Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TAFSIR TEMATIK 2

“ Zakat Dan Kesejahteraan Masyarakat ”

Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Taufiq, Lc., M.H.I

Disusun Oleh

Ahmad Najmul Kholis 200601027

JURUSAN ILMU QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022/2023
BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ajaran islam diajarkan, bahwa dalam setiap harta yang kita miliki terdapat hak
orang lain. Ajaran ini telah ditetapkan oleh Allah S,W,T,. Sebagai salah satu rukun islam,
dan seringkali penyebutannya berdampingan dengan sholat dalam Al-Qur’an. Jadi dapat dilihat,
bahwa islam dari awal telah mengajarkan rasa kepedulian sosial kepada sesama manusia. Islam
adalah ajaran yang komprehensif yang mengakui hak individu dan hak kolektif masyarakat
secara bersamaan. Sistem ekonomi syariah mengakui adanya perbedaan pendapatan
(penghasilan) dan kekayaan pada setiap orang dengan syarat bahwa perbedaan tersebut
diakibatkan karena setiap orang mempunyai perbedaan keterampilan, inisiatif, usaha dan resiko.

Namun perbedaan itu tidak boleh menimbulkan kesenjangan yang terlalu dalam antara
yang kaya dengan yang miskin sebab kesenjangan yang terlalu dalam tersebut tidak sesuai
dengan syariah islam yang menekankan sumber-sumber daya dan bukan saja karunia Allah,
melainkan juga merupakan suatu amanah. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk
mengkonsentrasikan sumber-sumber daya di tangan segelintir orang.

Secara teknik, zakat adalah kewajiban financial seorang muslim untuk membayar
sebagian kekayaan bersihnya atau hasil usahanya apabila kekayaan yang dimilikinya telah
melebihi nishab (kadar tertentu yang telah ditetapkan). Zakat merupakan institusi resmi syari’at
islam untuk menciptakan kesejahteraan sosial ekonomi yang berkeadilan, sehingga
pembangunan ekonomi mampu menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat. Dan zakat
merupakan salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan sangat berpengaruh pada
tingkat laju ekonomi manusia dan masyarakat serta pembangunan ekonomi umumnya.1 Zakat
merupakan ibadah yang tidak hanya berhubungan dengan nilai ketuhanan saja, namun berkaitan
juga dengan hubungan kemanusiaan yang bernilai sosial (Maliyah ijtima’iyyah).

Pentingnya pembahasan tentang zakat ini diharapkan dapat memberikan solusi terhadap
membangun kesejahteraan masyarakat dan diharapkan dapat menurunkan angka dan

1
Ahmad Muh. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam persfektif Islam (Jakarta, CV. Rajawali, 1987), h. 71.
mengentaskan kemiskinan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, dalam makalah ini saya
akan membahas tentang zakat sebagai upaya dalam membangun kesejahteraan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep zakat dalam islam?
2. Bagaimanakah kesejahteraan masyarakat dalam perspektif islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep zakat dalam islam.
2. Untuk mengetahui peranan zakat dalam mengentaskan kemiskinan.
BAB
PEMBAHASAN

A. Tinjauan tentang zakat


1. Pengertian zakat

Kata zakah (‫اة‬CC‫( زك‬bentuk mashdar yang berasal dari kata zaka-yazku-zaka’an, yang
berarti tumbuh, subur, suci, baik, dan keberkahan. Dalam Alquran, kata zakah dan derivasinya
disebut 32 kali, dengan tiga makna berikut, sesuai dengan penggunaannya dalam ayat, yaitu:2

Pertama, kesucian dan kesalehan, seperti tersebut dalam QS Al-Kahfi ayat 81 yang
menjelaskan alasan Nabi Khidir, mengapa membunuh anak kecil, yaitu agar kedua orang tuanya
diberi ganti oleh Allah dengan yang lebih suci dan shaleh serta lebih dekat kasih sayangnya,
ayatnya adalah:

َ ‫فَا َ َر ْدنَٓا اَ ْن يُّ ْب ِدلَهُ َما َربُّهُ َما َخ ْيرًا ِّم ْنهُ َز ٰكوةً َّواَ ْق َر‬
‫ب رُحْ ًما‬
Artinya: “Kemudian kami menghendaki, sekiranya Tuhan mereka menggantinya
dengan (seorang anak) lain yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang
(kepada ibu bapaknya)”.

