Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TENTANG SIFAT SIFAT MUSTAHIL

ALLAH YANG
NAFSIYAH,SALBIYAH,MA’ANI,MA’NAWIYAH
BESERTA DALILNYA

Nama: Ahmad Ubaidillah

Kelas: IX H
Absen: 03

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai penuntun bagi umat manusia.

Makalah ini membahas tema yang mendalam dan penuh makna tentang sifat-sifat Allah
yang nafsiyah, salbiyah, ma'ani, dan ma'nawiyah. Sifat-sifat Allah ini merupakan manifestasi
dari kebesaran-Nya yang tidak terbatas, serta menjadi jalan bagi manusia untuk
mendekatkan diri kepada-Nya dalam ibadah dan pengabdian.

Dalam makalah ini, kami mencoba untuk menguraikan serta merenungkan lebih dalam
tentang masing-masing jenis sifat Allah tersebut, dengan harapan dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam kepada pembaca tentang kebesaran dan kemurahan hati
Allah SWT. Kami menyadari bahwa pemahaman tentang sifat-sifat Allah ini memiliki
kedalaman yang sangat luas, namun kami berupaya untuk menyajikannya dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan pemahaman dan keterbatasan kami sebagai manusia.

Kami juga ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bimbingan dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat serta menjadi sumber inspirasi bagi pembaca dalam
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Terakhir, kami berdoa semoga Allah SWT senantiasa memberkahi langkah-langkah kita
dalam mencari ilmu dan mendekatkan diri kepada-Nya. Segala puji hanya milik Allah SWT,
Tuhan semesta alam.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................i

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN..............................................................................1

Latar Belakang Masalah..................................................................1

Rumusan Masalah.............................................................................1

Tujuan Penulisan.................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN......................................................................................3

NAFSIYAH.............................................................................................3

SALBIYAH..............................................................................................4

MA’ANI...............................................................................................8

MA’NAWIYAH..................................................................................13

BAB III

PENUTUP..........................................................................................19

KESIMUPULAN..................................................................................19

SARAN SARAN..............................................................................19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................20
ii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kajian agama Islam, pemahaman tentang sifat-sifat Allah SWT menjadi landasan
utama dalam memahami dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Salah satu aspek
penting dalam pemahaman tersebut adalah pemahaman terhadap sifat-sifat mustahil Allah
yang meliputi sifat yang tidak mungkin atau tidak pantas bagi-Nya .

Sifat-sifat mustahil Allah dibagi menjadi beberapa kategori, termasuk sifat nafsiyah yang
berkaitan dengan hakikat-Nya sendiri, sifat salbiyah yang berkaitan dengan segala
kekurangan atau kelemahan, sifat ma'ani yang berkaitan dengan makna atau implikasi dari
sifat tersebut, dan sifat ma'nawiyah yang berkaitan dengan konsistensi dan keselarasan
dengan ajaran Islam.

Dalam konteks ini, penting bagi umat Islam untuk memiliki pemahaman yang mendalam
tentang sifat-sifat mustahil Allah, baik dari segi dalil naqli (dalil yang bersumber dari Al-
Qur'an dan Hadis) maupun dalil aqli (dalil yang bersumber dari akal dan logika).

Dalil naqli yang menjelaskan tentang sifat-sifat mustahil Allah dapat ditemukan dalam
berbagai ayat Al-Qur'an dan riwayat Hadis yang menggambarkan keesaan, kebesaran, dan
keagungan-Nya. Sementara itu, dalil aqli berusaha menjelaskan bahwa sifat-sifat mustahil
tersebut bertentangan dengan akal sehat dan logika, sehingga tidak mungkin terdapat pada
Dzat Yang Maha Sempurna.

Melalui pemahaman yang benar terhadap sifat-sifat mustahil Allah, umat Islam dapat
menghindari pemikiran yang sesat atau menyimpang, serta memperkuat keyakinan dan
keimanan mereka kepada Allah SWT. Oleh karena itu, kajian yang mendalam dan
komprehensif tentang tema ini sangatlah penting bagi pengembangan spiritualitas dan
pemahaman keagamaan umat Islam.

B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana konsep sifat mustahil Allah yang nafsiyah, salbiyah, ma'ani, dan ma'nawiyah
dalam ajaran Islam?

2.Bagaimana pula bukti dalil aqli (berdasarkan akal dan logika) yang menunjukkan
ketidakmungkinan sifat-sifat mustahil tersebut terdapat pada Dzat Yang Maha Sempurna?
1

C. Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui pengertian dari sifat sifat mustahil Allah yang
nafsiyah,salbiyah,ma’ani,ma’nawiyah

2.Untuk mengetahui dalil dalil dari sifat sifat mustahil Allah yang
nafsiyah,salbiyah,ma’ani,ma’nawiyah

2
BAB II

PEMBAHASAN
1.Sifat Mustahil Allah yang Nafsiyah
A.Adam
Sifat mustahil Allah yang nafsiyah yaitu adalah Adam yang berarti tidak ada. Sifat mustahil
Allah yang "adam" merujuk pada sifat ketiadaan atau ketidakadaan bagi Allah SWT. Dalam
konteks ini, "adam" bermakna bahwa Allah tidak mungkin tidak ada atau tidak eksis. Ini
adalah salah satu sifat yang mendasari keberadaan-Nya yang mutlak dan kekal. Sifat
mustahil ini menegaskan bahwa Allah selalu ada dan tidak terpengaruh oleh batas waktu,
ruang, atau keadaan lainnya.

