Anda di halaman 1dari 14

Masih ingatkah sejarah perumusan dan penetapan Pancasila sebagai

dasar Negara? Jika belum silahkan Kamu baca lagi materi tersebut yang
pernah kamu pelajari di kelas VII (lihat disini). Sekarang saat kita akan
mempelajari Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Pandangan
Hidup Bangsa.

A. Pancasila Sebagai Dasar Negara


Dasar negara dapat berupa suatu falsafah yang dapat merangkum atau
menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesia yang
merdeka. Dasar negara merupakan fondasi atau landasan yang kuat dan
kokoh serta tahan terhadap segala gangguan, hambatan maupun
rintangan dari dalam maupun dari luar, sehingga bangunan gedung di
atasnya dapat berdiri dengan kokoh dan kuat. Bangunan itu ialah Negara
Republik Indonesia yang ingin mewujudkan suatu masyarakat yang adil
dan makmur.

Tujuan dirumuskannya Pancasila oleh para pendiri negara adalah sebagai


dasar negara Republik Indonesia. Hal ini sesuai apa yang dikatakan oleh 
Radjiman Widyodiningrat bahwa hakikat Pancasila adalah sebagai dasar
negara. Demikian pula Muhammad Yamin,  Mr. Soepomo dan Ir. Soekarno
juga menyebutkan perlu adanya dasar negara Indonesia yang merdeka
yaitu Pancasila. Dengan demikian, para pelaku sejarah memang berniat
merumuskan Pancasila sebagai landasan negara, sebagai falsafah negara
dan ideologi negara dan tidak ada niatan lainnya.

Ditinjau dari asal-usulnya, kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sanskerta 


yang mengandung dua suku kata, yaitu  panca  dan  syila. Panca berarti
lima dan syila dengan huruf i yang dibaca pendek mempunyai arti  sendi,
dasar, alas atau asas. Sedangkan syila dengan pengucapan i panjang
(syiila) berarti peraturan tingkah laku yang baik, utama atau yang penting.
Dengan demikian Pancasila dapat diartikan berbatu sendi lima, atau lima
tingkah laku utama, atau pelaksanaan lima kesusilaan Pancasyila Krama).

Apabila ditinjau dari segi kesejarahan (historis), istilah Pancasila pertama


kali ditemukan dalam agama Budha. Dalam Kitab Tri Pitaka Pancasila
diartikan sebagai lima aturan kesusilaan yang dipatuhi dan dilaksanakan
oleh seluruh penganut agama Buddha. Dalam Kitab Vinaya Pitaka, yang
merupakan salah satu bagian dari Kitab Tri Pitaka, disebut ada lima
pantangan atau lima larangan yang wajib dihindari oleh setiap pemeluk
Budha, yaitu: menghindari pembunuhan, menghindari pencurian,
menghindari perzinaan, menghindari kebohongan, menghindari makanan
dan minuman yang memabukkan yang menyebabkan ketagihan.

Masuknya agama Buddha ke Indonesia turut membawa ajaran nilai-nilai


Pancasila tersebut. Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit di bawah
Raja Hayam Wuruk istilah Pancasila dimasukkan dalam kitab Negara-
kertagama  karya Empu Prapanca. Dalam buku tersebut dituliskan
“Yatnanggegwani Pancasyiila Kertasangskarbhisekaka Krama” yang
artinya Raja menjalankan ke lima pantangan (Pancasila) dengan setia.

Istilah Pancasila juga dapat kita jumpai dalam sebuah kitab Sutasoma
karya  Empu Tantular. Dalam buku itu terdapat istilah Pancasila yang
diartikan sebagai pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama),
yaitu:
• Tidak boleh melakukan kekerasan
• Tidak boleh mencuri
• Tidak boleh berwatak dengki
• Tidak boleh berbohong
• Tidak boleh mabuk minuman keras.

