Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HADIST TEMATIK

“Sifat Mustahil Dan Jaiz Allah Dalam Hadits”

Dosen pengampu : H.L.M Fazlurrahman, LC., M.A.

Disusun oleh :

Ahmad Najmul Kholis 200601027

Lale Alziana Mayada Putri 200601011

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami ini.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Hadist Tematik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang ilmu pengetahuan bagi para pembaca dan juga bagi penulis

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak H.L.M Fazlurrahman, LC., M.A., selaku
dosen bidang mata kuliah Hadist Tematik yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Mataram, 10 Oktober 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian sifat mustahil dan jaiz Allah.
B. Ada berapa sifat mustahil dan jaiz Allah.
C. Urgensitas memahami sifat mustahil dan jaiz Allah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Telah Kita ketahui bersama bahwasanya Allah menciptakan makhluq ini untuk beribadah
kepada-Nya, maka ketahuilah bahwa jikalau hambanya tidak ber ibadah kepada Allah tidak ada
kurang dan rugi, tapi yang rugi hanya hamba yang tidak mau beribadah kepadanya.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka beribadah
kepada-Ku” (Adz-Dzariyaat1:56)
Ibadah tidak disebut ibadah kecuali bila disertai dengan tauhid (pengesaan) kepada sang
khaliq. Sebagaimana shalat, tidaklah disebut shalat bila tidak disertai dengan bersuci. Bila ibadah
dicampuri syirik tidak mau mentauhidkan sang pencipta, maka rusaklah ibadah itu karna batal
keimanannya, sebagaimana rusaknya shalat bila disertai adanya najis.
Wajib hukumnya bagi setiap muslim mukallaf (yang telah dewasa) laki-laki maupun
perempuan, baik dari golongan awam mengetahui terdapat beberapa sifat kesempurnaan yang
tidak terhingga bagi Allah, sifat-sifat wajib bagi Allah, yang mustahil ataupun yang jaiz bagi
Allah.
Seorang mukallaf memiliki kewajiban individu (fardhu ‘ain) untuk mengenal akidah
beserta dalilnya secara global, baik dalil secara naqli maupun aqal karena sesungguhnya
kesempurnaan ilmu hanya milik Allah.
“Dan ilmu mereka tidak bisa meliputi ilmu Allah.” (thoha : 110)
Yang dimaksud dengan dalil global adalah dalil yang membutuhkan penafsiran dan
pembuktian dari keumumannya tersebut. Jika ada pertanyaan “apakah dalil yang membuktikan
bahwa Allah SWT itu ada (wujud)?”. Maka dijawab “alam ini”. Dengan dalil alam tersebut
seumpamanya kita paham tetapi tidak mengerti dari sudut pandang mana alam tersebut bisa
menjadi dalil. Maka dalil alam tersebut disebut dalil secara global. Jika mengetahui bahwa alam
bisa menjadi dalil adanya Allah karena adanya alam karena sifat alam yang ada setelah ia tiada,
yang membuktikan alam tersebut di ciptakan oleh Allah yang artinya Allah ada sebelum segala
sesuatu ada, maka dalil ini adalah dalil terperinci, hukum mendatangkan dalil ini adalah fardhu
kifayah yang hanya diwajibkan kepada sebagian untuk membebaskan hukum wajib bagi
sebagian yang lain.
Penulisan makalah ini insyaallah memberikan sedikit banyaknya pengetahuan tentang sifat-
sifat Allah beserta dalil-dalilnya baik secara naqli atau aqal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sifat mustahil dan jaiz bagi Allah.?
2. Berapakah jumlah sifat mustahil dan jaiz Allah.?
3. Bagaimana cara mengetahui sifat mustahil dan jaiz Allah.?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian sifat mustahil dan jaiz Allah

a. Pengertian sifat mustahil bagi Allah

Sifat mustahil bagi Allah adalah sifat yang tidak akan pernah ada pada dzat Allah
SWT, sifat mustahil ini dinafikan oleh sifat-sifat yang wajib bagi Allah, dengan dalil aqal
maupun dalil naqli. Sifat mustahil bagi Allah SWT berarti sifat-sifat yang secara akal tidak
mungkin dimiliki Allah SWT. Sifat-sifat mustahil merupakan kebalikan dari sifat-sifat wajib
bagi Allah SWT. Sifat-sifat mustahil bagi Allah SWT jumlahnya sama dengan sifat-sifat wajib
bagi Allah yaitu sebanyak 20 ( dua puluh ) sifat, yaitu :