Kedua, sedekah, seperti tersebut dalam QS Ar-Ruma ayat 39 yang menegaskan, bahwa
pemberian yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan materi yang lebih
besar tidak akan mendapatkan imbalan dari Allah, sebaliknya zakah yang diberikan dengan
tujuan untuk mendapatkan keridhaan Allah, maka pelakunya telah melipat gandakan pahalanya,
ayatnya adalah:

‫اس فَاَل يَرْ ب ُْوا ِع ْن َد هّٰللا ِ ۚ َو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّم ْن َز ٰكو ٍة‬
ِ َّ‫ال الن‬ ِ ‫َو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّم ْن رِّ بًا لِّيَرْ ب َُو ۠ا فِ ْٓي اَ ْم َو‬
ٰۤ ُ ‫هّٰللا‬
‫ك هُ ُم ْال ُمضْ ِعفُ ْو َن‬ َ ‫ول ِٕى‬ ‫تُ ِر ْي ُد ْو َن َوجْ هَ ِ فَا‬
Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia
bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa
zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah, maka itulah orang-orang yang
melipatgandakan (pahalanya)”.
2
M. Quraish Shihab, et al, Ensiklopedia Alquran Kajian Kosakata, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), juz 3, h. 1124
Ketiga, ukuran dari harta tentu untuk diberikan kepada orang-orang tertentu dengan
beberapa syarat. Arti inilah yang populer sebagai istilah jika kata zakah/zakat disebut.
Dinamakan demikian, karena dengan menunaikannya, harta diharapkan bisa tumbuh dan
bertambah, atau merupakan salah satu bentuk penyuciannya. Dalam Alquran, zakah dengan arti
ini disebut 29 kali, di antaranya QS Al-Baqarah ayat 110 yang berisi perintah untuk mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, ayatnya:

‫َواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ ۗ َو َما تُقَ ِّد ُم ْوا اِل َ ْنفُ ِس ُك ْم ِّم ْن َخي ٍْر تَ ِج ُد ْوهُ ِع ْن َد هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ بِ َما‬
ِ َ‫تَ ْع َملُ ْو َن ب‬
‫ص ْي ٌر‬
Artinya: “Dan laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang
kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi Allah. Sungguh, Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.

Namun demikian, masih ada istilah lain lagi yang digunakan oleh Alquran untuk
menunjuk makna ini, yaitu shadaqah dan infaq. Misalnya, dalam QS Al-Baqarah ayat 267:

‫ض ۗ َواَل تَيَ َّم ُموا‬ ِ ْ‫ت َما َك َس ْبتُ ْم َو ِم َّمٓا اَ ْخ َرجْ نَا لَ ُك ْم ِّم َن ااْل َر‬ ِ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اَ ْنفِقُ ْوا ِم ْن طَي ِّٰب‬
‫ْث ِم ْنهُ تُ ْنفِقُ ْو َن َولَ ْستُ ْم بِ ٰا ِخ ِذ ْي ِه آِاَّل اَ ْن تُ ْغ ِمض ُْوا فِ ْي ِه ۗ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن هّٰللا َ َغنِ ٌّي َح ِم ْي ٌد‬
َ ‫ْال َخبِي‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah
kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah
bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji”.

Dan juga QS At-Taubah ayat 103:

ُ ‫ك َس َك ٌن لَّهُ ۗ ْم َوهّٰللا‬
َ َ‫ص ٰلوت‬
َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِ َّن‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو‬
‫َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬
Artinya: “Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan
mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman
jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui”.

Menurut Yusuf Qardhawi, dalam Al-Qur’an kata zakat disebut sebanyak 30 kali.
Sebanyak 8 kali terdapat dalam surat makkiyah dan sebanyak 22 kali terdapat dalam surat
madaniyah. Kata zakat dalam bentuk ma’rifat disebutkan 30 kali di dalam Al-Qur’an,
diantaranya 27 kali disebutkan dalam satu ayat bersama shalat, dan hanya satu kali disebutkan
dalam konteks yang sama dengan shalat tetapi tidak di dalam satu ayat, yaitu surat Al-Mu’minun
(23): 1-4.3