Untuk mengetahui makna Pancasila sebagai dasar Negara Dasar kita


harus mengetahui makna dari dasar Negara itu sendiri. Dasar negara
dapat berupa suatu falsafah yang dapat merangkum atau menyimpulkan
kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesia yang merdeka.
Dasar negara merupakan fondasi atau landasan yang kuat dan kokoh serta
tahan terhadap segala gangguan, hambatan maupun rintangan dari dalam
maupun dari luar, sehingga bangunan gedung di atasnya dapat berdiri
dengan kokoh dan kuat. Bangunan itu ialah Negara Republik Indonesia
yang ingin mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

Adapun sejarah perumusan Pancasila sebagai dasar Negara  dapat


diamati dari sejarah perjuangan Bangsa Indonesia menjelang Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. istilah Pancasila kembali mencuat ke permukaan
menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pada sidang BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang
pertama tanggal 1 Juni 1945, Ir.  Soekarno dalam pidatonya mengatakan
“ ... namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan
petunjuk seorang teman kita ahli bahasa, namanya Pancasila. Sila artinya
asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara
Indonesia, kekal dan abadi.” Setelah berakhirnya sidang BPUPKI tersebut
dibentuklah Panitia Sembilan yang pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil
merumuskan “Piagam Jakarta”. (Baca sejarah perumusan dan penetapan
Pancasila sebagai dasar Negara pada materi kelas 7)

Pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah Indonesia merdeka, PPKI


(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) menetapkan rumusan
Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia sebagaimana
terdapat Pembukaan UUD 1945, alinea IV dengan urutan sebagai berikut:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pancasila sebagai dasar negara mengandung arti bahwa Pancasila


dipergunakan sebagai dasar (fundamen) untuk mengatur pemerintah
negara atau sebagai dasar untuk mengatur penyelengaraan negara.
Dengan demikian Pancasila merupakan kaidah negara yang fundamental,
yang berarti hukum dasar baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis dan
semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara
Republik Indonesia harus bersumber dan berada di bawah pokok kaidah
negara yang fundamental.

Dapat Kamu bayangkan apabila Negara kita tidak memiliki dasar Negara,
tentunya penyelenggaraan Negara tidak memiliki pegangan atau pedoman
yang kuat sehingga setiap warga Negara akan memiliki pegangan atau
pedoman tersediri yang pada ujung-ujungnya akhir melahirkan
perpecahan.

Pancasila sebagai dasar negara berarti Pancasila menjadi dasar atau


pedoman dalam penyelenggaraan negara. Seandainya negara adalah
sebuah bangunan, maka Pancasila sebagai fondasi yang nantinya akan
dijadikan tempat berpijak bangunan-bangunan berikutnya. Dengan
demikian, Pancasila dijadikan dasar dan tonggak dalam pembuatan segala
peraturan perundang-undangan negara serta berbagai peraturan lainnya
yang mengatur di berbagai bidang kehidupan baik politik, ekonomi, sosial,
budaya, pendidikan, maupun pertahanan dan keamanan.

Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke IV dengan jelas dinyatakan bahwa


Pancasila adalah dasar negara. Dengan demikian Pancasila merupakan
nilai dasar yang normatif terhadap seluruh penyelenggaraan Negara
Republik Indonesia. Dengan perkataan lain Pancasila merupakan dasar
falsafah negara atau ideologi negara, karena memuat norma-norma yang
paling mendasar untuk mengukur dan menentukan keabsahan bentuk-
bentuk penyelenggaraan negara serta kebijaksanaan-kebijaksanaan
penting yang diambil dalam proses pemerintahan

Kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara menempatkan Pancasila


sebagai sumber hukum yang paling utama bagi segala perundang-
undangan yang akan dibuat dan digali. Hal ini ditegaskan dalam Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum negara. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pancasila ditempatkan
sebagai dasar dan ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa
dan  negara sehingga setiap materi muatan peraturan perundang-
undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila

Penegasan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara dan sumber hukum


juga dapat ditemukan dalam UU Keormasan Tahun 1985, yaitu UU No. 5
Tahun 1985 tentang keharusan semua kekuatan politik mencantumkan
Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam anggaran dasarnya. Selain itu.
UU No.8 Tahun 1985 juga mengharuskan semua organisasi sosial
kemasyarakatan mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya
asas.Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut, Pancasila tidak hanya
dianggap sebagai dasar negara, tetapi juga sebagai Anggaran Dasar (AD
bagi seluruh organisasi politik, kemasyarakatan maupun sosial
keagamaan. 