1. Adam

Sifat mustahil bagi Allah adalah Adam artinya tidak ada. Adam merupakan
kebalikan dari sifat Wajib bagi Allah yakni Wujud yang artinya ada. Adam merupakan salah satu
sifat mustahil bagi Allah. Adanya Allah SWT dapat dibuktikan dengan adanya alam ini. Semua
barang yang ada di lingkungan pasti ada yang membuat. Adanya meja ada yang membuat, yaitu
tukang. Adanya baju atau pakaian karena dibuat oleh penjahit. Alam ini pasti ada yang membuat
dan tidak mungkin ada dengan sendirinya.

Allah SWT berfirman dalam Qs. Ali Imran [3]:2: “Allah, tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-
Nya.”

2. Huduts

Huduts artinya permulaan atau ada yang mendahului. Sifat mustahil bagi Allah
ini kebalikan dari sifat wajib Qidam artinya terdahulu. Akal sehat mengatakan bahwa tukang
kayu lebih dahulu ada daripada meja yang dibuatnya. Allah SWT adalah pencipta alam semesta,
Dia lebih dahulu ada sebelum alam ini ada. Ini adalah kebalikan dari sifat qidam yang artinya
awal atau mendahului.
Allah berfirman: Firman Allah Qs. Al-Hadid [57] : 3: “Dialah Yang Awal dan
Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”

3. Fana

Fana merupakan sifat mustahil bagi Allah yang artinya rusak. Fana ini kebalikan
dari sifat wajib bagi Allah yakni Baqa’ artinya kekal.  Semua makhluk ciptaan Allah SWT akan
rusak, sedangkan Dia sebagai pencipta tidak akan rusak. Allah SWT akan kekal selamanya dan
Dia tidak akan pernah mati.

Firman Allah Swt. dalam Q.S Ar-Rahman [55] : 27: “Dan tetap kekal Wajah
Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”

4. Mumathalatuhu Lilhawadith

Arti Mumatsalatu Lilhawaditsi yakni serupa dengan makhluk. Sifat ini kebalikan
dari sifat wajib Allah yakni Wajib : Mukhalafatu lilhawaaditsi artinya Berbeda dengan Makhluk.

Allah SWT memiliki sifat yang sempurna dan istimewa. Sifat Allah SWT
berbeda dengan sifat makhluk-Nya. Allah Swt. berfirrman dalam Surat Asy Syura ayat 11:
Artinya: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Melihat.”

5. Qiyamuhu Bighayrih

Sifat mustahil bagi Allah ihtiyaju lighoirihi artinya butuh kepada yang lain. Sifat
ini kebalikan dari Qiyamuhu Binafsihi artinya berdiri sendiri.

Allah Swt sebagai pencipta alam adalah Maha kuasa. Dia tidak memerlukan
bantuan dari kekuatan lain karena mempunyai kekuatan yang ada pada diri-Nya. Firman Allah
Swt. Qs. al-Ankabuut ayat 6 : “Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari alam semesta.”

