Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENELITIAN

A. Judul Penelitian

PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA PADA SISWA KELAS I SDN

SAWAHDADAP I KECAMATAN CIMANGGUNG KABUPATEN

SUMEDANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

B. Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan

kepada siswa, tetapi kebiasaan membaca belum membudaya pada masyarakat,

khususnya di kalangan pelajar. Kegemaran membaca bukanlah faktor keturunan.

Artinya, kegemaran/kebiasaan membaca dapat diperoleh melalui pembiasaan dan

latihan yang kontinyu. Para pelajar belum merasakan kegiatan membaca sebagai

suatu kebutuhan. Mereka masih merasakan membaca sebagai kewajiban.

Sebagian besar siswa baru akan membaca bila ada tugas dari guru atau jika ada

ulangan di sekolah. Sedikit sekali anak yang memanfaatkan waktu luangnya atau

pada jam istirahat di sekolah untuk berkunjung ke perpustakaan. Mereka masih

dominan/cenderung menggunakan jam istirahat tersebut untuk bersenda gurau

atau bermain-main dengan temannya. Perpustakaan akan ramai dikunjungi anak

bila ada tugas dari guru yang berkenaan dengan materi pelajaran, seperti membuat

ringkasan cerita/buku, laporan, menulis resensi buku, membuat surat pembaca,

dan sebagainya.

1
2

Rendahnya minat baca anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

Faktor tersebut dapat berasal dari diri anak sendiri yang tidak suka membaca, atau

dapat dikatakan sebagai faktor internal. Untuk mengatasi hal ini, sangat

diperlukan peran guru untuk memotivasinya. Faktor lainnya adalah faktor

eksternal, antara lain karena terbatasnya jumlah dan keberagaman jenis buku yang

ada. Untuk mengatasi hal ini pihak sekolah hendaknya kreatif dan berinisiatif

untuk memperkaya khazanah dan buku-buku yang menarik serta bermanfaat

untuk meningkatkan minat anak dalam membudayakan gemar membaca. Tak

kalah pentingnya guru sendiri harus menjadi contoh yang baik. Dengan kata lain,

anak tidak hanya mendengar anjuran dan perintah dari guru agar mereka selalu

membaca. Tetapi anak sendiri melihat dan yakin bahwa guru mereka memang

gemar membaca, tidak hanya sekedar gemar menyuruh membaca.

Dari uraian di atas, terlihat bahwa salah satu aspek keterampilan

berbahasa yang perlu dikuasai siswa/siswi kelas I adalah keterampilan membaca.

Dengan memiliki keterampilan membaca, anak akan dapat mengembangkan ide,

gagasan, atau pemikirannya dari wacana yang dibacanya. Oleh karena itu,

keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang

penting dimiliki oleh anak.

Salah satu keterampilan membaca yang dipelajari siswa kelas I sekolah

dasar adalah membaca permulaan. Pembelajaran membaca permulaan bertujuan

agar siswa dapat mengenali dan mengubah lambang-lambang tertulis menjadi

bunyi-bunyi yang bermakna, atau dengan kata lain untuk menjadikan anak

mengenal huruf. Ini berarti bahwa anak yang asalnya tidak mengetahui huruf
3

menjadi tahu huruf, sehingga dapat melafalkan huruf tersebut sesuai dengan

bunyinya.

Permasalahan yang sering dihadapi guru adalah kemampuan membaca

siswa kelas I sekolah dasar masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan rendahnya

minat baca mereka. Di samping itu, rendahnya kemampuan membaca anak

disebabkan karena terbatasnya jumlah dan keberagaman jenis buku yang ada.

Apabila hal tersebut tidak segera diatasi maka anak menjadi tidak gemar

membaca, sehingga akan berdampak pada sulitnya mempelajari ilmu pengetahuan

lain.

Untuk mengatasi hal tersebut guru dituntut untuk dapat menyajikan bahan

pembelajaran membaca dengan baik. Menyajikan dengan baik, berarti

mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran dengan penuh

ketelitian.

Dalam mempersiapkan pembelajaran membaca banyak hal yang perlu

dilakukan guru. Di samping menyusun rencana pembelajaran, guru juga harus

dapat memilih dan menentukan media yang tepat sehingga bahan pembelajaran

dapat disajikan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.

Banyak media pembelajaran yang dapat digunakan guru di dalam

menyampaikan materi pembelajaran membaca kepada anak. Oleh karena itu, guru

dalam proses pembelajaran dituntut untuk dapat memilih media yang tepat dengan

materi yang akan diajarkan kepada anak agar tujuan pembelajaran yang telah

direncanakan dapat tercapai dengan baik.


4

Dalam pembelajaran membaca dikenal beberapa media mengajar yang

dapat dipilih dan digunakan, di antaranya media puzzle. Media puzzle merupakan

sebuah media yang berupa potongan-potongan gambar yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan (dalam pembelajaran) sehingga dapat merangsang

perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk

mencapai tujuan belajar. Penggunaan media puzzle dalam pembelajaran membaca

merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang memungkinkan

kemampuan membaca siswa meningkat. Di samping itu, media puzzle akan

menarik dan mendorong siswa aktif dalam mempelajari peristiwa-peristiwa yang

terjadi. Dengan kelebihan yang dimilikinya, diharapkan penggunaan media puzzle

ini akan mampu memperbaiki proses dan hasil pembelajaran membaca pada siswa

kelas I sekolah dasar.

Berdasarkan pemikiran itulah, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul, “Penggunaan Media Puzzle dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca pada Siswa Kelas I SDN Sawahdadap I

Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2014/2015”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah

dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut.

1. Bagaimana langkah-langkah penggunaan media puzzle untuk meningkatkan

kemampuan membaca siswa kelas I SD Negeri Sawahdadap I Kecamatan

Cimanggung Kabupaten Sumedang tahun pelajaran 2014/2015?


5

2. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan media puzzle untuk

meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas I SD Negeri Sawahdadap I

Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang tahun pelajaran 2014/2015?

3. Bagaimana hasil penggunaan media puzzle dalam upaya meningkatkan

kemampuan membaca siswa kelas I SD Negeri Sawahdadap I Kecamatan

Cimanggung Kabupaten Sumedang tahun pelajaran 2014/2015?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi dan

mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan media puzzle sebagai

upaya meningkatkan kemampuan membaca pada siswa kelas I. Secara khusus

tujuan penelitian ini adalah:

1. mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan media puzzle untuk

meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas I SD Negeri Sawahdadap I

Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang tahun pelajaran 2014/2015;

2. mendeskripsikan tanggapan anak terhadap penggunaan media puzzle untuk

meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas I SD Negeri Sawahdadap I

Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang tahun pelajaran 2014/2015;

3. mendeskripsikan hasil penggunaan media puzzle dalam upaya meningkatkan

kemampuan membaca siswa kelas I SD Negeri Sawahdadap I Kecamatan

Cimanggung Kabupaten Sumedang tahun pelajaran 2014/2015.


6

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

pihak, terutama bagi guru, kepala sekolah, dan peneliti lain. Manfaat yang

diharapkan diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut.

1. Secara Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

pengetahuan mengenai kajian keberhasilan pembelajaran membaca dengan

menggunakan media puzzle.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut.

a. Bagi guru, hasil penelitian ini memberikan informasi tentang penggunaan

media pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran membaca sebagai

upaya peningkatan keberhasilan pembelajaran bahasa bagi siswa kelas I

sekolah dasar.

b. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan menambah literatur

perpustakaan sekolah, karena diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi

bahan pustaka di perpustakaan sebagai rujukan bagi penelitian-penelitian

selanjutnya.

c. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar

kebijakan dalam peningkatan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia di

sekolah.

d. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan

untuk mengadakan penelitian selanjutnya.


7

F. Anggapan Dasar dan Hipotesis

1. Anggapan Dasar

Surakhmad dalam Arikunto (1998 : 10) menyetakan, ”Anggapan dasar

atau postulat adalah sebuat titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh

penyelidik”. Dengan kata lain, anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini

kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai tempat berpijak bagi

peneliti di dalam melaksanakan penelitian.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis mendapat gambaran bahwa

anggapan dasar mempunyai kedudukan sangat penting dalam melaksanakan

penelitian, yaitu sebagai titik tolak penelitian. Adapun anggapan dasar yang

penulis tentukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Membaca merupakan suatu kemampuan yang perlu dimiliki dan dikuasai,

karena dapat menambah wawasan, pemahaman, dan daya nalar anak.

