Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FIQIH ZAKAT DAN IMPLEMENTASI ZAKAT


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama III

Dosen Pengampu : H.Humaidi, S.HI,M.H, Diplal

Disusun Oleh :

Kelompok 10 : Afkarin Kamilah Dewi (21801061079)

Nuri Lailatul Istiqomah (21801061084)

Muhamad Ridwan (21801061091)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohiim,

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang maha esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai
FIQIH ZAKAT DAN IMPLEMENTASI ZAKAT. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas silabus mata kuliah AGAMA 3 dan yang memberi kami
tugas yaitu Bapak Dosen HUMAIDI

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan


Nabi Muhammad SAW, pemimpin para Nabi dan panutan bagi umat Islam di dunia
yang beriman dan bertaqwa, begitu juga dengan para keluarga dan sahabat yang
telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang-benderang “Ila
Dzulumati Ilannur” serta kepada pengemban risalah mulia yang selalu mengikuti
metode serta langkah beliau yang menjadikan “Al-Qur‟an” sebagai pedoman
sekaligus sumber hukum.

Penyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan, demi
kesempurnaan karya ilmiah ini.

Kami berharap makalah ini akan bermanfaat bagi teman-teman dan.


Semoga amal kebaikan dan aktivitas yang kita lakukan selalu ada dalam rahmat dan
ampunannya, Aamiin

Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Malang, 10 Desember 2019

Kelompok 10
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah sebuah sistim yang sempurna dan komprehensif. Dengan
Islam, Allah memuliakan manusia, agar dapat hidup dengan nyaman dan
sejahtera di muka bumi ini. Allah menyempurnakan kenyamanan kehidupan
manusia, pada awalnya dengan memberi petunjuk kepadanya tentang identitas
dirinya yang sesungguhnya. Allah mengajarkan kepadanya bahwa ia adalah
seorang hamba yang dimiliki oleh Tuhan yang maha Esa dan bersifat dengan
sifat-sifat kesempurnaan. Selanjutnya Allah memberikan sarana-sarana untuk
menuju kehidupan yang mulia dan memungkinkan dirinya melakukan ibadah.
Namun demikian, sarana-sarana tersebut tidak akan dapat diperoleh kecuali
dengan jalan saling tolong menolong antar sesama atas dasar saling
menghormati, dan menjaga hak dan kewajiban sesama.
Diantara sarana-sarana menuju kebahagian hidup manusia yang
diciptakan Allah melalui agama Islam adalah disyariatkannya Zakat. Zakat
disyariatkan dalam rangka meluruskan perjalanan manusia agar selaras dengan
syarat-syarat menuju kesejahteraan manusia secara pribadi dan kesejahteraan
manusia dalam hubungannya dengan orang lain. Zakat berfungsi menjaga
kepemilikan pribadi agar tidak keluar dari timbangan keadilan, dan menjaga
jarak kesenjangan sosial yang menjadi biang utama terjadinya gejolak yang
berakibat runtuhnya ukhuwah, tertikamnya kehormatan dan robeknya integritas
bangsa
Polemik zakat memang tidak asing dikalangan masyarakat muslim,
zakat sebagai salah satu hukum islam, tepatnya rukun islam yang keempat
adalah sangat penting. Ada 82 tempat di dalam Al-Qur‟an yang menyebutkan
tentang zakat beriringan dengan shalat. Kedudukan antara zakat dan shalat
sering di kaitkan di beberapa ayat di dalam Al-Qur‟an yang menunjukan bahwa
zakat dari segi keutamaan hampir sama seperti halnya shalat. Shalat dikatakan
sebagai ibadah badaniah dan zakat di katakana sebagai ibadah maliyah yang
paling utama.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat
dibuat perumusan masalah sebagai berikut;
a. Apa pengertian dan filosofi zakat ?
b. Apa macam-macam zakat dan nishabnya menurut madzhab Syafiiyyah An-
Nahdliyah ?
c. Apa perbedaan infaq, shadaqah, zakat, dan hibah ?
d. Apa fungsi dan hikmah zakat ?
e. Siapa saja golongan penerima zakat, infaq, dan shadaqah
f. Bagaimana sirah Nabawiyah 1 mengenai sejarah zakat ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan ini adalah untuk:
a. Mengetahui pengertian dan filosofi zakat
b. Mengetahui macam-macam zakat dan nishabnya menurut madzhab
Syafiiyyah An-Nahdliyah
c. Mengetahui perbedaan infaq, shadaqah, zakat, dan hibah
d. Mengetahui fungsi dan hikmah zakat
e. Mengetahui golongan penerima zakat, infaq, dan shadaqah
f. Mengetahui sirah Nabawiyah 1 mengenai sejarah zakat ?
Pengertian dan filosofi zakat

Zakat menurut imam Ahmad bin Husain dalam kitab fathul qorib secara
bahasa ialah nama’. Nama’ berarti kesuburan atau pengembangan dapat pula
diartikan bertambah. Sedangkan menurut syara’ zakat berarti pengeluaran harta
tertentu dengan bagian tertentu dan niat tertentu serta dibagikan kepada orang
orang tertentu1 .Zakat juga beupa masdar zaka, yuzaki tazkiyatan yang berarti
kebersihan (Al-bara-katu), at-thoharatu (kesucian) dan ash-sholabu ( keberesan).

Zakat menurut kitab al –Khusaini, Kifayatul Akhyar fi Hall Ghayat al-


Ikhtisar hamper sama dengan yang tertera pada pada kitab fathul qorib . Zakat
menurut bahasa ialah tambah dan berkembang, berkah dan banyak kebajikan.
Zakat menurut syari’at dalam kitab tersebut adalah kewajiban yang dengan ukuran
tertentu pada harta tertentu untuk di berikan kepada kelompok tertetu pada waktu
tertentu dengan beberapa syarat tertentu.2

Adapun zakat menurut terminologi adalah sejumlah harta tertentu yang


yang telah dihukumi wajib untuk diberikan kepada orang orang tertentu yang
berhak (mustahik) pada waktu yang telah ditetapkan dalam alquran.3 Keterangan
lainnya, zakat secara terminologi mengeluarkan sebagian harta benda atas
perintah Allah sebagai shodaqoh wajib kepada orang tertentu yang membutuhkan
sesuai dengan syarat-syarat dalam syari’at islam.4

Pada pengertian diatas pada dasarnya mengacu pada empat kata kuci yang
ditentukan menurut syariat yakni harta sebagai subyek, waktu, kisaran serta objek
yaitu orang-orang tertentu. Empat hal tersebut harus didasari oleh niat.
Hakikatnya zakat merupakan bentuk shodakoh wajib untuk membersihkan harta
yang dimiliki dari kotoran dengan beberapa ketentuan. Perbedaan zakat dengan
shodakoh adalah zakat bersifat wajib dan shodakoh dihukumi sunnah. Bahkan
dalam beberapa surat dalam alquran perintah tentang zakat selalu bergandengan
dengan sholat serta sering kali di ulang ulang sebagai bentuk taukid dari surah-
surah sebelumnya. Allah berfirmandalam surah Al-Baqarah Ayat 43:

َّ ‫الزكَاة َ َوا ْر َكعُوا َمع‬


َ‫الرا ِكعِين‬ َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬
َّ ‫ص ََلةَ َوآتُوا‬

Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku”'. (QS.Al-Baqoroh:43)

1
Syaikh Muhammad Qosim Al Ghazi, fathul qorib al mujib , (Bairut: Tabub’ul Bimutabaah,1992),
h..22
2
Taqiyuddin Abi Bakar bin Muhammad Al Kusaini, Kifayatul Al –Akhyar fi Hall Ghayat Al –Ikhtisar,
(Bairut: Darul Al- Kutub Al- Arabiyah), h…,72
3
Yusuf Qordawi, Hukum Zakat (Bogor : Litera Antar Nusa, 2002), h..,34
4
Fitria Kurniawati , Filosofi Zakat Dalam Filantropi Islam, (Jurnal Hukum dan Ekonomi
Syariah.2017) voi.5(2)
َّ ‫ َوآتُوا‬menggunakan fi’il amar yang menandakan
Pada ayat diatas pada kata َ ‫الزكَاة‬
perintah. Pada kitab Tafsir Al-Ahkam dan menurut jumhur ulama’ kalimat
perintah menandakan suatu keharusan, tidak lain dapat dihukumi wajib.