2. Klasifikasi ayat tentang zakat

Di dalam Alquran kata zakat terdapat pada: Surah ke-2 ayat: 43, 83, 110, 177, 277.
Surah ke-4 ayat: 77, 162. Surah ke-5 ayat: 12. Surah ke-7 ayat: 156. Surah ke-9 ayat: 5, 11, 18,
60, 71, 103, 104. Surah ke-22 ayat: 78, 41. Surah ke- 24 ayat: 56, 37. Surah ke-27 ayat: 3. Surah
ke-31 ayat: 4. Surah ke-33 ayat: 33. Surah ke-41 ayat: 7. Surah ke-58 ayat: 13. Surah ke-73 ayat:
20. Surah ke-98 ayat: 5. Surah ke- 19 ayat : 31 dan 55. Surah ke-23 ayat : 4. Surah ke-30 ayat :
39.4

Mengingat banyaknya ayat tersebut dan tidak mungkin untuk diuraikan satu-persatu
dalam penelitian ini, maka penulis menentukan ayat-ayat yang dianggap dapat mewakili tentang
permasalahan tersebut. Di dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan pada beberapa ayat
saja.

Diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Surah At-Taubah ayat 103 ( ‫) م‬

َ َ‫ص ٰلوت‬
‫ك َس َك ٌن‬ َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِ َّن‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم‬
‫لَّهُ ۗ ْم َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬

3
Muhammad Hasan, Manajemen Zakat Model Pengelolaan yang Efektif, (Yogyakarta: Idea Press, 2011), h. 1.
4
Sukmadjaja Asyarie, Rosy Yusuf, Indeks Alquran (Bandung: Penerbit Pustaka 2006), h. 249.
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu
itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui”.

Asbabun nuzul ayat ini adalah: Ibnu Jarir meriwayatkan, bahwa Abu Lubabah dan
kawan-kawannya (yang tidak ikut berperang, lalu bertobat sebagaimana akan kita ceritakan
nanti), mereka datang kepada Rasulullah saw. Ketika dibebaskan, lalu berkata, “Ya Rasulullah,
inilah harta kami, sedekahkanlah dari kami dan mohonlah ampun untuk kami.” Maka jawab
Rasul: “Saya tidak diperintah untuk mengambil sedikitpun dari harta kalian”.

Oleh karena itu, Allah menurunkan: Khuz min amwalihim sadaqatan tutahhiruhum wa
tuzakkihim biha.5

Tafsiran ayat ini adalah: Ambilah hai Rasul dari harta yang diserahkan oleh orang-orang
yang tidak ikut perang itu. Juga dari harta orang-orang mukmin lainnya, dari berbagai jenis harta,
berupa emas, perak, binatang ternak atau harta dagangan, sebagai sedekah dengan ukuran
tertentu dalamzakat fardu, atau ukuran tidak tertentu dalam zakat sunah yang dengan sedekah itu
kamu membersihkan mereka dari kotoran kebakhilan, tamak dan sifat kasar terhadap orang-
orang fakir yang sengsara. Dengan sedekah itu pula, kamu menyucikan jiwa mereka dan
mengangkat mereka ke derajat orang-orang yang baik dengan melakukan kebajkan, sehingga
mereka patut mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Doakanlah hai Rasul orang-orang yang bersedekah itu dan mohonkanlah ampunan untuk
mereka karena doamu dan permohonan ampunanmu merupakan ketenangan bagi mereka yang
dapat menghilangkan kegoncangan jiwa dan menenteramkan hati mereka dengan diterimanya
tobat mereka. Mereka akan merasa senang, karena sedekah mereka diterima, yaitu ketika
sedekah itu diambil olehmu dan diletakkan pada tempat-tempat yang semestinya.

Allah Maha Mendengar pengakuan mereka akan dosa-dosa mereka dan Maha mendengar
doamu, dalam arti menerima dan meperkenankan, Allah Maha Tahu penyesalan dan tobat nereka
dari dosa-dosa tersebut, serta keikhlasan hati mereka dalam menyerahkan sedekah-sedekah.

5
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi (Semarang: PT Karya Toha Putra) juz, h. 20.
Allah juga tahu tentang apa yang mengandung maslahat bagi mereka dan Allah-lah yang akan
memberi pahala mereka atas semua itu.

Penafsiran dalam Tafsir Jalalain:

Ambilah dari sebagian harta mereka zakat yang membersihkan mereka dan menyucikan
mereka dengan zakat itu daripada dosa-dosa mereka kemudian Nabi mengambil sepertiga harta
mereka dan meyedekahkannya dengan sepertiga harta itu dan berdoalah nabi untuk mereka.
Sesungguhnya doamu itu menjadi ketentraman menjadi rahmat bagi mereka yaitu ketentraman
dengan diterimanya tobat mereka dan Allah Maha mendengar lagi Maha Menetahui.6

2) Surah Al-Mujadalah ayat 13 ( ‫) م‬

‫اب هّٰللا ُ َعلَ ْي ُك ْم فَاَقِ ْي ُموا‬


َ َ‫ت فَاِ ْذ لَ ْم تَ ْف َعلُ ْوا َوت‬ ٍ ۗ ‫ص َد ٰق‬
َ ‫َءاَ ْشفَ ْقتُ ْم اَ ْن تُقَ ِّد ُم ْوا بَي َْن يَ َديْ نَجْ ٰوى ُك ْم‬
‫الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ َواَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َو َرس ُْولَهٗ ۗ َوهّٰللا ُ َخبِ ْي ٌر ۢبِ َما تَ ْع َملُ ْو َن‬
Artinya: “Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah
sebelum Mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan
Allah telah memberi taubat kepadamu Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah
kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Asbabun nuzul ayat ini adalah: Ali Ibnu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang
miskin) sebelum pembicaraan itu. (Al- Mujadalah ayat 12) demikian itu karena kaum muslimin
banyak bertanya kepada Rasulullah tentang berbagai masalah sehingga hal tersebut memberatkan
beliau. Maka Allah berkehendak untuk memberikan keringanan kepada Nabi-Nya. Untuk itu
diturunkanlah ayat ini, dan setelah itu kebanyakan kaum muslimin menjadi takut dan menahan
diri untuk tidak banyak bertanya. Sesudah itu Allah menurunkan firman-Nya: apakah kamu takut
(akan menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasul?
Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi tobat kepadamu, maka
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. (Al-Mujadala ayat 13) maka Allah memberikan keluasan
kepada mereka dan tidak menyempitkan mereka.

6
Jalaludin As-Suyuti dan Jalaludin Al Mahali, Tafsir Jalalain, terj. Ahmad Makki., juz. 3, h. 205.
Tafsir ayat ini: apakah kamu bakhil, takut kekurangan dan menjadi miskin jika kamu
memberikan sedekah? Setan telah membisikkan kepadamu bahwa nafkah yang demikian ini
menghambur-hamburkan harta benda. Apabila kamu tidak melakukan apa yang diperintahkan
kepadamu, karena hal ini sulit bagimu, maka Tuhanmu memberikan keringanan bagimu
sehingga Dia mengizinkan kamu untuk berbicara dengannya tanpa memberikan sedekah.
Gantilah hal itu dengan ketekunan dalam mendirikan salat dan menunaikan zakat.

Dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat dengan cara yang paling sempurna, sebab salat itu
mengandung ketundukan dan kembali kepada Allah serta keikhlasan kepada-Nya dalam ucapan
maupun perbuatan, dan mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar. Sedang zakat
mengandung penyucian jiwa dan menghilangkan kebakhilan akan harta yang menghasut dan
mendorong hati untuk melakukan kejahatan dan dosa. Taatlah kepada Allah dalam fardu-fardu
dan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan-Nya kepadamu, dan dari kerusakan-kerusakan
yang kamu dilarang mengerjakannya. Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya yang
beriman, bahwa apa bila sesorang dari mereka hendak melakukan pembicaraan khusus dengan
Rasulullah, hendaklah ia terlebih dahulu mengeluarkan sedekah sebelumnya untuk
membersihkan dan menyucikan dirinya serta mempersiapkan diri agar menjadi orang yang layak
untuk mendapat perhatian khusus.

Penafsiran dalam Tafsir Jalalain:

Apakah kamu takut, karena kamu memberikan sebelum pembicaraanmu dengan Rasul
akan sedekah, karena takut fakir? Maka jika kamu tidak memperbuatnya akan memberikan
sedekah. Dan Allah telah memberi taubat kepadamu, Allah menarik kembali kepadamu dari
sedekah. Maka dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan kepada
rasul-Nya yakni tetaplah kamu atas yang demikian dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.7

3) Surah Ar-Rum ayat 39 ( ‫) ك‬

‫اس فَاَل يَرْ ب ُْوا ِع ْن َد هّٰللا ِ ۚ َو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّم ْن َز ٰكو ٍة تُ ِر ْي ُد ْو َن‬ ِ ‫َو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّم ْن رِّ بًا لِّيَرْ ب َُو ۠ا فِ ْٓي اَ ْم َو‬
ِ َّ‫ال الن‬ ٰۤ ُ ‫هّٰللا‬
‫ك هُ ُم ْال ُمضْ ِعفُ ْو َن‬ َ ‫ول ِٕى‬ ‫َوجْ هَ ِ فَا‬
7
Jalaludin As-Suyuti dan Jalaludin Al Mahali, Tafsir Jalalain, terj. Ahmad Makki., juz. 8, h. 8-9.
Artinya: “Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada
harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat
demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.

Asbabun nuzul ayat ini adalah: telah diriwayatkan suatu asar yang bersumber dari Ibnu
Abbas bahwa ia mengatakan riba itu ada dua macam, yaitu riba yang tidak dibenarkan, ia adalah
riba jual beli, dan lainnya adalah riba yang tidak apa-apa jika dilakukan, yaitu pemberian yang
diberikan oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar mendapatkan keutamaan dan
pahala yang berlipat ganda dari Allah.

Tafsiran ayat ini adalah: barang siapa yang memberikan suatu pemberian kepada orang
lain dengan tujuan supaya orang itu akan membalasnya dengan hadiah yang lebih banyak
kepadanya, maka apa yang telah dilakukannya itu tidak mendapat pahala di sisi Allah. Allah
SWT telah mengharamkan hal ini kepada rasul-Nya secara khusus.

Barang siapa yang memberikan sedekah dengan maksud untuk mendapatkan pahala dari
sisi Allah, maka ia termasuk orang-orang yang pahala dan balasannya akan dilipat gandakan di
sisi-Nya, maka dengan ini Allah menjelaskan bahwa tidak ada tambahan melainkan yang telah
ditambahkan-Nya dan tidak ada kebaikan selain apa yang dipilihkan-Nya.

Ibnu Katsir mengatakan barang siapa memberi orang lain dengan tujuan agar orang itu
balas memberinya dengan lebih banyak daripada apa yang ia berikan kepadanya, maka perbuatan
ini tidak ada pahalanya di sisi Allah bagi orang yang bersagkutan. Perbuatan itu hukumnya boleh
sekalipun tidak ada pahalanya, hanya saja larangan ini hanya ditujukan kepada Nabi secara
khusus.Sesungguhnya pahala di sisi Allah itu hanyalah pahala zakat. Merekalah orang-orang
yang dilipat gandakan pahalanya oleh Allah.

Penafsiran dalam Tafsir Jalalain:

Dan sesuatu riba yang kamu berikan yaitu dengan memberikan sesuatu sebagai hibah
atau hadiah karena mencari yang lebih baik dari pada pemberiannya itu, maka diberi nama riba
itu dengan nama yang dicari yaitu kelebihannya dalam muamalah, agar diberi tambah pada harta
manusia. Orang- orang yang diberi yakni agar dia bertambah. Maka tidak bertambah pada sisi
Allah yaitu tidak ada pahala padanya bagi orang-orang yang memberinya.Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat sedekah kamu maksudkan dengan zakat itu mencari keridhaan Allah maka
itulah orang-orang yang melipat gandakan pahala mereka karena apa yang mereka maksudkan
itu.8

Sedangkan hadis-hadis yang membicarakan tentang zakat adalah:

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Ra: “Sesungguhnya Rasulullah Saw. Bersabda kepada
Mu’az bin Jabal ketika beliau mengutus ke Yaman untuk mengajak penduduknya memeluk
agama Islam, dan menyampaikan hukum-hukum Islam: Jika mereka mentaatimu, maka
beritahukan kepada mereka bahwasanya Allah Swt. Mewajibkan zakat kepada mereka. Zakat itu
diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang yang fakir
di antara mereka (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Hadits lainnya yang berbunyi:

،ِ‫َّاِئم م َِن اللَّ ْغ ِو َوالرَّ َفث‬ ُ ْ ْ َ ِ ‫ض َرسُو ُل هَّللا‬


ِ ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َز َكا َة الفِط ِر طه َْر ًة لِلص‬ َ ‫َف َر‬
َّ ‫ َو َمنْ َأ َّدا َها َبعْ دَ ال‬،‫صاَل ِة َف ِه َي َز َكاةٌ َم ْقبُو َل ٌة‬
‫صاَل ِة‬ َّ ‫ َف َمنْ َأ َّدا َها َق ْب َل ال‬،‫ِين‬ ُ ‫َو‬
ِ ‫طعْ َم ًة ل ِْل َم َساك‬
ِ ‫صدَ َق ٌة م َِن الصَّدَ َقا‬
‫ت‬ َ ‫َف ِه َي‬
Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah
untuk membersihkan orang yang berpuasa dari perkataan sia-sia dan perkataan kotor, dan
sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Barang siapa yang menunaikannya sebelum shalat
(Idul Fitri), berarti ini merupakan zakat yang diterima, dan barang siapa yang menunaikannya
setelah shalat (idul fitri) berati hal itu merupakan sedekah biasa”. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah,
dan Daru Quthni).

Hadist ini menjelaskan kewajiban zakat fitrah berupa kadar tertentu dari makanan
pokok yang ditunaikan oleh tiap individu muslim yang dikeluarkan paling lambat sebelum
pelaksanaan shalat idul Fithri.

8
Jalaludin As-Suyuti dan Jalaludin Al Mahali, Tafsir Jalalain, terj. Ahmad Makki., juz. 6, h. 107-108.
Dan adapun jumlah surah dan ayat-ayat zakat dalam al-Qur’an beserta dimana turunnya
ayat-ayat tersebut sebagai berikut:

1) Surat dan ayat-ayat tentang zakat yang turun di madinah (madaniyah)


 Q.S. Al-Baqarah ayat : 43, 83, 110, 177, 267, 277
 Q.S. An-nisa ayat : 77 dan 162
 Q.S. Al-Maidah ayat : 12 dan 55
 Q.S. At-Taubah ayat : 5, 11, 18, 71, 60, 103, 104
 Q.S. An-Nur ayat : 37 dan 56
 Q.S. Al-Ahzab ayat : 33
 Q.S. Al-Mujadalah ayat : 13
 Q.S. Al-Bayyinah ayat : 5

2) Surat dan ayat-ayat tentang zakat yang turun di makkah (makkiyah)


 Q.S. Al-A’raf ayat : 156
 Q.S. Al-Anbiya’ ayat : 73
 Q.S. Al-hajj ayat : 41 dan 78
 Q.S. An-Naml ayat : 3
 Q.S. Al-Luqman ayat : 4
 Q.S. Fussilat ayat : 7
 Q.S. Al-Muzzammil ayat : 20
 Q.S. Maryam ayat : 31 dan 55
 Q.S. Al-Mu’minun ayat : 4
 Q.S. Ar-Rum ayat : 39

3. Munasabah ayat zakat

Di dalam surah At-Taubah ayat 103, Allah menjelaskan bahwa zakat itu bisa mengikis
sifat-sifat kotor seperti bakhil, tamak, berlaku tak senonoh terhadap orang-orang fakir, dan juga
perintah mendoakan kepada orang-orang yang mengeluarkan zakat. Allah menjadikan kebun-
kebun, di situ tumbuh tanaman-tanaman yang bermacam-macam. Agar kita bisa menikmati
buahnya, dan menunaikan haknya ketika sudah panen kepada orang-orang yang berhak
menerima zakat.

Akan tetapi terkadang manusia ketika memiliki harta yang banyak akan terus merasa
kekurangan dan ingin menambah hartanya sehingga takut jika mengeluarkan hartanya untuk
berzakat, dan merasa berat karena akan mengurangi hartanya. Sebagaimana yang dijelaskan
dalam surah Al Mujadalah ayat 13, bahwa zakat ini sesungguhnya ringan, dulu Allah
menganjurkan untuk bersedekah ketika ingin berbicara dengan Rasul pada surah sebelumnya,
namun ayat itu dimansukhkan dengan ayat ini sebagai rukhsah dan diganti dengan menunaikan
zakat hanya 2,5% itupun jika sudah mencapai nisabnya.

Dalam hal ibadah segala sesuatu harus ditujukan kepada Allah dan tidak layak bagi
selain-Nya terutama dalam berzakat sebagaimana dijelaskan dalam surah Ar-Rum ayat 39,
bahwa pemberian yang bertujuan untuk mendapatkan yang lebih dari apa yang kita beri justru
akan menjadi hal yang sia-sia di sisi Allah dan Allah juga telah mengharamkan hal ini. Maka
dalam berzakat juga harus semata-mata mengharapkan ridha-Nya.

4. Tujuan Zakat

Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi, ialah dimensi hablum
minallah dan dimensi hablum minannas. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh Islam di
balik kewajiban zakat, adalah sebagai berikut:9

a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup dan
penderitaan.

b. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh gharim, ibnussabil, dan


mustahik dan lain-lainnya.

c. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada
umumnya.

d. Menghilangkan sifat kikir dan atau laba pemilik harta kekayaan.

e. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin.

9
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT. Grasindo, 2006), h. 13-14.
f. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu
masyarakat.

g. Mengembangkan rasa tanggungjawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka
yang mempunyai harta.

h. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak


orang lain yang ada padanya.

i. Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.

Berdasarkan uraian di atas maka secara umum zakat bertujuan untuk membantu
mencukupi kebutuhan bagi orang yang membutuhkan sebagai bentuk perwujudan rasa sosial
antar sesama muslim.

5. Hikmah dan manfaat zakat

Zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan umat manusia terutama umat Islam. Zakat
memiliki banyak hikmah, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhannya,
maupun hubungan sosial kemasyarakatan di antara manusia, seperti:10

a. Menyucikan diri dari dosa, memurnikan jiwa, menumbuhkan akhlak mulia menjadi
murah hati, memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, dan mengikis sifat bakhil (kikir),
serta serakah sehingga dapat merasakan ketenangan batin, karena terbebas dari tuntutan
Allah dan tuntutan kewajiban ke masyarakat.

b. Menolong, membina, dan membangun kaum yang lemah untuk memenuhi kebutuhan
pokok hidupnya, sehingga mereka dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya terhadap
Allah SWT.

c. Memberantas penyakit iri hati dan dengki yang biasanya muncul ketika melihat orang-
orang di sekitarnya penuh dengan kemewahan, sedangkan ia sendiri tak punya apa-apa
dan tidak ada uluran tangan dari mereka (orang kaya) kepadanya.

10
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT. Grasindo, 2006), h. 13-14.
d. Menuju terwujudnya sistem masyarakat Islam yang berdiri di atas prinsip umat yang
satu (ummatan wahidatan), persamaan derajat, hak, dan kewajiban (musawah),
persaudaraan Islam (ukhuwah islamiah), dan tanggung jawab bersama (takaful ijtimai).

e. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan adanya hubungan


seseorang dengan yang lainnya rukun, damai, dan harmonis, sehingga tercipta
ketentraman dan kedamaian lahir dan batin.

6. Pembagian zakat

Menurut garis besarnya, zakat terbagi menjadi dua. Pertama, Zakat Maal (harta): emas,
perak, binatang, tumbuh-tumbuhan (buah-buahan dan biji-bijian) dan barang perniagaan. Kedua,
Zakat Nafs, zakat jiwa yang disebut juga “Zakatul Fitrah” yaitu zakat yang diberikan berkenaan
dengan selesainya mengerjakan puasa yang diwajibkan.

Di negeri kita ini, lazim disebut fitrah. Ulama telah membagi zakat fitrah, kepada dua
bagian. Pertama, zakat harta yang nyata (harta yang lahir) yang terang dilihat umum, seperti:
binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan barang logam. Kedua, zakat harta-harta yang
tidak nyata, yang dapat disembunyikan. Harta-harta yang tidak nyata itu ialah emas, perak, rikaz
dan barang perniagaan.

B. Tinjauan tentang kesejahteraan masyarakat dalam perspektif islam


1. Pengertian kesejahteraan

Sejahtera artinya aman sentosa dan makmur, terlepas dari segala macam gangguan,
kesukaran, dsb, sedangkan kesejahteraan adalah keamanan dan keselamatan (kesenangan hidup,
dan lain sebagainya), kemakmuran.

Jadi makna masyarakat yang sejahtera adalah masyarakat yang terlepas dari segala
macam gangguan, kesukaran, dan hidupnya diliputi keamanan dan keselamatan sehingga
merasakan kemakmuran.

Kesejahteraan dalam pembangunan sosial ekonomi, tidak dapat didefinisikan hanya


berdasarkan konsep materialis dan hedonis, tetapi juga memasukkan tujuan-tujuan kemanusiaan
dan kerohanian. Tujuan-tujuan tidak hanya mencakup masalah kesejahteraan ekonomi,
melainkan juga mencakup permasalahan persaudaraan manusia dan keadilan sosial-ekonomi,
kesucian hidup, kehormatan individu, kehormatan harta, kedamaian jiwa dan kebahagiaan, serta
keharmonisan kehidupan keluarga dan masyarakat.

