1 ) SIFAT DUA PULUH TELAAH PEMIKIRAN AL-FUDHOLI DALAM KITAB KIFAYATUL AWAM
1. Tuliskan minimal 3 (tiga) konsep beserta deskripsinya yang anda temukan di
dalam bahan ajar 1. Nafsiyah () نفسية Sifat Nafsiyah berkaitan dengan diri (Zat) Allah Swt semata. Sifat Nafsiyah yaitu Wujud ( ) وجودyang mempunyai arti Ada. Sifat nafsiyah Allah yang disebut sebagai "wujud" merujuk pada keberadaan atau eksistensi-Nya yang mutlak dan abadi. Wujud Allah adalah sifat yang unik dan tidak ada yang dapat menyamai-Nya. Allah adalah Zat yang Maha Ada, Maha Hidup, dan Maha Abadi. Wujud Allah tidak tergantung pada sesuatu atau siapapun. Dia adalah Pencipta segala sesuatu dan tidak terbatas oleh waktu, tempat, atau kondisi apapun. Allah adalah Zat yang Maha Kuasa dan Maha Sempurna dalam segala hal. Konsep wujud Allah juga mencakup sifat- sifat-Nya yang lain seperti pengetahuan-Nya yang Maha Luas, kekuasaan-Nya yang Maha Besar, kebijaksanaan-Nya yang Maha Tinggi, dan kasih sayang-Nya yang Maha Mendalam. Semua sifat ini merupakan bagian dari wujud Allah yang sempurna dan tak terbatas. Namun, penting untuk diingat bahwa wujud Allah tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh akal manusia yang terbatas. Manusia hanya dapat mengenal dan mencoba memahami-Nya sebatas yang diijinkan oleh-Nya dalam wahyu-Nya. Kita sebagai manusia diberi kesempatan untuk mengenal Allah melalui ajaran-Nya, alam semesta yang diciptakan-Nya, dan hubungan spiritual dengan-Nya. Dalam agama Islam, keyakinan akan wujud Allah sebagai sifat nafsiyah yang mutlak adalah salah satu prinsip fundamental dan merupakan dasar dari ibadah dan hubungan manusia dengan-Nya. 2. Salbiyah () سلبية Sifat salbiyah adalah sifat yang menolak segala sifat-sifat yang tidak layak (tidak patut) bagi Allah Swt, sebab Allah Maha Sempurna dan tidak memiliki kekurangan. Sifat salbiyah ini hanya dimilki oleh Allah dan tidak dimiliki oleh makhluk-Nya. Sifat-sifat ini menunjukkan bahwa Allah Maha Sempurna dan berbeda dengan makhluk-Nya. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai sifat-sifat salbiyah Allah: 1. Qidam: Sifat Qidam menunjukkan bahwa Allah adalah Maha Awal, tidak memiliki awal atau permulaan. Dia ada sebelum segala sesuatu dan tidak terbatas oleh waktu. 2. Baqa': Sifat Baqa' menunjukkan bahwa Allah adalah Maha Abadi dan tidak terbatas oleh waktu. Dia ada selamanya dan tidak akan pernah berakhir. 3. Mukhalafatu Lil-Hawadits: Sifat Mukhalafatu Lil-Hawadits menunjukkan bahwa Allah berbeda dengan segala sesuatu yang diciptakan. Dia tidak terpengaruh oleh perubahan atau keadaan yang dapat berubah. 4. Qiyamuhu bi-Nafsihi: Sifat Qiyamuhu bi-Nafsihi menunjukkan bahwa Allah Maha Mandiri dan tidak membutuhkan sesuatu atau seseorang. Dia adalah Sumber segala keberadaan dan tidak bergantung pada makhluk-Nya. 5. Wahdaniyah: Sifat Wahdaniyah menunjukkan bahwa Allah adalah Maha Esa dan tidak ada yang setara atau sebanding dengan-Nya. Dia adalah satu-satunya Tuhan yang layak untuk disembah. Sifat-sifat salbiyah ini menegaskan keesaan, keabadian, ketidakbergantungan, dan keunikan Allah yang berbeda dengan makhluk-Nya. Mereka menggambarkan sifat-sifat yang sempurna dan tidak terdapat dalam makhluk ciptaan-Nya. Sifat-sifat salbiyah ini mengingatkan kita untuk menghormati dan mengagungkan Allah sebagai Pencipta dan Tuhan yang Maha Mulia. 3. Ma‘âni () معاني Sifat Ma‟âni, yaitu sifat yang terdapat dalam zat Allah sesuai dengan kesempurnaan-Nya. Sifat-sifat ma'ani adalah sifat-sifat yang berkaitan dengan makna atau esensi dari Allah. Terdapat beberapa sifat ma'ani yang sering disebut dalam teologi Islam, yaitu: 1. Qudrat: Sifat qudrat menunjukkan bahwa Allah memiliki kekuasaan yang mutlak. Allah memiliki kemampuan untuk melakukan segala sesuatu dan menguasai segala hal dalam alam semesta. 2. Iradat: Sifat iradat menunjukkan bahwa Allah memiliki kehendak yang bebas dan berdaulat. Apa pun yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan apa pun yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi. 3. Ilmu: Sifat ilmu menunjukkan bahwa Allah memiliki pengetahuan yang sempurna. Allah mengetahui segala sesuatu, baik yang terjadi di masa lalu, sekarang, maupun yang akan datang. Tidak ada yang tersembunyi dari-Nya. 4. Hayat: Sifat hayat menunjukkan bahwa Allah memiliki kehidupan yang abadi dan tidak terbatas. Allah adalah Maha Hidup, tidak terpengaruh oleh kematian atau perubahan. 5. Sama': Sifat sama' menunjukkan bahwa Allah memiliki pendengaran yang sempurna. Allah mendengar segala sesuatu, baik yang terucap maupun yang tersembunyi. Tidak ada yang terlewat dari pendengaran-Nya. 6. Bashar: Sifat bashar menunjukkan bahwa Allah memiliki penglihatan yang sempurna. Allah melihat segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Tidak ada yang terlewat dari penglihatan-Nya. 7. Kalam: Sifat kalam menunjukkan bahwa Allah memiliki kemampuan untuk berbicara dan berkomunikasi. Allah berbicara melalui wahyu-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Sifat-sifat ma'ani ini merupakan sifat-sifat yang unik dan hanya dimiliki oleh Allah. Mereka menggambarkan kekuasaan, kehendak, pengetahuan, kehidupan, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan berbicara Allah yang sempurna. Sifat- sifat ini menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya serta merupakan dasar bagi hubungan manusia dengan-Nya. 4. Ma‘nawiyah () معنوية Sifat Ma‟nawiyah merupakan sifat yang selalu tetap ada pada zat Allah dan tidak mungkin pada suatu ketika Allah tidak bersifat demikian. Ma'nawiyah adalah sifat-sifat yang berkaitan dengan keberadaan atau keadaan Allah. Beberapa sifat ma'nawiyah yang sering disebut dalam teologi Islam adalah: 1. Kaunuhu Qadiran: Sifat ini menunjukkan bahwa Allah memiliki kekuasaan yang mutlak. Allah mampu melakukan segala sesuatu dan menguasai segala hal dalam alam semesta. 2. Kaunuhu Muridan: Sifat ini menunjukkan bahwa Allah memiliki kehendak yang bebas. Apa pun yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan apa pun yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi. 3. Kaunuhu 'Aliman: Sifat ini menunjukkan bahwa Allah memiliki pengetahuan yang sempurna. Allah mengetahui segala sesuatu, baik yang terjadi di masa lalu, sekarang, maupun yang akan datang. Tidak ada yang tersembunyi dari-Nya. 4. Kaunuhu Hayyan: Sifat ini menunjukkan bahwa Allah adalah Maha Hidup. Allah memiliki kehidupan yang abadi dan tidak terbatas. Allah tidak terpengaruh oleh kematian atau perubahan. 5. Kaunuhu Sami'an: Sifat ini menunjukkan bahwa Allah memiliki pendengaran yang sempurna. Allah mendengar segala sesuatu, baik yang terucap maupun yang tersembunyi. Tidak ada yang terlewat dari pendengaran-Nya. 6. Kaunuhu Bashiran: Sifat ini menunjukkan bahwa Allah memiliki penglihatan yang sempurna. Allah melihat segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Tidak ada yang terlewat dari penglihatan-Nya. 7. Kaunuhu Mutakalliman: Sifat ini menunjukkan bahwa Allah memiliki kemampuan untuk berbicara dan berkomunikasi. Allah berbicara melalui wahyu-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Sifat-sifat ma'nawiyah ini menggambarkan kekuasaan, kehendak, pengetahuan, kehidupan, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan berbicara Allah yang sempurna. Sifat-sifat ini menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya serta merupakan dasar bagi hubungan manusia dengan-Nya. B. Lakukan kontekstualisasi atas pemaparan materi dalam bahan ajar dengan realitas sosial Dalam konteks kontekstualisasi pemaparan materi dalam bahan ajar dengan realitas sosial pada materi "Sifat Dua Puluh Telaah Pemikiran Al-Fudholi dalam Kitab Kifayatul Awam", kita dapat mengaitkan pemikiran Al-Fudholi dengan isu-isu sosial yang relevan dalam masyarakat saat ini. Berikut adalah beberapa contoh kontekstualisasi: 1. Pemikiran Al-Fudholi tentang keadilan: Kita dapat mengaitkan pemikiran Al-Fudholi tentang keadilan dengan isu-isu ketidakadilan yang ada dalam masyarakat saat ini. Misalnya, kita dapat membahas bagaimana pemikiran Al-Fudholi dapat diterapkan dalam konteks ketidaksetaraan ekonomi, diskriminasi sosial, atau sistem hukum yang tidak adil. 2. Pemikiran Al-Fudholi tentang akhlak: Kita dapat mengaitkan pemikiran Al-Fudholi tentang akhlak dengan isu-isu moral dan etika yang relevan dalam masyarakat. Misalnya, kita dapat membahas bagaimana pemikiran Al-Fudholi dapat diterapkan dalam konteks kejujuran, integritas, atau tanggung jawab sosial yang sering kali dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 3. Pemikiran Al-Fudholi tentang pendidikan: Kita dapat mengaitkan pemikiran Al- Fudholi tentang pendidikan dengan isu-isu pendidikan yang ada dalam masyarakat saat ini. Misalnya, kita dapat membahas bagaimana pemikiran Al-Fudholi dapat diterapkan dalam konteks peningkatan mutu pendidikan, inklusi pendidikan, atau pendidikan yang berorientasi pada karakter dan moral. 4. Pemikiran Al-Fudholi tentang kepemimpinan: Kita dapat mengaitkan pemikiran Al- Fudholi tentang kepemimpinan dengan isu-isu kepemimpinan yang relevan dalam masyarakat. Misalnya, kita dapat membahas bagaimana pemikiran Al-Fudholi dapat diterapkan dalam konteks kepemimpinan yang adil, transparan, dan bertanggung jawab dalam organisasi atau pemerintahan. Dengan melakukan kontekstualisasi ini, pemaparan materi akan menjadi lebih relevan dan bermakna bagi peserta didik. Mereka akan dapat melihat bagaimana pemikiran Al-Fudholi dapat diterapkan dalam realitas sosial yang mereka alami, dan bagaimana pemikiran tersebut dapat memberikan kontribusi positif dalam memecahkan isu-isu sosial yang ada. Hal ini juga dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir kritis tentang isu-isu sosial dan mendorong mereka untuk berperan aktif dalam menciptakan perubahan yang lebih baik dalam masyarakat. C. Merefleksikan hasil kontekstualisasi materi bahan ajar dalam pembelajaran bermakna Merefleksikan hasil kontekstualisasi materi bahan ajar dalam pembelajaran bermakna pada materi "Sifat Dua Puluh Telaah Pemikiran Al-Fudholi dalam Kitab Kifayatul Awam" melibatkan evaluasi dampak dan manfaat dari pendekatan kontekstualisasi tersebut. Berikut adalah beberapa hasil yang mungkin terjadi: 1. Pemahaman yang lebih baik: Kontekstualisasi materi dapat membantu peserta didik untuk memahami pemikiran Al-Fudholi dengan lebih baik. Dengan mengaitkan pemikiran tersebut dengan realitas sosial, peserta didik dapat melihat relevansi dan aplikasi praktis dari konsep-konsep yang diajarkan. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi dan memperkuat keterkaitan antara teori dan praktik. 2. Relevansi yang lebih tinggi: Kontekstualisasi materi memungkinkan peserta didik untuk melihat bagaimana pemikiran Al-Fudholi dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan menghubungkan materi dengan isu-isu sosial yang aktual, peserta didik dapat melihat nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam pemikiran Al-Fudholi dalam konteks yang lebih relevan dan bermakna. Hal ini dapat memberikan mereka motivasi yang lebih tinggi untuk mempelajari dan menerapkan materi tersebut. 3. Kesadaran sosial yang lebih besar: Kontekstualisasi materi dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan kesadaran sosial yang lebih besar. Dengan menggambarkan realitas sosial yang membutuhkan pemikiran dan tindakan yang lebih baik, peserta didik dapat memahami pentingnya nilai-nilai seperti keadilan, etika, atau tanggung jawab sosial. Hal ini dapat mendorong mereka untuk berpikir kritis tentang isu-isu sosial dan menjadi agen perubahan yang positif di masyarakat. 4. Penerapan praktis: Melalui kontekstualisasi materi, peserta didik dapat melihat bagaimana pemikiran Al-Fudholi dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka dapat belajar bagaimana menerapkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam pemikiran Al-Fudholi dalam berbagai situasi sosial. Hal ini dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan praktis dan meningkatkan kemampuan mereka untuk membuat keputusan yang tepat dan bertindak secara etis. Secara keseluruhan, kontekstualisasi materi dalam pembelajaran pada materi "Sifat Dua Puluh Telaah Pemikiran Al-Fudholi dalam Kitab Kifayatul Awam" dapat memberikan hasil yang bermakna. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman, relevansi, kesadaran sosial, dan kemampuan peserta didik dalam menerapkan pemikiran Al- Fudholi dalam kehidupan mereka.