6. Ta’addud
Sifat mustahil bagi Allah yakni Ta'addud artinya berbilang. Sifat ini kebalikan
dari Wahdaniyah artinya esa. Manusia dituntut untuk meyakini bahwa wujud Allah Maha Esa
(satu). Firman Allah Swt : “Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa."(Qs. Al Ikhlas ayat 1)
7. ‘Ajz
Sifat mustahil bagi Allah berikutnya yakni Ajzun artinya lemah. Kebalikan dari
sifat wajib : Qudrat artinya kuasa. Manusia dapat berkuasa, tetapi kekuasaannya sangat terbatas.
Manusia tidak akan dapat mempertahankan dirinya untuk tetap hidup.
Kuasa Allah Swt. di atas segalagalanya.
Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. al-Baqarah [2] :
20)
8. Karahah
Sifat Mustahil bagi Allah selanjutnya adalah Karahah artinya terpaksa. Kebalikan
dari Wajib : Iradah artinya berkehehdak.
Manusia mempunyai kehendak, tetapi banyak yang tidak terlaksana. Kehendak Allah Swt pasti
terlaksana karena Dia Maha Kuasa. Jika Allah Swt berkehendak, tidak satu pun yang dapat
menolak.
Allah Swt mempunyai kemauan dan kehendak sendiri dalam menciptakan alam
semesta. Dia tidak akan pernah diperintah dan diatur pihak lain.
Firman Allah Swt.: “Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah
berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. (QS. Yasin: 82).”
9. Jahl
Sifat Mustahil bagi Allah adalah jahlun artinya bodoh. Kebalikan dari sifat Wajib
: ‘Ilmun artinya mengetahui. Akal sehat pasti mengakui bahwa orang yang membuat sesuatu
pasti mengetahui sesuatu yang akan dibuat.
Allah Swt adalah pencipta alam ini dan Dia mengetahui semua ciptaan-Nya.
Firman Allah Swt : “Katakanlah (kepada mereka):"Apakah kamu akan
memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS.
AL Hujurat:16).
10. Maut
Sifat mustail bagi Allah yakni mautun artinya mati. Kebalikan dari sifat wajib
hayat artinya hidup. Seluruh kehidupan makhluk tunduk kepada Allah Swt. Dia yang mengatur
semua kehidupan makhluk hidup. Allah Swt. tidak akan mati dan Dia kekal selamanya.
Allah Swt berfirman: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.”
11. Syamam
Sifat mustahil bagi Allah adalah shummun artinya tuli. Kebalikan dari Sama’
artinya mendengar.
Tidak ada suatu yang tidak didengar oleh Allah Swt. Walaupun jumlah suara manusia ratusan
juta, semua akan didengar oleh Allah Swt.
Allah Swt berfirman:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan
Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (QS. Al Hujurat ayat 1).”
12. ‘Umy
Sifat Mustahil bagi Allah adalah Umyun artinya buta. Kebalikan daris ifat wajib
Bashar artinya melihat. Allah melihat segala sesuatu, baik yang besar maupun yang kecil, bahkan
yang tersembunyi, tanpa bantuan alat untuk melihat.
Penglihatan Allah tidak ada batasnya. Teknologi manusia yang paling canggih pun tidak
mungkin dapat mengimbangi penglihatan Allah.
Dalam AL Quran, Allah SWT berfirman: “Artinya: Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar
lagi Maha Melihat. (QS. AL isra: 1).”
13. Bukm
Sifat mustahil bagi Allah adalah bukmun artinya bisu. Kebalikan dari sifat wajib
Kalam artinya berfirman. Kalam berarti Allah Swt. berbicara melalui firman-Nya yang berupa
wahyu.
“Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh Kami kisahkan tentang
mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.
Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (QS. An Nisa: 164).”
14. Kaunuhu ‘Ajizan
Sifat mustahil bagi Allah adalah Ajizan artinya yang lemah. kebalikan daris ifat
wajib : Qadiran artinya Yang Maha Kuasa.
“Sesungguhnya Allah Zat Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.”
15. Kaunuhu Karihan
Sifat mustahil bagi Allah yakni Mukrahan artinya yang terpaksa. Sifat ini
kebalikan dari Muridan artinya yang Maha Berkehendak.