Berdasar uraian di atas, manfaat utama dijadikannya pancasila sebagai


dasar Negara adalah untuk memberi pedoman bagi bangsa dan negara
untuk mencapai tujuannnya melalui berbagai realisasi pembangunan
serta menjadi alat pemersatu, artinya Pancasila dapat mempersatukan
orang dari berbagai agama, suku bangsa, ras dan golongan.

Selain sebagi dasar negara, Pancasila juga sebagai ideologi Negara


Kesatuan Republik Indoesia. Pancasila sebagai ideologi Pancasila
mengandung penegrtian bahwa Pancasila merupakan ajaran, gagasan,
doktrin, teori atau ilmu yang diyakini kebenarannya dan dijadikan
pandangan hidup bangsa Indonesia  dan menjadi pentunjuk dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia.

Dengan demikian ideologi Pancasila merupakan ajaran, doktrin, teori


dan/atau ilmu tentang cita-cita (ide) bangsa Indonesia yang diyakini
kebenarannya dan disusun secara sistematis serta diberi petunjuk dengan
pelaksanaan yang jelas.

Pancasila sebagai tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 memenuhi


persyaratan sebagai suatu ideologi, karena Pancasila memuat ajaran,
doktrin dan atau gagasan (ide) bangsa Indonesia yang di yakini
kebenarannya dan  disusun secara sistematis dan diberi petunjuk
pelaksanaannya.

Sebagai ideologi negara, Pancasila berperan sebagai ideologi terbuka.


Ideologi terbuka mengandung pengertian ideologi yang dapat berinteraksi
dengan perkembangan zaman yang ditandai adanya dinamika secara
internal. Keterbukaan ideologi Pancasila terutama dalam penerapannya
yang berbetuk pola pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia nodern.

Dalam implementasinya Pancasila mengandung tiga tingkat nilai, yaitu nilai


dasar yang tidak berubah yakni lima sila Pancasila, nilai instrumental
sebagai sarana mewujudkan nilai dasar yang dapat berubah sesuai
dengan keadaan, dan nilai praksis berupa pelaksanaan secara nyata yang
sesungguhnya. Sekalipun demikian, perwujudan ataupun pelaksanaan
nilai-nilai instrumental dan nilai-nilai prsksis harus tetap mengandung jiwa
dan semangat yang sama dengan nilai dasarnya.

B. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa


Adapun yang dimkasud Pancasila sebagai pegangan hidup, pedoman
hidup, petunjuk hidup dan jalan hidup (way of life).  Sebagai pandangan
hidup bangsa, Pancasila berfungsi sebagai pedoman atau petunjuk dalam
kehidupan sehari-ahari. Ini berati, Pancasila sebagai pandangan hidup
merupakan petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan
kehidupan di segala bidang

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan kristalisasi nilai-


nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Sebagai pandangan hidup
bangsa, Pancasila selalu dijunjung tinggi oleh setiap warga masyarakat,
karena pandangan hidup Pancasila berakar pada budaya dan pandangan
hidup masyarakat Indonesia. Pandangan hidup yang ada dalam
masyarakat Indonesia menjelma menjadi pandangan hidup bangsa yang
dirintis sejak jaman Sriwijaya hingga Sumpah Pemuda 1928. Kemudian
diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara ini serta disepakati dan
ditentukan sebagai dasar negara Republik Indonesia. Dalam pengertian
yang demikian, maka Pancasila selain sebagai pandangan hidup negara,
sekaligus juga sebagai ideologi negara.

Pandangan hidup yang dimiliki bangsa Indonesia bersumber pada akar


budaya dan nilai-nilai religius sebagai keyakinan bangsa Indonesia, maka
dengan pandangan hidup yang diyakini inilah bangsa Indonesia dapat dan
mampu memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi secara
tepat. Pandangan hidup bagi suatu bangsa mempunyai arti menuntun,
sebab dengan pandangan hidup yang dipegang teguh maka bangsa
tersebut memiliki landasan fundamental yang menjadi pegangan dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. 

