Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ZAKAT, IBADAH HAJI DAN WAKAF

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

Guru :

Hanifah Atmi Nurmala, S.Pdi

Disusun Oleh :

1. Auliya Putri Istiqomah (04)


2. Cinta Winanda Selesia Putri (08)
3. Dina Nanda Amalia (10)
4. Elsananda Gita Armada (12)
5. Fera Rahma Wati (14)
6. Friska Adelia Karasty (15)
7. Gardila Rizca Andreea (16)
8. Naila Ramadhani (22)
9. Silvia Kurnia Wati (30)
10. Sinta Dwi Aprilliya Putri (31)
11. Siti Ayu Nurhidayah (32)
12. Yulia Isma Nurhidaya (35)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala
limpahan karunia-Nya,kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tidak
lupa juga kami haturkan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad Shallalllahu ‘alaihi
Wassallam,beserta keluarganya,para sahabatnya dan semua umatnya yang selalu istiqomah
sampai akhir zaman.

Penulisan makalah ini memiliki tujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan tema Zakat,Haji dan Wakaf.

Di dalam makalah ini kami akan menjelaskan mengenai :

Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Maka dari itu, sudah seharusnya kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada Ibu Hanifah Atmi Nurmala,S.pdi selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dan juga seluruh pihak yang tidak bisa kami rinci kan satu per satu yang sudah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhirulkalam, kami sadar bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan. Oleh karena itu,
kami sangat berharap kritik dan saran konstruktif demi penyempurnaan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat serta mampu memenuhi harapan
berbagai pihak. Aamiin.

Jombang,31 Mei 2022


DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


A. ZAKAT

Zakat merupakan salah satu rukun(termasuk rukun ke-3) dari rukun islam yang lima,
sebagaimana diungkapkan dalam Hadits Nabi, sehingga keberadaanya disejajarkan dengan
ibadah-ibadah yang lain seperti sholat,puasa dan menjadi faktor yang mutlak mengenai
keislaman seseorang. Keislaman seseorang tidak akan sempurna kecuali dengan dua hal
tersebut. Zakat merupakan jembatan menuju islam. Didalam al-qur’an banyak ayat yang
memuji orang-orang secara sungguh-sungguh menunaikan zakat dan bahkan sebaliknya
terdapat pula ayat yang memberikan ancaman bagi orang yang dengan sengaja
meninggalkan zakat.

Kewajiban zakat atas muslim adalah diantara kebaikan islam yang menonjol dan
perhatianya terhadap urusan para pemeluknya,hal itu karena begitu banyak manfaat zakat
dan betapa besar kebutuhan orang-orang fakir kepada zakat. Zakat termasuk dalam ibadah
Maliyah Ijtima’iyah artinya ibadah dibidang harta yang memiliki kedudukan yang sangat
penting dalam membangun masyarakat. Zakat dapat menjadi salah satu jalan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menjalankan kewajiban pembayaran zakat juga
diyakini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengentaskan kemiskinan tengah-tengah
masyarakat.

B. WAKAF

Di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya adalah umat islam yang beberapa


diantaranya telah mengenal wakaf dengan baik. Potensi wakaf sebagai salah satu sumber
dana publik mendapat perhatian cukup dari masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan
banyaknya bermunculan lembaga-lembaga amal yang salah satu peranannya adalah
mengelola dana umat, dalam hal ini termasuk wakaf.

Dengan adanya pengelolaan wakaf dari lembaga-lembaga amal diharapkan wakaf dapat
memajukan kesejahteraan umum. Pada umumnya wakaf diartikan dengan memberikan
harta secara sukarela untuk digunakan bagi kepentingan umum dan memberikan manfaat
bagi orang banyak seperti untuk masjid,mushola,sekolah,dll. Dengan seiring berjalannya
waktu wakaf nantinya tidak hanya menyediakan sarana ibadah dan sosial tetapi juga
memiliki kekuatan ekonomi yang berpotensi antara lain untuk memajukan kesejahteraan
umum,sehingga perlu dikembangkan pemanfaatannya sesuai dengan prinsip syariah.

Saat ini definisi wakaf lebih muda dipahami,yaitu wakaf diartikan sebagai perbuatan
hukum wakif untuk memisahkan atau menyerahkan sebagaian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu teretentu sesuai dengan kepentingannya
guna keperluan ibadah atau kesejahteraan umum menurut syariah.

C. HAJI

Agama Islam bertugas mendidik dhahir manusia, mensucikan jiwa manusia, dan
membebaskan diri dari hawa nafsu. Dengan ibadah yang tulus ikhlas dan akidah yang murni
sesuai kehendak Allah, insyaallah kita akan menjadi orang yang beruntung. Ibadah dalam
agama islam banyak macamnya. Haji adalah salah satunya, yang merupakan rukun islam
yang ke lima. Ibadah haji adalah ibadah yang baik karena tidak hanya menahan hawa nafsu
dan menggunakan tenaga dalam mengerjakannya, namun juga semangat dan harta.

Dalam mengerjakan ibadah haji kita menempuh jarak yang demikian jauh untuk
mencapai Baitullah, dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam perjalanan, berpisah
dengan sanak keluarga,dalam satu tujuan untuk mencapai kepuasan batin dan kenikmatan
rohani. Untuk memperdalam pengetahuan kita, penulis mencoba memberi penjelasan
secara singkat mengenai pengertian Haji dan Umrah, tujuan yang ingin kita capai haji dan
umrah, dasar hukum perintah haji dan umrah, syarat, rukun dan wajib haji dan umrah serta
hal-hal yang dapat membatalkan haji dan umrah.