Sesungguhnya Allah Zat Yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu.
16. Kaunuhu Jahilan
Sifat mustahil bagi Allah adalah Jahilan artinya yang bodoh. Kebalikan dari sifat
wajib Aliman artinya Yang MahaMengetahui.
Sesungguhnya Allah Zat Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu.
17. Kaunuhu Mayyitan
Sifat mustahil bagi Allah adalah Mayyitan artinya yang mati. Kebalikan dari sifat
wajib hayyan artinya Yang Maha Hidup.
Sesungguhnya Allah Zat Yang Mahahidup, hidup selamnya dan tidak akan mati.
18. Kaunuhu Asam
Sifat mustahil bagi Allah adalah Asammu artinya yang tuli. Kebalikan dari
Sami’an artinya Maha Mendengar.
Sesungguhnya Allah Zat Yang Maha Mendengar atas segala sesuatu.
19. Kaunuhu A’ma
Sifat mustahilbagi Allah adalah A'ma rtinya yang buta. Kebalikan dari sifat
Basiran artinya Yang Maha Melihat.
Sesungguhnya Allah adalah Zat Yang Maha Melihat atas segala sesuatu
20. Kaunuhu Abkam
Sifat mustahil bagi Allah adalah Abkam artinya yang Bisu. kebalikan dari sifat
wajib Mutakalliman artinya Yang Maha Berfirman. Semoga dengan menngetahui 20 sifat
mustahil bagi Allah semakin menguatkan keimanan kepada Allah SWT. 
b. Pengertian sifat jaiz bagi Allah
Syekh Thahir Al-Jazairi dalam kitab Al Jawahirul Kalamiyah Fi Idhahil A’qidah
Al Islamiyyah menjelaskan makna dari sifat ini. Menurut beliau, sifat jaiz bagi Allah adalah
“melakukan hal-hal yang mungkin dan (atau) meninggalkannya, seperti dijadikannya manusia itu
kaya atau miskin, sehat atau sakit, dan lain sebagainya”.
Sifat jaiz Allah hanya ada satu, yakni fi'lu kulli mumkinin au tarkuhu yang
artinya Allah mungkin mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya.
Allah SWT menciptakan segala sesuatu tanpa paksaan, sebab Ia memiliki sifat
Qudrat (kuasa) dan Iradath (kehendak). Maka boleh-boleh saja bagi Allah untuk meniadakan
sesuatu sesuai kehendak-Nya.
Salah satu contoh sifat jaiz bagi Allah termaktub dalam Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 26 yang
berbunyi:
“Katakanlah: 'Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di
tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Hamida Faiqiyal Husna dalam Materi Akidah dalam Kitab Fath Al-Majid memberi contoh dua
kebebasan yang dimiliki Allah SWT, yaitu:
 Kebebasan untuk mencipta atau tidak mencipta sesuatu.
 Kebebasan untuk mengatur semua makhluk sesuai yang Dia kehendaki.
B. Jumlah sifat mustahil dan jaiz Allah
Salah satu kitab kuning yang membahas tentang aqidah ini adalah 'Aqidah Al-
Awwam karya Sayyid Ahmad Al-Marzuki Al-Maliki, yang ditulis pada tahun 1258 H. Kitab ini
terdiri dari beberapa bab (pasal). Bab pertama membahas tentang Sifat-sifat yang wajib dimiliki
Allah, sifat jaiz (boleh) dan mustahil bagi Allah. Jumlahnya ada 41 sifat yang terdiri atas 20 sifat
wajib, 20 sifat mustahil dan satu sifat jaiz bagi Allah.
Karena itu, menurut pengarang kitab ini, wajib hukumnya bagi orang mukallaf
(orang yang terbebani hukum syariat) untuk mengetahui sifat-sifat Allah tersebut. Ke-20 sifat
wajib bagi Allah adalah : wujud (ada; (QS Thaha:14, Al- Rum:8, Al-Hadid:3), qodim
(terdahulu), baqa' (kekal; QS Ar Rohman: 26-27 dan Al-Qashas : 4), Mukhalafatuhu li al-
Hawaditsi (berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya; (QS As Syuro;11, Al-Ikhlas:4), Qiyamuhu bi
Nafsihi (berdiri sendiri; QS Thoha:111, Al-Faathir:15 dan Al-Ankabut:6), Wahdaniyah (Maha
Esa; QS Al-Ikhlash:1-4, Az Zumar:4), Qudrah (Maha Berkuasa; QS An-Nur:45, Al-Faathir:44),
Iradah (Maha Berkehendak; QS An-Nahl;40, Al-Qashash:68), 'Ilmu (Maha Mengetahui; QS.Ali
Imran:26, Asy-Syuura:94-50, Al-Mujadalah:7), Hayyu (Maha Hidup; QS Al-Furqon:58, Al-
Mu'min:65, Thaha:111), Sama' (Maha Mendengar; (QS.Al-Mujadalah:1, Thaha:43-46)), Bashar
(Maha Melihat; (QS Al-Mujadalah:1, Thaha : 43-46), Kalam (Maha Berbicara; QS. An Nisa:164,
Al-A'raaf:143). Kemudian Qodirun (Berkuasa), Muridun (Berkendak), 'Aliman (Mengetahui,
Berilmu), Hayyan (Hidup), Sami'an (Mendengar), Bashiran (Melihat), Mutakalliman
(Berbicara).
Ke-20 sifat tersebut terbagi lagi menjadi 4 bagian, yaitu Nafsiyah (jiwa, sifat
wujud), salbiyah (meniadakan: Qidam, Baqa', Mukholafatuhu Lilhawaditsi, Qiyamuhu binafsihi
dan Wahdaniyah), Ma'any (karena sifat ini menetapkan pada Allah makna Wujudnya yang
menetap pada Zat-nya yang sesuai dengan kesempurnaannya. Sifat Ma'ani ini ada tujuh yaitu
sifat berkuasa, berkehendak, berilmu, hidup, mendengar, melihat dan berbicara. Sedangkan yang
terakhir adalah sifat Ma'nawiyah, yang bernisbat pada sifat ma'ani yang merupakan cabang dari
sifat ma'nawiyah. Disebut ma'nawiyah karena sifat itu menetap pada sifat ma'ani, yaitu bahwa
Allah Maha berkuasa, berkehendak, berilmu, hidup, mendengar, melihat, dan berbicara.
Sementara itu, lawan dari sifat wajib adalah mustahil. Ke-20 sifat mustahil bagi
Allah itu adalah 'Adam (tidak ada); Hudust (baru); Fana (rusak); Mumatsilah lilhawaditsi (sama
dengan makhluknya); A'damu Qiyamuhu binafsihi (tidak berdiri sendiri); Ta'dud (berbilang);
A'juzn (dlaif; lemah); Karahah (terpaksa); Jahlun (bodoh); Mautun (mati); Shomamun (tuli);
'Umyun (buta); Bukmun (bisu); Kaunuhu A'jizan (Dzat yang lemah); Kaunuhu Kaarihan (Dzat
yang terpaksa); Kaunuhu Jaahilan (Dzat yang bodoh); Kaunuhu Mayyitan (Dzat yang mati);
Kaunuhu Ashomma (Dzat yang tuli); Kaunuhu A'maa (Dzat yang buta); Kaunuhu Abkamu (Dzat
yang bisu).
Sedangkan sifat Jaiz (boleh) bagi Allah Ta'ala adalah sesuatu yang akan
diciptakan tergantung pada Allah, apakah akan diciptakan atau tidak. Pengarang Nadhom (Al-
Marzuky) berkata : Dengan karunia dan keadilanNya, Allah memiliki sifat boleh (wenang) yaitu
boleh mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya. Keterangan ini berdasarkan firman Allah:
"Dan Tuhanmu menetapkan apa yang Dia kehendakidan memilihnya, tidak ada pilihan bagi
mereka" (QS Al-Qashash:68 dan Al-Baqarah:284).
Pasal kedua kitab ini membahas tentang sifat-sifat yang dimiliki oleh Nabi dan
Rasul serta jumlah Nabi dan Rasul. Adapun sifat itu adalah sifat wajib, mustahil dan boleh (jaiz).
Sifat wajib itu adalah Fathonah (cerdas) lawannya adalah baladah (bodoh), Siddiq (jujur)
lawannya Kidzib (bohong), Tabligh (menyampaikan risalah atau wahyu) lawannya adalah
Kitman (menyembunyikan atau menyimpan) dan Amanah (dapat dipercaya) lawannya Khianat
(tidak dapat dipercaya).
Dan sifat Jaiz pada haknya para Nabi dan Rasul adalah adanya sifat-sifat (yang
bisa terjadi) pada manusia yanag tidak menyebabkan terjadinya pengurangan pada martabat
(kedudukan) mereka (Nabi dan Rasul) yang tinggi.
Dari keterangan ini, maka lengkaplah aqidah yang perlu diketahui setiap orang
Islam tentang sifat-sifat Allah dan Rasul-rasulnya yang berjumlah 50 sifat, yaitu sifat Wajib bagi
Allah (20), mutahil (20), Wajib bagi Rasul (4), sifat mustahil bagik rasul (4) dan sifat Jaiz bagi
Allah dan Rasul (masing-masing 1 sifat).
C. Urgensitas memahami sifat mustahil dan jaiz Allah
Urgensitas memahami sifat mustahil dan Jaiz Allah ada banyak manfaat yang
bisa diperoleh dengan mempelajari sifat-sifat Allah SWT, antara lain sebagai berikut:
a. Semakin mendekatkan diri dengan Allah SWT sehingga keimanan pun semakin kuat.
b. Mendapatkan rahmat, kemuliaan dan pahala di sisi Allah SWT.
c. Senantiasa mengingat Allah SWT dengan semua sifat Maha Sempurna-Nya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sifat-sifat mustahil merupakan kebalikan dari sifat-sifat wajib bagi Allah SWT.
Sifat-sifat mustahil bagi Allah SWT jumlahnya sama dengan sifat-sifat wajib bagi Allah yaitu
sebanyak 20 ( dua puluh ) sifat, yaitu :