Adapun filosofi zakat taidak luput dari sudut pandang kehidupan meliputi
beberapa hal yaitu keyakinan , keagamaan, pemerataan dan keadilan,
produktifitas, kebebasan, etika dan kewajaran5. Zakat dapat menumbuhkan
keyakinan bahwa Allah SWT mempunyai sifat pengasih lagi maha penyayang
serta dapat mengurangi dan menambahkan rezeki. Bahkan beberepa ulama’
berpendapat bahwa zakat itu seperti laba yang terus bertambah. Allah berfirman
dalam Alquran:

‫ف ِل َمن‬ َ ُ‫َسنِبُلٍَة ِمئٍَةُ ََحِبٍَّة َوِهّللاُ ي‬


ُ ‫ضا ِع‬ ُ ‫َسنَا ِب َل ِفِي ُك ِل‬ ْ ‫َس ِِبي ِل ِهّللاِ َك َمث َ ِل ََحِبٍَّة أَن َِبت‬
َ ‫َت ََس ِْب َع‬ َ ‫َّمثَ ُل ا َّلذِينَ يُن ِفقُونَ أ َ ْم َوالَ ُُه ْْم ِفِي‬
‫يَشَاء َوِهّللاُ َوا َِسع‬

َ‫َسِبِي ِل ِهّللاِ ث ُ َّْم الَ يُتْ ِِبعُونَ َما أَن َفقُوا ُ َمنًّا َوالَ أَذًى لَّ ُُه ْْم أَجْ ُر ُه ْْم ِعندَ َربِ ُِه ْْم َوال‬
َ ‫﴾ الَّذِينَ يُن ِفقُونَ أ َ ْم َوالَ ُُه ْْم ِفِي‬٢٦١﴿ ‫َع ِليْم‬
‫خ َْوف َعلَ ْي ُِه ْْم َوالَ هُْم‬

٢٦﴿ َ‫يَحْ زَ نُون‬

Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Orang-orang yang menafkahkan hartanya
di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu
dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si
penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

Zakat dalam keagamaan, filosofi tersebut cukup mengacu pada seberapa


tunduknya hambanya terhadap perintah Allah dan Agama-Nya. Tidak terbebani
dengan pemikiran material dan tetap berpegang teguh pada akhirat. Allah
berfirman dalam alquran:

‫يرا‬
ً ‫ص‬ َّ َ‫ِهّللا ث َ َوابُ الدُّ ْنيَا َو ْاْل ِخ َرةِ ۚ َو َكان‬
ِ َ‫ِهّللاُ ََس ِميعًا ب‬ َ ‫َم ْن َكانَ ي ُِريد ُ ث َ َو‬
ِ َّ َ‫اب الدُّ ْنيَا ِفَ ِع ْند‬

Artinya: “Barangsiapa menghendaki pahala di dunia maka ketahuilah bahwa di


sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar, Maha
Melihat”.(QS. Surah An-Nisa’:134).

5
Fitria Kurniawati , Filosofi Zakat Dalam Filantropi Islam, (Jurnal Hukum dan Ekonomi
Syariah.2017) voi.5(2)
Berpegang teguh pada akhirat dan tidak berpikir dalam hal senang secara
berlebihan merupakan bagian dari filosofi zakat. Ajaran tasawuf dalam kitab
fawatihu As-suwar sering kali menyebutkan masalah ini. Begitu pula dalam kitab
al Hikam yang di kemukakan oleh Imam Ibnu Atho’illah. Selain itu zakat secara
tidak lansung dapat membantu dalam sistem perekonomian sehingga terjadi
stabilitas untuk mengurangi kemiskinan, serta pemerataan ekonomi. Begitu hal itu
terpenuhi, maka tingkat kejahatan dalam masyarakat, seperti mencuri,
merapmpok, dsb.,dapat berkurang. Sehingga linkungan masyarakat menjadi damai
dan tentram. Bahkan zakat berperan penting dalam meningkatkan hubungan serta
menyucikan hati hati dari penyakit hati.

Macam –macam Zakat dan Nishabnya

Zakat terbagi ke dalam dua bagian yaitu zakat harta benda dan zakat
badan. Jumhur ulama’ sepakat bahwa tidak sah mengeluarkan zakat tanpa diiringi
dengan niat. Sedangkan macamnya menjadi dua macam kelompok yaitu, zakat
fitrah yang wajib ditunaikan pada bulan ramadhan sampai sebelum sholat ied dan
zakat mal yang wajib ditunaikan jika memenuhi syarat kisaran harta tertentu.

1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib ditunaikan bagi seorang muslim/ah
yang sudah mampu untuk menunaikannya. Zakat fitrah harus dikeluarkan
setahun sekali pada saat awal bulan Ramadhan hingga batas sebelum
sholat hari raya Idul Fitri. Hal tersebut yang menjadi pembeda zakat fitrah
dengan zakat lainnya.

Sebagaimana tercantum pada hadits Rasulullah SAW mengatakan,


“Barangsiapa yang menunaikan zakat fitri sebelum shalat Id maka
zakatnya diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat Id
maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.”
(HR. Abu Daud).

Kadar zakat fitrah: 2,5 kg / 3,5 liter beras

Zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk beras atau makanan pokok seberat
2,5 kg atau 3,5 liter per jiwa. Kualitas beras atau makanan pokok harus
sesuai dengan kualitas beras atau makanan pokok yang dikonsumsi kita
sehari-hari. Namun, beras atau makanan pokok tersebut dapat diganti
dalam bentuk uang senilai 2,5 kg atau 3,5 liter beras.
2. Zakat Mal
Menurut bahasa, harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh
manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya. Sedangkan
menurut istilah, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai)
dan dapat digunakan (dimanfaatkan). Sesuatu dapat disebut dengan maal
(harta) apabila memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu:
Dalam QS. At-Taubah ayat 60, Allah memberikan ketentua ada 8
golongan orang yang menerima zakat yaitu sebagai berikut:
1. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai..
2. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah,
mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll.
Syarat harta yang wajib di zakati yaitu, milik penuh, bertambah atau
berkembang, cukup nisab, lebih dari kebutuhan pokok, bebas dari hutang,
dan sudah berlalu satu tahun (haul).
Nisab zakat maal: 85 gram emas
Kadar zakat maal: 2,5%
Nisab zakat maal: Cara menghitung zakat maal: 2,5% x Jumlah harta yang
tersimpan selama 1 tahun
Contoh:
Bapak A selama 1 tahun penuh memiliki harta yang tersimpan
(emas/perak/uang) senilai Rp100.000.000,-. Jika harga emas saat ini
Rp622.000,-/gram, maka nishab zakat senilai Rp52.870.000,-. Sehingga
Bapak A sudah wajib zakat. Zakat maal yang perlu Bapak A tunaikan
sebesar 2,5% x Rp100.000.000,- = Rp2.500.000,-.
Adapun zakat menurut kitab fathul qorib ialah sebagai berikut:
1. Zakat unta
 Permulaan nisob unta yakni 5 ekor, dan zakatnya untuk 5 ekor
adalah 1 biri-biri umur 1-2tahun
 10 ekor unta zakatnya 2 ekor biri-biri umur 1-2 tahun
 15 ekor unta, zakatnya 3 ekor biri-biri umur 1-2 tahun
 25 ekor unta zakatnya 1 ekor unta betina umur 1-2tahun
 38 ekor unta zakatnya 1 ekor unta betina umur 2-3 tahun
 46 ekor unta zakatnya 1 ekor unta betina 3-4 tahun
 61 ekor unta zakatnya 1 ekor unta betina umur 4-5 tahun
 76 ekor unta zakatnya 2 ekor unta betina umur 2-3 tahun
 91 ekor unta zakatnya 2 ekor unta betina 2-3 ahun
 121 ekor unta zakatnya 3 ekor unta betina 2-3 tahun
 Kemudian tiap 40 ekor unta dan seterusnya, zakatnya 1 ekor
unta betina umur 2-3 tahun
 Untuk 50 ekor unta dan seterusnya zakatnya 1 ekor unta betina
umur 3-4 tahun
2. Zakat Lembu
 Permulaan zakat lembu 30 ekor, zakatnya 1 ekor tabi’ (anak
lembu jantan umur 2-3 tahun)
 40 ekor lembu zakatnya 1 ekor musinnah (anak lembu betina
umur 2-3 tahun
3. Zakat Kambing
 Permulaan nishob kambing 40 ekor, zakatnya 1 ekor biri-biri
(domba) yang telah tanggal gigi serinya (boleh juga bermur 1-2
tahun meskipun belum copot gigi serinya) atau 1 ekor kambing
betina yang telah tanggal gigi gigi serinya ( boleh juga yang
berumur 2-3 tahun meskipun belum tanggal gigi serinya).
 121 ekor kambing zakatnya 2 ekor biri-biri yang telah tanggal
gigi serinya atau yang 1-2 tahun belum tanggal giginya.
 201 kambing zakatnya 3 ekor biri-biri yang sudah tanggal
giginya atau yang berumur 1-2 tahun meskipun belum tanggal
gigi serinya.
 Kemudian untuk tiap 100 ekor zakatnya 1 ekor biri-biri
(dengan keadaan gigi atau umur seperti diatas.

Untuk orang yang berserikat memiliki kambing, mengeluarkan


zakat dengan 7 macam syarat:
1. Jika tempat menyimpan ternak iru satu
2. Tempat melepasnya Satu
3. Tempat penggembala Satu
4. Pejantannya Satu
5. Tempat minumnya Satu
6. Pemerahnya Satu
7. Tempat pemerahnya satu

4. Zakat Emas dan Perak


 Nishob emas adalah 20 miskal setara dengan 96 gram
 Zakat 2,5% yaitu sama dengan ½ miskal.
 Nishob perak 200 dirham setara dengan 672 gram
 Zakatnya 2,5%
5. Zakat Hasil Pertanian
 Nishob hasil pertanian dan buah buahan 5 ausaq yaitu sekitar
1600 kati di Irak. Sekitar 720 kg beras atau 1200 kg padi di
Indonesia.
 Zakatnya jika diairi air hujan dan air sungai( yang mengalir
dengan sendirinya) 10%
 Jika disirami dengan alat bantu maka zakatnya 5%
 Ex: 1 ausaq=60 sh’
1 Sha’ =4 mud
1 mud beras= 6 ons
1 ausaq=6 ons x4 x60 =1440 ons
Jadi, 5 ausaq =5x 144 ons= 7200 ons(720 kg)
6. Zakat Harta Dagang
 Nishobnya 2,5%
7. Zakat Barang Temuan
 Benda yang telah digali dari tambang emas dan perak
nishobnya 2,5%.
 Benda yang didapat dari rikaz (harta karun dari zama jahiliyah)
zakatnya 20%
8. Zakat profesi
Zakat profesi adalah zakat atas penghasilan, diperoleh dari
pengembangan potensi diri seseorang dengan cara yang sesuai syariat,
seperti upah kerja rutin, profesi dokter, pengacara, arsitek, guru dll.

Dalam kitab al Fiqh Islamy wa Adillatuhu juz 2 hal 866 karya


Syaikh Dr. Wahbah az Zuhaily terdapat perbedaan pendapat dari para
ulama dalam waktu mengeluarkan zakat dan menentukan nishab.
Akan tetapi menurut pendapat Jumhur ulama seperti empat madzhab
(Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali) bahwa tidak ada zakat pada
harta, kecuali sudah mencapai nishab dan sudah memiliki tenggang
waktu satu tahun. Adapun nishabnya adalah senilai 85 gram emas
dengan mengeluarkan sebesar 2,5 %.

Namun, Syaikh Yusuf Al-Qardhowi dalam kitabnya “Fiqh az


Zakat” memilih pendapat yang berbeda. Menurutnya hendaklah maal
mustafad (harta yang diperoleh) dizakati ketika memperoleh tanpa
menunggu berlalunya masa haul (satu tahun). Sebagai solusinya dari
memilih dua pendapat yang berbeda, lebih baiknya mengikuti
pendapat mayoritas ulama yang berpendapat bahwa mengeluarkan
zakat profesi atau zakat maal mustafad itu setelah berlalu satu tahun
hijriyah secara sempurna sejak hari memperoleh harta (gaji) tersebut
dan mencapai nishab (senilai 85 gram mas).

Lalu, bagaimana jika setelah satu tahun masih mempunyai


tabungan, apakah tabungan tersebut masih dizakati? Jika tabungan
tersebut sudah mencapai nishab dan sudah berlalu selama satu tahun
hijriyah tanpa pengurangan, maka wajib dizakati. Sebagaimana
keterangan berikut:

‫ِفإن كانت تدخر منه قدر النصاب ِفعليك الزكاة ِفيما يحول عليه الحول من المدخرات (ِفتاوي‬
‫الشيخ ابن جِبرين‬

Artinya:“Jika kamu simpan (harta) sampai kadar nishab, maka kamu


wajib menzakati harta simpanan tersebut yang telah berlalu masa
haulnya (satu tahun).” (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin)

Memberikan zakat mal kepada kakek atau kerabatnya hukumnya


boleh dengan syarat:

Nisab zakat profesi: 653 kg gabah / 524 kg beras (makanan pokok)


Kadar zakat maal: 2,5% (dianalogikan kepada zakat emas dan perak
yaitu sebesar 2,5 %, atas dasar kaidah “Qias Asysyabah”)

Contoh:

Bapak A menerima penghasilan senilai Rp10.000.000,-. Jika harga


beras yang biasa dikonsumsi saat ini Rp10.000,-/kg, maka nishab zakat
senilai Rp5.240.000,-. Sehingga Bapak A sudah wajib zakat. Zakat
profesi yang perlu Bapak A tunaikan sebesar 2,5% x Rp10.000.000,- =
Rp250.000,-.

Anda mungkin juga menyukai