Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR IS

Daftar isi.................................................................................................i

Bab I Pendahuluan................................................................................1

a. Latar belakang..................................................................................1
b. Rumusan masalah.............................................................................2
c. Tujuan...............................................................................................2

BAB II Pembahasan................................................................................

a. Pengertian sifat sifat allah................................................................3


b. Nama nama allah..............................................................................8
c. Kalam allah…………………………………………………………9
d. Ru’yatullah…………………………………………………………10

BAB III Penutup.....................................................................................

Kesimpulan.........................................................................................14

Daftar Pustaka.....................................................................................15

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Allah ta’ala memiliki sembilan puluh sembilan nama yang terdapat di dalam nash
– nash, nama – nama tersebut adalah Asma’ul Husna (nama – nama yang terbaik).
Di antaranya ada nama yang agung bagi Allah azza wa jalla yaitu nama yang
mencakup makna – makna sifat Allah, nama Dzat yang pengertian –
pengertiannya mendalam, luas, dan berfaidah. Maka bagi setiap muslim
hendaknya mengenal makna – makna dan pengertian – pengertiannya karena hal
itu akan menambah keimanannya. Allah ta’ala berfirman:

B. ‫َوهَّلِل ِ اَأْل ْس َما ُء ْال ُح ْسن َٰى فَا ْدعُوهُ بِهَا‬

“Dan Allah memiliki Asma’ul-Husna (nama-nama yang terbaik), maka


bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya.” QS. Al-A’raf: 180.
Tauhid adalah keyakinan tentang adanya Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada
sesuatu pun yang menyamai-Nya dalam zat,  sifat atau perbuatan-perbuatan-Nya;
yang mengutus para rasul untuk menunjukkan dunia dan ummat manusia ke jalan
yang benar, yang meminta pertanggung jawaban hamba  dikehidupan akhirat dan
membalas perbuatan baik atau buruk yang dilakukannya didunia.[1]

B.Rumusan masalah

1.Apa yang dimaksud dengan sifat sifat allah

2.Mengetahui Nama nama allah

3.Bagaimana pengertian kalam allah

4.Apa itu ru’yatullah

C.Tujuan

1.Mengetahui pengertian dan maksud dari nama nama dan kalam allah
2.Memperdalam pengetahuan tentang sifat sifat allah dan ketentuannya
3.Mengerti tentang apa yang dimaksud dengan ru’yatullah

2
BAB II

PEMBAHASAN.

A. Pengertian Sifat-sifat Allah

Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak terhingga bagi
Allah. Sifat-sifat Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa terdapat
beberapa sifat kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah. Maka, wajib
jugadipercayai akan sifat Allah yang dua puluh dan perlu diketahui juga sifat
yangmustahil bagi Allah sifat Allah terbagi 3 yaitu:1

1. sifat wajib bagi Allah Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada
pada dzat Allah sebagaikesempurnaan bagi-Nya. Allah adalah kholiq, dzat
yang memiliki sifat yangtidak mungkin sama dengan sifat-sifat yang
dimiliki oleh makhluk-NyaSifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui
akal ( wajib aqli) dan berdasarkan dalil naqli ( Al Qur’an dan Hadits).
2. Pengertian sifat mustahil bagi AllahSifat mustahil bagi Allah adalah sifat
yang tidak akan pernah ada pada dzatAllah SWT., sifat mustahil ini
dinafikan oleh sifat-sifat yang wajib bagiAllah, dengan dalil aqal maupun
dalil naqli.
3. Pengertian sifat jaiz bagi AllahSifat jaiz bagi Allah adalah sifat yang boleh
ada pada dzat Allah dan boleh juga tidak ada pada dzat Allah

Pembagian Sifat Sifat Allah Swt.

