Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL RENCANA KEGIATAN BELAJAR

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran PLS

Dosen Pengampu: Hj. Nia Hoerniasih, M. Pd.

Disusun Oleh:

Arian Pratama Sobarnas NPM. 1810631040091

Mutiara Fitri NPM. 1810631040039

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2021
A. JUDUL
Program Pendidikan Keaksaraan di Desa Bahagia Kecamatan Babelan Tahun 2021

B. LATAR BELAKANG
Literasi atau melek huruf merupakan hal yang penting dalam hidup manusia. Sayang
sifatnya yang penting tersebut tidak selaras dengan fakta di lapangan. Melansir dari
laman resmi kemendikbud (08/09/2020), hingga saat ini di dunia terdapat 773 juta orang
dewasa yang mengalami buta huruf. Sedangkan di Indonesia sendiri menurut
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), sampai pada tahun 2020 angka
buta aksara di Indonesia sebesar 1,78 persen. Lebih khusus problema buta aksara di
Indonesia belum sepenuhnya terselesaikan, namun seperti yang disebutkan di atas bahwa
jumlah penyandang buta aksara di Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Penurunan tersebut tidak lain dikarenakan upaya-upaya yang dilakukan pemerintah
untuk membuat masyarakat Indonesia melek huruf, melalui pendidikan keaksaraan.
Buta aksara masih terasa dalam kehidupan masyarakat, meskipun kehidupan telah
berubah menjadi modern. Melihat kenyataan yang ada maka pendidikan pertama yang
harus diselesaikan oleh masyarakat adalah pendidikan literasi, karena keberhasilan dalam
bidang pendidikan sangat bergantung pada kemampuan membaca dan minat baca
masyarakat. Minat baca yang rendah akan mempengaruhi kemampuan seseorang dan
secara tidak langsung akan mengakibatkan rendahnya daya saing diri dalam kehidupan
yang semakin modern.
Munculnya pendidikan keaksaraan, dilatarbelakangi adanya kekhawatiran terkait
banyaknya warga keaksaraan yang hingga saat ini belum dapat dituntaskan. Hal ini
menyebabkan mereka akan kesulitan mengakses segala informasi yang berdampak
kearah modernisasi dan akan merugikan dirinya sendiri. Pendidikan keaksaraan adalah
salah satu program pemerintah untuk mengurangi buta aksara di Indonesia. Bukan tanpa
alasan, keberadaan orang dewasa yang tidak bisa baca tulis menjadi bumerang tersendiri,
tidak cuma bagi kemajuan negeri ini, tapi utamanya bagi diri mereka sendiri. Sasaran
dari pendidikan keaksaraan ini adalah mereka yang tentunya tidak bisa baca, tulis, dan
hitung seperti mereka yang tidak lulus sekolah dasar serta yang merupakan masyarakat
dengan perekonomian lemah. Berdasarkan pengalaman, mengajarkan baca, tulis, dan
hitung pada orang dewasa merupakan tantangan tersendiri. Pasalnya, diperlukan
perlakuan khusus yang agak sedikit berbeda dibanding ketika mengajar anak-anak. Oleh
karena itulah pendidikan keaksaraan ini penting untuk kita terapkan dan aplikasikan pada
semua orang di sekitar kita.

C. DASAR
Pendidikan Keaksaraan ini keberadaannya didasari oleh beberapa peraturan
perundang-undangan, yaitu diantaranya: Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentan
sistem Pendidikan Nasional, Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan
Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan
Pemberantasan Buta Aksara (GNP-PWB/PBA), Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 35 Tahun 2006 tetang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan
Penuntasan Wajib belajar Pendidikan Dasar sembilan tahun dan Pemberantasan Buta
Aksara (GNP-PWB/PBA), dan Permendikbud Nomor 81 tahun 2013 tentang Satuan
Pendidikan Nonformal.

D. MANFAAT
1. Bagi Warga Belajar
Ketika kemampuan baca, tulis, dan hitung mulai dimiliki semua kalangan
masyarakat, tentu akan banyak perubahan yang terjadi. Dimulai dari diri mereka
sendiri terlebih dahulu, mereka akan bisa lebih mudah mencari lapangan pekerjaan.
Ada lebih banyak kesempatan terbuka bagi mereka yang bisa membaca dan menulis.
2. Bagi Masyarakat
Kemudian tentu akan berimbas pada keluarga yang dihidupinya juga, yang hidupnya
pasti akan lebih terbantu jika penghasilannya mulai meningkat.
3. Bagi Pemerintah
Selanjutnya, tentu akan memberikan dampak positif bagi negara kita. Impian untuk
menjadi negara yang lebih maju pastinya akan selangkah lebih dekat. Serta akan ada
banyak lagi manfaat lain yang dirasakan langsung oleh yang bersangkutan.

E. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari adanya pendidikan keaksaraan adalah mengupayakan agar warga
terbebas dari buta aksara dan menjadi generasi berpengetahuan yang mampu
bersaing dengan dunia pendidikan.
2. Tujuan Khusus
a. Agar masyarakat Desa Bahagia Kecamatan Babelan bisa membaca dan menulis.
b. Agar masyarakat Desa Bahagia Kecamatan Babelan lebih terbuka terhadap
kemajuan baik segi teknologi dan sosial.
c. Agar masyarakat Desa Bahagia Kecamatan Babelan mudah menerima program
pemberdayaan dari penyuluh.
d. Agar masyarakat Desa Bahagia Kecamatan Babelan bisa menjadi penyuluh-
penyuluh bagi teman-temannya.
F. MATERI BELAJAR
1. Materi Pokok
a. Pengenalan huruf dan angka melalui Audio Visual
b. Latihan membaca dan menulis kata dengan memuat tema lokal melalui
pendekatan yang menarik (Audio Visual)
c. Latihan membaca dan menulis kalimat sederhana minimal 3 kalimat memuat
tema lokal.
d. Membaca kalimat sederhana minimal 3 kalimat memuat tema lokal.
e. Mengenal dan menulis data personal (KTP, formulir sederhana)
f. Mengenal dan menulis teks deskripsi dengan mempelajari struktur teks dan ciri-
ciri bahasa yang dimiliki dengan memuat tema lokal .
g. Mengenal dan menulis teks informasi dengan memuat tema lokal.
h. Teks narasi/cerita dengan memuat tema lokal.
i. Teks petunjuk prosedur dengan mempelajari struktur dan ciri bahasa yang
dimiliki dengan memuat tema lokal.
j. Bilangan asli, bilangan cacah, penjumlahan dan pengurangan serta perkalian
dan pembagian dengan memuat tema lokal.
k. Alat ukur panjang, alat ukur waktu, alat ukur berat, serta satuan panjang, satuan
waktu, satuan berat dengan memuat tema lokal.
2. Materi Pendukung

G. BAHAN BELAJAR
Dalam program pendidikan keaksaraan, motivasi merupakan alat bagi warga belajar
untuk terus aktif mengikuti pertemuan pembelajaran yang direncanakan. Motivasi
ditinjau dari sumbernya ada dua, yaitu (1) motivasi intrinsik, timbul dari setiap individu
karena kebutuhan, bakat, kemauan, minat dan harapan yang terdapat pada diri seseorang,
(2) motivasi ekstrinsik, timbul dari luar diri individu yang muncul karena adanya
ransangan dari luar lingkungannya.
Upaya pencapaian tujuan melalui bahan belajar disusun secara logis berdasarkan
kebutuhan dan kemampuan yang dikembangkan, tanpa melupakan unsur-unsur yang
terkait dengan materi/ bahan belajar keaksaraan. Bahan belajar yang dikembangkan
dimulai dari hal yang mendasar dan sederhana ke arah yang bersifat lanjutan dan
kompleks. Bahan belajar utama terkait dengan keaksaraan, sedangkan bahan belajar
keterampilan produktif merupakan pendukung. Namun sebagian dari program
pembelajaran keaksaraan mengintegrasikannya, yaitu bahan belajar keaksaraan yang
disiapkan dalam bentuk buku atau bahan bacaan lainnya telah memasukkan unsur-unsur
keterampilan. Sehingga dalam proses pembelajaran juga merupakan proses
pengintegrasian antara keduanya. Materi keterampilan produktif dikembangkan lebih
banyak bernuansa lokal, yang didukung oleh sumber daya alam dan pasar.
Secara umum jenis bahan ajar biasanya terdiri atas Handout, Buku, Modul, dan
belajaran terprogram . Dalam pendidikan keaksaraan yang dimaksud dengan bahan ajar
adalah isi pesan yang menjadi materi belajar baik tulisan atau gambar yang dituangkan
dalam media tertentu misalnya dalam bentuk buku, poster, liflet dan sebagainya yang
dapat digunakan oleh warga belajar. Bentuk Bahan belajar pendidikan keaksaraan terdiri
atas :
a. Tulisan seperti buku, brosur, leaflet dan lain-lain.
b. Gambar, seperti : poster, film, video dan lain-lain.
c. Alat peraga, yaitu : benda wujud nyata, seperti : alat dan bahan praktek.
d. Gabungan (kombinasi) tulisan-gambar-alat peraga, seperti buku bergambar, alat
dan bahan praktek.
Kegunaan Bahan ajar dalam pendidikan keaksaraan adalah :
a. Sebagai alat bantu bagi tutor membelajarkan membaca, menulis, dan berhitung
(calistung) kepada WB,
b. Sebagai alat bantu bagi tutor menyampaikan pesan/ materi pembelajaran yang
harus dikuasai oleh WB.
Bahan ajar pendidikan keaksaraan dikembangkan dengan maksud :
a. Memperkuat kemampuan keaksaraan warga belajar;
b. Memberikan akses/kemudahan warga belajar dalam memperoleh informasi;
c. Mengembangkan kesadaran kritis warga belajar;
d. Membentuk sikap mental rasional/logis, dan ilmiah warga belajar;
e. Berorientasi pada nilai, sikap mental, dan keterampilan yang diinginkan;
f. Memberikan hiburan pada warga belajar.