Penjelasan sifat mustahil Allah yang adam dapat diberikan sebagai berikut:

1.Kehadiran Abadi: Allah adalah Dzat yang keberadaan-Nya abadi, tanpa awal dan tanpa
akhir. Ini berarti bahwa Allah selalu ada dan tidak pernah tidak ada. Ketika kita berbicara
tentang penciptaan alam semesta, Allah tidak dipengaruhi oleh perubahan waktu atau
kondisi apa pun. Dia ada sebelum segala sesuatu dan akan tetap ada setelah segala sesuatu
lenyap.

2.Kemandirian dan Kekuasaan Mutlak: Sifat mustahil Allah yang adam juga menegaskan
bahwa Dia tidak memerlukan sesuatu pun untuk eksis atau bertahan. Allah adalah Dzat yang
mandiri dan tidak bergantung pada makhluk-Nya atau pada faktor-faktor eksternal lainnya.
Dia adalah sumber keberadaan bagi segala sesuatu.

3.Kesempurnaan dan Konsistensi: Sifat mustahil Allah yang adam juga menunjukkan bahwa
Allah adalah Dzat yang sempurna dan konsisten dalam eksistensinya. Tidak ada yang dapat
menyebabkan-Nya berhenti ada atau mengubah hakikat-Nya. Dia adalah Dzat yang kekal
dalam keberadaan-Nya yang mutlak.

Dalil Naqli sifat mustahil Allah yang adam berdasarkan ayat Al Quran

‫ُهَو اَاْلَّو ُل َو اٰاْل ِخ ُر َو الَّظاِهُر َو اْلَباِط ُۚن َو ُهَو ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِلْيٌم‬
Dialah Yang Mahaawal, Mahaakhir, Mahazahir, dan Mahabatin. Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.(QS. Al Hadid ayat 3)

Dalil Naqli sifat mustahil Allah yang Adam berdasarkan Hadis

3
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬bersabda, "Allah ada
sebelum segala sesuatu, dan tidak ada sesuatu pun yang ada bersama-Nya. Dia
sekarang sebagaimana Dia selalu."

Dalil Aqli sifat mustahil Allah yang Adam

A.Rasionalitas:

1.Pemikiran filosofis mengenai eksistensi: Konsep keberadaan yang abadi dan tanpa
awal adalah prinsip dasar dalam pemikiran filosofis tentang eksistensi. Jika Allah tidak
ada, maka tidak ada apa pun yang dapat menjelaskan asal-usul segala sesuatu.

2.Hukum Kausalitas: Konsep ini menyatakan bahwa setiap peristiwa harus memiliki
penyebab. Jika Allah tidak ada, maka tidak akan ada yang dapat menjadi penyebab
bagi penciptaan alam semesta ini.

B.Prinsip Konsistensi dan Kesempurnaan:

Sebagai entitas yang sempurna, Allah tidak mungkin tidak ada atau mengalami
ketiadaan. Konsistensi eksistensinya adalah bagian dari kesempurnaannya. Jika Allah
tidak ada, maka kesempurnaan-Nya akan diragukan.

2.Sifat Mustahil Allah yang Salbiyah


1.Huduts(baru)
Sifat mustahil Allah yang huduts merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa Allah tidak
dibatasi oleh dimensi waktu. Kata "huduts" berasal dari bahasa Arab yang berarti "batasan"
atau "perbatasan". Sifat ini menegaskan bahwa Allah tidak terikat oleh dimensi waktu yang
memiliki permulaan dan akhir, sehingga Dia adalah Dzat yang kekal dan abadi.

Dengan kata lain, sifat mustahil Allah yang huduts menyatakan bahwa Allah tidak memiliki
permulaan atau akhir dalam eksistensinya. Allah adalah Maha Awal (Al-Awwal) dan Maha
Akhir (Al-Akhir), yang artinya Dia ada sebelum segala sesuatu dan akan tetap ada setelah
segala sesuatu lenyap. Sifat ini menegaskan bahwa Allah tidak terpengaruh oleh perubahan
waktu atau kondisi apa pun, sehingga keberadaan-Nya tidak tergantung pada faktor-faktor
temporal.

Dalil Naqli
Hadis Riwayat Muslim:

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬bersabda, "Sesungguhnya Allah


berfirman, 'Aku adalah Waktu, karena Aku Maha Awal, tidak ada sesuatu pun yang ada
sebelum-Ku.'"

4
Dalil Aqli
1. Hukum Kausalitas:

Konsep ini menyatakan bahwa setiap peristiwa harus memiliki penyebab. Jika Allah adalah
Dzat yang Maha Awal dan tidak terbatas oleh waktu, maka Dia tidak memerlukan sebab
atau pencipta-Nya sendiri. Ini menunjukkan bahwa Allah adalah eksistensi yang mendasari
segala sesuatu, tanpa memerlukan sesuatu yang mendahuluinya.

2. Konsep Keterbatasan Waktu:

Pemikiran rasional juga menyadari bahwa dimensi waktu adalah sifat yang membatasi
makhluk ciptaan Allah. Allah, sebagai Pencipta, haruslah berada di luar dimensi waktu,
sehingga tidak terpengaruh olehnya. Ini menegaskan bahwa Allah adalah Dzat yang kekal
dan abadi.

2.Fana(Binasa)
Sifat mustahil Allah yang fana merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa Allah tidak akan
binasa atau lenyap. Kata "fana" berasal dari bahasa Arab yang berarti "kebinasaan" atau
"kekufuran". Sifat ini menegaskan bahwa Allah adalah Dzat yang kekal dan abadi, yang tidak
terpengaruh oleh perubahan atau akhirat.

Dalil Naqli
Hadis Riwayat Muslim:

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬bersabda, "Sesungguhnya Allah


berfirman, 'Aku adalah yang terawal. Tidak ada sesuatu pun sebelum-Ku. Aku adalah yang
terakhir, tidak ada sesuatu pun setelah-Ku.'"

Dalil Aqli (Dalil Rasional):


1. Konsep Kebutuhan Eksistensial:

Allah adalah Dzat yang tidak tergantung pada apa pun untuk eksis atau bertahan. Jika Allah
fana, itu berarti ada sesuatu yang dapat menyebabkan-Nya lenyap, yang bertentangan
dengan konsep kekuasaan dan kekekalan-Nya yang mutlak.

2. Konsep Kesempurnaan dan Kekuasaan Mutlak:

Allah adalah Dzat yang sempurna dan maha kuasa. Fana menunjukkan kelemahan dan
ketidakmampuan, yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah yang memiliki kekuasaan mutlak.

3.Mumatsal Lilhawadisi
Sifat mustahil Allah yang mumatsal lil-hawadits merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa
Allah tidak terbagi atau tidak dapat dibagi-bagi menjadi bagian-bagian yang terpisah dalam
hakikat-Nya. Kata "mumatsal lil-hawadits" berasal dari bahasa Arab yang menggambarkan
sifat ketidakbagaian Allah terhadap makhluk-Nya atau sifat-Nya yang tidak serupa dengan
sifat makhluk.

Dalil Naqli
1.Surah Al-Ikhlas (112:4):

4 ‫َو َلْم َيُك ْن َّلٗه ُكُفًو ا َاَح ٌد‬


“Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”(QS Al-Ikhlas ayat 4)

Dalil Aqli (Dalil Rasional):


1. Konsep Kekuasaan dan Kesempurnaan Mutlak:

Allah adalah Dzat yang sempurna dan maha kuasa. Jika Allah dapat dibagi-bagi, hal itu akan
menunjukkan keterbatasan dan kelemahan dalam keesaan dan kekuasaan-Nya yang mutlak.

4. Ihtiyaju lighairihi
Sifat mustahil Allah yang ihtiyaju lighairihi merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa Allah
tidak memerlukan atau tidak bergantung pada sesuatu selain-Nya. Kata "ihtiyaju lighairihi"
berasal dari bahasa Arab yang menggambarkan sifat ketidakbergantungan Allah terhadap
makhluk-Nya atau tidak memerlukan sesuatu untuk eksis atau bertahan.

Dalil Naqli
2. Surah Al-An'am (6:133)

133 ‫َو َر ُّبَك اْلَغ ِنُّي ُذ و الَّرْح َم ِةۗ ِاْن َّيَش ْأ ُيْذ ِهْبُك ْم َو َيْسَتْخ ِلْف ِم ْۢن َبْع ِد ُك ْم َّم ا َيَش ۤا ُء َك َم ٓا َاْنَش َاُك ْم ِّم ْن ُذ ِّرَّيِة َقْو ٍم ٰا َخ ِرْيَن‬

“Dan Tuhanmu Mahakaya, penuh rahmat. Jika Dia menghendaki, Dia akan memusnahkan
kamu dan setelah kamu (musnah) akan Dia ganti dengan yang Dia kehendaki, sebagaimana
Dia menjadikan kamu dari keturunan golongan lain.”

Dalil Aqli
1. Konsep Kesempurnaan dan Kekuasaan Mutlak:

Allah adalah Dzat yang sempurna dan maha kuasa. Jika Allah memerlukan atau bergantung
pada sesuatu selain-Nya, itu akan menunjukkan keterbatasan dalam kekuasaan dan
kekuasaan-Nya yang mutlak.
2. Konsep Kemandirian Eksistensial:

Allah adalah Dzat yang mandiri dan tidak tergantung pada apa pun untuk eksis atau
bertahan. Jika Allah memerlukan sesuatu, itu akan menyiratkan adanya ketergantungan-Nya
pada makhluk-Nya, yang bertentangan dengan konsep kesempurnaan-Nya yang mutlak.

5.Ta’addud
Sifat mustahil Allah yang ta'addud merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa Allah tidak
terbatas dalam jumlah atau tidak dapat dihitung. Kata "ta'addud" berasal dari bahasa Arab
yang berarti "jumlah" atau "hitungan". Sifat ini menegaskan bahwa Allah adalah Dzat yang
tunggal dan tidak ada yang serupa dengan-Nya.

Dalil Naqli
2. Surah Al-An'am (6:103):

103 ‫اَل ُتْد ِرُك ُه اَاْلْبَص اُر َو ُهَو ُيْد ِرُك اَاْلْبَص اَۚر َو ُهَو الَّلِط ْيُف اْلَخ ِبْيُر‬.

“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala
penglihatan itu, dan Dialah Yang Mahahalus, Mahateliti.”(QS.Al-An’am ayat 103)

Dalil Aqli
1. Konsep Keunikan dan Kekuasaan Mutlak:

Allah adalah Dzat yang unik dan maha kuasa. Jika Allah dapat dihitung atau dibatasi dalam
jumlah, itu akan menunjukkan adanya sesuatu yang serupa dengan-Nya atau batasan dalam
kekuasaan-Nya yang mutlak.

2. Konsep Kekuasaan dan Konsistensi Mutlak:

Allah adalah Dzat yang kekal dan abadi. Jika Allah dapat dihitung atau dibatasi dalam
jumlah, itu akan menyiratkan adanya perubahan atau keterbatasan dalam eksistensi-Nya
yang mutlak.

3.Sifat Mustahil Allah yang Ma’ani


1.Ajez(lemah)
Sifat mustahil Allah yang ajez merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa Allah tidak lemah
atau tidak mungkin untuk melakukan sesuatu. Kata "ajez" berasal dari bahasa Arab yang
berarti "lemah" atau "tidak mampu". Sifat ini menegaskan bahwa Allah adalah Dzat yang
Maha Kuat dan Maha Mampu melakukan segala sesuatu.

Dalil Naqli (Dalil dari al-Quran dan Hadis):

1. Surah Al-Baqarah (2:20):


"Allah itu mempunyai kemampuan atas segala sesuatu."

2. Surah Ya-Sin (36:82):


"Sesungguhnya, ketika Dia menghendaki sesuatu, cukuplah Dia hanya mengatakan
kepadanya, 'Jadilah', maka terjadilah."

Dalil Aqli (Dalil Rasional):


1. Konsep Kesempurnaan Kekuasaan:

Allah adalah Dzat yang sempurna dan maha kuasa. Jika Allah lemah atau tidak mampu
melakukan sesuatu, itu akan menunjukkan adanya keterbatasan dalam kekuasaan-Nya yang
mutlak.

2. Konsep Konsistensi dan Kesempurnaan:

Allah adalah Dzat yang kekal dan abadi. Jika Allah tidak mampu melakukan sesuatu, itu akan
bertentangan dengan konsep kekuasaan dan kesempurnaan-Nya yang mutlak.

2.Karahah(Terpaksa)
Sifat mustahil Allah yang karahah merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa Allah tidak
memiliki kebencian atau keengganan terhadap kebaikan. Kata "karahah" berasal dari bahasa
Arab yang berarti "kebencian" atau "keengganan". Sifat ini menegaskan bahwa Allah adalah
Dzat yang penuh kasih sayang dan tidak pernah menolak kebaikan.

Dalil Naqli (Dalil dari al-Quran dan Hadis):

1. Surah Al-Nisa (4:148):


"Allah tidak menyukai perkataan buruk yang diucapkan dengan terang oleh seorang dari
antara kamu, kecuali dari orang yang dizhalimi."

2. Surah Al-A'raf (7:31):


"Makanan apa pun yang diberikan kepada kamu hendaklah kamu makan, dan janganlah
kamu makan dari apa yang tidak kamu sebut nama Allah di atasnya. Sesungguhnya
perbuatan itu adalah kefasikan. Setan bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu dengan makanan dan minuman itu."

Dalil Aqli (Dalil Rasional):


1. Konsep Kebajikan dan Kasih Sayang:

Allah adalah Dzat yang baik dan penuh kasih sayang. Jika Allah memiliki kebencian terhadap
kebaikan, itu akan bertentangan dengan sifat-Nya yang penuh kasih sayang dan kebaikan.

2. Konsep Hikmah dan Keadilan:

Allah adalah Dzat yang bijaksana dan adil. Kebaikan selalu sesuai dengan kehendak-Nya
yang bijaksana, dan tidak mungkin bagi-Nya untuk menolak kebaikan karena hal itu akan
bertentangan dengan prinsip keadilan-Nya.

3.Jahil(Bodoh)
Sifat mustahil Allah yang jahil merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa Allah tidak
mungkin bodoh atau tidak mengetahui segala sesuatu. Kata "jahil" berasal dari bahasa Arab
yang berarti "tidak mengetahui" atau "bodoh". Sifat ini menegaskan bahwa Allah adalah
Dzat yang Maha Mengetahui tentang segala sesuatu, tidak ada yang tersembunyi dari-Nya.

Dalil Naqli (Dalil dari al-Quran dan Hadis):

1. Surah Al-Baqarah (2:255):


"Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa
yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa seizin-Nya.
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan apa-apa yang di belakang mereka,
dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-
Nya."

2. Surah An-Nisa (4:35):


"Dan meminta pertolonganlah kamu dengan kesabaran dan sembahyang, dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,
(yaitu) orang-orang yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhan mereka dan bahwa
sesungguhnya kepada-Nya mereka akan kembali."

Dalil Aqli (Dalil Rasional):


1. Konsep Kesempurnaan Ilmu:
Allah adalah Dzat yang maha mengetahui segala sesuatu. Jika Allah jahil, itu akan
menyangkal kesempurnaan-Nya sebagai Dzat yang maha bijaksana dan mengetahui segala
sesuatu.

2. Konsep Konsistensi dan Kekuasaan Mutlak:


Allah adalah Dzat yang kekal dan abadi. Jika Allah jahil, itu akan menyiratkan adanya
perubahan atau keterbatasan dalam ilmu-Nya yang mutlak.

4.Maut(Mati)
Sifat mustahil Allah yang maut merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa Allah tidak
mengalami kematian. Kematian adalah keadaan di mana kehidupan suatu makhluk berakhir.
Namun, Allah adalah Dzat yang kekal dan abadi, yang tidak terpengaruh oleh proses
kehidupan dan kematian.

Dalil Naqli (Dalil dari al-Quran dan Hadis):

1. Surah Al-Ikhlas (112:1-4):


"Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan
tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya."

2. Surah Al-An'am (6:133):


"Dan dosa kamu pun tidak akan dapat membahayakan Allah sedikit pun. Dan sesungguhnya
orang-orang yang zalim itu sebenarnya adalah pembela satu sama lain, sedang Allah adalah
pelindung bagi orang-orang yang beriman."

10

3. Surah Al-Hadid (57:3):


"Dia-lah yang Awal dan yang Akhir, Yang Zhahir dan yang Bathin dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu."

Dalil Aqli (Dalil Rasional):

1. Konsep Kekekalan dan Kebesaran:


Allah adalah Dzat yang kekal dan abadi. Kematian adalah tanda kelemahan dan
keterbatasan, yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah yang maha sempurna.

2. Konsep Kekuasaan Mutlak:

Allah adalah Dzat yang maha kuasa. Jika Allah mengalami kematian, itu akan
menunjukkan kelemahan dalam kekuasaan-Nya yang mutlak.

E.Shamam(Tuli)

Sifat mustahil Allah yang "shamam" dapat diinterpretasikan sebagai sifat


ketidakmampuan, kebodohan, atau kekurangan. Namun, penting untuk diingat
bahwa dalam keyakinan Islam, Allah dianggap sebagai Dzat yang maha
sempurna dan maha bijaksana, sehingga sifat-sifat semacam itu tidak
diperkenankan dalam konsepsi tentang-Nya.

Dalil Naqli (Dalil dari al-Quran dan Hadis):

Tidak ada dalil naqli yang mendukung sifat mustahil Allah yang "shamam",
karena konsep tersebut bertentangan dengan ajaran Islam tentang sifat-sifat
Allah yang maha sempurna dan maha bijaksana.

Dalil Aqli (Dalil Rasional):

1. Konsep Kesempurnaan Allah: Allah dianggap sebagai Dzat yang maha sempurna,
yang tidak mungkin memiliki kebodohan atau ketidakmampuan dalam hal apapun.
Sebagai pencipta alam semesta, Dia memiliki pengetahuan yang mutlak dan maha bijaksana
dalam segala hal.

2. Konsep Kekuasaan Mutlak: Allah adalah Dzat yang maha kuasa dan tidak terbatas
oleh batasan atau kelemahan apapun. Sebagai penguasa alam semesta, Dia memiliki
kemampuan untuk melakukan segala sesuatu tanpa ada yang mustahil baginya.

11

F.Ama(Buta)
Sifat mustahil Allah yang Ama merujuk pada sifat ketiadaan keserupaan atau kemiripan
antara Allah dengan makhluk-Nya. Kata "ama" berasal dari bahasa Arab yang berarti "buta"
atau "tuna penglihatan". Dalam konteks ini, sifat ini menegaskan bahwa tidak ada sesuatu
pun yang dapat disamakan dengan Allah atau dibandingkan dengan-Nya dalam hakikat dan
sifat-Nya.
Dalil Naqli (Dalil dari al-Quran dan Hadis):

1. Surah Al-Ikhlas (112:4):


"Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia."

2. Surah Al-Shura (42:11):


"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi
Yang Maha Melihat."

Dalil Aqli (Dalil Rasional):

1. Konsep Kekuasaan dan Kesempurnaan Mutlak:


Allah adalah Dzat yang sempurna dan maha kuasa. Jika ada yang serupa dengan-Nya, itu
akan menunjukkan adanya keterbatasan dalam keesaan dan kekuasaan-Nya yang mutlak.

2. Konsep Kemandirian dan Kekuasaan Mutlak:


Allah adalah Dzat yang mandiri dan tidak tergantung pada apa pun. Jika ada yang serupa
dengan-Nya, itu akan menunjukkan adanya ketergantungan pada makhluk-Nya, yang
bertentangan dengan konsep kesempurnaan-Nya yang mutlak.

G.Bakam(Bisu)
Sifat mustahil Allah yang bakam merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa Allah tidak
memiliki dimensi atau arah. Kata "bakam" berasal dari bahasa

Arab yang berarti "dimensi" atau "arah". Sifat ini menegaskan bahwa Allah tidak terbatas
oleh ruang atau arah, karena Dia adalah Dzat yang Maha Luas dan Maha Agung.

Dalil Naqli (Dalil dari al-Quran dan Hadis):

1. Surah Al-An'am (6:103):

12
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat."

2. Surah Asy-Syura (42:11):


"Dia tidak menyerupai sesuatu pun, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Yang Maha
Melihat."

Dalil Aqli (Dalil Rasional):


1. Konsep Kebesaran dan Kekuasaan Mutlak:
Allah adalah Dzat yang maha besar dan maha kuasa. Jika Allah memiliki dimensi atau arah,
itu akan menunjukkan adanya batasan atau keterbatasan dalam kebesaran-Nya yang
mutlak.

2. Konsep Kesempurnaan Eksistensial:


Allah adalah Dzat yang sempurna dan maha eksis. Jika Allah terbatas oleh dimensi atau arah,
itu akan menunjukkan adanya kekurangan atau ketidaksempurnaan dalam eksistensi-Nya
yang mutlak.

4.Sifat Allah yang Ma’nawiyah


A.Kaunuhu Ajizan
Sifat mustahil Allah yang kaunuhu ajizan merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa
kekuasaan Allah tidak lemah atau tidak terbatas. Kata "kaunuhu ajizan" berasal dari bahasa
Arab yang menggambarkan bahwa Allah tidak lemah dalam kekuasaan-Nya. Sifat ini
menegaskan bahwa Allah adalah Dzat yang memiliki kekuasaan mutlak dan tidak terbatas.

Dalil Naqli (Dalil dari al-Quran dan Hadis):

1. Surah Ya-Sin (36:82):

"Katakanlah: 'Dia adalah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu; dan bahwa siksaan-Nya itu
adalah suatu siksaan yang amat keras.'"

2. Surah Al-An'am (6:65):

"Katakanlah: 'Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan bahwa siksaan-Nya itu
adalah siksaan yang amat keras.'"

Dalil Aqli (Dalil Rasional):

13

1. Konsep Kekuasaan dan Kesempurnaan Mutlak:

Allah adalah Dzat yang sempurna dan maha kuasa. Jika Allah lemah dalam kekuasaan-Nya,
itu akan menunjukkan keterbatasan dalam sifat-Nya yang maha kuasa dan maha sempurna.

2. Konsep Keberadaan dan Konsistensi Mutlak:

Allah adalah Dzat yang kekal dan abadi. Jika Allah lemah dalam kekuasaan-Nya, itu akan
menyiratkan adanya perubahan atau keterbatasan dalam eksistensi-Nya yang mutlak.

B.Kaunuhu Mukharahan
Sifat mustahil Allah yang kaunuhu mukhāran merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa
hakikat atau zat Allah tidak dapat ditentukan atau dibatasi oleh sifat atau karakteristik
apapun dari makhluk-Nya. Kata "kaunuhu mukhāran" berasal dari bahasa Arab yang berarti
"hakikat-Nya berbeda" atau "eksistensinya berbeda". Sifat ini menekankan bahwa Allah
adalah Dzat yang unik dan tidak dapat dibandingkan dengan apapun.

Dalil Naqli (Dalil dari al-Quran dan Hadis):

1. Surah Al-Syura (42:11):

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi
Yang Maha Melihat."

2. Surah Al-Ikhlas (112:4):

"Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia."

Dalil Aqli (Dalil Rasional):

1. Konsep Kekuasaan dan Kekuatan Mutlak:

Allah adalah Dzat yang memiliki kekuasaan dan kekuatan mutlak. Jika hakikat-Nya dapat
ditentukan oleh sifat atau karakteristik makhluk-Nya, itu akan menunjukkan adanya batasan
dalam kekuasaan dan kekuatan-Nya yang mutlak.

2. Konsep Keterbatasan Akal Manusia:

Pemahaman kita tentang hakikat Allah terbatas oleh akal manusia yang terbatas. Allah
adalah Dzat yang luar biasa dan tidak dapat dijangkau sepenuhnya oleh akal manusia yang
terbatas.

14

C.Kaunu Jahilan
Sifat mustahil Allah yang kaunuhu jahilan merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa Allah
tidak mungkin tidak mengetahui sesuatu. Kata "kaunuhu jahilan" berasal dari bahasa Arab
yang berarti "kemustahilan-Nya tidak mengetahui". Sifat ini menegaskan bahwa Allah
adalah Dzat yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, dan tidak terbatas oleh
ketidaktahuan.

Dalil Naqli (Dalil dari al-Quran dan Hadis):

1. Surah Al-Baqarah (2:255):


"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Hidup, yang
Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafa'at
di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di
belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya. Dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar."

2. Surah Al-An'am (6:59):

"Dialah yang mempunyai kunci-kunci rahmat-Nya. Dia menyebabkan rahmat-Nya


mengalirkan (tanpa batas). Dia akan menghimpunkan kamu pada Hari Kiamat yang tidak ada
keraguan tentangnya. Barangsiapa yang merugikan dirinya sendiri, maka (jadilah) dia
merugikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang mendapat manfaat, maka (jadilah) dia
menguntungkan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-
Nya."

Dalil Aqli (Dalil Rasional):

1. Konsep Kebijaksanaan Mutlak:

Allah adalah Dzat yang Maha Bijaksana. Ketidaktahuan adalah tanda kelemahan dan
keterbatasan, yang bertentangan dengan konsep kebijaksanaan-Nya yang mutlak.

2. Konsep Pengetahuan dan Kekuasaan Mutlak:

Allah adalah Dzat yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Jika Allah tidak mengetahui
sesuatu, itu akan menunjukkan adanya ketidaksempurnaan dalam pengetahuan dan
kekuasaan-Nya yang mutlak.

D.Kaunuha Mayyitan

15
Sifat mustahil Allah yang kaunuhu mayyitan merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa
Allah tidak mati atau tidak mengalami kematian. Kata "kaunuhu mayyitan" berasal dari
bahasa Arab yang berarti "keberadaannya adalah kehidupan" atau "Dia hidup". Sifat ini
menegaskan bahwa Allah adalah Dzat yang kekal dan abadi.

Dalil Naqli (Dalil dari al-Quran dan Hadis):

1. Surah Al-Hadid (57:2):

"Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia-
lah yang berkuasa atas segala sesuatu."

2. Surah Al-An'am (6:62):


"Dia-lah yang menghidupkan dan yang mematikan. Maka hendaklah kamu takut kepada-Nya
dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam."

Dalil Aqli (Dalil Rasional):

1. Konsep Kekuasaan dan Konsistensi Mutlak:

Allah adalah Dzat yang kekal dan abadi. Jika Allah dapat mati, itu akan bertentangan dengan
konsep keberadaan-Nya yang mutlak dan konsisten.

2. Konsep Kehidupan yang Abadi:

Allah adalah Dzat yang hidup selamanya. Jika Allah dapat mati, itu akan menyiratkan adanya
awal dan akhir bagi-Nya, yang bertentangan dengan konsep keabadian-Nya yang mutlak.

E.Kaunuhu Ashama
Sifat mustahil Allah yang kaunuhu ashama merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa Allah
tidak dapat disamakan dengan makhluk-Nya atau tidak dapat dibandingkan dengan apa pun.
Kata "kaunuhu ashama" berasal dari bahasa Arab yang berarti "keberadaannya berbeda dari
yang lainnya". Sifat ini menegaskan bahwa Allah adalah Dzat yang unik dan tidak ada yang
serupa dengan-Nya.

Dalil Naqli (Dalil dari al-Quran dan Hadis):

1. Surah Al-Shura (42:11):

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi
Yang Maha Melihat."

2. Surah Maryam (19:65):

16

"Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang."

Dalil Aqli (Dalil Rasional):

1. Konsep Kesempurnaan dan Kekuasaan Mutlak:

Allah adalah Dzat yang sempurna dan maha kuasa. Jika Allah dapat disamakan dengan
makhluk-Nya, itu akan menunjukkan adanya keterbatasan dalam kekuasaan-Nya yang
mutlak.

