Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

  
Latar Belakang
Mengenal Allah itu hukumnya fardhu 'ain bagi tiap-tiap mukmin. Apabila seseorang itu tidak
mengenal Allah, segala amal baktinya tidak akan sampai kepada Allah Swt. Mengenal Allah
dapat kita lakukan dengan cara memahami sifat-sifat-Nya. Kita tidak dapat mengenal Allah
melalui zat-Nya, karena membayangkan zat Allah itu adalah suatu perkara yang sudah di luar
batas kesanggupan akal kita sebagai makhluk Allah. Kita hanya dapat mengenal Allah melalui
sifat-sifat-Nya. Tahukah kamu tentang sifat-sifat Allah Swt.? Sifat-sifat Allah terdiri atas tiga
sifat, yaitu sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz.
Allah adalah tuhan yang wajib diimani oleh makhluk-nya.Untuk menumbuhkan keimanan
tentunya kita perlu mengenal Allah.Dalam ayat-ayat Al-qur’an, Allah tidak diperkenalkan
sebagai sesuatu yang bersifat materi. Jika dijelaskan dengan sifat materi berarti Ia berbentuk
dan dibatasi oleh tempat. Padahal, Allah adalah Tuhan yang tidak memerlukan sesuatu.Allah
adalah Tuhan yang memiliki keagungan tidak terbatas. AL-Qur’an juga tidak memperkenalkan
Allah sebagai zat nonmaterial yang tidak dapat diberi sifat atau digambarkan dalam kenyataan
sehingga sulit untuk dijangkau oleh akal manusia. Jika Allah diperkenalkan dengan cara ini tentu
hati manusia tidak akan tenteram dan yakin karena akalnya tidak dapat memahami hakikat-
Nya.Al-Qur’an menempuh cara pertengahan yaitu memperkenalkan sifat
-sifat Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, Allah antara lain dikenal
dengan sifat dan asma Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Hidup, Maha
Berkehendak,Maha Menghidupkan, dan Mematikan, serta Yang bersemayam di atas Arsy.
Seluruh penjelasan tersebut akanmengantarkan kita pada pengenalan yang dapat terjangkau
oleh akal. Namun demikian AL-Qur’an juga tetap menyatakan bahwa tidak ada yang serupa
dengan Allah.

B.Rumusan Masalah
1.Apa sifat wajib dan mustahil bagi Allah SWT itu?
2.Apa yang dimangsud dengan sifat Ma’ani?
3.Apa yang dimangsud dengan sifat Ma’nawiyah?
4.Apa yang dimangsud dengan sifat Jaiz Allah SWT?

C.Tujuan
1.Untuk mengetahui sifat wajib Allah
2.untuk mengetahui sifat Ma’ani
3.Untuk mengetahui sifat Ma’nawiyah.
4.Untuk mengetahui sifat Jaiz bagi Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian sifat wajib dan Mustahil Allah SWT

Sifat-sifat yang wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah SWT termasuk dalam aqidah yang 50 atau
disebut dengan sifat yang 50.
Yang termasuk aqoidul khomsina (aqidah yg 50) adalah :
1.    20 sifat yang wajib bagi Allah
2.    20 sifat yang mustahil bagi Allah
3.    4 sifat yang wajib bagi rasul
4.    4 sifat yang mustahil bagi rasul
5.    1 sifat yang jaiz bagi Allah
6.    1 sifat yang Jaiz bagi rasul
Pengertian :
1. Pengertian sifat wajib bagi Allah
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada dzat Allah sebagai kesempurnaan bagi-
Nya. Allah adalah kholiq, dzat yang memiliki sifat yang tidak mungkin sama dengan sifat-sifat
yang dimiliki oleh makhluk-Nya
Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal ( wajib aqli) dan berdasarkan dalil naqli ( Al
Qur’an dan Hadits).
2.    Pengertian sifat mustahil bagi Allah
Sifat mustahil bagi Allah adalah sifat yang tidak akan pernah ada pada dzat Allah SWT., sifat
mustahil ini dinafikan oleh sifat-sifat yang wajib bagi Allah, dengan dalil aqal maupun dalil naqli.
3.    Pengertian sifat jaiz bagi Allah
Sifat jaiz bagi Allah adalah sifat yang boleh ada pada dzat Allah dan boleh juga tidak ada pada
dzat Allah.
Pembagian:
Sifat-sifat yang wajib ada 20 sifat, yang terbagi dalam 4 sifat yaitu:
a.     Sifat nafsiyah ( ‫)نفسية‬
Sifat nafsiyah yang wajib bagi Allah adalah sifat wujud saja dan maknanya adalah pasti adanya.
Mustahil bagi Allah bersifat ‘adam (tidak ada).
Dalil yang bisa didatangkan sebagai penjelasan bahwa Allah bersifat wujud adalah dengan
mengatakan alam ini. Mengapa didalilkan dengan alam??.
Alam adalah baharu atau makhluk, artinya alam ini ada setelah diciptakan oleh Allah, dan
secara otomatis aqal akan mengatakan bahwa “ Allah ada, dan Dia yang mengadakan alam ini”.
Karena, yang diciptakan akan ada yang menciptakan. Bisa diqiyaskan, dengan mengatakan tidak
mungkin sepotong roti ada tanpa ada yang membuatnya. Seperti itu pula alam, takkan ada jika
tidak diciptakan oleh Allah. Karena Allah pencipta alam semesta.
Artinya : ”Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia beristawa di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”.( Al-A’râf: 54).
b.     Sifat salbiyah
Sifat yang menolak segala sifat-sifat yang tidak layak dan patut bagi Allah SWT, sebab Allah
Maha sempurna dan tidak memiliki kekurangan.
Yang termasuk sifat salbiyah Allah adalah :
1.    Qidam (terdahulu)
Sifat qidam (dahulu) adalah wajib bagi Allah. Artinya, bahwa Allah tidak ada permulaan bagi
Nya dan wujud Allah tidak didahului sifatNya.
Allah berfirman :
Artinya : “ Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu” (Al Hadiid:3)
Lawan dari sifat qidam bagi Allah adalah hudus(baharu). Artinya sesuatu yang ada dikarenakan
ketiadaannya sebelum ada tersebut.
Apabila Allah SWT tidak merupakan dzat yang bersifat qidam, maka pasti Allah SWT adalah dzat
yang baharu. Sedangkan keberadaan yang baharu pasti ada yang membaharukan. Maka
mustahil bagi Allah akan baharu, karena tidak ada yang membaharukan Allah. Jika adalah Allah
itu baharu maka Allah akan membutuhkan pembaharu, dan pembaharu akan membutuhkan
pembaharu yang diatasnya, maka kejadian ini adalah mustahil pada dzat Allah, karena Allah
wajib bersifat wujud dan qidam dan mustahil bersifat baharu.
2.    Baqo’ (kekal)
Sifat baqo’ adalah sifat yang wajib adanya didalam zat Allah. Artinya, bahwa Allah tidak ada
akhir bagi Nya (kekal). Lawan dari sifat baqo’ adalah fana’ (binasa). Jika adalah Allah itu baharu
niscaya akan berakhir , tersirnalah sifat qidam  dan wujudnya Allah dan ini adalah mustahil pada
dzat Allah taala.
Allah berfirman :
Artinya : ”Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan, dan
hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (al-Qashash: 88).
3.    Mukholafatuhu lil hawadis (tidak menyerupai makhlukNya)
Wajib bagi Allah memiliki sifat mukholafatuhu lil hawadis artinya tidak menyerupai makhluk.
Maka, sifat ketidaksamaan Allah dengan makhluk merupakan suatu ibarat mengenai hilangnya
sifat jism, sifat benda, sifat kulli (keseluruhan), sifat juz’I (sebagian) dan beberapa hal yang
menetap pada Allah SWT.
Apabila terlintas dalm hati kata-kata bahwa : kalaulah Allah itu tidak merupakan jism, benda,
mempunyai bagian, maka bagaimana pula hakikat Allah ? maka jawabannya adalah :”tidak ada
yang mampu mengerti akan hakikat Allah, kecuali Allah sendiri. Sebagai mana yang ditegaskan
didalam al-quran :
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah dan Allahlah yang maha mendengar lagi
maha melihat.” (Asy syura:11)

Oleh karena itu, Allah bukanlah jism yang bisa digambarkan atau benda yang sangat terbatas
oleh ruang dan waktu.
Allah tidak mempunyai tangan, mata, telinga, dan lain-lain seperti yang dipunyai makhluk,
karena Allah tidak menyerupai benda yang dapat diukur dan dapat dibagi-bagi.
Adapun lawan dari sifat ini adalah mumatsalah (menyerupai), karena jika Allah menyerupai
niscaya Allah adalah baharu, dan ini adalah mustahil.
4.    Qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri)
Wajib bagi Allah bersifar “qiyamuhu binafsihi(berdiri sendiri)”. Arti sifat ini dijelaskan melalui
dua perkara.
1.    Bahwa Allah tidak membutuhkan ruang yang akan ditempati.
2.    Allah tidak membutuhkan ketentuan (aturan-aturan)
Lawan dari sifat ini adalah bahwa Allah bersifat qiyamu lighoirihi (berdiri dengan selainnya)
artinya Allah membutuhkan ruang dan ketentuan. Apabila Allah mempunyai sifat seperti ini,
maka sudah pastilah Allah tidak mempunyai sifat ma’ani dan ma’nawi yang wajib ada bagi
Allah. Dan ini adalah batal.
Artinya : ”Sesungguhnya Allah SWT benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam.” (al-Ankabut : 6).
5.    Wahdaniyah (esa)
Wajib bagi Allah bersifat wahdaniyah dalam 3 perkara :
1.    Wahdaniyah dalam sifat
2.    Wahdaniyah dalam dzat
3.    Wahdaniyah dalam af’al (perbuatan)
Dengan sifat wahdaniyah ini, maka akan menolak pada kam yang lima :
1.    “Kam Muttasil” didalam dzat, ialah tersusunnya Allah dari beberapa bagian.
2.    “Kam Munfasil” didalam dzat, ialah bilangan yang sekiranya terdapat tuhan kedua dan
seterusnya. (point 1 dan 2 tertolak oleh sifat tunggal dzat)
3.    “Kam muttashil” didalam sifat, ialah bilangan bagi sifat Allah dalam satu jenis seperti sifat
qudrat dan sebagainya.
4.    “Kam Munfasil” didalam sifat, ialah bila selain Allah mempunyai sifat yang menyerupai sifat
Allah. Seperti zaid mempunyai sifat kuasa, dimana dengan sifat ini ia bisa mewujudkan atau
meniadakan sesuatu. Dan sifat2 yang lain seperti iradat dan ilmu. (kedua poin ini juga
ternafikan oleh tinggalnya sifat Allah)
5.    “Kam Munfasil” dalam perbuatan, ialah apa yang dinisbatkan kepada selain Allah dengan
jalan mencari dan meilih atau bekerja dan berusaha. Dan kam ini tertolak oleh sifat tunggal
Allah didalam Af’al.
Adapun lawan wahdaniyah adalah ta’addud (berbilang).
Artinya : “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu
Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ’Arsy daripada apa yang mereka
sifatkan.” (al-Anbiya’: 22).
Banyaknya tuhan akan mengakibatkan hancurnya alam (alam tidak mungkin terbentuk).karena,
adakalanya keduanya bersepakata atau adakalanya berselisih. Apabila keduanya bersepakat,
tidak mungkin keduanya bisa mewujudkan ala mini secara bersamaan agar tidak terjadi pada
dua reaksi pada satu sasaran. Dan tidak pula dapat mewujudkan alam ini dengan cara
bergantian. Tidak mungkin bersekutu didalam mewujudkan alam dengan cara mendapatkan
bagian setengah dan yang lain setengah. Dengan adanya persekutuan maka tampaklah
kelemahan masing-masing.
Jika keduanya bertentangan sengan cara salah satu ingin mengadakan alam dan yang lain tidak,
maka tidaklah mungkin dapat tercapai kehendak keduanya. Dan ini adalah mustahil bagi Allah
SWT.
c.     Sifat Ma’ani
Sifat Ma’ani adalah sifat yang ada pada sesuatu yang disifati yang otomatis menetapkan suatu
hukum padanya,sifat ma;ani merupakan sifat yang diwajibkan bagi zat Allah SWT suatu hukum
atau sifat yang pasti ada pada dzat AllahSWT.Dlam sifat ma’ani tersebut hendaknya seorang
hamba mengi’tikadkan dengan keteguhan hatinya akan sifat-sifat Allah SWT tersebut,baik yang
wajib,mustahil,maupun jaiz,serta ijmali(keseluruhan) ia harus beri’tikad sepenuh hati,bahwa
Allah SWT wajib mempunyai sifat kesempurnaan yang sesuai dengan keadaan ketuhanan-
Nya,yang mustahil bersifat dengan segala macam sifat kekurangan,serta jaiz bagi Allah SWT
untuk melakukan setiap yang mungkin atau meninggalkannya.Seorang hamba itu wajib
mengi’tikadkan secara tafsili(terperinci) sifat-sifat Allah SWT yang menunjukkan kesempurnaan-
Nya,dan mengi’tikadkan lawan-lawan dan sifat-sifat tersebut.Dalam sifat tersebutlah
terkandung Ketuhanan-Nya serta keagungan rubbubiyah-Nya.
Yang termasuk sifat ma’ani adalah
1.    Qudrah (Maha kuasa)
Wajib bagi Allah mempunyai sifat qudrah. Dan sifat ini merupakan aplikasi dari sifat wujud yang
telah dahulu dan selalu menetap pada dzat Allah. Dengan sifat qudrah ini, Allah akan
mewujudkan atau meniadakan segala sesuatu kemungkinan yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Sifat qudrat mempunyai tujuh ta’alluq (kebergantungan), yaitu :
a.    Ta’alluq shuluhi qadim (kebergantungan yang bersifat lazim dizaman dahulu), yaitu lazim
memiliki sifat qudrat dizaman dahulu yang mewujudkan dan atau meniadakan sesuatu pada
saat hal itu mungkin adanya.
b.    Ta’alluqnya sifat qudrat dengan mewujudkan kemungkinan yang sebelumnya tidak ada.
c.    Ta’alluqnya sifat qudrat dengan meniadakan kemungkinan setelah wujudnya kemungkinan
tersebut.
d.    Ta’alluqnya sifat qudrat dengan mewujudkan kemungkinan, seperti kebangkitan dari kubur.
Dan tiga ta’alluq qabdliah (kebergantungan yang ada dalam genggaman Allah),yaitu :
e.    Ta’alluqnya sifat qudrat dengan berlangsungnya perkara yang meungkin tetap tidak ada
atau pada saat ada kemungkinan untuk wujud dan sebelum wujudnya.
f.    Ta’alluqnya sifat qudrat dengan berlangsungnya wujud yang mungkin, setelah tidak adanya.
g.    Ta’alluqnya sifat qudrat dengan berlangsungnya kemungkian tidak berwujud setelah
wujudnya. Artinya, kemungkinan itu ada kemudian tidak ada.

Dalil aqli sifat qudrah adalah wujudnya alam,sebab andaikan tidak bersifat qudrah pasti Allah
bersifat lemah.Andaikan bersifat lemah pasti alam tidak akan bisa terwujud .Padahal alam
terbukti telah wujud ,sehingga pengandaian ini mustahil dan benarlah kebalikannya,yaitu Allah
bersifat Qudrah.

Sifat Qudrah juga berdasarkan dalil naqli Al-qur’an ,Hadits dan Ijma’,sebagai berikut:
Artinya : ”Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (al-Fatir: 44).
“ Diriwayatkan dari Abu Hurairah,sungguh Rasulullah SAW bersabda:”Orang yang
mengucapkan Tiada Tuhan Selain Allah Yang Maha Esa,tiada sekutu bagi-Nya,bagi-Nya kerajaan
dan pujian.Dia Maha kuasa atas segala sesuatu…”(HR.al-Bukhori)
“Sungguh Ahlussunnah sepakat bahwa,Allah SWT bersifat dengan Qudrah.”
Yang dimangsud dengan sifat Qudrah adalah Allah SWT mengadakan alam semesta serta apa
saja yang terdapat didalamnya dengan berbagai keadaan,misalnya alam binatang,alam
tumbuha-tumbuhan ,alam logam yang mengandung beratus-ratus ribu macam yang
menyebabkan setiap orang menyelidikinya.Karena itu ,sangat mustahil karena dzat yang
mengadakan alam,yang dengan keagungan dan kebenaran ini bersifat lemah atau (Ajz) serta
tidak kuasa.Sebagai Tuhannya sekalian alam semesta ini, bersifat kuasa atau qudrah dan
mustahil sebaliknya,yakni Ajz atau lemah(Afandiy Husein Sayyid,1999:31).

2.    Irodah (Maha Berkehendak)


Wajib bagi Allah mempunyai sifat Iradah (berkehendak). Dengan sifat ini Allah menentukan
perkara yang mungkin dengan sifat iradah itu, dalam arti sebagian perkara yang mungkin
wujudnya. Adakalanya Allah mewujudkan atau meniadakan sesuatu sesuai dengan iradahnya.
Contoh:wujud atau tidak wujudnya,kaya atau miskinnya,pandai atau pander,dan semisalnya
seperti Zaid berkulit putih,lahir pada tahun sekian,hidup selama usia sekian,dan segala sesuatu
yang mungkin berkaitan dengannya.
Yang dimangsud dengan sifat Iradah adalah,adapun alam ini tidak terjadi dengan
sendirinya,tetapi ada yang menciptakannya yakni Allah SWT.Lawan dari sifat iradah adalah
karohah (terpaksa) berarti tidak adanya sifat iradat.
Ta’alluqnya sifat iradah dan segala yang mungkin memiliki kesamaan dengan sifat qudrah-Nya.
Akan tetapi, ta’alluqNya sifat qudrah merupakan ta’alluq yang mewujudkan dan meniadakan.
Sedangkan ta’alluqnya sifat iradah adalah ta’alluq yang menentukan. Oleh karena itu, sifat
iradah tidak ada ta’alluqnya dengan perkara yang wajib dan mustahil.
Termasuk hal yang mungkin adalah perkara baik dan buruk. Oleh karena itu, tidak ada suatu
kebaikan atau keburukan yang terjadi pada makhluk (seluruhnya), kecuali sengan iradah Allah.
Karena tidak akan mungkin bila sesuatu yang terjadi pada makhluk ini secara terpaksa diadakan 
oleh Allah SWT.
Berbeda dengan kaum mu’tazilah yang mengatakan bahwa sifat iradah Allah SWT hanya
berhubungan dengan kebaikan.Namun demikian tidak menisbatkan keburukan pada Allah
SWT,kecuali pada konteks pembelajaran,karena keharusan menjaga adab terhadapa-
Nya.Seperti menisbatkan hal-hal yang hina kepada Allah,sehingga tidak boleh diucapkan,Allah
pencipta babi,Allah pencipta kesialan.
Dalil aqli ketetapan sifat iradah bagi Allah adalah adanya alam ini. Jelaslah jika Allah tidak
mempunyai sifat iradah, sudah pasti Allah terpaksa. Jika Allah terpaksa, maka Allah tidak
mempunyai sifat qudrah.
Selain itu sifat iradah juga berdasarkan dalil naqli al-Qur’an,hadits,dan ijma’,sebagaimana
berikut,
Artinya:”Maha kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.”(QS.Al-Buruj:163)”
“Diriwayatkan dari Ubadah bin as-Shamit,ia berkata:”Kami berada disisi Nabi lalu beliau
bersabda :….dan orang yang melakukan sebagian dosa-dosa yang wajib dihukum had itu,lalu
Allah menutupinya,maka urusannya kembli pada Allah .Bila Allah berkehendak maka
menyiksanya dan bila berkehendak maka mengampuninya.”(HR.al-Bukhori)

“Ahlussunnah sepakat bahwa Allah SWT bersifat dengan sifat Qudrah dan Iradah.”

3.’Ilm (Ilmu)
Wajib bagi Allah mempunyai sifat ilmu, yaitu sifat yang telah ada dan terdahulu serta menetap
pada dzat Allah. Dengan sifat ilmu ini, Allah mengetahui sifat sifat yang wajib, mungkin, dan
yang mustahil adanya dengan segala macam rincian yang terliput oleh Nya.
Oleh karena itu pula Allah mengetahui secara rinci pula mengetahui sesuatu dan tidak terbatas,
seperti kesempurnaan sifat Nya mengatur nafas seluruh penghuni surga.
Adapun ta’alluq sifat ilmu hanya satu, yaitu ta’alluq dengan pelksanaan yang terdahulu. Dengan
demikian, Allah mengetahui semua maklumat yang meliputi apa saja yang berlaku/ berjalan
dimuka bumi sampai diatas langit.dan sekecil apapun dari yang melata dimuka bumi dan langit
tidak akan terlepas dari pengetahuanNya.Lawan dari sifat ilmu adalah jahil (bodoh).
Dalil aqli ketetapan sifat ilmu yang wajib bagi Allah adalah adanya alam ini ,apabila Allah
tidak bersifat ilmu, sudah jelas Allah mempunyai sifat bodoh.Andaikan bersifat bodoh pasti
Allah tidak bersifat Iradah,andaikan Allah tidak bersifat Iradah maka alam ini tidak akan
terwujud. Dan itu adalah mustahil bagi Allah.
Berdasarkan dalil naqli Al-Qur’an,Al-Hadits dan ijma’,sebagaimana berikut,
Artinya : “Dan Allah memiliki kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun
yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan
bumi, dan tidak sesuatu basah atau kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhil
Mahfudz)” (Al An’aam:59)
“Ya Allah aku beristikharah dengan ilmu-Mu”.(HR.al-Bukhori)
“Sungguh Ahlussunnah sepakat bahwa Allah SWT Mahs Mengetahui dengan sifat ‘Ilm.”

4.    Hayat
Wajib bagi Alah mempunyai sifat hayat atau hidup. Sifat ini yang membenarkan bahwa
Allah mempunyai sifat ilmu, qudrah, iradah, sama’, bashor dan kalam. Hidup disini terdapat
pada zat Allah dan tidak disertai ruh seperti makhluk.
Lawan dari sifat ini adalah maut (mati). Rasa kantuk ataupun tidur tidak akan ada pada Allah,
begitu pula dengan kerusakan ataupun kematian.
Dalil aqli sifat hayah sebagaimana adanya alam ini, jelaslah apabila Allah tidak mempunyai sifat
hayat, maka pasti Allah bersifat maut. Dan jika Allah mempunyai sifat tersebut, maka Allah
tidak akan kuasa, tidak menghendaki dan tidak mengetahui. Sedangkan tidak adanya Allah,
akan tetapi mempunyai sifat qudrah, iradah, dan ilmu adalah muhal (mustahil)dan jika
demikian, niscaya tidak akan wujud sesuatu dari alam semesta ini serta tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada.
Dalil Naqli Sifat Hayat berdasarakan Al-Qur’an.Hadits dan Ijma’ sebgaimana berikut,
Artinya : ”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa
yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah
mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi
langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi
Maha Besar” (al-Baqarah: 255).
“Wahai Allah yang Maha Hidup,wahai Allah yang sangat sempurna mengatur makhluk,hanya
dengan rahmat-Mu.Aku memohon pertolongan.”(HR.al-Hakim.Shahih).
“Sungguh Ulama’ sepakat bahwa Allah SWT ,Maha Hidup dengan sifat Hayat.”

Sifat ini tidak ada ta’alluqnya. Hanya saja, sifat hayat merupakan syarat logis didalam
menetapkan sifat-sifat ma’ani. Maksudnya, dari wujudnya sifat ini menjadi kepastian akan
wujudnya sifat-sifat ma’ani.

5.Sama’ (Maha Mendengar)


Adalah sifat yang qodim berdiri pada zat-Nya Allah SWT,maha mendengar dari seluruh
yang ada,baik suara ataupun selainnya.
Yang dimangsud Sama’atau Maha mendengar adalah cara mendengarnya bukan dengan telinga
atau dengan alat pendengar biasa,dengan itu terbukalah bagi-Nya semua apa yang terdengar di
alam dan seisinya ini.
Dalil Aqli sifat Sama’ adalah andaikan tidak bersifat dengannya pasti Allah bersifat
tuli,namun Allah SWT itu Maha mendengar, bawasannya sifat tuli itu adalah suatu kekurangan
dan bahwa Allah SWT Maha pencipta alam dan sempurna dan bahkan sebagian Makhluk-Nya
diberi kekuatan untuk mendengar yang emrupaka kenikmatan yang terbesar,maka sangat
mustahil lah kalau Allah SWT memiliki kekurangan.

6. Bashor(Maha melihat)
Wajib bagi Allah mempunyai sifat bashor. Kedua sifat ini adalah sifat yang dahulu dan
menetap pada dzat Allah. Dengan kedua sifat ini, maka akan menjadi jelas semua yang ada, baik
berbentuk zat, suara, warna dan lainnya.
Yang dimangsud dengan sifat Bashor adalah dengan ini Allah SWT melihat segala apa yang
terlihat didalam alam dan seisinya,buktinya ialah bahwasannya sifat buta itu sangat mustahil
bagi Allah SWT karena Allah SWT pencipta alam yang sempurna ini,dan Allah lah yang memberi
sebagian Makhluk-Nya penglihatan.
Dalil aqli sifat Bashor adalah,andaikan tidak bersifat dengannya,maka Allah bersifat
buta,namun Allah SWT itu maha melihat,pengandaian ini jelas salah ,karena buta merupakan
kekurangan,padahal kekurangan mustahil ada pada Allah SWT.Ketika hal ini jelas salahnya maka
yang benar adalah sebaliknya,Allah bersifat bashor.
Ta’alluq sifat sama’ dan bashor ada tiga
1.    ta’alluq yang bersifat pelaksanaan (yang dahulu) yaitu hubungan sifat sama’dan bashor
dengan dzat dan sifat Allah.
2.    Ta’alluq yang bersifat perencanaan (yang dahulu), yaitu hubungan sifat sama’dan bashor
dengan kita sebelum kita ada.
3.    Ta’alluq yang bersifat pelaksanaan (yang baru), yaitu hubungan sifat sama’ dan bashor
dengan kita setelah kita ada. Jadi hubungan sifat sama’ dan bashor hanyalah satu, sedangkan
sifat adalah banyak dan hakikat-hakikat sama’ dan bashorpun berbeda-beda.
Dalil naqli ,sifat Sama’ dan Bashor terdapat dalam Al-Qur’an,Hadits dan Ijma’ sebagai
berikut,
Artinya : “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku
Maha mendengar dan Maha melihat”. (Thaha: 46).
“Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari ,ia berkat:”Kami bersama Nabi dalamsuatu
perjalanan ,lalu ketika menaiki tebing kami membaca tahlil dan takbir dengan suara kami yang
keras,lalu Nabi bersabda:”Hai manusia ,kasihanilah diri kalian ,sebab sungguh kalian tidak
berdoa kepada Dzat yang tuli dan yang ghaib.Sungguh Allah bersama kalian ,sungguh Allah Dzat
yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat.(Mutaffaq’Alaih).”

“Ulama’sepakat bahwa Allah SWT Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Melihat”
 
Adapun lawan dari sifat sama’ dan bashor adalah tuli dan buta. Sifat tuli dan buta mustahil bagi
Allah karena ini adalah sifat kekurangan sedangkan Allah maha sempurna dan tidak ada
kekurangan sedikitpun.

7.  Kalam (Maha berbicara)


Kalam adalah sifat qodimah yang ada pada Dzat Allah tidak berupa huruf dan suara.Sifat kalam
Allah terhindar dari ada yang menjadi bagian depan dan yang belakang,I’rab dan mabni,diam
beserta adanya kemampuan melakukan bicara,tercegah berbicara karena ketidakmampuan
seperti bisu dan masih anak-anak,dan seluruh ucapan seperti makhluk.
Sifat kalam adalah sifat yang tunggal dan hanya I’tibarnya yang berbeda-beda.Dari sisi
keterkaitan menuntut pelaksanaan shalat misalnya disebut perintah (amr),dari sisi keterkaitan
melarang zina disebut (nahi) dan selainnya.Sifat kalam berhubungan dengan semua hal
wajib,jaiz dan mustahil sebagaimana sifat “Ilmun,namun hubungan sifat ‘Ilmun menyingkapnya
sedangkan sifat kalam menunjukkannya.
Dalil aqli sifat kalam adalah,andaikan tidak bersifat dengannya pasti Allah bersifat
bisu.Namun pengandaian ini jelas salah karena bisu merupakan kekurangan,padahal
kekurangan mustahil terjadi pada Allah,maka yang benar adalah sebalikanya ,Allah mempunyai
sifat kalam.
Dalil naqli sifat kalam dijelaskan dalam Al-Qur’an,Hadits dan Ijma’ sebagai berikut,

Artinya : “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung”. (An-Nisâ: 164).

“Diriwayatkan dari Adi bin Hatim,ia berkata :”Nabi bersabda” Tidak ada salah seorang dari
kalian kecuali Allah akan berbicara kepadanya pada hari kiamat,yang tidak juru penerjemah
diantara Allah dan daintaranya.”(HR.al-Bukhori)
“ Ahlussunnah sepakat bahwa Allah SWT Dzat yang Maha Berfirman dengan sifat kalam yang
Qodim dan Azali.”
Adanya firman Allah SWT menjadi bukti bagi kita bahwa Allah SWT memperhatikan kita
sebagai hamba-Nya. Dengan perantara nabi dan rasul Allah SWT membimbing manusia untuk
melakukan amal sholeh sesuai yang diajarkan dalam kitab Allah SWT.
Dari firman Allah SWT juga, kita dapat mengetahui sejarah dan kisah umat-umat terdahulu,
sehingga kita dapat mengambil hikmah, mengikuti yang haq dan meninggalkan yang bathil.

d.     Sifat ma’nawiyah


Sifat Ma`nawiyah didefinisikan sebagai sifat yang ada pada sesuatu yang disifati yang otomatis
mrnrtpkan suatu hukum padanya,maka sifat ma’nawiyah merupakan hukum
tersebut.Artinya,sifat ma’nawiyah merupakan kondisi yang selalu menetapi sifat Ma’ani.Sifat
‘Ilm misalnya,pasti zat yang bersifat dengannya mempunyai kondisi yang berupa “kaunuhu
A’liman”(keberadaannya sebagai zat yang berilmu/mengetahui),karena begitu sifat Ma’nawiyah
juga ada tujuh sebagaimana sifat Ma’nawi,yaitu:
1.   Kaunuhu Qadiran (Keberadaan Allah sebagai Zat yang Maha Mampu/Kuasa)
Sifat Kaunuhu Qodiran adalah sifat yang selalu menetap pada qudrah Allah SWT. Lawan dari
qadiran adalah ‘ajizan(sangat lemah).
Dalil aqli sifat Kunuhu Qodiran sama dengan dalil aqli sifat Qudrah,bisa pula dikatakan
“Kaunuhu Qodiran merupakan sifat yang pasti ada karena adanya sifat Qudrah pada zat
Allah,karena telah dipastikan Allah bersifat kaunuhu qodiron sebab menetapi suatu
Qodrah,maka mustahil bersifat sebaliknya yaitu kaunuhu ‘ajizan (Keberadaan Allah SWT
sebagai zat yang lemah).
Begitu pula dalil Naqlinya sama dengan dalil naqli sifat Qudrah.Sedangkan kebalikan sifat
kaunuhu qodiron adalah kaunuhu ‘ajizan yang jelas mustahil bagi sifat Allah SWT.

2.    Kaunuhu Muridan (Keberadaan Allah sebagai dzat yang Maha Berkehendak)
adalah sifat yang ada pada Dzat Allah yang menetapi sifat Iradah. Lawan dari iradat adalah
karihan (terpaksa).
Dalil Aqli sifat Kaunuhu Muridan sama dengan dalil aqli sifat Iradah,bisa pula dikatakan:
“Kaunuhu Muridan merupakan sifat yang pasti adakarena adanya sifat Iradah pada Dzat Allah
SWT.Karena Allah telah dipastikan bersifat kaunuhu muridan sebab menetapisifat iradah,maka
mustahil bersifat sebaliknya yaitu kaunuhu karihan(Dzat yang terpaksa).
Begitu pula dalil Naqlinya sama dengan dalil naqli sifat Iradah,sedangkan kebalikan sifat
kaunuhu muridan adalah kaunuhu karihan,yang jelas mustahil menjadi sifat Allah SWT.

3.  Kaunuhu ’alimann (Maha Mengetahui)


Sifat Kaunuhu’Aliman adalah sifat yang berada pada dzat Allah SWT yang menetapi sifat ‘Ilm.
Lawan dari ‘aliman adalan jahilan (bodoh).
Dalil aqli nya sama dengan sifat ‘Ilm,bisa pula dikatakan:
“Kaunuhu ‘aliman merupakan sifat yang pasti ada karena adanya sifat ‘ilm pada Dzat
Allah.Karena telah dipastikan bahwa Allah bersifat Kaunuhu ‘Aliman sebab menetapi sifat
‘ilm,maka mustahil bersifat sebaliknya yaitu kaunuhu jahilan (Dzat yang bodoh).
Begitu pula dalil Naqlinya sama dengan dalil naqli sifat ‘ilm,sedangkan kebalikan sifat kaunuhu
‘aliman adalah sifat kaunuhu jahilan yang jelas mustahil bagi Allah SWT.

4.    Kaunuhu Hayyan (Dzat yang Maha Hidup)


Sifat kaunuhu hayyan adalah siafat yang ada pada Dzat Allah yang menetapisifat hayah. Lawan
dari hayyan adalah mayyitan (mati).
Dalil Naqlinya yaitu sama dengan dalil Naqli sifat hayah,bisa pula dikatakan:
“Kaunuhu hayyan merupakan sifat yang pasti ada karena adanya sifat hayyah pada Dzat
Allah,karena telah dipastikan bahwa Allah bersifat kaunuhu Hayyan sebab menetapi sifat
hayyah,maka mustahil bersifat sebaliknya yaitu kaunuhu mayyitan(Dzat yang Mati).
Begitu pula dalil naqlinya sama dengan dalil naqli sifat hayyah.Sedangkan kebalikan sifat
kaunuhu hayyannadalah sifat kaunuhu mayyitan yang jelas mustahil menjadi sifat Allah.
5-6. Kaunuhu Sami’an dan Kaunuhu Basyiron
Sifat kaunuhu Sami’an (Dzat yang Maha Mendengar) dan kaunuhu Basyiron (Dzat yang Maha
Melihat)adalah sifat yang ada pada dzat Allah yang bersifat ‘Sam dan Bashor.
Dalil aqli sifat kaunuhu Sami’an dan Kaunuhu Bashiron sama dengan dalil aqli ‘Sam dan
Bashor,bisa pula dikatakan:
“Kaunuhu Sami’an merupakan sifat yang pasti ada karena adanya sifat sam pada Dzat Allah, dan
Kaunuhu Bashiron merupakan sifat yang pasti ada karena adanya sifat bashor pada Dzat
Allah.Karena telah dipastikanAllah bersifat Kaunuhu sami’an sebab menetapi sifat sam dan
bersifat kaunuhu bashiron sebab menetapi sifat bashor,maka mustahil bersifat sebaliknya yaitu
kaunuhu ‘ashom(Dzat yang tuli) dan kaunuhu a’ma (Dzat yang buta).
Begitu pula dalil naqlinya sama dengan dalil naqli sifat ‘sam dan bashor .Sedangkan kebalikan
sifat kaunuhu sami’an adalah kaunuhu ‘ashom dan kebalikan sifat kaunuhu bashiron adalah
kaunuhu a’ma yang jelas mustahil menjadi sifat Allah SWT.

7.    Kaunuhu Mutakalliman (Dzat yang Maha Berbicara)


Sifat kaunuhu mutakalliman adalah sifat yang ada pada Dzat Allah yang menetapi sifat
kalam.Lawan dari takliman adalah abkam (bisu).
Dalil aqli sifat kaunuhu mutakalliman sama dengan dalil aqli sifat kalam,bisa pula dikatakan:
“Kaunuhu mutakalliman merupakan sifat yang pasti ada karena adanya sifat kalam pada Dzat
Allah.Karena telah dipastikan Allah bersifat kaunuhu mutakalliman sebab menetapi sifat
kalam,maka mustahil bersifat sebaliknya yaitu kaunuhu abkam(Keberadaan Allah sebagai Dzat
yang bisu).
Begitu pula dalil naqlinya sama dengan dalil naqli sifat kalam,sedangkan kebalikan dari sifat
kaunuhu mutakalliman adalah kaunuhu abkam yang jelas mustahil menjadi sifat Allah SWT.

D.SIFAT SIFAT JAIZ BAGI ALLAH


Disamping sifat sifat wajib dan mustahil bagi allah ada lagi sifat boleh atau sifat jaiz yang
dimiliki oleh Allah,yaitu melakukan atau meninggalkan segala hal mumkin,meskipun berupa
keburukan,seperti menciptakan kekufuran,kemaksiatan,menciptakan makhluk,dan memberi
rezeki.Tidak ada hal mumkin kecuali tercipta oleh Allah SWT.
Dalil Aqli sifat Jaiz adalah,andaikan Allah wajib melakukan atau meninggalkan hal
mumkin,tentu hal itu berbalik menjadi wajib atau mustahil.Sehingga pengandaian ini
mustahil.Karenanya yang benar adalah sebaliknya,yaitu Allah bersifat jaiz,bebas melakukan
atau meninggalkan segala hal mumkin.
Selain itu sifat Jaiz berdasarkan dalil Naqli Al-Qur’an yang artinya:
“Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.Al-Baqoroh 284)

“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada
pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka
persekutukan”(dengan Dia). (al-Qashash 6)

Dalil Naqli sifat jaiz juga berdasarkan Al-Qur’an,Al-Hadits,dan ijma’ terkait sifat Qudrah dan sifat
iradah,sebab keduanya berhubungan dengan dalil mumkin sebagaimana telah dijelaskan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian singkat diatas dapat disimpulkan bahwa sifat 20 yang wajib bagi Allah terbagi
menjadi 4 bagian :
a.    sifat nafsiyah yaitu wujud
b.    sifat salbiyah yaitu qidam, baqo’, mukholafatuhu lil hawadis, qiyamuhu binafsihi,
wahdaniyat
c.    sifat ma’ani yaitu qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama’, bashor, kalam
d.    sifat ma’nawiyah yaitu qadiran, muridan, ‘aliman, hayyan, sami’an, bashiran, mutakalliman
Taalluq bagi sifat ma’ani dengan beberapa kemungkinan dan perkara yang wujud ada 4 bagian :
a.    sesuatu yang berhubungan dengan beberapa kemungkinan yaitu : sifat qudrat dan sifat
iradat. Namun, hubungan yang pertama merupakan perwujuudan dan peniadaan. Dan
hubungan kedua, yakni sifat iradat merupakan hubungan secara ketentuan.
b.    Sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang wajib, kewenangan dan kemustahilan
yaitu, sifat ilmu dan kalam. Namun, hubungan yang pertama merupakan taalluq secara terbuka.
Sedangkan sifat kalam sebagai penunjuk.
c.    Sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang wujud adalah sifat sama’ dan bashor.
d.    Sesuatu yang tidak berhubungan sama sekali yaitu sifat hayat.
Bagi orang-orang mukallaf tidak diwajibkan mengetahui taalluq sifat tersebut, mukallaf hanya
wajib memahami sifat-sifat Allah secara global beserta dalil-dalilnya. Karena mengetahui taalluq
termasuk mendalami ilmu kalam.
Sifat jaiz bagi Allah hanya satu yaitu kebebasan meniadakan atau mengadakan sesuatu,
merupakan kewenangan yang mutlak bagi Allah Taala.
DAFTAR PUSTAKA

KH.Abdurrahman Navis,Lc,M.H.I

Anda mungkin juga menyukai