H. MEDIA DAN ALAT PERAGA


a. Audio Visual
Agar menarik bagi peserta didik mulai dari pengenalan huruf, suku kata, kata,
sampai cara menulis dan membaca kalimat sederhana, serta teknik berhitung.
b. Permainan Domino Aksara
Cara belajar melalui permainan ini sama dengan memainkan kartu donimo, hanya
saja pada kartu di ganti dengan gambar-gambar dan tulisan. Pembelajaran melalui
permainan kartu domino aksara ini digunakan pada pembelajaran tahap lanjut
(peserta didik sudah bisa membaca kata dan kalimat sederhana). Peserta didik
dibagikan beberapa kartu bergambar secara bergilir untuk bermain sambil belajar,
kemudian peserta didik menurunkan kartunya jika kartu yang dimiliki terdapat
gambar atau tulisan yang cocok dengan kartu yang ada di bawah. Setelah peserta
didik menurunkan kartunya langsung menyebutkan satu kata kunci terkait gambar
tersebut dan semua peserta didik menulis kata yang di sebutkan. Peserta didik yang
paling cepat habis kartunya dan dapat menulis kata kunci dengan benar mendapat
hadiah.

I. METODE
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan
seperti: metode SAS, metode Suku kata, metode Abjad, metode transliterasi, metode
Iqra.
1. Metode SAS
Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) adalah metode yang disediakan
untuk belajar membaca dan menulis per-mulaan di kelas permulaan SD. Metode
SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan dalam proses
pembelajaran MMP (Membaca Menulis Permulaan) bagi siswa pemula
pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan
menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat yang utuh. Mula-mula anak
disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat.
Landasan linguistiknya bahwa itu ucapan bukan tulisan, unsur bahasa dalam metode
ini ialah kalimat. Menurut Supriyadi (Juprani, 2012), pengertian metode SAS adalah
suatu pendekatan cerita yang disertai dengan gambar, yang didalamnya terkandung
unsur struktur analitik sintetik.
Suhendi (2013) mengatakan bahwa langkah-langkah metode SAS adalah :
Guru menampilkan keseluruhan kalimat (S), Guru melakukan proses penguraian
kalimat (A), Guru menampilkan keseluruhan kalimat pada struktur kalimat semula
(S).
Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep “kebermaknaan” pada
diri anak. Akan lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan
pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode ini adalah struktur
kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si anak tersebut.
Proses penguraian dan penganalisisan dalam pembelajaran membaca menulis
permulaan dengan metode SAS yaitu:
a) Kalimat menjadi kata
b) Kata menjadi suku-suku kata
c) Suku kata menjadi huruf-huruf
2. Metode Suku Kata
Metode suku kata menurut Depdikbud (1992:12) metode suku kata adalah
suatu metode yang mulai pengajaran membaca permulaan dengan menyajikan kata-
kata yang sudah di rangkai menjadi suku kata, kemudian suku-suku kata itu di
rangkai menjadi kata yang terakhir merangkai kata menjadi kalimat.
Jika kita simpulkan, langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan
dengan metode suku kata adalah tahap pertama, pengenalan suku-suku kata; tahap
kedua, perangkaian suku-suku kata; tahap ketiga, perangkaian kata menjadi
kelompok kata atau kalimat sederhana; tahap keempat, pengintegrasian kegiatan
perangkaian dan pengupasan suku-suku kata.
3. Metode Abjad
Metode abjad atau eja (Spell Method) adalah metode membaca permulaan
tertua. Metode ini sudah jarang digunakan. Yang dimaksud dengan metode Abjad
atau Alfabet ialah metode pengajaran dengan memperkenalkan huruf yang harus
dihafalkan dengan dilafalkan menurut bunyinya dalam abjad. Huruf yang telah
dilafalkan itu kemudian dirangkaikan menjadi suku kata, suku kata menjadi kata,
dan kata akhirnya menjadi kalimat. Pelafalan tidak dilakukan dengan cara fonetis.
Misalnya huruf /b/ dilafalkan /be/ , /c/ dilafalkan /ce /, /d/ dilafalkan /de/ dan
seterusnya.
4. Metode Transliterasi
Konsep utama dalam metode transliterasi adalah mengalihkan atau
menyamakan bunyi tulisan (huruf/aksara, dan angka) dari satu bentuk (huruf/aksara,
dan angka) ke bentuk (huruf/aksara, dan angka) lain.
Tutor yang melaksanakan pembelajaran dapat menggunakan metode pembelajaran
yang dikuasai dan sesuai materi yang diajarkan.

J. SASARAN
Peserta didik pendidikan keaksaraan adalah seseorang yang belum mampu membaca
dan menulis huruf latin serta belum mampu berhitung sebagai landasan dalam
mengembangkan pendidikan dasar, yang bersedia ikut serta dalam program pendidikan
keaksaraan melalui pertemuan belajar yang teratur dan berkelanjutan di bawah fasilitasi
penyelenggara dan seorang tutor pendidikan keaksaraan.

K. PENYELENGGARAAN
Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan ini diselenggarakan oleh suatu kepanitian yang
dibentuk oleh Pusat Kegiatan Belajar Mengajar Insani, dengan susunan kepanitiaan
sebagai berikut:
Ketua Pelaksana: Arian
Sekretaris: Mutiara
Bendahara: Pratama
Tutor: 1) Fitri, 2) Sobarnas

L. TUTOR (NARASUMBER)
Tutor pendidikan keaksaraan adalah seseorang yang karena keterpanggilan jiwa dan
pemilikan kemampuan bertindak sebagai pengajar, pembimbing, dan pendamping kaum
buta aksara dalam belajar aksara dan pengetahuan dasar yang dilakukan secara teratur
dan berkelanjutan.
Syarat tutor pendidikan keaksaraan, yaitu:
1. Pendidikan minimal tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP dan
sederajat),
2. Usia mnimal 17 tahun,
3. Memiliki data buta aksara di sekitar tempat tinggalnya,
4. Bersedia menandatangani akad kerjasama dengan penyelenggara program
pendidikan keaksaraan.

Selain persyaratan tersebut, seorang tutor perlu memiliki kompotensi dasar berikut

1. Memahami konsep dasar pendidikan orang dewasa,


2. Memahami konsep dasar pendidikan keaksaraan,
3. Mampu berkomunikasi dengan warga belajar (dengan bahasa Indonesia dan
bahasa lokal),
4. Memahami karakteristik dan kebutuhan warga belajar,
5. Memiliki keterampilan kerja yang dapat diajarkan kepada warga belajar,
6. Dapat menjadi teladan dalam kehidupan bermasyarakat.

M. WAKTU PELAKSANAAN
Untuk waktu pelaksanaan Program Pendidikan Keaksaraan Desa Bahagia
dilaksanakan mulai dari pukul 14.00 - 16.00 WIB, yaitu hari Senin , Rabu dan Jum’at
yang dilaksanakan dari tanggal 3 Mei 2021 – 24 Mei 2021 (3 kali pertemuan dalam 1
minggu).

N. TEMPAT
Tempat pelaksanaan Program Pendidikan Keaksaraan dilaksanakan di Desa Bahagia
Kec. Babelan. Pusat kegiatan Di SDN Bahagia 01.

O. BIAYA

JENIS
NO. SATUAN BIAYA KETERANGAN
KEGIATAN/PEMBIAYAAN
1. ATK Penyelenggaraan Rp 55.000,- Selama kegiatan
2. Transport Penyelenggaraan Rp 100.000,- Selama kegiatan
3. ATK Warga Belajar @30 orang Rp 10.000,- Selama kegiatan
4. Insentif Tutor @ 1 orang Rp 250.000,- Selama kegiatan
5. Transport Tutor @ 1 oramg Rp 100.000,- Selama kegiatan
6. Konsumsi Rp 45.000,- 1 dus air mineral
gelas
7. Sertifikat @30 orang Rp 10.000,- Untuk warga
belajar
8. Plakat @1 orang Rp 150.000,- Untuk tutor
JUMLAH Rp 1.300.000,- Selama 1 bulan
kegiatan
berlangsung
Penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan dasar dapat dibiayai oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), swadaya masyarakat, dan sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat.

P. EVALUASI
Penilaian dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu penilaian awal, penilaian proses
dan penilaian akhir.
1. Penilaian awal
Setiap warga belajar memiliki kemampuan awal yang berbeda-beda, dari yang
belum mengetahui aksara hingga yang telah mengetahui. Untuk itu tutor perlu
menilai kemampuan awal setiap warga belajar sebelum dibelajarkan. Penilaian
awal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kemampuan awal warga belajar
baik pada kemampuan calistung maupun minat dan kebutuhan fungsionalnya.
Hasil dari penilaian tahap ini akan memudahkan tutor untuk mengelompokkan
warga belajar berdasarkan kemampuan dan memilih metode pembelajaran. Selain
itu tes kemampuan awal dilakukan untuk memperkuat apakah warga belajar yang
direkrut sudah memiliki syarat keaksaraan.
2. Penilaian Proses
Penilaian proses biasa juga disebut penilaian kemajuan belajar, untuk
mengetahui perkembangan atau kemajuan yang dicapai oleh warga belajar dari
materi/ bahan belajar yang telah diajarkan oleh tutor. Penilaian ini dimaksudkan
untuk mengecek dan mengetahui tingkat penguasaan materi yang berhasil
diperoleh atau diselesaikan oleh warga belajar dalam waktu tertentu,
membandingkan capaian rencana pembelajaran yang telah dibuat di awal
program pembelajaran. Juga dimaksudkan akan terjadi deteksi dini kekurangan
penyelenggaraan program untuk secepatnya mendapatkan perbaikan seperlunya.
Penilaian proses dapat dilakukan dengan system potofolio dan pencatatan
langsung selama proses pembelajaran.
3. Penilaian akhir
Penilaian akhir merupakan penilaian hasil belajar, untuk mengetahui tingkat
kompetensi keaksaraan yang telah dicapai warga belajar di akhir program
pembelajaran. Penilaian hasil belajar meupakan penilaian blok dari keseluruhan
kompotensi atau materi program pendidikan keaksaraan yang telah dicapai warga
belajar. Bagi warga belajar yang memenuhi standar dinyatakan “berhasil”. Bahan
penilaian hasil belajar berpatokan pada SKK tingkat dasar. Hasil penilaian akhir
yang diperoleh masing-[masing warga belajar dengan angka, dikonversi ke dalam
empat kategori: sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Kategori
sangat baik, baik dan cukup dinyatakan berhasil/ lulus, dan berhak memperoleh
Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA), sedangkan kategori kurang dan
sangat kurang dinyatakan belum berhasil/ tidak lulus, dan disarankan untuk
mengulang (remedial).
Q. INDIKATOR KEBERHASILAN
Hasil belajar pendidikan keaksaraan adalah peningkatan kemampuan membaca,
menulis, berhitung, dan berbahasa Indonesia serta kemampuan menerapkan kemampuan
itu untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan peserta didik (warga belajar)
pendidikan keaksaraan.
Indikator utama keberhasilan program pendidikan keaksaraan adalah minimal 80%
peserta dinyatakan lulus dan memperoleh Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA).
Pencapaian target atau keberhasilan program dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu: 1)
Faktor Eksternal Fisik berupa fasilitas yang lengkap dan memadai serta kondisi
lingkungan yang mendukung, 2) Faktor Eksternal Nonfisik berupa tanggung jawab tutor
dan penyelenggara program, 3) Faktor Internal Fisik berupa kondisi kesehatan yang
mendukung kemampuan peserta didik dalam menangkap dan memahami materi, 4)
Faktor Internal Nonfisik berupa motivasi/semangat, kehadiran, kesibukan
pekerjaan/urusan keluarga peserta didik.
R. DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai