Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MUAMALAH DAN AKHLAK

Dosen: Drs.Abdul Rosyid.,M.Pd.

Disusun oleh:

1. Dewi Setyowati (202051200)

PRODI FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Muamalah dan Akhlak
tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah
ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang membutuhkannya. Selain itu, kami juga berharap
agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah bertema bahasa ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama
pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami
memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah bahasa Indonesia ini
dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Juni 2021


1.1. SIFAT WAJIB BAGI ALLAH
 Wujud (Ada)
Sifat wajib yang dimiliki Allah SWT yang pertama yaitu wujud memiliki arti
ada. Maksud dari sifat wujud yaitu Allah merupakan Dzat yang udah jelas dan pasti
ada.
Allah SWT berdiri sendiri tanpa bantuan siapapun dan gak diciptakan siapapun,
dengan begitu gak ada tuhan yang lain selain Allah SWT.

 Qidam (Awal/Terdahulu)

Kamu tahu kalo Allah lah yang menciptakan semua yang ada di alam semesta ini
beserta dengan makhluk dan isinya.

Allah mempunyai sifat Qidam yang artinya terdahulu, kalo Allah SWT udah ada
sebelum apa yang udah diciptakannya.

 Baqa (Kekal)

Maksud dari sifat Allah yang ini adalah Allah maha kekal. Gak akan punah,
binasa, atau bahkan mati dan dia akan tetap ada selamanya.

 Mukholafatu Lilhawaditsi (Berbeda dengan makhluk ciptaanya)

Dari sifat yang ini, Allah udah pasti berbeda dengan ciptaannya. Dialah dzat yang
Maha Sempurna dan Maha Besar. Gak ada sesuatupun yang mampu menandingi dan
menyerupai keagunganNya.

 Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri sendiri)

Maksud dari sifat Allah yang satu ini adalah Allah itu berdiri sendiri, gak
tergantung pada apapun dan gak membutuhkan bantuan siapapun.

 Wahdaniyah (Tunggal/Esa)

Seperti yang tertera dalam kalimat syahadat kalo gak ada tuhan selain Allah, ini
menjelaskan kalo Allah punya sifat Wahdaniyah yang memiliki makna sebagai
tunggal/satu/esa. Cuma Allah lah yang menciptakan dan membuat alam semesta
beserta isinya.

 Qudrat (Berkuasa)

Allah yang merupakan Dzat yang sempurna mempunyai sifat Qudrat yaitu artinya
adalah Maha Kuasa atas semua yang ada atau suatu hal yang ada di semesta ini.

 Iradat (Berkehendak)

Apabila Allah berkehendak, maka jadilah hal itu dan tidak ada seorangpun yang
mampu mencegahNya.

 ‘ilmun (Mengetahui)

Allah SWT Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Baik yang tampak ataupun
yang gak tampak.

 Hayat (Hidup)

Allah SWT merupakan Maha Hidup, gak akan pernah mati, binasa, ataupun
musnah. Dia akan kekal selama – lamanya.

 Sama’ (Mendengar)

Maksud dari salah satu sifat Allah yang ini adalah Allah Maha Mendengar, baik
yang diucapkan ataupun yang disembunyikan didalam hati.

 Basar (Melihat)

Allah bisa melihat segala sesuatu yang ada. Penglihatan Allah gak terbatas dan dia
mengetahui apapun yang terjadi di dunia ini.
 Qalam (Berfirman)

Allah itu berfirman dan dia bisa berbicara atau berkata secara sempurna tanpa
bantuan dari apapun. Terbukti dari adanya firmanNya dari kitab – kitab yang
diturunkan melalui para Nabi.

 Qadiran (Berkuasa)

Allah ini Maha Kuasa atas segala hal/sesuatu yang ada dialam semesta ini.

 Muridan (Berkehendak)

Maksudnya adalah kalo Allah udah menakdirkan suatu perkara, maka gak ada
yang bisa menolak dari kehendakNya.

 ‘Aliman (Mengetahui)

Allah adalah zat yang Maha Mengetahui segala sesuatu hal yang di tampakkan
ataupun yang disembunyikan dariNya. Gak ada suatupun makhluk yang bisa
menandingi pengetahuan milik Allah SWT.

 Hayyan (Hidup)

Dari sifat Allah yang satu ini dimaksudkan, bahwa Allah adalah dzat yang hidup
dan gak akan mati, gak akan tidur ataupun lengah sedikitpun.

 Sami’an (Mendengar)

Maksud dari sifat ini adalah Allah selalu mendengar pembicaraan manusia,
permintaan, ataupun doa hambaNya.

 Bashiran (Melihat)

Keadaan Allah yang melihat tiap – tiap yang maujudat (benda yang ada).
Allah selalu melihat gerak gerik kamu. Makanya, hendaknya kamu selalu berbuat
baik.
 Mutakalliman (Berfirman atau berkata-kata)

Sama dengan Qalam, Mutakalliman juga berarti berfirman. Firman Allah terwujud
melalui kitab – kitab suci yang diturunkan melalui para Nabi.

1.2. SIFAT MUSTAHIL BAGI ALLAH

Sifat Mustahil Allah merupakan sifat yang gak mungkin ada atau kebalikan dari sifat
wajib

 Adam

Sifat mustahil yang pertama adalah Adam, yang artinya adalah tiada. Sifat
ini kebalikan dari sifat wajib Wujud yang artinya Ada.

 Huduts

Sifat Huduts yang artinya bisa di perbaharui atau ada yang mendahului. Tentu,
sifat ini jadi kebalikan atau lawan dari Qidam karena Allah merupakan Sang Pencipta
alam semesta beserta isinya.

 Fana’

Fana’ sendiri artinya binasa dan kebalikan dari sifat kekal yang artinya selama –
lamanya. Allah SWT gak mungkin musnah, binasa ataupun mati karena Allah Abadi
sampai selamanya.

 Mumathalatuhu Lilhawadith

Sifat mustahil yang ini mempunyai arti menyerupai makhlukNya. Tentu hal ini
berseberangan dengan sifat wajib Allah yang menandakan kalo Allah Maha Agung
dan gak ada sesuatu yang menyerupai dan menandingi-Nya.
 Qiyamuhu Bighayrih

Arti dari sifat mustahil yang ini adalah berdiri dengan yang lain. Sifat ini sangat
berkebalikan dari sifat Allah yang gak memerlukan yang lain dan mampu mewujudkan
atau mengatur segala sesuatu secara sempurna tanpa bantuan siapapun.

 Ta’addud

Sifat ta’addud yang artinya lebih dari satu. Berkebalikan dengan sifat wajib
wahdaniyah yang artinya esa atau tunggal. Allah SWT itu Maha Esa dan gak punya
sekutu, gak beranak dan gak diperanakan.

 ‘Ajzun

‘ajzun sendiri artinya lemah yang merupakan lawan dari Qudrat dengan arti
berkuasa. Allah gak mungkin lemah karena Allah SWT berkuasa atas segala sesuatu.

 Karahah

Karahah atau terpaksa, yang berkebalikan dengan sifat Allah Maha Berkehendak
atas segala sesuatu.

 Jahlun

Jahlun atau bodoh bukan menjadi sifat Allah. Karena, Allah Maha Sempurna dan
udah menciptakan alam semesta beserta isinya.

 Mautun

Allah SWT gak mungkin mempunyai sifat Maut. Karena, Allah gak akan mati dan
akan kekal sampai kapanpun juga.

 Syamamun
Allah SWT gak akan tuli dan Allah SWT merupakan yang Maha Mendengar
segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.

 Ama

Ama atau buta merupakan kebalikan dari sifat Allah yang Maha Melihat apapun
juga baik itu yang tampak ataupun yang disembunyikan.

 Bakamum

Allah SWT gak mempunyai sifat bisu karena Allah Maha Berfirman dengan
sempurna dan terbukti dengan terciptakan kitab suci melalui para Nabi.

 Kaunuhu ‘Ajizan

Allah SWT gak mungkin lemah karena Allah Sang Maha Pencipta dari alam
semesta dan seisinya serta mempunyai kuasa atas segala hal di dunia ini.

 Kaunuhu Karihan

Allah SWT bukan zat yang terpaksa karena Allah Maha Berkehendak atas segala
sesuatu dan gak ada seorangpun yang bisa mencegah-Nya.

 Kaunuhu Jahilan

Allah SWT mempunyai sifat mustahil bodoh yang menjadi kebalikan dari sifat
wajib yang menandakan kalo Allah Maha Mengetahui dan Melihat segala sesuatu
yang ada di alam ini.

 Kaunuhu Mayyitan

Allah SWT gak mungkin mati karena Allah Kekal dan abadi sampai kapanpun
dan Allah gak akan pernah tidur karena mengawasi hamba-hamba-Nya setiap waktu.

 Kaunuhu Asamma
Allah SWT gak mempunyai sifat tuli karena Allah SWT Maha Mendengar dan
pendengaran-Nya gak terbatas dan meliputi segala hal.

 Kaunuhu A’ma

Sifat mustahil yang artinya buta ini berkebalikan dengan sifat wajib Allah yang
Maha Sempurna dengan penglihatannya.

 Kaunuhu Abkama

Gak mungkin Allah mempunyai sifat bisu karena Allah SWT Maha Berfirman
dengan kata  -kata yang sempurna dan udah tertuang dalam kitab suci-Nya.

1.3. SIFAT JAIZ BAGI ALLAH

Sifat Jaiz bagi Allah SWT ini artinya boleh bagi Allah SWT mengadakan
sesuatu atau gak mengadakan sesuatu atau yang disebut juga dengan Mumkin. Jaiz ini
artinya boleh – boleh aja, dengan makna Allah SWT menciptakan segala sesuatunya
yaitu dengan gak ada paksaan dari sesuatupun.

Juga karena, Allah SWT bersifat Qudrat (kuasa) dan Iradath (kehendak), juga boleh –
boleh aja bagi Allah SWT meniadakan akan segala sesuatu apapun yang dia mau.

1.4. ASMAUL HUSNA

1). Ar Rahman ‫الرحمن‬: Yang Maha Pengasih

2). Ar Rahiim ‫الرحيم‬: Yang Maha Penyayang

3). Al Malik ‫الملك‬: Yang Maha Merajai

4). Al Quddus ‫القدوس‬: Yang Maha Suci

5). As Salaam ‫السالم‬: Yang Maha Memberi Kesejahteraan


6). Al Mu`min ‫المؤمن‬: Yang Maha Memberi Keamanan

7). Al Muhaimin ‫المهيمن‬: Yang Maha Mengatur

8). Al Aziz ‫العزيز‬: Yang Maha Perkasa

9). Al Jabbar ‫الجبار‬: Yang Memiliki Mutlak Kegagahan

10). Al Mutakabbir ‫المتكبر‬: Yang Maha Megah

11). Al Khaliq ‫الخالق‬: Yang Maha Pencipta

12). Al Baari ‫البارئ‬: Yang Maha Melepaskan

13). Al Mushawwir ‫المصور‬: Yang Maha Membentuk Rupa

14). Al Ghaffaar ‫الغفار‬: Yang Maha Pengampun

15). Al Qahhaar ‫القهار‬: Yang Maha Memaksa

16). Al Wahhaab ‫الوهاب‬: Yang Maha Pemberi Karunia

17). Ar Razzaaq ‫الرزاق‬: Yang Maha Pemberi Rezeki

18). Al Fattaah ‫الفتاح‬: Yang Maha Pembuka Rahmat

19). Al `Aliim ‫العليم‬: Yang Maha Mengetahui

20). Al Qaabidh ‫القابض‬: Yang Maha Menyempitkan

21). Al Baasith ‫الباسط‬: Yang Maha Melapangkan

22). Al Khaafidh ‫الخافض‬: Yang Maha Merendahkan

23). Ar Raafi ‫الرافع‬: Yang Maha Meninggikan

24). Al Mu`izz ‫المعز‬: Yang Maha Memuliakan

25). Al Mudzil ‫المذل‬: Yang Maha Menghinakan


26). Al Samii ‫السميع‬: Yang Maha Mendengar

27). Al Bashiir ‫البصير‬: Yang Maha Melihat

28). Al Hakam ‫الحكم‬: Yang Maha Menetapkan

29). Al `Adl ‫العدل‬: Yang Maha Adil

30). Al Lathiif ‫اللطيف‬: Yang Maha Lembut

31). Al Khabiir ‫الخبير‬: Yang Maha Mengenal

32). Al Haliim ‫الحليم‬: Yang Maha Penyantun

33). Al `Azhiim ‫العظيم‬: Yang Maha Agung

34). Al Ghafuur ‫الغفور‬: Yang Maha Memberi Pengampunan

35). As Syakuur ‫الشكور‬: Yang Maha Pembalas Budi

36). Al `Aliy ‫العلى‬: Yang Maha Tinggi

37). Al Kabiir ‫الكبير‬: Yang Maha Besar

38). Al Hafizh ‫الحفيظ‬: Yang Maha Memelihara

39). Al Muqiit ‫المقيت‬: Yang Maha Pemberi Kecukupan

40). Al Hasiib ‫الحسيب‬: Yang Maha Membuat Perhitungan

41). Al Jaliil ‫الجليل‬: Yang Maha Luhur

42). Al Kariim ‫الكريم‬: Yang Maha Pemurah

43). Ar Raqiib ‫الرقيب‬: Yang Maha Mengawasi

44). Al Mujiib ‫المجيب‬: Yang Maha Mengabulkan

45). Al Waasi ‫الواسع‬: Yang Maha Luas


46). Al Hakiim ‫الحكيم‬: Yang Maha Maka Bijaksana

47). Al Waduud ‫الودود‬: Yang Maha Mengasihi

48). Al Majiid ‫المجيد‬: Yang Maha Mulia

49). Al Baa`its ‫الباعث‬: Yang Maha Membangkitkan

50). As Syahiid ‫الشهيد‬: Yang Maha Menyaksikan

51). Al Haqq ‫الحق‬: Yang Maha Benar

52). Al Wakiil ‫الوكيل‬: Yang Maha Memelihara

53). Al Qawiyyu ‫القوى‬: Yang Maha Kuat

54). Al Matiin ‫المتين‬: Yang Maha Kokoh

55). Al Waliyy ‫الولى‬: Yang Maha Melindungi

56). Al Hamiid ‫الحميد‬: Yang Maha Terpuji

57). Al Muhshii ‫المحصى‬: Yang Maha Menghitung

58). Al Mubdi ‫المبدئ‬: Yang Maha Memulai

59). Al Mu`iid ‡‫المعيد‬: Yang Maha Mengembalikan Kehidupan

60). Al Muhyii ‫المحيى‬: Yang Maha Menghidupkan

61). Al Mumiitu ‫المميت‬: Yang Maha Mematikan

62). Al Hayyu ‫الحي‬: Yang Maha Hidup

63). Al Qayyuum ‫القيوم‬: Yang Maha Mandiri

64). Al Waajid ‫الواجد‬: Yang Maha Penemu

65). Al Maajid ‫الماجد‬: Yang Maha Mulia


66). Al Wahid ‫الواحد‬: Yang Maha Tunggal

67). Al Ahad ‫االحد‬: Yang Maha Esa

68). As Shamad ‫الصمد‬: Yang Maha Dibutuhkan

69). Al Qaadir ‫القادر‬: Yang Maha Menentukan

70). Al Muqtadir ‫المقتدر‬: Yang Maha Berkuasa

71). Al Muqaddim ‫المقدم‬: Yang Maha Mendahulukan

72). Al Mu`akkhir ‫المؤخر‬: Yang Maha Mengakhirkan

73). Al Awwal ‫األول‬: Yang Maha Awal

74). Al Aakhir ‫األخر‬: Yang Maha Akhir

75). Az Zhaahir ‫الظاهر‬: Yang Maha Nyata

76). Al Baathin ‫الباطن‬: Yang Maha Ghaib

77). Al Waali ‫الوالي‬: Yang Maha Memerintah

78). Al Muta`aalii ‫المتعالي‬: Yang Maha Tinggi

79). Al Barru ‫البر‬: Yang Maha Penderma

80). At Tawwaab ‫التواب‬: Yang Maha Penerima Tobat

81). Al Muntaqim ‫المنتقم‬: Yang Maha Pemberi Balasan

82). Al Afuww ‫العفو‬: Yang Maha Pemaaf

83). Ar Ra`uuf ‫الرؤوف‬: Yang Maha Pengasuh

84). Malikul Mulk ‫مالك الملك‬: Yang Maha Penguasa Kerajaan

85). Dzul Jalaali Wal Ikraam ‫ذو الجالل و اإلكرام‬: Yang Maha Pemilik Kebesaran dan
Kemuliaan
86). Al Muqsith ‫المقسط‬: Yang Maha Pemberi Keadilan

87). Al Jamii` ‫الجامع‬: Yang Maha Mengumpulkan

88). Al Ghaniyy ‫الغنى‬: Yang Maha Kaya

89). Al Mughnii ‫المغنى‬: Yang Maha Pemberi Kekayaan

90). Al Maani ‫المانع‬: Yang Maha Mencegah

91). Ad Dhaar ‫الضار‬: Yang Maha Penimpa Kemudharatan

92). An Nafii ‫النافع‬: Yang Maha Memberi Manfaat

93). An Nuur ‫النور‬: Yang Maha Bercahaya

94). Al Haadii ‫الهادئ‬: Yang Maha Pemberi Petunjuk

95). Al Badii’ ‫البديع‬: Yang Maha Pencipta

96). Al Baaqii ‫الباقي‬: Yang Maha Kekal

97). Al Waarits ‫الوارث‬: Yang Maha Pewaris

98). Ar Rasyiid ‫الرشيد‬: Yang Maha Pandai

99). As Shabuur ‫الصبور‬: Yang Maha Sabar

1.5. SIFAT WAJIB BAGI RASULULLAH

 As-Shidiq

Sifat wajib bagi rasul yang pertama adalah As-Shidiq, yang artinya selalu benar dan
jujur. Sifat ini pasti dimiliki oleh rasul, sebab tidak ada seorang pun rasul yang berbohong
kepada orang lain. Salah satunya saat sifat ini begitu melekat pada Nabi Muhammad
SAW.
Kejujuran beliau tidak terkenal hanya di kalangan para sahabat, tapi juga para musuh pun
mengakui hal tersebut. Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ali RA , bahwa
Abu Jahal pernah berkata kepada Rasulullah SAW: “Kami tidak menganggap engkau
dusta, tapi menganggap dusta ajaran yang engkau bawa.”

 Al-Amanah

Al-Amanah merupakan sifat wajib bagi rasul lainnya. Memiliki arti dapat dipercaya,
sifat ini begitu melekat pada para rasul. Setiap perkataan maupun perbuatan yang
ditunjukkan oleh rasul sudah pasti dapat dipercayai.

Rasulullah tidak mungkin ingkar terhadap perbuatan atau ucapannya, karena tidak ada
satupun perbuatannya yang terlepas dari maksud Allah SWT.

 At-Tabligh

At-Tabligh artinya adalah menyampaikan. Tidak pernah sekalipun Rasulullah


menyimpan wahyu dari Allah untuk dirinya atau hanya untuk keluarganya sendiri. Setiap
wahyu yang disampaikan kepadanya akan disampaikan kembali kepada umat manusia.

Sebab menyampaikan wahyu dari Allah kepada umat manusia merupakan tugas seorang
rasul. Dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib ditanya mengenai
wahyu yang tidak ada di dalam Alquran. Ali menegaskan: “Demi Zat yang membelah biji
dan melepas napas, tiada yang disembunyikan kecuali pemahaman seseorang terhadap
Alquran.”

Hal tersebut juga dijelaskan dalam Alquran: “Wahai rasul! Sampaikanlah apa yang
diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu)
berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. dan Allah memelihara engkau dari
(gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
kafir.” (QS Al-Maidah: 67).

 Al-Fathonah
Al-Fathonah berarti memiliki kecerdasan yang tinggi. Ini merupakan sifat wajib bagi
rasul yang mutlak adanya. Sebab, kecerdasan tersebut dibutuhkan karena berkaitan
dengan misi suci yang telah diamanahkan oleh Allah SWT.

Selain itu, karena ujian dan tugas yang diberikan kepada rasul sangat berat, tentunya hal
ini memerlukan kecerdasan untuk menyelesaikan masalah secara cepat. Rasul juga
berperan sebagai tokoh Islam, pemimpin, panglima perang, pebisnis, politisi, dan
sebagainya semasa hidupnya.

Nabi dan rasul diberi kecerdasan oleh Allah SWT agar mampu merangkul hingga
memerangi kaum yang menolak keberadaan Allah SWT dan tidak berada di jalan-Nya,
dan mengajaknya untuk berada di jalan yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT.

1.6. SIROH/ SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW

Kisah Nabi Muhammad pertama datang dari riwayat kelahiran Nabi Muhammad sendiri.
Seperti diketahui, kelahiran Nabi Muhammad bertepatan dengan peristiwa pasukan gajah
yang tengah berusaha merobohkan Ka’bah. Pada saat itu, Allah mengirimkan burung-
burung ababil untuk menjatuhkan batu-batu pembawa wabah penyakit kepada pasukan
Gajah yang sedang berupaya menghancurkan tempat suci dan bersejarah umat Islam,
Ka’bah. Di tahun Gajah inilah, Nabi Muhammad lahir di Makkah, dan besar sebagai
anak yatim karena Ayah Nabi Muhammad, Abdullah telah wafat sebelum Nabi
Muhammad lahir. Nabi Muhammad dididik dan dibesarkan oleh seorang ibu yang mulia,
yaitu Aminah. Setelah beberapa waktu bersama sang ibu, kemudian Nabi Muhammad
dibesarkan oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib. Namun tak berselang lama,
setelah dua tahun bersama sang kakek tercinta, Nabi Muhammad harus rela ditinggalkan
kakek yang turut membesarkannya. Pada usia delapan tahun setelah kepergian sang
kakek, Nabi Muhammad kemudian diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Meskipun hidup
fakir atau kesulitan dalam mencukupi kebutuhan hidup, namun Abu Thalib adalah
seorang dermawan yang rajin berbagi dan bersedekah kepada sesama. Meskipun dalam
keadaan sulit, namun Nabi Muhammad dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
bersama pamannya.

Sebelum menjadi seorang Rasul, Nabi Muhammad telah mendapatkan beberapa


karunia istimewa dari Allah seperti wajahnya yang bersih dan bersinar yang
mengalahkan sinar bulan, tumbuh suburnya daerah tempat Halimah (ibu yang menyusui
Nabi) padahal tadinya gersang dan kering, dan lain sebagainya. Itulah tanda-tanda
kebesaran Allah yang menandakan akan datangnya nabi yang terakhir yang memiliki
kedudukan yang tertinggi nantinya.

Pada saat Rasul ingin mendapatkan wahyu pertamanya, Rasul mendapatkan sebuah
mimpi Malaikat Jibril menghampirinya. Rasul pun menyendiri di Gua Hira tepatnya di
sebelah atas Jabal Nur. Disitulah Rasul diperlihatkan bahwa mimpinya adalah benar.

Malaikat Jibril pun datang kepada Rasul dan turunlah wahyu yang pertama yang ia
bawakan dari Allah SWT,

َ ‫س ِم َربِّ َك الَّ ِذي َخلَقَ◌ ا ْق َر ْأ َو َر ُّبكَ اأْل َ ْك َر ُم◌ الَّ ِذي َعلَّ َم ِبا ْلقَلَ ِم◌ َعلَّ َم اإْل ِ ْن‬
‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ ْ ‫◌ا ْق َر ْأ ِبا‬

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq,
1-4)

Walaupun Nabi merasa ketakutan, disitulah kisah Nabi Muhammad sebagai rasul
dimulai. Disitulah tempat datangnya Nabi yang terakhir yang akan membawa
kedamaian untuk seluruh umat.

Setelah mendapatkan wahyu yang pertama, Nabi kemudian melakukan


dakwah secara sembunyi-sembunyi. Adapun orang-orang yang menjadi pengikut
pertamanya adalah Khadijah, Abu Bakar Al-Shiddiq dan Zaid bin Haritsah, Ummu
Aiman, Ali bin Abu Thalib, dan Bilal bin Rabah.

Setelah beberapa tahun melakukan dakwah secara diam-diam, turunlah


perintah Allah SWT dalam surat al-hijr ayat 94 dan memerintahkan Nabi untuk
berdakwah secara terang-terangan.

ْ ‫َن ا ْل ُم‬
َ‫ش ِر ِكين‬ ْ ‫اص َد ْع بِ َما تُؤْ َم ُر َوأَ ْع ِر‬
ِ ‫ضع‬ ْ َ‫ف‬
Artinya: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”

Pada zaman Rasulullah SAW di tahun pertama di Madinah itu, Nabi dan para
sahabatnya beserta segenap kaum muhajirin (orang-orang Islam Quraisy yang hijrah
dari Mekah ke Madinah) masih dihadapkan kepada bagaimana menjalankan usaha
penghidupan di tempat baru tersebut.  Hal ini dikarenakan, selain memang tidak
semua di antara mereka orang yang berkecukupan, kecuali Usman bin Affan, semua
harta benda dan kekayaan yang mereka miliki juga ditinggal di Mekah.

Saat kondisi kaum Muslimin sudah mulai sejahtera, tepatnya pada tahun kedua
Hijriyah, barulah kewajiban zakat diberlakukan. Nabi Muhammad SAW langsung
mengutus Mu’adz bin Jabal menjadi Qadli di Yaman. Rasul pun memberikan nasihat
kepadanya supaya menyampaikan kepada ahli kitab beberapa hal, termasuk
menyampaikan kewajiban zakat dengan ucapan,

“Sampaikan bahwa Allah telah mewajibkan zakat kepada harta benda mereka,
yang dipungut dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang miskin di
antara mereka,” sebagai kepala negara saat itu, ucapan Rasul langsung ditaati oleh
seluruh umat muslim tanpa ada perlawanan.

Harta benda yang dizakati di zaman Rasulullah SAW yakni, binatang ternak seperti
kambing, sapi, unta, kemudian barang berharga seperti emas dan perak, selanjutnya
tumbuh-tumbuhan seperti syair (jelai), gandum, anggur kering (kismis), serta kurma.
Namun kemudian, berkembang jenisnya sejalan dengan sifat perkembangan pada
harta atau sifat penerimaan untuk diperkembangkan pada harta itu sendiri, yang
dinamakan “illat”. Berdasarkan “Illat” itulah ditetapkan hukum zakat.

Prinsip zakat yang diajarkan Rasulullah SAW adalah mengajarkan berbagi dan
kepedulian, oleh sebab itu zakat harus mampu menumbuhkan rasa empati serta saling
mendukung terhadap sesama muslim. Dengan kata lain, zakat harus mampu
mengubah kehidupan masyarakat, khususnya umat muslim. Nabi Muhammad SAW
melaksanakan kurban saat melakukan haji Wada di Mina. Pada saat itu Rasulullah
SAW menyembelih 100 ekor unta. Beliau menyembelih sendiri sebanyak 63 ekor
unta, sementara sisanya disembelih oleh Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah.
Seluruh hewan kurban tersebut disembelih setelah Shalat Idul Adha. (QS. Al-Hajj
[22]: 36)

Dalam surah Al-Hajj [22] ayat 36 tersebut dijelaskan tentang jenis hewan yang
dijadikan kurban, tujuan dari berkurban, cara menyembelih hewan kurban, waktu
memakan daging kurban, dan orang-orang yang dapat memakan daging kurban.

Pada tahun kesebelas era Nabi Muhammad SAW terjadi peristiwa yang
menyedihkan. Tahun ini sering disebut dengan tahun kesedihan karena pamannya Abu
Thalib dan istrinya Khadijah wafat pada tahun tersebut. Setelah peristiwa tersebut, Allah
kemudian mengutus Malaikat Jibril untuk mendampingi Rasul dalam melakukan perjalanan
dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang disebut dengan Isra yang dimana setelah itu
Rasulullah melakukan perjalanan kembali dari Masjidil Aqsa ke langit ke tujuh yang disebut
sebagai Mi’raj. Disitulah, Rasulullah mendapatkan perintah sholat 5 waktu yang wajib
dikerjakan seluruh umat Islam.

Pada saat sahabat Abu Bakar sedang tidak di Madinah, terjadi sebuah
peristiwa yang sangat menyedihkan dimana Nabi Muhammad SAW wafat. Pada saat
Abu Bakar diberitahu, beliau segera datang ke rumah Aisyah. Beliau mengucapkan
pidato, “Ketahulah, barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya
Muhammad kin telah mati, dan barangsiapa menyembag Allah, maka sesungguhnya
Allah tetap senantiasa hidup tidak aka perna mati.”

Kemudian beliau membacakan firman Allah SWT,

َ‫إِنَّ َك َميِّتٌ َوإِنَّ ُه ْم َميِّتُون‬

Artinya: “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati
(pula).” (QS. Az-Zumar: 30)

Anda mungkin juga menyukai