1. ‘Adam, artinya tiada (bisa mati)

2. Huduth, artinya baharu (bisa di perbaharui)

3. Fana’, artinya binasa (tidak kekal/mati)

4. Mumathalatuhu Lilhawadith, artinya menyerupai akan makhlukNya

5. Qiyamuhu Bighayrih, artinya berdiri dengan yang lain (ada kerjasama)

6. Ta’addud, artinya berbilang – bilang (lebih dari satu)

7. ‘Ajz, artinya lemah (tidak kuat)

8. Karahah, artinya terpaksa (bisa di paksa)

9. Jahl, artinya jahil (bodoh)

10. Maut, artinya mati (bisa mati)

11. Syamam, artinya tuli

12. ‘Umy, artinya buta

13. Bukm, artinya bisu

14. Kaunuhu ‘Ajizan, artinya lemah (dalam keadaannya)

15. Kaunuhu Karihan, artinya terpaksa (dalam keadaannya)

16. Kaunuhu Jahilan, artinya jahil (dalam keadaannya)


17. Kaunuhu Mayyitan, artinya mati (dalam keadaannya)

18. Kaunuhu Asam, artinya tuli (dalam keadaannya)

19. Kaunuhu A’ma, artinya buta (dalam keadaannya)

20. Kaunuhu Abkam, artinya bisu (dalam keadaannya)

sifat jaiz bagi Allah adalah “melakukan hal-hal yang mungkin dan (atau)
meninggalkannya, seperti dijadikannya manusia itu kaya atau miskin, sehat atau sakit, dan lain
sebagainya”. Sifat jaiz Allah hanya ada satu, yakni fi'lu kulli mumkinin au tarkuhu yang artinya
Allah mungkin mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya.

Urgensitas memahami sifat mustahil dan Jaiz Allah,ada banyak manfaat yang
bisa diperoleh dengan mempelajari sifat-sifat Allah SWT, antara lain sebagai berikut: Semakin
mendekatkan diri dengan Allah SWT sehingga keimanan pun semakin kuat. Mendapatkan
rahmat, kemuliaan dan pahala di sisi Allah SWT. Senantiasa mengingat Allah SWT dengan
semua sifat Maha Sempurna-Nya.

B. Saran

Demikianlah sajian makalah yang dapat kami haturkan. Demi kesempurnaan pembuatan
makalah kami ke depannya ruang kritik dan saran sangat kami buka selebar-lebarnya bagi para
pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kehidupan kita sekalian.
DAFTAR PUSTAKA

Al- jibrin, Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz, 2006, Cara Mudah Memahami Aqidah,
Jakarta: Pustaka At-Tazkia.

Al Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih, 1995, Syarah Lum’atul I’tiqad, yogyakarta:
Media Hidayah.

Al Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih, 1996, Qowa’idul Mutsla, yogyakarta : media
hidayah

As-Segaf, Alawi bin Abdul Qadir, 2001, Mengungkapkan Kesempurnaan Sifat-sifat Allah
dalam Alquran dan As-sunnah, Jakarta:Pustaka Azzam.

Drs. H. Masan AF, 2009, Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas V11, Semarang:
Karya Toha Putra.

Anda mungkin juga menyukai