2. Kemampuan membaca merupakan suatu keterampilan yang perlu dipelajari

oleh siswa kelas I karena dapat meningkatkan keterampilan berbahasa anak.

3. Untuk meningkatkan kemampuan membaca pada siswa kelas I diperlukan

media pembelajaran yang tepat.

4. Media puzzle merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam

pembelajaran membaca pada siswa kelas I.

2. Hipotesis Tindakan

Bertolak dari pengertian hipotesis di atas, penulis merumuskan hipotesis

dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu “Penggunaan media puzzle dapat
8

meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas I SD Negeri Sawahdadap I

Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang tahun pelajaran 2014/2015.

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam menafsirkan istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, diperlukan definisi operasional. Dengan definisi

operasional tersebut diharapkan akan dapat menimbulkan persepsi yang sama

terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini. Oleh karena itu,

berikut ini penulis uraikan definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian

ini sebagai berikut.

1. Penggunaan adalah proses perbuatan, cara menggunakan sesuatu.

2. Media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalirkan

pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan

peserta didik untuk benar.

3. Puzzle adalah suatu permainan penataan potongan-potongan gambar yang

apabila tersusun secara benar akan membentuk suatu gambar bermakna.

Dalam permainan ini, kondisi mta, otak, dan tangan sangat dibutuhkan. Anak

akan lebih konsentrasi dan teliti dalam menyusun potongan puzzle agar tertata

dengan benar.

4. Kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu.

5. Membaca yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan membaca yang

bertujuan mengenalkan huruf-huruf dalam abjad sebagai tanda suara atau

tanda bunyi kepada anak.


9

H. Ringkasan Tinjauan Teoritis

1. Media Pembelajaran

Ditinjau dari segi komunikasi, belajar di kelas, berinteraksinya guru dan

siswa sudah merupakan suatu dunia komunikasi kecil tersendiri. Dalam hal ini

guru memegang peranan yang dapat mengontrol efektifitas dan efesiensi

komunikasi. Akan tetapi, karena berbagai sebab tidak selamanya komunikasi

antara guru dan siswa di dalam kelas berjalan dengan lancar. Di antara sebab-

sebab itu ialah kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan murid, kurangnya minat

siswa dan lain-lainya.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang media pembelajaran,

akan penulis kemukakan pendapat beberapa pakar mengenai batasan media

pembelajaran.

Sudiman (1986:7) menjelaskan bahwa, “Media pembelajaran sebagai

segala sesuatu yang dapat digunakan dari pengirim pesan kepada penerima,

sehingga dapat merangsang pikiran perasaan, perhatian, dan minat siswa

sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”.

Hamalik (1986:11) berpendapat bahwa, “Media pembelajaran adalah

suatu bagian integral dari proses pendidikan di sekolah”. Hal itu menjadi satu

bidang yang harus dikuasai oleh setiap guru profesional.

Menurut pendapat Badudu (1992:24) “Media pembelajaran adalah alat

pengajaran yang berfungsi menunjang kejelasan penyampaian bahan pengajaran”.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa, “Media

adalah alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film,
10

poster, dan spandung”. Dengan demikian, media merupakan alat atau sarana

pembelajaran yang dapat digunakan untuk memepermudah pelaksanaan proses

pembelajaran.

Batasan-batasan yang diberikan para pakar di atas pada prinsipnya

memiliki persamaan, bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang dapat merangsang

pikiran, perhatian dan minat siswa sehingga proses belajar mengajar dapat

terlaksana dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa media

pembelajaran merupakan suatu alat yang digunakan oleh guru yang berfungsi

untuk memperjelas penyajian informasi atau bahan kajian, sehingga dapat

memahami suatu materi pelajaran atau bahan kajian dengan sebaik-baiknya.

