Anda di halaman 1dari 12

KETERAMPILAN MEMBACA DI SD

Mata kuliah :Bahasa Indonesia Di MI

Dosen Pengampu : Jafarudin S.pd.,M.pd

Disusun Oleh:

MUHAMMAD ADRYAN / 2022010104125

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

KENDARI

2023
KETERAMPILAN MEMBACA DI SD

A. Pengertian Membaca

Kemampuan keterampilan membaca merupakan keharusan dalam


kehidupan, tidak hanya dari segi kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat penting
dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan membaca peserta didik akan lebih
mengetahui segala sesuatu, peserta didik juga akan memiliki pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas lagi. Keterampilan membaca merupakan modal utama
peserta didik. Dengan kemampuan tersebut, peserta didik dapat mempelajari ilmu
lain, dapat mengomunikasikan gagasannya dan dapat mengekspresikan dirinya.

Membaca pada hakikatnya suatu hal yang rumit sebab melibatkan banyak
hal, bukan hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas seperti:
visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses membaca secara
visual merupakan proses menerjemahkan symbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata
lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan
kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pengalaman kreatif.

Istilah yang sering dipakai dalam memberikan komponen dasar dari proses
membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-
kata atau kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai
dengan sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian)
merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis dalam kata-kata. Proses
recording dan decoding berlangsung pada kelas-kelas rendah, yaitu SD kelas (I,
II, dan III) yang lebih dikenal dengan istilah membaca permulaan. Perkenalan
korespondesi pada huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Sementara itu proses
memahami makna (meaning) lebih ditekankan di kelas tinggi SD.
Membaca sebagai proses visual merupakan awal penerjemahan syimbol
tulis ke bentuk bunyi. Sebagai suatu proses berfikir, maka membaca mencakup
hal-hal seperti pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis
dan membaca kreatif. Membaca dari segi proses linguistik, schemata membaca
membantunya membangun makna, sedangkan fonologis, semantik, dan fitur
sintaksis membantunya mengomunikasikan dan menginterprestasikan pesan-
pesan. Proses metakognitif melibatkan seperti perencanaan, pembetulan suatu
strategi, pemonitoran dan pengevaluasian. Pembaca pada tahap ini
mengidentifikasi tugas pembaca untuk membentuk strategi membaca yang sesuai,
memonitor pemahamannya, dan menilai hasilnya.

Perkembangan IPTEK menuntut terciptanya masyarakat yang gemar


belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca.
Peserta didik yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan alasan baru
yang akan meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjalani
tantangan hidup pada masamasa mendatang. Kemampuan membaca merupakan
suatu yang sangat penting dalam suatu masyarakat terpelajar. Akan tetapi anak-
anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi
untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan anak-
anak yang melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih
giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan
dari kegiatan membaca.

B. Tujuan Membaca
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang
membaca dengan suatu tujuan, cendrung lebih memahami dibandingkan dengan
orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru
seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang
sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca peserta didik
itu sendiri.
Tujuan membaca mencakup: a) Kesenangan. b). Menyempurnakan
membaca nyaring. c). Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topic. d).
Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya. e).
Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis. f). Mengkonfirmasikan
atau menolak prediksi. g). Menyampaikan suatu eksperimen atau
mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara
lain dan mempelajari tentang struktur teks.

C. Jenis – Jenis Membaca

Dalam keterampilan membaca ada dua jenis keterampilan membaca


yang dapat dilakukan yakni membaca dalam hati dan membaca nyaring. Secara
garis besar, membaca dibagi atas dua jenis membaca, yakni membaca
nyaring/teknik dan membaca dalam hati.\

Pertama, Membaca Nyaring. Membaca nyaring adalah kegiatan


membaca yang dilakukan dengan cara menyuarakan lambang-lambang bunyi.
Oleh karena itu membaca nyaring disebut juga membaca bersuara. Dalam
membaca nyaring dibutuhkan keterampilan atau teknik-teknik tertentu terutama
pada unsur suprasegmental seperti nada, intonasi, tekanan, pelafalan,
penghentian dan sebagainya. Karena membaca nyaring mengutamakan teknik-
teknik membaca lisan tersebut, maka membaca nyaring sering juga disebut
membaca teknik. Sebagai contoh membaca nyaring adalah membaca cerita,
membaca puisi, membaca berita dan sebagainya.

Kegiatan yang paling penting untuk membangun pengetahuan dan


keterampilan berbahasa peserta didik memerlukan membaca nyaring. Membaca
dengan tujuan untuk apresiasi dan rekreasi dilaksanakan dalam suasana santai.
Membaca dengan teliti dan hati-hati dibangun dengan latihan-latihan yang
direncanakan dengan hati-hati terutama membaca materi bacaan yang bersifat
informative.

Kedua, Membaca dalam hati. Membaca dalam hati adalah kegiatan


membaca yang dilakukan dengan tidak menyuarakan bunyi-bunyi. Karena
dilakukan dalam hati, jenis membaca ini memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk memahami teks yang dibacanya secara lebih mendalam. Selain itu
membaca dalam hati memberikan kesempatan kepada guru untuk mengamati
reaksi dan kebiasaan membaca peserta didik.

Membaca dalam hati meliputi membaca ekstensif dan intensif. (a)


Membaca Ekstensif/Membaca Cepat. Membaca Ekstensif merupakan teknik
membaca secara cepat tanpa mengurangi pemahaman inti bacaan. Membaca
ekstensif bertujuan untuk menemukan atau mengetahui secara cepat masalah
utama dari teks bacaan. Membaca ekstensif juga disebut sebagai teknik membaca
cepat. Membaca cepat adalah membaca yang mengutamakan kecepatannya
dengan tidak mengabaikan pemahamannya.

Membaca ekstensif atau membaca cepat meliputi membaca survei,


membaca sekilas dan membaca dangkal. Membaca survei dilakukan untuk
memeriksa, meneliti daftar kata, judul-judul, bab yang terdapat pada buku-buku
yang bersangkutan, serta memeriksa bagan, skema, atau aotline buku yang
bersangkutan. Contoh membaca survey adalah survey isi buku. Membaca sekilas
juga termasuk jenis membaca cepat.

Ada tiga tujuan dalam membaca sekilas yakni sebagai berikut: Untuk
memperoleh suatu kesan umum dari suatu bacaan, untuk menemukan hal tertentu
dari suatu bacaan dan untuk menemukan atau menempatkan bahan yang
diperlukan dalam perpustakaan. Membaca dangkal adalah dilakukan pada saat
kita membaca dengan tujuan hiburan, membaca bacaan ringan yang
mendatangkan kebahagiaan misalnya cerita lucu, novel ringan dan catatan harian.
(b) Membaca Intensif. Membaca Intensif atau membaca pemahaman adalah
kegiatan membaca secara mendalam untuk memahami secara lengkap isi buku
atau bacaan tertentu. Dengan demikian, dalam membaca intensif diperlukan
pemahaman memahami detail atau perincian isi bacaan secara mendalam
(intensif).

D. Faktor – faktor yang mempengaruhi kegiatan membaca


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan membaca:
1. Limgkumgan
Lingkungan merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan
seseorang, dimana kepribadian dan pola fikir seseorang akan terbentuk dari
lingkungannya. Lingkungan yang baik dipengaruhi oleh orang-orang yang
memberikan dorongan positif disetiap aspek kehidupannya.
2. Perkembangan teknologi
Perkembangan teknologi sangat memberikan dampak positif bagi berbagai
kalangan, terutama kalangan akademisi dan pelajar. Teknologi tentunya juga
memberikan dampak negatif bagi sipengguna teknologi tersebut, salah
satunya adalah dengan adanya teknologi, buku yang biasanya dibaca dengan
jumlah eksemplar yang tebal tak terlihat lagi, karena sudah dikemas dalam
bentuk ebook dalam aplikasi gadged, sehingga minat untuk membaca buku
dalam bentuk eksempler dan pengguna teknologi lebih sering membuka
gedged daripada buku.
3. Sarana yang kurang memadai
Sarana membaca sangat mendorong seseorang untuk membaca.Diantara
sarana membaca adalah buku bacaan, lokasi/tempat membaca yang nyaman.
Buku bacaan yang menarik serta tempat membaca yang nyaman juga akan
memberikan daya tarik tersendiri kepada pembaca.
4. Kurangnya motivasi
Sarana membaca sangat mendorong seseorang untuk membaca.Diantara
sarana membaca adalah buku bacaan, lokasi/tempat membaca yang nyaman.
Buku bacaan yang menarik serta tempat membaca yang nyaman juga akan
memberikan daya tarik tersendiri kepada pembaca.

E. Hambatan Dalam Membaca

Membaca merupakan proses hambatan yang kompleks. hambatan ini


melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Hambatan dalam membaca
terdiri dari beberapa aspek salah satunya adalah aspek kurang berpikir. Membaca
merupakan proses berpikir. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih
dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui proses
asosiasi dan eksperimental. Jika pembaca kurang berpikir maka bacaannya akan
terhambat. Kemudian pembaca membuat kesimpulan dengan menghubungkan isi
preposisi yang terdapat dalam materi bacaan. Untuk itu pembaca dituntut harus
mampu berpikir secara sistematis, logis, dan kreatif.
Bertitik tolak dari kesimpulan itu, pembaca dapat menilai bacaan.
Kegiatan menilai menuntut kemampuan berpikir kritis.12 Peningkatan
kemampuan berpikir melalui membaca seharusnya dimulai sejak dini. Guru
dapat membimbing peserta didiknya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang memungkinkan mereka bisa meningkatkan kemampuan berpikirnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan hendaknya merangsang siswa berpikir,
seperti pertanyaan mengapa dan bagaimana. Jadi, pertanyaan yang diajukan
sehubungan dengan bacaan tidak hanya pertanyaan yang menghasilkan jawaban
berupa fakta.
Aspek non afektif merupakan proses membaca yang kurang berkenaan
dengan kegiatan memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaran membaca
(sesuai dengan minatnya), dan menumbukan motivasi membaca ketika sedang
membaca. Pemusatan perhatian, kesenangan, motivasi yang tinggi diperlukan
dalam membaca. Anak-anak SD/MI seharusnya berlatih memusatkan
perhatiannya pada bahan bacaan yang dibacanya. Guru SD/MI bisa melatih
peserta didiknya memusatkan perhatian dengan memberikan suatu bacaan yang
menjadi minat mereka. Tanpa perhatian yang penuh ketika membaca, peserta
didik sulit mendapatkan sesuatu dari bacaan. Motivasi dan kesenangan membaca
peserta didik sangat membantu untuk memusatkan perhatian pada bacaan.

F. Kemampuan membaca Anak Usia Sekolah Dasar Kelas Rendah

Anak usia SD kelas rendah yaitu anak usia kelas 1sampai kelas II atau
Kelas III, dimana anak pada usia ini pikirannya masih melekat bagaimana
menyenangkannya pada masa bermain di PAUD sebagaimana diungkapkan oleh
Para ahli pendidikan anak usia dini adalah anak usia 0- 8 tahun, sebagaimana di
ungkapkan oleh Prof. Marjorry Ebbeck (1991) seorang pakar anak usia dini dari
australia menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah pelayanan pada
anak mulai dari lahir sampai usia delapan tahun tahun. Jadi anak usia SD kelas
rendah masih digolongkan kepada kategori anak usia dini, sehingga
perlakuanpun harus spesial termasuk dalam mengajarkan membaca.

Teori lama mengatakan bahwa yang disebut anak adalah anak usia
dewasa mini masih polos dan belum bisa apa-apaatau dengan kata lain belum
mampu berfikir ( hartati, 2007: 10) pemahaman ini berdampak pada pola
perlakuan yang diberikan pada anak antara lain anak sering diperlakukan sebagai
layaknya orang dewasa atau diperlakukan sebagai orang dewasa kecil, mungkin
masih segar dalam ingatan masa kecil kita ketika dipakaikan baju kebaya pake
konde, berpakaian layaknya orang dewasa dan sebagainya. Seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan banyak dilakukan studi tentang anak maka
semakin diketahui bahwa anak sangat berbeda dengan orang dewasa.

Adapun pendapat yang berbeda dari teori lama mereka menganggap


anak merupakan manusia yang memiliki potensi yang harus dikembangkan
( Hartati, 2007:) ia memiliki karakteristik tertentu yang khas yang berbeda
tentunya dengan orang dewasa serta akan berkembang menjadi manusia dewasa
seutuhnya. Manusia sejak lahir telah dibekali potensi yang harus dikembangkan
sebagainama diungkapkan di dalam Al- Qur’an ( QS:Annhl :78 ) yang artinya: ”
Dan Alloh telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dengan tidak mengetahui
suatu apapun dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani agar
kamu bersyukur”.

Pengertian ayat Allah SWT telah memberi bekal potensi/kemampuan


pada setiap manusi berupa pendengaran, penglihatan jikalau potensi ini
dikembangkan dengan baik maka hasilnya akan baik membentuk hati nurani
yang baik. Agar semua itu terwujud maka anak harus dibekali pengalaman yang
baik dalam interaksi

ditanamkan sejak usia dini dengan harapan mereka kelak memiliki


kegemaran membaca. Menanamkan gemar membaca pada anak tidaklah mudah
seperti sulitnya mengenalkan huruf ini semua perlu waktu ketekunan dan
keuletan namun para pendidik anak usia dini/SD kelas rendah tidak usah panik,
mengajarkan membaca pada anak pilih metode yang praktis untuk menumbuhkan
minat baca bagi anak yang sudah bisa dan mahir menbaca (Ajeng Yusriana,
(2012: 45) begitu juga mengenalkan huruf bagi pemula dalam membaca harus
memilih metode yang menarik dan tidak membosankan. Hainstock (2002:85)
menyebutkan bahwa membaca merupakan pengenalan huruf-huruf atau bunyi
huruf dengan cara melihat, menyentuh dan mendengarkan setiap huruf yang
diucapkan satu persatu kemudian digabungkan untuk membentuk kata-kata
pendek.

Adapun menurut Shofi (2008:21) berpendapat bahwa membaca bagi


anak usia dini merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik (gerakan mata
dan ketajaman penglihatan), aktivitas mental (daya ingat) dan pemahaman. Lebih
lanjut Shofi mengemukakan bahwa setiap anak akan dapat membaca dengan baik
bila mampu melihat huruf-huruf dengan jelas dapat menggerakkan mata secara
lincah, memahami simbol-simbol bahasa secara tepat, dan memiliki penalaran
yang cukup untuk memahami bacaan.

Selanjutnya Menurut Prasetyono (2008:170) bahwa belajar membaca


dan menulis bagi anak bersifat auto telic artinya, belajar mempunyai daya tarik
bagi anak-anak kecil karena mereka ingin belajar untuk kesenangan. Belajar
bukan dorongan oleh rasa takut, persaingan, atau pujian. Jadi diusahakan
menghilangkan setiap tekanan yang bisa dirasakan oleh anak. Sebagaimana
diketahui bahwa anak usia dini berada pada tahap praoperasional, pada tahap ini
anak sudah bisa menggunakan kata-kata utuh dalam menggambarkan suatu
objek. Tahap ini merupakan tahap perkembangan yang sangat penting dalam
perkembangan bahasa anak, karena pengalaman berbahasa dumilai pada tahap
ini. Dengan demikian tahap ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
perkembangan selanjutnya.

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan dipergunakan oleh


pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media kata-
kata/bahasa tertulis (Tarigan, 1983: 7). Proses kegiatan membaca itu dimulai dari
penguasaan kosa kata atau pembendaharaan kata, kemudian pemahaman kalimat,
paragraf, dan sampai pada pembahasan wacana (suryatin, 1990: 23). Untuk dapat
membaca dengan baik maka perlu disertai dengan kesiapan membaca

G. Metode Membaca Bagi Anak Usia SD kelas rendah

Banyak sekali pilihan metode membaca bagi anak sekolah SD kelas rendah
diantaranya yaitu:

a. Metode Alfabet

Metode ini sering disebut metode harfiah “ABC method” awalnya


dikenalkan huruf abjad dari A-Z, setelah hafal lalu huruf-huruf dirangkai menjadi
suku kata, lalu suku kata di rangkai menjadi kata dan terciptalah kalimat.

b. Metode Suara

Metode suara disebut “ phonic method” metode ini penyempurnaan dari


alfabet pada metode ini yang diajarkan adalah bunyi- bunyi bahasa sebagai
pengganti Huruf-huruf tersebut. Ucapan huruf-huruf tidak berdasarkan bunyi atas
bunyi abjadnya melainkan ucapan hurufnya.

c. Metode suku

kata Dalam metode ini suku kata merupakan kunci pokok dalam membuat
kata, metode suku kata sebenarnya suatu metode mengajarkan membaca
permulaan yang didasarkan atas kata-kata dianalisis menjadi suku kata , suku
kata –suku kata tersebut di

intensiskan menjadi kata-kata. Metode kata- kata d. Metode cerita Metode


ini selalu diawali dengan kata- kata tertulis, setelah kata-kata itu dikenalkan lalu
kata-kata itu dianalisis atas suku katanya, lalu dianalisis lagi atas huruf-
hurufnyabarulah disambungkan lagi dalam bentuk kata semula. EX: da-da gi—gi
ku-ku.

e. Metode kata-kata

Metode ini diawali menghafalkan cerita atau sebuah puisi, lalu diuraikan
atas kalimat- kalimatnya. Sampai pada kata-katanya.

f. Metode SAS ( struktural analitik sintetik)

Adapun contoh pelaksanaan metode SAS sebagai berikut: Mula-mula


diberikan kalimat secara keseluruhan. Kalimat itu diuraikan atas kata-kata yang
mendukungnya. Dari kata-kata itu kita ceraikan atas suku-suku katanya dan
akhirnya atas huruf-hurufnya. Kemidian huruf-huruf itu kita sintetiskan kembali
menjadi suku kata, suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat.
(http://www.gurusd.net/2015/11) Menurut (
http://pustakapaud.blogspot.co.id/2016/08), dalam takdiroatun Musfiroh (2009:
59) ada dua metode membaca permulaan yaitu linier dan whole language pada
dasarnya metode tersebut di keluarkan oleh dua tokoh tersebut adalah sama,
yaitu:

a) Menurut Membaca dari bawah (bottom up) atau juga disebut linear yaitu
membaca dari yang sederhana ke yang lebih rumit. Hal ini juga ditegaskan oleh
Slamet Suyanto (2005: 166) bahwa salah satu metode pembelajaran membaca
yang dikenal adalah metode fonik yaitu mengeja huruf demi huruf saat membaca
atau menulis kata, lebih lanjut dikemukakan pula bahwa suara dalam kata
diwakili oleh huruf yang dapat disusun menjadi kata. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pada metode bottomup anak diajarkan membaca dengan mengenalkan
huruf dan bunyi huruf, suku kata, kata dan kalimat secara berurutan.

b) Membaca dari atas ke bawah (top down) atau Whole language yaitu anak belajar
melalui pemahaman bentuk utuh. Anak belajar secara umum mengenali kata
secara utuh dan baru memaknainya. Lebih lanjut diungkapkan bahwa pada
metode whole language anak tidak boleh dikenalkan abjad namun kata secara
utuh.

Mengenal kata merupakan bagian dari membaca permulaan, sebelum


membaca permulaan anak dikenalkan kata terlebih dulu. Mengenal kata sejak
dini dapat bermanfaat bagi anak untuk persiapan membaca dijenjang yang lebih
lanjut. Oleh karena itu perlu dilakukan stimulasi yang tepat, sehingga dapat
mengembangkan kemampuan anak dalam mengenal kata sebagai modal agar
dapat membaca. Dengan modal awal pengenalan kata pada anak usia dini, para
orang tua mestinya tidak cemas lagi anak masuk SD tidak bisa membaca.
Melancarkan membaca adalah tugas guru dan orang tua ketika anak sudah
terangsang dengan keinginan bisa membaca, para pendidik tidak akan kesusahan
untuk mengarahkannya. Belajar membaca dengan paksaaan itu tidak boleh, sebab
akan menimbulkan kejenuhan pada tahap perkembangan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai