di rumah saja, Bapak/Ibu harus tetap semangat demi memajukan pendidikan

di Indonesia. Yuk, mampir ke Quipper Blog untuk baca artikel menarik lainnya. Salam Quipper!

Gerakan Literasi Sekolah, Kenali Tujuan


hingga Komponennya

Gerakan literasi sekolah adalah adalah usaha untuk menumbuhkan minat


baca dan menulis pada siswa, serta menggunakan teknologi secara bijak.
Diharapkan anak memiliki pola pikir yang cerdas dalam menggunakan
sumber-sumber pengetahuan.

4
(4)
6 Apr 2022
| Asni Harismi
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Salin Link
Ilustrasi seorang murid sedang membacakan buku dihadapan kelas
Table of Content

 Apa itu gerakan literasi sekolah?


 Tujuan gerakan literasi sekolah
 Komponen gerakan literasi sekolah
 Contoh program gerakan literasi sekolah
 Manfaat gerakan literasi sekolah

Rendahnya minat baca di Indonesia sudah masuk kategori


mengkhawatirkan sehingga pemerintah harus bekerja keras untuk
menaikkan tingkat literasi di Tanah Air. Salah satu program Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dalam hal ini adalah melaksanakan gerakan
literasi sekolah.

Apa itu gerakan literasi sekolah?


Gerakan literasi sekolah adalah usaha demi menumbuhkan minat baca
dan menulis pada siswa dan menjadikannya sebagai sikap yang tertanam
untuk seumur hidup. 

Dalam kegiatan rutin ini, materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, kearifan
lokal, nasional, dan global sesuai tahap perkembangan peserta didik.
Gerakan literasi sekolah lahir pada 2016 lalu oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud. Kini, gerakan ini telah
disosialisasikan ke semua Dinas Pendidikan tingkat Provinsi hingga
Kota/Kabupaten.

Gerakan ini dimaksudkan untuk memperbaiki tingkat literasi masyarakat


Tanah Air dimulai dari anak-anak usia sekolah. Sayangnya, program
literasi sekolah belum banyak memperlihatkan hasil.

Berdasarkan data Kemendikbud pada 2019, angka rata-rata indeks


aktivitas literasi membaca (Alibaca) nasional masih dalam kategori literasi
rendah.

Tujuan gerakan literasi sekolah

Gerakan literasi
sekolah mendorong anak gemar membaca

Setelah memahami arti literasi sekolah, Anda harus mengetahui tujuan


kegiatan ini. 

Tujuan gerakan literasi sekolah yang utama adalah


menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui
pemberdayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam
gerakan ini agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Selain itu, tujuan program literasi sekolah adalah:

 Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah


 Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat
 Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan
ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan
 Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam
buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

Diharapkan warga sekolah melek dalam hal baca tulis, numerasi, sains,
digital, finansial, maupun budaya dan kewarganegaraan.
Sasaran gerakan literasi sekolah adalah ekosistem pada jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Oleh sebab itu, sekolah
dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), maupun sekolah
menengah atas (SMA) harus membuat gerakan literasi sekolah.

Komponen gerakan literasi sekolah


Pada praktiknya, gerakan literasi sekolah dimulai dengan cara yang sangat
sederhana, yakni membaca atau menulis selama 15 menit yang dilakukan
oleh guru dan murid secara bersama-sama.

Pada konsepnya, gerakan ini lebih dari sekedar mengajarkan anak untuk


membaca dan menulis.

Dalam buku panduan Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, terdapat


enam komponen kegiatan yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Literasi dini

Dalam gerakan literasi sekolah ini, anak-anak akan diajarkan kemampuan


untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui
gambar dan lisan. Kegiatan ini dapat dikatakan sebagai fondasi
pengembangan literasi bagi anak-anak.

2. Literasi permulaan

Literasi permulaan mengajarkan anak untuk mampu mendengarkan,


berbicara, membaca, menulis, dan menghitung.

Literasi ini membutuhkan kemampuan anak yang lebih kompleks, yakni


menganalisis, menghitung, mempersepsikan informasi,
mengomunikasikannya, serta menggambarkan informasi berdasarkan
pemahaman anak.

3. Literasi perpustakaan

Gerakan literasi sekolah ini bukan berarti harus dilakukan di ruang


perpustakaan, namun esensinya ialah mengenalkan anak-anak pada jenis-
jenis buku yang ada di perpustakaan.

Guru dapat memberikan buku fiksi atau nonfiksi, ensiklopedia, dan jenis
buku lainnya sehingga anak dapat memiliki pengetahuan dalam
memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan atau
penelitian.

4. Literasi media
Anak diperkenalkan kepada berbagai bentuk media massa yang ada di
Indonesia, mulai dari media cetak, media elektronik, media digital,
termasuk media sosial.

Tujuan gerakan literasi sekolah dalam bidang media ini adalah anak dapat
memahami dan memilah informasi secara bertanggung jawab, serta
menggunakan media-media tersebut dengan baik.

5. Literasi teknologi

Gerakan literasi sekolah ini akan mengajarkan anak untuk menguasai


teknologi, mulai dari peranti keras (hardware) maupun peranti lunak
(software).

Materi yang diajarkan mulai dari hal sederhana, seperti


menghidupkan/mematikan komputer, hingga etika dalam memanfaatkan
teknologi itu sendiri.

6. Literasi visual

Literasi visual adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan
teknologi. 

Anak akan diberikan pemahaman tentang konten digital yang beretika


dan tidak melanggar norma sosial, misalnya dengan cara menonton film
pendek maupun membahas soal konten media sosial yang tidak patu

Kegiatan dalam gerakan literasi sekolah bisa dilakukan seiring dengan


kurikulum yang diterapkan di institusi pendidikan tersebut.

Misalnya, guru dapat meminta anak untuk melakukan presentasi pada


mata pelajaran ekonomi atau anak diminta berpidato saat upacara
bendera.

Sementara itu, subjek gerakan literasi sekolah bukan hanya murid,


melainkan juga guru-guru sebagai fasilitator.

Apalagi, anak-anak kini memiliki akses yang luas pada sumber informasi,
baik di dunia nyata maupun dunia maya, yang mungkin menjadikan
peserta didik lebih tahu daripada guru.

Anda mungkin juga menyukai