2. Media Puzzle

Kata media berasal dari bahsa Latin medius yang secara harfiah berarti

`tengah`, `perantara` atau `pengantar`. Dalam bahasa Arab, media adalah

perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Garlach &

Ely (Hamalik, 1989 : 12) mengatakan bahwa, “Media apabila secara garis besar

adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat

siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam

pengertian ini, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media”. Artinya,

sesuatu yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap

disebut media.
11

Media puzzle merupakan sebuah media yang berupa potongan-potongan

gambar yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (dalam pembelajaran)

sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam

kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Penggunaan media puzzle dalam

pembelajaran membaca merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan

pembelajaran yang memungkinkan peningkatan kemampuan membaca terwujud.

Di samping itu, media puzzle akan menarik dan mendorong siswa aktif dalam

mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Media puzzle dapat pula berupa media gambar. Gambar adalah, “Tiruan

barang atau orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya yang dibuat dengan

coretan pensil dan sebagainya” (Depdikbud, 1998:288). Dengan kata lain, gambar

sebagai tiruan benda atau orang yang dapat membantu seseorang mengenal benda

yang sesungguhnya.

Gambar yang digunakan sebagai media biasanya dibangun oleh garis-

garis. Sedangkan yang dimaksud garis adalah, “Bentang titik-titik yang

bersambung” (Mofit, 2003:1). Di alam dapat kita lihat garis-garis yang terbentuk

dari persinggungan sebuah bentuk atau daerah. Seperti tepi sungai, batas antara air

dan tanah yang bisa dilihat sebagai garis tepi, atau jalanan yang dilihat dari atas,

atau garis yang terjadi akibat persinggungan antara tepi hutan dengan daratan

tanah terbuka. Contoh lain misalnya tampak pada awan yang memberi batas-batas

garis pada daerah-daerah pegunungan, taman, laut, dan sebagaiya. Di antara laut

dan langit yang berawan juga terdapat garis yang disebut horison.
12

Garis bisa dibuat dengan pensil, pena, kapur tulis, atau dengan alat gambar

apa saja. Garis-garis yang kita buat dapat membentuk sebuah sistem. Sebagai

contoh, kegiatan menulis merupakan suatu garis. Dari sistem garis ini bisa timbul

beraneka ragam bentuk yang membawa kesan dan pesan-pesan orang lain atau diri

sendiri atas nilai yang hendak disampaikan oleh suatu kelompok atau individu.

Setiap garis memiliki ciri, karakter, dan sifat masing-masing tergantung pada si

pembuatnya.

Media lain yang termasuk media gambar adalah foto, peta, papan visual,

dan lain-lain. Foto-foto yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran yaitu

foto kegiatan, foto binatang, foto tumbuhan, foto kerangka manusia, dan lain-lain.

Peta yang dapat digunakan sebagai media gambar yaitu peta dunia, peta

Indonesia, peta pulau Jawa, dan sebagainya. Sedangkan papan visual yang biasa

digunakan sebagai media pembelajaran berupa majalah dinding, papan

pengumuman, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa media

puzzle adalah media pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperjelas

penyampaian materi pembelajaran yaitu gambar-gambar, baik berupa gambar

tiruan yaitu gambar yang dibuat oleh guru sesuai dengan objek yang ditirunya,

foto-foto, papan visual, dan lain-lain. Gambar yang biasa digunakan guru sebagai

media pembelajaran terdiri atas gambar mati dan gambar berseri.

3. Membaca

Dari beberapa jenis membaca yang penulis paparkan di atas, tidak secara

keseluruhan diajarkan di sekolah dasar. Hal ini tentunya disesuaikan dengan


13

kapasitas kemampuan siswa sekolah dasar yang masih berada pada taraf yang

lebih rendah.

Untuk lebih jelasnya penulis paparkan beberapa jenis membaca yang

diajarkan di sekolah dasar menurut Supriyadi sebagai berikut.

1. Membaca permulaan yang sepenuhnya diajarkan di kelas I dan kelas II


yaitu jenis membaca teknis atau membaca nyaring yang lebih
menekankan pada upaya melek huruf, artinya mendidik anak agar
dapat mengenal dan mengubah lambang-lambang tertulis menjadi
bunyi-bunyi yang bermakna.
2. Membaca lanjutan yang diajarkan di kelas III sampai dengan kelas VI
yang meliputi membaca teknis, membaca dalam hati, membaca cepat,
dan membaca bahasa.
(1) Membaca teknis juga diajarkan pada membaca lanjutan di kelas-
kelas yang lebih tinggi, hanya tentu saja sasarannya berbeda
dengan membaca teknis pada kelas rendah. Membaca teknis pada
kelas yang lebih tinggi lebih menekankan pada upaya
memperlancar kemampuan siswa dalam mengubah lambang-
lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi yang bermakna dan makna
itu dapat dipahami. Dengan kata lain supaya anak melek wacana.
(2) Membaca dalam hati, yaitu jenis membaca yang dilakukan tanpa
menyuarakan apa yang dibaca, sehingga orang lain tidak merasa
terganggu. Jenis membaca ini memerlukan waktu tempuh yang
lebih hemat dibanding dengan membaca nyaring.
(3) Membaca cepat, yaitu membaca yang mengutamakan kecepatan
mata dalam membaca. Melalui pelajaran membaca cepat guru
hendaknya dapat memupuk kecepatan membaca anak, di samping
kemampuannya dalam memahami isi bacaan. Bahan bacaan yang
dapat dipergunakan dalam pelajaran membaca cepat antara lain :
majalah, aturan pemakaian obat, dan sebagainya.
(4) Membaca bahasa, yaitu jenis membaca yang mengutamakan
keterampilan siswa dalam hal menggunakan kaidah bahasa serta
makna suatu kalimat atau kata sesuai dengan konteksnya (1995 :
127-128).

Dari uraian di atas, terlihat bahwa keterampilan membaca yang diajarkan

di sekolah dasar terdiri atas dua jenis, yaitu membaca permulaan dan membaca

pemahaman. Membaca permulaan diajarkan pada siswa kelas I dan kelas II


14

sedangkan membaca pemahaman diajarkan pada siswa kelas III sampai dengan

kelas VI.

Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk skema berikut ini.

Membaca permulaan Membaca teknis


(Kelas I dan II) (nyaring)

Membaca di SD Membaca teknis

Membaca lanjutan Membaca dalam hati


(Kelas III – VI)
Membaca cepat

Membaca bahasa
(Supriyadi, 1995 : 128)

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

pembelajaran membaca di sekolah dasar dapat dibedakan menjadi dua jenis.

Kedua jenis pembelajaran membaca tersebut adalah membaca permulaan dan

membaca lanjutan. Membaca permulaan sepenuhnya diajarkan di kelas I dan kelas

II, yaitu membaca teknik atau membaca nyaring. Dalam membaca permulaan,

siswa dituntut untuk dapat mengenal dan mengubah lambang-lambang tertulis

menjadi bunyi-bunyi yang bermakna. Sedangkan membaca lanjutan yang

diajarkan di kelas III sampai dengan kelas VI meliputi membaca teknis, membaca

dalam hati, membaca cepat, dan membaca bahasa.

I. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif. Sejalan

dengan penelitian ini maka Kirk dan Milker (1986 : 9) dalam Moleong
15

menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan

manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tertentu

dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (2004 : 3).

Sedangkan dasar pemikiran menggunakan metode kualitatif adalah

mengacu kepada pendapat Moleong yang mengatakan sebagai berikut :

Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan


dengan kenyataaan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung
hakikat hubungan antara peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini
lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman
pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (2004 : 5).

Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

mencari data secara menyeluruh dari peserta didik secara komperhenshif tentang

membaca permulaan. Pertimbangan lain dalam menggunakan penelitian kualitatif

adalah sebagai berikut.

Pertama, manusia sebagai alat (instrumen) karena dalam penelitian,

peneliti sendiri dibantu oleh orang lain atau praktisi yang merupakan alat

pengumpul data utama. Kedua, alat yang dikumpulkan dalam penelitian ini

barupa kata-kata dan bukan angka. Dengan demikian, laporan penelitian datanya

berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, angket dan hasil tes. Ketiga,

penelitian lebih mementingkan segi proses daripda hasil, hal ini disebabkan oleh

bagian-bagian yang sedang diteliti akan lebih jelas diamati dalam proses.

Keempat penelitian lebih menghendaki agar penelitian dan hasil interpretasi yang

diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai

sumber data. Hal ini disebabkan oleh adanya konfirmasi hipotesis kerja menjadi
16

lebih baik verifikasinya apabila diketahui dan dikonfirmasikan oleh orang-orang

yang ada kaitannya dengan yang diteliti.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian tindakan

kelas (clasroom, action research). Hal ini sesuai dengan karakteristik penelitian

tindakan kelas, yaitu berangkat dari permasalahan praktikfaktual. Permasalahan

faktual adalah permasalahan yang timbul dalam kegiatan sehari-hari yang

dihadapi guru (Wiraatmaja, 2005 : 6). Hardjadipura dalam Wibawa mengatakan :

Penelitian tindakan kelas adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki


pendidikan melalui perubahan dengan mendorong para guru untuk
memikirkan praktek mengajarnya sendiri, agar kritis terhadappraktik
tersebut dan agar mau untuk mengubahnya, mendorong guru untuk berani
bertindak dalam mengembangkan teori dan bertanggung jawab mengenai
pelaksanaan tugasnya secara profesional (2005 : 7).

Desain penelitian yang digunakan mengacu kepada model yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Togart, yaitu model spiral yang dimulai dengan :

1) perencanaan (planing); 2) aksi/tindakan (acting); 3) observasi (observing); dan

4) refleksi (reflecting). Hanya saja sesudah suatu siklus selesai

diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi , kemudian diikuti dengan

adanya perencanaan ulang (replaning) atau revisi terhadap implemtansi siklus

sebelumnya. Selanjutnya, berdasarkan perencanaan ulang tersebut dilaksanakan

dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian untuk seterusnya, satu siklus berikutnya

sehingga PTK dapat dilakukan dengan beberapakali siklus. Desain penelitian

tersebut digambarkan dalam bentuk alur sebagai berikut.


17

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan

Siklus 1

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan

Siklus 2

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan

Siklus 3

Refleksi

Gambar 1
Desain Penelitian Tindakan Kelas

3. Lokasi Penelitian

Lokasi tempat penulis melakukan penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri

Sawahdadap I Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang. Lokasi penelitian

tersebut dipilih karena pertimbangan sebagai berikut.


18

Pertama, penulis mengajar di SDN Sawahdadap I Kecamatan

Cimanggung Kabupaten Sumedang sehingga merasa bertanggung jawab terhadap

keberhasilan pendidikan di sekolah tersebut dengan mengadakan pembaharuan

terhadap model mengajar yang monoton menjadi berpariasi. Dengan menerapkan

model mengajar yang berpariasi, masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa

maupun oleh guru akan terselesaikan.

Kepala sekolah dan guru-guru di SDN Sawahdadap I Kecamatan

Cimanggung Kabupaten Sumedang sangat terbuka mendukung terhadap

peningkatan kualitas pendidikan sehingga memudahkan penulis untuk

berkolaborasi dalam penelitian ini.

J. Teknik Penelitian

1. Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian tindakan kelas.

Adapun tahap-tahap yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Tahap perencanaan tindakan (planing).

Langkah-langkah perencanaan tindakan yang penulis lakukan adalah

sebagai berikut.

Kesatu, permohonan ijin kepada kepala sekolah dan kesediaan rekan-rekan

guru sebagai mitra peneliti dan sebagai observer.

Kedua, mengadakan penelitian awal untuk memperoleh data.


19

Ketiga, memperkenalkan media pembelajaran yang dianggap lebih efektif

untuk pencapaian indikator.

Keempat, menyusun persiapan mengajar dengan menerapkan media puzzle.

Kelima, menyiapkan instrumen pengumpul data untuk digunakan dalam

pelaksanaan tindakan.

2. Tahap pelaksanaan tindakan (acting)

Pada tahap ini, kegiatan dilakuan secara kolaboratif antara peneliti dengan

guru di SDN Sawahdadap I Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang.