1. Sifat Wajib Bagi Allah

Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Zat Allah
sebagaikesempurnaan bagi_Nya. Allah adalah Khaliq, Zat yang memiliki
sifat yang tidakmungkin sama dengan sifat-sifat yang dimiliki
makhluk_Nya. Zat Allah tidak bisadibayangkan sebagaimana bentuk, rupa

1
Yunus, Muhammad. 1997. Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Erlangga, hlm, 23

3
dan ciri-ciri_Nya.Begitu juga sifat-sifat_Nya, tidak bisa disamakan dengan
sifat-sifat makhluk.2

Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal (wajib aqli) dan
berdasarkan dalil naqli (Al-Qur’an dan Hadits).

2. Sifat nafsiyah

Sifat nafsiyah yang wajib bagi Allah adalah sifat wujud saja dan
maknanyaadalah pasti adanya. Mustahil bagi Allah bersifat ‘adam (tidak
ada). Dalil yang bisa didatangkan sebagai penjelasan bahwa Allah bersifat
wujudadalah dengan mengatakan alam ini. Mengapa didalilkan dengan
alam??.Alam adalah baharu atau makhluk, artinya alam ini ada setelah
diciptakan oleh Allah, dan secara otomatis aqal akan mengatakan bahwa “
Allah Ada, Dan DiaYang Mengadakan Alam Ini”. Karena, yang
diciptakan akan ada yang menciptakan. Bisa diqiyaskan, dengan
mengatakan tidak mungkin sepotong rotiada tanpa ada yang membuatnya.
Seperti itu pula alam, takkan ada jika tidakdiciptakan oleh Allah. Karena
Allah pencipta alam semesta.

1. Wujud : Artinya AdaAdanya Allah SWT dapat dibuktikan


dengan adanya alam ini. Semua barang yang ada di lingkungan kita pasti
ada yang menbuat. Sebagaimana AllahSWT berfirman dalam Q.S. Ali
Imran/3:2

3. Sifat salbiyah

sifat yang menolak segala sifat-sifat yang tidak layak dan patut
bagi AllahSWT, sebab Allah Maha sempurna dan tidak memiliki
kekurangan.Yang termasuk sifat salbiyah Allah adalah :3

a. Allah SWT bersifat Terdahulu (Qidam)

2
Azra, Azyumardi, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum. Jakarta. Depatemen Agama RI, hlm12
3
Ibid, hlm, 14

4
Allah SWt adalah pencipta alam semesta. Dia lebih dahulu
adasebelum ala mini ada. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam
Q.S. al-Hadid/57:3

b. Allah SWT berdifat Kekal (Baqa’)


Semua mahkluk ciptaan Allah SWT akan rusak,
sedangkan Dia sebagai pencipta tidak akan rusak. Allah SWT
akan kekal selamanya dan Dia tidakaakan pernah mati,
sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. ar-Rahman/55:27
c. Allah SWT bersifat Berbeda dengan Ciptaan-Nya (Mukhalafatu
lilHawadisi)

Allah SWT memiliki sifat yang sempurna dan istimewa.


Sifat Allah SWT berbeda dengan sifat makhluk-Nya. Jika ada
kesamaan, hanya sama namanya,sedangkan kesempunaan-Nya
tidak sama. Sebagaimana Allah SWT berfird.

d. .Allah SWT berdifat berdiri dengan sendirinya (Qiyamuhu


Binafsihi)

Allah SWT sebagai pencipta alam adalah Mahakuasa. Dia


tidakmemerlukan bantuan dari kekuatan lain karena mempunyai
kekuatan yang ada pada diri-Nya. Sebagaimana Allah SWT
berfirman dalam Q.s Al Ankabut ayat 6.

e. .Allah SWT bersifat Maha Esa (Wahdaniyyah)

Manusia dituntut untuk meyakini bahwa wujud Allah Naha


Esa,artinya Dia tidak terbilang dua, tiga, dan seterusnya.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. al-Ikhlas/112:1-4

5
4.Sifat ma’ani

Yaitu sifat yang adapada zat Allah yang sesuai dengan kesempurnaan
Allah. Karena keberadaaan sifat inilah nantinya sifat ma’nawiyahYang termasuk
sifat ma’ani adalah4

a.Allah SWT bersifat Maha Kuasa (Qudrah)

