Disusun Oleh:
KENDARI
2023
KETERAMPILAN MEMBACA DI SD
A. Pengertian Membaca
Membaca pada hakikatnya suatu hal yang rumit sebab melibatkan banyak
hal, bukan hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas seperti:
visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses membaca secara
visual merupakan proses menerjemahkan symbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata
lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan
kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pengalaman kreatif.
Istilah yang sering dipakai dalam memberikan komponen dasar dari proses
membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-
kata atau kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai
dengan sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian)
merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis dalam kata-kata. Proses
recording dan decoding berlangsung pada kelas-kelas rendah, yaitu SD kelas (I,
II, dan III) yang lebih dikenal dengan istilah membaca permulaan. Perkenalan
korespondesi pada huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Sementara itu proses
memahami makna (meaning) lebih ditekankan di kelas tinggi SD.
Membaca sebagai proses visual merupakan awal penerjemahan syimbol
tulis ke bentuk bunyi. Sebagai suatu proses berfikir, maka membaca mencakup
hal-hal seperti pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis
dan membaca kreatif. Membaca dari segi proses linguistik, schemata membaca
membantunya membangun makna, sedangkan fonologis, semantik, dan fitur
sintaksis membantunya mengomunikasikan dan menginterprestasikan pesan-
pesan. Proses metakognitif melibatkan seperti perencanaan, pembetulan suatu
strategi, pemonitoran dan pengevaluasian. Pembaca pada tahap ini
mengidentifikasi tugas pembaca untuk membentuk strategi membaca yang sesuai,
memonitor pemahamannya, dan menilai hasilnya.
B. Tujuan Membaca
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang
membaca dengan suatu tujuan, cendrung lebih memahami dibandingkan dengan
orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru
seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang
sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca peserta didik
itu sendiri.
Tujuan membaca mencakup: a) Kesenangan. b). Menyempurnakan
membaca nyaring. c). Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topic. d).
Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya. e).
Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis. f). Mengkonfirmasikan
atau menolak prediksi. g). Menyampaikan suatu eksperimen atau
mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara
lain dan mempelajari tentang struktur teks.
Ada tiga tujuan dalam membaca sekilas yakni sebagai berikut: Untuk
memperoleh suatu kesan umum dari suatu bacaan, untuk menemukan hal tertentu
dari suatu bacaan dan untuk menemukan atau menempatkan bahan yang
diperlukan dalam perpustakaan. Membaca dangkal adalah dilakukan pada saat
kita membaca dengan tujuan hiburan, membaca bacaan ringan yang
mendatangkan kebahagiaan misalnya cerita lucu, novel ringan dan catatan harian.
(b) Membaca Intensif. Membaca Intensif atau membaca pemahaman adalah
kegiatan membaca secara mendalam untuk memahami secara lengkap isi buku
atau bacaan tertentu. Dengan demikian, dalam membaca intensif diperlukan
pemahaman memahami detail atau perincian isi bacaan secara mendalam
(intensif).
Anak usia SD kelas rendah yaitu anak usia kelas 1sampai kelas II atau
Kelas III, dimana anak pada usia ini pikirannya masih melekat bagaimana
menyenangkannya pada masa bermain di PAUD sebagaimana diungkapkan oleh
Para ahli pendidikan anak usia dini adalah anak usia 0- 8 tahun, sebagaimana di
ungkapkan oleh Prof. Marjorry Ebbeck (1991) seorang pakar anak usia dini dari
australia menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah pelayanan pada
anak mulai dari lahir sampai usia delapan tahun tahun. Jadi anak usia SD kelas
rendah masih digolongkan kepada kategori anak usia dini, sehingga
perlakuanpun harus spesial termasuk dalam mengajarkan membaca.
Teori lama mengatakan bahwa yang disebut anak adalah anak usia
dewasa mini masih polos dan belum bisa apa-apaatau dengan kata lain belum
mampu berfikir ( hartati, 2007: 10) pemahaman ini berdampak pada pola
perlakuan yang diberikan pada anak antara lain anak sering diperlakukan sebagai
layaknya orang dewasa atau diperlakukan sebagai orang dewasa kecil, mungkin
masih segar dalam ingatan masa kecil kita ketika dipakaikan baju kebaya pake
konde, berpakaian layaknya orang dewasa dan sebagainya. Seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan banyak dilakukan studi tentang anak maka
semakin diketahui bahwa anak sangat berbeda dengan orang dewasa.
Banyak sekali pilihan metode membaca bagi anak sekolah SD kelas rendah
diantaranya yaitu:
a. Metode Alfabet
b. Metode Suara
c. Metode suku
kata Dalam metode ini suku kata merupakan kunci pokok dalam membuat
kata, metode suku kata sebenarnya suatu metode mengajarkan membaca
permulaan yang didasarkan atas kata-kata dianalisis menjadi suku kata , suku
kata –suku kata tersebut di
e. Metode kata-kata
Metode ini diawali menghafalkan cerita atau sebuah puisi, lalu diuraikan
atas kalimat- kalimatnya. Sampai pada kata-katanya.
a) Menurut Membaca dari bawah (bottom up) atau juga disebut linear yaitu
membaca dari yang sederhana ke yang lebih rumit. Hal ini juga ditegaskan oleh
Slamet Suyanto (2005: 166) bahwa salah satu metode pembelajaran membaca
yang dikenal adalah metode fonik yaitu mengeja huruf demi huruf saat membaca
atau menulis kata, lebih lanjut dikemukakan pula bahwa suara dalam kata
diwakili oleh huruf yang dapat disusun menjadi kata. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pada metode bottomup anak diajarkan membaca dengan mengenalkan
huruf dan bunyi huruf, suku kata, kata dan kalimat secara berurutan.
b) Membaca dari atas ke bawah (top down) atau Whole language yaitu anak belajar
melalui pemahaman bentuk utuh. Anak belajar secara umum mengenali kata
secara utuh dan baru memaknainya. Lebih lanjut diungkapkan bahwa pada
metode whole language anak tidak boleh dikenalkan abjad namun kata secara
utuh.