Peneliti bersama-sama dengan guru kelas tersebut melaksanakan pembelajaran

membaca dengan menggunakan media puzzle. Apabila tujuan pembelajaran

belum tercapai pada siklus pertama, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya.

3. Tahap observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Peneliti mengadakan observasi selama pelaksanaan proses pembelajaran

membaca dengan menggunakan media puzzle dengan menggunakan instrumen

pengumpul data yang sudah ditentukan.

4. Tahap analisis dan refleksi (reflekting)

Dalam tahap ini penulis akan menganalisis dan menginterpretasikan data

dari hasil observasi untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan telah

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil yang diperoleh tersebut kemudian

akan dijadikan dasar untuk melaksanakan penyusunan langkah-langkah dalam

tindakan selanjutnya.
20

2. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

observasi, teknik wawancara, teknik catatan lapangan, dan teknik test. Data yang

diperoleh dengan teknik-teknik tersebut dikumpulkan secara bertahap pada setiap

pelaksanaan pembelajaran.

Teknik observasi digunakan untuk menjaring data mengenai keaktifan siswa

dalam pembelajaran membaca serta data tentang kesulitan siswa dalam

pembelajaran tersebut.

Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas

tentang permasalahan atau kesulitan siswa dalam proses membaca. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui keluhan siswa tentang situasi pembelajaran.

Teknik catatan lapangan berupa catatan seperlunya yang sangat dipersingkat

berisi kata-kata inti dan pokok-pokok isi pengamatan yang berguna sebagai alat

perantara dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.

Teknik test digunakan pengukuran dan penentuan nilai perkembangan dan

kemajuan hasil belajar yang dicapai murid baik secara individu maupun secara

kelompok.

K. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Observasi, ialah pengamatan atau peninjauan secara cermat. (Depdiknas, 2002

: 475). Observasi dilakukan untuk mengamati dan mengetahui aktivitas dan


21

perilaku siswa kelas I SDN Sawahdadap I Kecamatan Cimanggung

Kabupaten Sumedang dalam proses pembelajaran membaca dengan

menggunakan media puzzle.

2. Wawancara, ialah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk

dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal (Lincoln dan Guba,

1995 : 266) dalam Moleong (2004 : 135).

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang kesulitan dan hambatan

yang dihadapi oleh siswa kelas I SDN Sawahdadap I Kecamatan Cimanggung

Kabupaten Sumedang dalam pembelajaran membaca dengan menggunakan

media puzzle.

3. Tes hasil belajar, ialah tes yang diberikan kepada siswa setelah selesai proses

pembelajaran untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai

atau belum (Sudjana, 2001 : 100).

Tujuan dilaksanakannya tes hasil belajar adalah untuk mengetahui tingkat

keberhasilan belajar siswa sebelum dan sesudah pemberian tindakan dengan

cara membandingkan nilai rata-rata yang diperoleh.

L. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dan ditargetkan selama kurang lebih empat

bulan mulai bulan Desember 2014 sampai dengan bulan Maret 2015, dengan

rincian jadwal kegiatan sebagai berikut.

No Uraian Kegiatan Desember Januari Februari Maret


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan
Proposal
22

2 Perencanaan
3 Pelaksanaan
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
4 Remedial
5 Pembuatan
laporan dan
revisi

M. Daftar Pustaka

Arsad. (2002). Media Pembelajaran. Bandung : Alumni.

Badudu, J.S. (1992). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.

Depdikbud. (1992). Pemilihan dan Pengembangan Bahan Pengajaran Membaca.


Jakarta : Penataran LokakaryaTahap II Proyek Pengembangan.

Depdiknas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Hamalik, O. (1986). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Bumi Angkasa.

Harjasujana. (1997). Materi Pokok Membaca. Bandung : Karunika

Hastuti. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud.

Kasbolah. (1998). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang : Depdikbud.

Natasasmita, H. (1995). Ringkasan Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung :


Ganeca Exact

Tampubolon. (2008). Kemampuan Membaca. Bandung : Angkasa.

Tarigan, H.G. (1990). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung : Angkasa.

Wibawa, B. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Dikdasmen.

Anda mungkin juga menyukai