Dia kuasa menciptakan alam, mampu memelihara, dan sanggup


menghancurkannya tanpa bantuan kekuasaan lain. Sebagaimana Allah
berfirman dalam Q.S. al-Baqoroh/2:20

b. Alah SWT bersifat Berkehendak (Iradah)Jika Allah berkehendak, tidak


satu pun yang dapat menolak. SebagaimanaAllah berfirman dalam Q.S.
Yasin/36:82

Artinya : Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki


sesuatuhanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia.

c. Allah SWT bersifat Maha Mengetahui (‘Alim)

Allah SWT adalah pencipta alam ini dan Dia mengetahui semua cptaan-
Nya.

d. Allah SWT bersifat Hidup (Hayat)

Seluruh kehidupan makhluk tunduk kepada Allah SWT. Dia


yangmengatur semua kehidupan makhluk hidup. Allah tidak akan mati dan

kekal selamanya. Firman Allah dalam Q.S.Ali ‘Imran/3:2

Artinya: Allah, tida kada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
senantiasaberdiri sendiri.

e. Allah SWT bersifat Maha Mendengar (Sama’)

4
Ahmadi Abu, dkk. 1991. Dasar-Dasar Penddikan Agama Islam. Jakarta. Bumi Aksara,hlm 45

6
Tidak ada sesuatu yang tidak didengar oleh Allah SWT. Walaupun
jumlahsuara manusia ratusan juta, semua akan didengar oleh Allah.
Sebagf.

f. Allah SWT bersifat Maha Melihat (Basar)

Allah yang mengatur, yang menjalankan , dan mengawasi benda-


benda,seperti matahari, bulan, bintang, dan planet-planet lainnya. Semua
itu bagiAllah tidak ada yang lepas dari penglihatan-Nyaaimanafirman
Allah dalam Q.S. al-Hujarat/49:1

g.Allah SWT bersifat Berfirman (Kalam)

Kalam berarti Allah berbicara melalui firman-Nya yang berupa wahyu.

5. Sifat Ma’nawiyah

Yaitu Sifat yang tetap slalu ada pada zat Allah tidak mungkin pada
suatu ketika Allah tidak bersifat demikian. Diantara sifat ma’nawai
diantaranya adalah sebagai berikut:

a.QadiranBerarti Allah maha kuasa

b.Muridan Berarti Allah maha berkehendak

c.‘Aliman Berarti Allah maha menegtahui

d. Hayyan Berarti Allah maha hidup

e.Sami’an Berarti Allah maha mendengar

f.BasiranBerarti Allah maha melihat

g.MutakallimanBerarti Allah maha berbicara

6. Sifat Sifat Jaiz Bagi Allah

Disamping sifat sifat wajib dan mustahil bagi allah ada lagi sifat
boleh atau sifat jaiz yang dimiliki oleh Allah. Boleh atau mungkin bagi

7
Allah menjadikan sesuatu itu ”ada” atau boleh atau mungkin membuatnya
”tidak ada”,maksudnya disini boleh melakukannya atau meninggalkannya.
Allah sangat berkuasa untuk membuat sesuatu atau meninggalkannya.
Contohnya, boleh ataumungkin bagi Allah menciptakan langit, bumi dan
matahari dll dan dilain pihak boleh atau mungkin juga bagi Allah untuk
tidak menciptakannya.

Tidak wajib bagi Allah membuat sesuatu seperti menghidupkan


ataumematikan tapi Allah mempunyai hak muthlaq untuk memnghidupkan
ataumematikan.

B.Nama-Nama Allah

Asmaul husna adalah nama-nama Allah, Tuhan dalam Islam, yang


indah danbaik. Asma berarti nama (penyebutan) dan husna berarti yang
baik atau yangindah, jadi Asmaul husna adalah nama-nama milik Allah
yang baik lagi indah.Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan
menafsirkan nama-nama ini,karena nama-nama Allah adalah alamat
kepada Zat yang mesti kita ibadahidengan sebenarnya. Meskipun
timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna,dan penafsirannya akan
tetapi yang jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalammempergunakan
atau menyebut nama-nama Allah Ta’ala.

Selain perbedaan dalam mengartikan dan menafsirkan suatu nama


terdapatpula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200,
bahkan 1.000bahkan 4.000 nama, namun menurut mereka, yang terpenting
adalah hakikat DzatAllah yang harus dipahami dan dimengerti oleh orang-
orang yang beriman sepertiNabi Muhammad. Asmaul husna secara harfiah
adalah nama-nama, sebutan, gelarAllah yang baik dan agung sesuai
dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yangagung dan mulia itu
merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesarandan kehebatan
milik Allah.

8
Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah
konsistensi dengankebenaran yang lain. Dengan cara ini, umat Muslim
tidak akan mudah menulis“Allah adalah …“, karena tidak ada satu hal pun
yang dapat disetarakan denganAllah, akan tetapi harus dapat mengerti
dengan hati dan keterangan Al-Qur’an.

C.Kalam Allah

Di antara sifat Allah Ta’ala yang diyakini dan ditetapkan oleh ahlus
sunnah adalah sifat kalam (Maha berbicara). Ahlus sunnah bersepakat (ijma’)
untuk menetapkan sifat kalam bagi Allah Ta’ala sesuai dengan petunjuk dalil dari
Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Yang dimaksud dengan sifat kalam adalah bahwa Allah Ta’ala berbicara
kapan saja yang Allah kehendaki, dengan bahasa apa saja yang Allah kehendaki,
dengan topik apa saja yang Allah kehendaki, dengan siapa saja yang Allah
kehendaki dari makhluk-Nya (baik malaikat, rasul-Nya, atau yang lain), serta

Sifat kalam Allah (kalamullah) yang diyakini dan ditetapkan oleh ahlus sunnah


mengandung dua pengertian, yaitu:

1. sifat kalam dengan pengertian “sebagai lawan dari bisu”.


Allah Ta’ala itu Maha berbicara dalam arti Allah Ta’ala
bukan Dzat yang bisu. Allah Ta’ala Maha berbicara sejak
dahulu tanpa awal (azali), bukan seperti manusia (makhluk)
yang baru bisa berbicara setelah sebelumnya (ketika masih
bayi) tidak bisa berbicara. Jadi, Allah Ta’ala Maha berbicara
sejak dahulu tanpa awal dan terus-menerus Maha berbicara
tanpa akhir.

Dengan kata lain, sifat kalam dengan pengertian semacam


ini termasuk sifat dzatiyyah, karena Allah Ta’ala terus-
menerus bersifat dengan sifat tersebut sejak dulu tanpa
awal (azali) dan seterusnya tanpa akhir (abadi).

9
Kalam dengan pengertian pertama ini disebut juga
dengan “jinsul kalaam” atau “nau’ul kalaam”.

2. sifat berbicara dengan pengertian “sebagai lawan dari diam”.


Allah Ta’ala itu Maha berbicara dalam arti tidak diam. Allah
Ta’ala berbicara kapan saja Allah Ta’ala kehendaki, dengan
bahasa apa saja yang Allah Ta’ala kehendaki, dengan topik
apa saja yang Allah Ta’ala kehendaki, dan dengan siapa saja
yang Allah Ta’ala kehendaki dari makhluk-Nya.

Kapan Allah Ta’ala berbicara dengan Musa ‘alaihis


salaam? Yaitu ketika Allah Ta’ala berkehendak untuk
berbicara dengan Musa ‘alaihis salaam. Dan sebelum
Musa ‘alaihis salaam itu ada, Allah Ta’ala tidak berbicara
dengan Musa ‘alaihis salaam. Jadi, kalam Allah Ta’ala
dengan pengertian ke dua ini adalah sesuatu yang
baru (muhdats), tidak qadim. Karena Allah Ta’ala berbicara
dengan topik tertentu (misalnya, berbicara dengan kalimat A)
setelah sebelumnya tidak membicarakannya.

D. Rukyatuullah

Pengertian ru’yah secara bahasa adalah “al-naz}ara bi al-‘ayni aw


bi alqalb” (melihat dengan mata atau dengan hati). Dan masdar dari
ru’yah adalah “ra’a, yara, ru’ya’ wa ru’yah” yang berasal dari bahasa
Arab. Sementara dalam pengucapan orang-orang Arab lafaz ru‟yah bi al-
„Ayni ada yang menggunakan hamzah (‫ رأيت‬،‫رتأيت‬rrrr‫ اس‬،‫أيت‬rrrr‫( ارت‬dan
segolongan kecil tidak menggunakan hamzah seperti (‫و مبعىن ريتو‬rr‫ رأيت‬.
(Adapun dalam Alqur‟an lafaz ra‟a semua menggunakan hamzah.5

5
Ahmad bin Nasir Muhammad Ali Hamid, Ru’yatullah wa Tahqiq al-Kalam Fiha(al-Makkah
alMukarramah: Jami’ah Umm al-Qura,1991), 15-16

10
Lebih lanjut Ibnu Faris mendefinisakan ru’yah: asal dari kata “ra’a‛
alra’, al-hamzah, dan al-ya’, yang berarti menunjukan arti melihat,
penglihatan dengan mata atau pandangan.

Dengan demikian maka ru‟yatullah berarti melihat Allah dengan


penglihatan mata atau penglihatan hati.

2. Dalil-dalil Ru’yatullah dalam Alqur’an dan Hadits

Dalili-dalil mengenai ru’yatullah telah disebutkan dalam beberapa


ayat-ayat Alqur’an. Namun jika di lihat sekilas nampak bahwa beberapa
ayat-ayat tersebut menggambarkan manusia tidak bisa melihat Tuhannya,
sementara sebagian lainnya juga nampak menggambarkan bahwa manusia
bisa melihat Tuhannya. Dari hal tersebut, maka sekelompok aliran kalam
berbeda-beda pendapat tentang ru’yatullah. Sebagian dari mereka
menjadikan beberapa ayat-ayat yang menggambarkan manusia bisa
melihat Tuhan-nya sebagai ayat muhkamat, dan ayat-ayat yang
menggambarkan manusia tidak bisa melihat Tuhan-nya sebagai ayat
mutashabihat. Sebaliknya, sebagian lain dari aliran kalam yang
menjadikan ayat-ayat yang menggambarkan bahwa manusia tidak dapat
melihat Tuhan-nya sebagai ayat muhkamat, dan ayat-ayat yang
menggambarkan manusia bisa melihat Tuhan-nya sebagai ayat
mutashabihat. Sebagai konsekuensinya, masing-masing dari aliran kalam
menerima secara tegas ayat-ayat muhkamat dan men-ta’wil-kan ayat-ayat
yang dianggap mutashabihat

Sebagian ayat menggambarkan bahwa manusia tidak bisa melihat


Tuhan, sebagian ayat lainnya menggambarkan manusia bisa melihat
Tuhan. Untuk itu maka perlu diperhatikan bahwa sesungguhnya di dalam
Alqur’an tidak ada ayat-ayat yang kontradiksi antara ayat satu dengan
yang lainnya. Sedangkan jika dinyatakan sebaliknya disebabkan oleh
pemahaman yang salah. Maka hal yang wajib dilakukan oleh para sarjana

11
Islam harus mampu men-ta’wil-kan dan memahami dengan benar ayat-
ayat Alqur’an yang nampak berlawanan.

3. Pendapat ulama tentang ru’yatullah

Pertama: Pendapat ulama Syi‟ah Rafidhah, pendapat mereka


tentang ru’yatullah berkaitan erat dengan pandangan mereka apakah Allah
Swt boleh menampakkan diri-Nya. Sebagian mereka berpendapat bahwa
Allah Swt tidak boleh menampakkan diri-Nya ketika Dia menghendaki
sesuatu, kecuali jika Dia menghendaki sesuatu yang kemudian tidak
menjadikannya, maka Dia boleh menampak-kan diri-Nya. Sebagian lain
menyatakan bahwa Allah Swt boleh menampakkan diri-Nya dalam sesuatu
yang diketahui-Nya, baik yang akan terjadi ataupun tidak. Begitupun
Allah Swt boleh menampakkan diri-Nya dalam sesuatu, baik yang
diperlihatkan kepada hamba-Nya ataupun tidak. Sementara sebagian lagi
menyatakan bahwa Allah Swt tidak boleh menampakkan diri-Nya. Mereka
menolak anggapan-anggapan seperti di atas, karena Allah Swt itu
Mahatinggi dan Mahasuci dari anggapan begitu.

Sementara ulama Syi‟ah Imamiyah meyakini bahwa Allah Swt


tidak akan pernah dapat dilihat oleh mata fisik manusia baik di dunia
maupun akhirat kelak. Mereka meyakini bahwa keyakinan akal (ilmu al-
yaqin) bukan sebagai tingkat keyakinan tertinggi manusia, melainkan hati
(ain alyaqin). Ain al-Yaqin (yakin karena melihat) mengandung makna
menyaksikan Tuhan dengan hati, bukan dengan mata. Karena itu aliran
Syi‟ah Imamiyah meyakini bahwa kendati Tuhan tidak dapat dilihat
dengan mata fisik, namun Tuhan dapat dilihat dengan hati yang suci dan
bersih.

Kedua: Sebagian ulama Murji‟ah berpendapat bahwa Allah Swt


dapat dilihat oleh manusia melalui penglihatan mata kelak di akhirat.

Ketiga: Ulama Mu‟tazilah, mayoritas mereka berpendapat bahwa


Allah Swt tidak dapat dilihat dengan penglihatan mata. Mereka juga

12
meyakini bahwa Allah tidak bisa diketahui dengan penglihatan mata
ataupun hati, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Keempat: Aliran Jabariyyah, menurut Jaham bin Safwan tokoh


aliran Jabariyyah berpendapat bahwa Allah tidak akan dapat dilihat
manusia di akhirat, apalagi di dunia.

Kelima: Para pemuka Khawarij meyakini bahwa Allah Swt tidak


akan dapat dilihat oleh manusia baik melalui indra mata maupun hati. Dan
manusia tersebut bukan hanya tidak dapat melihat-Nya di dunia, bahkan
kelak di akhirat tidak akan pernah melihat-Nya.

Keenam: Aliran Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah yang sering


diidentikkan dengan aliran al-Ash’ariyyah dan al-Maturidiyyah secara
umum mereka berpendapat bahwa Allah Swt dapat dilihat oleh orang
Mu‟min kelak di akhirat.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
-. Sifat-sifat Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa terdapat
beberapa sifat kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah.
- Asmaul husna adalah nama-nama Allah, Tuhan dalam Islam, yang indah
danbaik. Asma berarti nama (penyebutan) dan husna berarti yang baik atau
yangindah, jadi Asmaul husna adalah nama-nama milik Allah yang baik
lagi indah.
- Di antara sifat Allah Ta’ala yang diyakini dan ditetapkan oleh ahlus
sunnah adalah sifat kalam (Maha berbicara). Ahlus sunnah bersepakat
(ijma’) untuk menetapkan sifat kalam bagi Allah Ta’ala sesuai dengan
petunjuk dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
- Pengertian ru’yah secara bahasa adalah “al-naz}ara bi al-‘ayni aw bi
alqalb” (melihat dengan mata atau dengan hati). Dan masdar dari ru’yah
adalah “ra’a, yara, ru’ya’ wa ru’yah” yang berasal dari bahasa Arab.

14
Daftar Pustaka

Yunus, Muhammad. 1997. Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Erlangga, hlm, 23


Azra, Azyumardi, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta.
Depatemen Agama RI, hlm12
Ibid, hlm, 14
Ahmadi Abu, dkk. 1991. Dasar-Dasar Penddikan Agama Islam. Jakarta. Bumi Aksara,hlm 45
Ahmad bin Nasir Muhammad Ali Hamid, Ru’yatullah wa Tahqiq al-Kalam Fiha(al-Makkah
alMukarramah: Jami’ah Umm al-Qura,1991), 15-16

15

Anda mungkin juga menyukai