Dengan pandangan hidup yang jelas, bangsa Indonesia akan memiliki


pegangan dan pedoman bagaimana mengenal serta memecahkan
berbagai masalah politik, sosial budaya, ekonomi, hukum dan persoalan
lainnya dalam gerak masyarakat yang semakin maju. (Kaelan. 2000: 197).

Sebagai pandangan hidup bangsa, di dalam Pancasila terkandung konsep


dasar kehidupan yang dicita-citakan serta dasar pikiran terdalam dan
gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Oleh karena
itulah Pancasila harus menjadi pemersatu bangsa yang tidak boleh
mematikan keanekaragaman yang ada sebagai Bhinneka Tunggal Ika.
Dengan demikian Pancasila merupakan cita-cita moral bangsa yang
memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi tingkah laku hidup
sehari-hari dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dengan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa maka
segala daya upaya bangsa Indonesia dalam membangun dirinya akan
terarah sesuai garis pedoman dari pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara dapat disebut
pula sebagai ideologi bangsa dan negara. Sebagai ideologi, Pancasila
diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan serta nilai religius yang
terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia. Ideologi memiliki
arti pengetahuan tentang ide-ide. Di samping memiliki arti pengetahuan
tentang ide-ide, ideologi juga mencakup arti pengertian-pengertian dasar,
gagasan-gagasan dan cita-cita. Di dalam perkembangannya ideologi
memiliki arti yang berbeda-beda, seperti misalnya Karl Marx mengartikan
ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan
kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau
sosial ekonomi. (Kaelan. 2000: 201). Gunawan Setiardja (1993:19)
mengemukakan bahwa ideologi adalah seperangkat ide asasi tentang
manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.

Berdasar uraian di atas, manfaat dijadikannya pancasila sebagai


pandangan hidup bangsa antara lain untuk 1) mengatasi berbagai konflik
atau ketegangan sosial, artinya ideologi dapat meminimalkan berbagai
perbedaan yang ada dalam masyarakat dengan simbol-simbol atau
semboyan tertentu.; 2) menjadi sumber motivasi, artinya ideologi dapat
memberi motivasi kepada seseorang, kelompok orang atau masyarakat
untuk mewujudkan cita-citanya, gagasan dan ide-idenya dalam kehidupan
nyata., dan 3) Menjadi sumber semangat dalam mendorong individu dan
kelompok untuk berusaha mewujudkan nilai-nilai yang terkadung di dalam
ideologi  itu sendiri serta untuk menjawab dan menghadapi perkembangan
global dan menjadi sumber insiparsi bagi perjungan selanjutnya

Selaian sebagai Pandangan Hidup Bangsa, Pancasila juga sebagai


Keprinadian Bangsa. Ini berati, sebagai halnya bendera merah putih
sebagai ciri khas bangsa atau negara Indonesia yang membedakan
dengan bangsa atau negara lain,  Pancasila juga merupakan ciri khas bang
Indonesia yang tercermin dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang
senantiasa selaras, serasi dan seimbang sesuai deng nilai-nilai Pancasila
itu sendiri.
C. Nilai-Nilai  Pancasila Sebagai Dasar Negara dan  Pandangan Hidup
Bangsa Dalam  Kehidupan Sehari-Hari
Nilai-nilai Pancasila yang  terdapat dalam buku Negarakertagama
karangan Mpu Prapanca dan buku Sutasoma karangan Mpu Tantular
adalah pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Karma), yaitu: 1)
Tidak boleh melakukan kekerasan; 2) Tidak boleh mencuri; 3) Tidak boleh
berjiwa dengki: 4) Tidak boleh berbohong dan 5) Tidak boleh mabuk dan
minuman keras.
Dalam kehidupan kenegaraan Pancasila berisi cita-cita atau idealisme
bangsa Indonesia untuk menggapai masa depan. Ia (Pancasila) lahir dari
nilai-nilai budaya dan religi bangsa Indonesia yang sudah hidup berabad-
abad lamanya. Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila harus menjiwai setiap
tindakan dan perilaku warga negara dan pemerintah. Nilai-nilai tersebut
diantaranya:
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila Ketuhana Yang Maha Esa,
diantaranya:
1.    percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepercayaannya
2.    Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama
3.    Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
4.    Tidak memaksakan suatu agama kepada orang lain
Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab,
diantaranya:
1.    Mengakui persamaan harkat (nilai manusia), derajat (kedudukan manusia),
dan martabat manusia (harga diri) sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa
2.    Saling mencintai sesama manusia
3.    Tidak semena-mena terhadap orang lain
4.    Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
5.    Berani membela kebenaran dan keadilan
6.    Menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaaan
7.    Hormat mengormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Sila Persatuan Indonesia
Nilai-nilai yang terkadung dalam sila Persatuan Indonesia, diantaranya:
1.    menempatkan persatuan, kesauan, kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2.    Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
3.    Cinta tanah air dan bangsa
4.    Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia
5.    Dalam masyarakat yang ber-Bhinneka Tunggal Ika harus dapat
mengembangkan pergaulan yang mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa.
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Nilai-nilai yang terkandung dalam Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, antara lain:
1.    Tidak memaksakan suatu kehendak atau pendapat kepada orang lain.
2.    Mengutamakan musyawarah atau kesepakatan bersama dalam mengambil
keputusan
3.    Musyawarah ataupun proses pengambilan keputusan dengan cara lainnya
harus diliputi oleh semangat kekeluargaan
4.    Musyawarah ataupun proses pengambilan keputusan dengan cara lainnya
harus dilakukan dengan akal sehat
5.    Warga negara harus memiliki itikad baik dan tanggung jawab untuk
melaksanakan suatu hasil musyawarah atau keputusan bersama
6.    Keputusan yang diambil dalam musyawarah atau dengan cara lainnya
harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa
Sila Kedilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Nilai-nilai yang terkadung dalam sila Kedilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, antara lain:
1.    Kekeluragaan dan kegotongroyongan
2.    Bersikap adil
3.    Menghormati hak orang lain, dan selalu berusaha menjaga keseimbangan
antara hak dan kewajiban
4.    Suka memberi pertolongan kepada orang lain
5.    Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain
6.    Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan orang lain
7.    Mengembangkan hidup sederhana, tidak bergaya hidup mewah, tidak
bersikap boros dan suka bekerja keras
8.    Menghargai hasil karya orang lain

Lebih lengkap lagi, nilai-nilai  Pancasila sebagai dasar negara dan 


pandangan hidup bangsa dalam  kehidupan sehari-hari sesungguhnya
dapat ditemukan dalam Butir-butir Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila. Butir-butir P4 merupakan contoh minimal
implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, isi butir butir butir P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila) dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk dijadikan contoh
dalam pengamalan atau implementasi nilai-nilai Pancasila. Sebagai contoh
minimal tentu setiap siswa, guru, maupun seluruh warga Negara Indonesia
dimungkinkan untuk mengembangkan contoh lain yang tidak bertentangan
dengan nilai-nilai dasar Pancasila itu sendiri.

Adapun isi butir butir P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan


Pancasila) adalah sebagai berikut
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa.
(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
(7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
(3)  Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
(4)  Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
(5)  Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
(6)  Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
(7)  Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
(8)  Berani membela kebenaran dan keadilan.
(9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
(10)Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
(3)  Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.
(10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
(1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
(2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
(3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
(4) Menghormati hak orang lain.
(5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
(6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
(7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.
(8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
(9) Suka bekerja keras.
(10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan
dan kesejahteraan bersama.
(11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.
Bagaimanakah mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara? Implementasi Pancasila berarti menjabarkan
nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma, serta merealisasikannya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam implementasi ini,
penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma, dijumpai
dalam bentuk norma hukum, kenegaraan, dan norma-norma moral.
Sedangkan realisasinya dikaitkan dengan tingkah laku semua warga
negara dalam masyarakat, serta seluruh aspek penyelenggaraan negara.
Ada dua macam implementasi Pancasila, yakni:
a. Implementasi Pancasila secara objektif
Adalah pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan negara,
baik legislatif, eksekutif, yudikatif maupun semua bidang kenegaraan
lainnya. Konkritnya pelaksanaan Pancasila dalam:
1)      Hukum dan perundang-undangan.
2)      Pemerintahan.
3)      Politik dalam negeri dan luar negeri.
4)      Pertahanan dan keamanan.
5)      Kesejahteraan.
6)      Kebudayaan.
7)      Pendidikan dan sebagainya.
b. Implementasi Pancasila secara subjektif
Implementasi Pancasila secara subjektif adalah pelaksanaan nilai-nilai
Pancasila dalam setiap pribadi, perseorangan, setiap warga negara, setiap
individu, setiap penduduk, setiap orang Indonesia. Pelaksanaan secara
subjekif ini lebih berkaitan dengan norma-norma moral.
Jika aktualisasi Pancasila yang subyektif ini telah tercapai, berarti nilai-nilai
Pancasila telah melekat dalam hati sanubari bangsa Indonesia, dan yang
demikian itu disebut dengan kepribadian Pancasila. Dengan demikian,
maka bangsa Indonesia telah memiliki suatu ciri khas, sehingga bangsa
Indonesia berbeda dengan bangsa lainnya. Pelaksanaan Pancasila yang
subjektif lebih penting artinya jika dibandingkan dengan pelaksanaan
Pancasila yang objektif. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan Pancasila
secara subjektif ini merupakan persyaratan keberhasilan pelaksanaan
Pancasila secara objektif.
C. Membiasakan Perilaku sesuai Nilai-nilai Pancasila dalam Berbagai
Kehidupan
Contoh pengamalan Pancasila dalam lingkungan keluarga, antara lain:
1.    Anak harus berbakti kepada orang tua
2.    Orang tua harus menyayangi dan mendidik anak-naknya
3.    Selalu beribadah tepat waktu
4.    Saling menghormati antar sesama anggota keluarga
5.    Saling menyayangi dan melindungi anggota keluarga
6.    Saling membantu antar anggota keluarga
7.    Bersikap adil di antar anggota keluarga
8.    Mengerjakan tugas rumah bersama-sama
9.    Ikut bermusyawarah bersama anggota keluarga
10. Selalu menjaga nama baik keluarga
Contoh pengamalan Pancasila dalam lingkungan sekolah, antara lain:
1.        Menghormati teman yang berbeda agama
2.        Selalu rukun walaupun dengan teman yang berbeda agama
3.        Menjalankan perintah agama masing-masing
4.        Melakukan kewajiban sebagai seorang siswa
5.        Menolong teman yang kesusahan
6.        Belajar dengan giat agar dapat membanggakan nama baik sekolah .
7.        Segala suatu hal yang diperdebatkan langsung diselesaikan dengan cara
musyawarah
8.        Tidak memaksakan kehendak dalam berdiskusi
9.        Bergotong royong dalam membersihkan lingkungan sekolah
10.    Bersikap adil dalam membagi sesuatu kepada temen
Contoh pengamalan Pancasila dalam Lingkungan Masyarakat, antara lain:
1.        Menghormati anggota masyarakat lain yang berbeda agama dengan kita
2.        Tidak mengganggu anggota masyarakat yang sedang melakukan ibadah
3.        Tidak mengejek / mencela antar anggota atau kelompok masyarkat
4.        Tidak membeda-bedakan anggota masyarakat dalam pergaulan
5.        Tolong menolong antara anggota masyarakat
6.        Ikut serta dalam kegiatan kemasyarakat
7.        Mengembangan musyawarah untuk mengambil keputusan bersama
8.        Ikut serta menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan
9.        Bersikap adil jika mendapat tugas membagi sesuatu untuk masyarakat
10.    Berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan pemerintah

Anda mungkin juga menyukai