2. Konsep Kemandirian Eksistensial:


Allah adalah Dzat yang mandiri dan tidak tergantung pada apa pun untuk eksis atau
bertahan. Jika Allah dapat dibandingkan dengan makhluk-Nya, itu akan menyiratkan adanya
ketergantungan-Nya pada sesuatu yang lain, yang bertentangan dengan konsep
kesempurnaan-Nya yang mutlak.

F.Kaunuhu A’ma
Sifat mustahil Allah yang kaunuhu a'ma merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa Allah
tidak buta atau tidak kehilangan penglihatan-Nya. Kata "kaunuhu a'ma" berasal dari bahasa
Arab yang berarti "penglihatan-Nya buta" atau "penglihatan-Nya terhalang". Sifat ini
menegaskan bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Melihat, yang tidak terbatas oleh
keterbatasan penglihatan seperti makhluk-Nya.

Dalil Naqli (Dalil dari al-Quran dan Hadis):

1. Surah Al-An'am (6:103):

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat."

Dalil Aqli (Dalil Rasional):

1. Konsep Kekuasaan dan Kesempurnaan Mutlak:

Allah adalah Dzat yang sempurna dan maha kuasa. Jika Allah buta, itu akan menunjukkan
keterbatasan dalam kesempurnaan-Nya dan tidak sesuai dengan konsep kekuasaan-Nya
yang mutlak.

17

G.Kaunuhu Abkama
Sifat mustahil Allah yang Kaunuhu Abkama merujuk pada sifat yang menyatakan bahwa
Allah tidak dapat dibandingkan dengan makhluk-Nya atau tidak serupa dengan makhluk-Nya
dalam hakikat-Nya. Kata "kaunuhu abkama" berasal dari bahasa Arab yang berarti "hakekat-
Nya tidak serupa dengan makhluk-Nya". Sifat ini menegaskan bahwa Allah adalah Dzat yang
unik dan tidak terdapat sesuatu pun yang serupa dengan-Nya.

Dalil Naqli (Dalil dari al-Quran dan Hadis):

1. Surah Al-Shura (42:11):


"Dia tidak menyerupai sesuatu pun, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Yang Maha
Melihat."

2. Surah Al-Ikhlas (112:4):

"Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia."

Dalil Aqli (Dalil Rasional):

1. Konsep Kekuasaan dan Kebesaran Mutlak:

Allah adalah Dzat yang memiliki kekuasaan dan kebesaran yang mutlak. Jika Allah serupa
dengan makhluk-Nya, itu akan menunjukkan keterbatasan dalam kekuasaan dan kebesaran-
Nya yang mutlak.

2. Konsep Kesempurnaan dan Konsistensi Hakiki:

Allah adalah Dzat yang sempurna dan kekal. Jika Allah serupa dengan makhluk-Nya, itu akan
menyiratkan adanya perubahan atau keterbatasan dalam kesempurnaan dan konsistensi-
Nya yang mutlak.

18

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa konsep sifat mustahil
Allah yang nafsiyah, salbiyah, ma'ani, dan ma'nawiyah memainkan peran penting dalam
memahami keesaan, keagungan, dan kebijaksanaan-Nya dalam ajaran Islam. Dalil naqli dari
Al-Qur'an dan Hadis serta dalil aqli dari akal dan logika manusia telah memperkuat
pemahaman bahwa Allah adalah Zat yang Maha Sempurna, Maha Kaya, Maha Mengetahui,
Maha Adil, dan Maha Bijaksana.
Sifat-sifat mustahil Allah yang disebutkan telah memberikan batasan yang jelas terhadap
kebesaran dan keagungan-Nya, serta menegaskan bahwa segala sesuatu yang bertentangan
dengan sifat-sifat tersebut tidak mungkin terjadi pada Allah SWT. Ini memberikan dasar
yang kuat bagi umat Islam dalam memahami serta menginternalisasi ajaran-ajaran agama
dengan lebih baik.

B. SARAN SARAN

1. Pengamalan dalam Kehidupan Sehari-hari: Selain memahami secara teoritis,


penting bagi kita untuk mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep
sifat mustahil Allah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan membantu kita
untuk menjadi hamba yang lebih taat dan bertakwa kepada-Nya.

2. Penyebaran Pemahaman kepada Orang Lain: Sebagai umat Islam, kita juga
memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan pemahaman tentang konsep
sifat mustahil Allah kepada orang lain, baik kepada sesama umat Islam maupun
kepada non-Muslim. Hal ini dapat dilakukan melalui diskusi, pengajaran, atau
penulisan yang bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang keagungan Allah SWT.

Dengan demikian, diharapkan pemahaman yang mendalam tentang sifat


mustahil Allah ini dapat memperkuat iman dan ketakwaan kita kepada-Nya,
serta memberikan kontribusi positif dalam pembentukan karakter dan moral
umat Islam.

19

DAFTAR PUSTAKA
- Buku paket AKIDAH AKHLAK kelas 7
- chat.gpt
- referensi lainnya
20

Anda mungkin juga menyukai