Salah satu cara menguji realisasi tujuan-tujuan tersebut adalah dengan:11

a. Melihat tingkat persamaan sosial dan pemenuhan kebutuhan dasar bagi semua.

b. Terpenuhinya kesempatan untuk bekerja atau berusaha bagi semua masyarakat.

c. Terwujudnya keadilan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan.

d. Stabilitas ekonomi yang dicapai tanpa tingkat inflasi yang tinggi.

e. Tidak tingginya penyusutan sumber daya ekonomi yang tidak dapat diperbaharui,
atau ekosistem yang dapat membahayakan kehidupan.

2. Konsep kesejahteraan

Konsep kesejahteraan dalam ekonomi Islam didasarkan atas keseluruhan ajaran Islam
tentang kehidupan ini:

a. Kesejahteraan holistik dan seimbang. Artinya kesejahteraan ini mencakup dimensi


materiil maupun spiritual serta mencakup individu maupun sosial.

b. Kesejahteraan di dunia maupun di akhirat, sebab manusia tidak hanya hidup di dunia
saja tetapi juga di akhirat. Istilah umum yang banyak digunakan untuk menggambarkan
suatu keadaan hidup yang sejahtera secara materiil-spiritual pada kehidupan dunia
maupun akhirat dalam bingkai ajaran Islam adalah falah. Dalam pengertian sederhana
falah adalah kemuliaan dan kemenangan hidup.

Menurut Al-Ghazali kesejahteraan suatu masyarakat tergantung kepada pencarian dan


pemeliharaan lima tujuan dasar, yaitu:12

a. Agama.

11
Muhammad Chairul Anam, Analisis Strategi Pemberdayaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh di KJKS BMT
Fastabiq Pati terhadap Peningkatan Kesejahteraan Ummat, Skripsi, Semarang: IAIN Walisongo, 2011, h. 51.
12
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: IIIT, 2003, Edisi ke III), h. 62.
b. Hidup atau jiwa.

c. Keluarga atau keturunan.

d. Harta atau kekayaan.

e. Intelek atau akal.


BAB
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata zakah ( ‫ ) زكاة‬bentuk mashdar yang berasal dari kata zaka-yazku-zaka’an, yang
berarti tumbuh, subur, suci, baik, dan keberkahan. Dalam Alquran, kata zakah dan derivasinya
disebut 32 kali, dengan tiga makna berikut, sesuai dengan penggunaannya dalam ayat, yaitu:
Pertama, kesucian dan kesalehan, seperti tersebut dalam QS Al-Kahfi ayat 81. Kedua, sedekah,
seperti tersebut dalam QS Ar-Ruma ayat 39. Ketiga, ukuran dari harta tentu untuk diberikan
kepada orang-orang tertentu dengan beberapa syarat. Arti inilah yang populer sebagai istilah jika
kata zakah/zakat disebut. Dalam Alquran, zakah dengan arti ini tersebut 29 kali, di antaranya QS
Al-Baqarah ayat 110 yang berisi perintah untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat

Dari ketiga ayat tersebut Alquran menunjukan kepada kita bahwa zakat berfungsi
sebagai: pertama zakat sebagai pembersih dan penyuci jiwa dan harta, kedua zakat sebagai
rukhsah (keringanan) bagi umat Islam dan ketiga zakat sebagai penambah harta dan pahala.

Dalam ekonomi Islam, kebahagiaan hidup justru diberikan oleh Allah Swt. kepada siapa
saja (laki-laki dan perempuan) yang mau melakukan amal kebaikan disertai dengan keimanan
kepada Allah Swt. Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. Dalam Surat An-nahl ayat 97,
sedangkan tiga indicator untuk mengukur kesejahteraan dan kebahagiaan adalah pembentukan
mental (tauhid), konsumsi, dan hilangnya rasa takut dan segala bentuk kegelisahan, sebagaimana
yang disebutkan Allah Swt. Dalam Surat Quraisy ayat 3-4.

Peranan Zakat dalam pengentasan kemiskinan adalah adanya kepedulian para aghniya’
untuk membayar zakat dan mengeluarkan shadaqah. Zakat merupakan infaq atau pembelanjaan
harta yang bersifat wajib, sedang shadaqah adalah sunnah. Dalam konteks ekonomi, keduanya
merupakan bentuk distribusi kekayaan di antara sesama manusia. Apabila seluruh orang kaya
diberbagai Negara Islam mau mengeluarkan zakatnya secara proporsional dan didistribusikan
secara adil dan meratas niscaya kemiskinan akan menjadi sirna.

Anda mungkin juga menyukai