1.2 Rumusan Masalah


A. ZAKAT
1. Apa pengertian zakat?
2. Apa dasar hukum perintah zakat?
3. Apa sajakah jenis-jenis zakat?
4. Apa sajakah syarat dan rukun zakat?
5. Siapa saja penerima zakat?
6. Bagaimana hikmah dan manfaat zakat bagi kehidupan?
B. WAKAF
1. Apa saja ketentuan bagi pengelola wakaf?
2. Bagaimana akuntasi lembaga wakaf?
3. Apa saja permasalahan dalam praktik perwakafan?
C. HAJI
1. Apa definisi tentang haji dan umrah?
2. Apa tujuan haji dan umrah?
3. Bagaimana syarat, rukun dan wajib haji dan umrah?
4. Bagaimana pelaksanaan haji dan umrah?
5. Apa hikmah haji dan umrah?
1.3 Tujuan Makalah
A. ZAKAT

Adapun tujuan dari pembahasan pada makalah ini adalah sebagai berikut :

1) Mengetahui dan memahami pengertian zakat.

2) Mengetahui dan memahami dasar hukum perintah mengeluarkan zakat.

3) Mengetahui dan memahami jenis-jenis zakat.

4) Mengetahui dan memahami syarat dan rukun zakat.

5) Mengetahui penerima zakat.

6) Mengetahui hikmah dan manfaat zakat bagi kehidupan

B. WAKAF

1. Untuk mengetahui ketentuan bagi pengelola wakaf

2. Untuk mengetahui bagaimana akuntansi lembaga wakaf

3. Untuk mengetahui permasalahan dalam praktik perwakafan

C. HAJI

1. Untuk mengetahui definisi tentang haji dan umrah?


2. Untuh mengetahui tujuan haji dan umrah?
3. Untuk mengetahui syarat, rukun dan wajib haji dan umrah?
4. Untuk mengetahui pelaksanaan haji dan umrah?
5. Untuk mengetahui hikmah haji dan umrah?
BAB II

ZAKAT
2.1 PENGERTIAN ZAKAT

Zakat menurut bahasa yaitu tumbuh dan tambah. Kata ‘’zakat‟ juga di gunakan untuk
ungkapan pujian, suci, keshalehan, dan berkah. Saaikh Taqiyudin berkata, “Lafaz zakat
secara bahasa menunjukkan arti tumbuh.” Di dalam buku Al Mughni karangan ibnu
qudamah Abu Muhammad bin Abu Qutaibah mengatakan: zakat berasal dari kata zakat
(bersih), namaa (tumbuh dan berkembang) dan ziadah pengembangan harta (Abdullah
2006).

Mazhab maliki mendefenisikan dengan mengeluarkan sebagian yang khusus pula yang
telah mencapai nishab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada oeang orang yang
berhak menerimanya. Dengan catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai hawl (setahun),
bukan barang tambang dan bukan juga pertanian (Alzuhaili 2008).

Menurut istilah zakat berasal dari kata Arab yang berarti suci atau kesucian, atau arti lain
yaitu keberkahan. Menurut istilah Agama Islam zakat adalah ukuran/kadar harta tertentu
yang harus dikeluarkan oleh pemiliknya untuk diserahkan kepada golongan/orang-orang
yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Jadi seorang muslim yang telah
memiliki harta dengan jumlah tertentu (nisab) sesuai dengan ketentuan dan waktu tertentu
(haul) yaitu satu tahun, wajib mengeluarkan zakatnya.

2.2 DASAR HUKUM ZAKAT

Dasar hukum zakat atau dalil dalil yang berkenaan dengan zakat banyak terdapat di
dalam Al qur’an dan hadist , di antaranya:

2.2.1. Al-Qur’an

Allah berfirman dalam beberapa surat di Al Quran tentang zakat. Berikut ayat yang
menerangkan tentang perintah zakat, yaitu :

َ ُ‫ول لَ َع لَّ ُك ْم ُت ْر مَح‬


‫ون‬ َ ‫الر ُس‬ ِ ‫اة و‬
َّ ‫َأط يعُ وا‬ َّ ‫الص اَل َة َو آتُوا‬ ِ
َ َ ‫الز َك‬ َّ ‫يم وا‬
ُ ‫َو َأق‬
Artinya :

“ Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu
diberi rahmat .“ (QS An-nur : 56)

ُ ‫ع خُمْ تَ لِ ًف ا‬
ُ‫ُأك لُ ه‬ َ ‫الز ْر‬
َّ ‫ات َو النَّ ْخ َل َو‬ ٍ ‫وش‬ َ ‫ات َو َغ ْي َر َم ْع ُر‬ ٍ ‫وش‬ َ ‫ات َم ْع ُر‬ ٍ َّ‫و ه و الَّ ِذ ي َأنْ َش َأ ج ن‬
َ َُ َ
ِ ٍ ‫هِب‬
َ‫ ُك لُ وا م ْن مَثَ ِر ِه ِإ ذَ ا َأ مْثَ َر َو آتُوا َح َّق هُ َي ْو م‬4ۚ ‫ان ُم تَ َش ا ً ا َو َغ ْي َر ُم تَ َش ابِ ه‬
َ ‫الر َّم‬ُّ ‫ون َو‬َ ُ‫الز ْي ت‬
َّ ‫َو‬
ِ ِ ‫حص‬
ُّ ِ‫ ِإ نَّهُ اَل حُي‬4ۚ ‫ َو اَل تُ ْس ِر فُ وا‬4ۖ ‫اد ِه‬
َ‫ب الْ ُم ْس ِر ف ني‬ َ َ
Arti nya :

‘’ Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,
pohon korma, tanamtanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya
(dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebihlebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihlebihan.” (QS. Al-An’am : 14)

ِ ‫ون ِإ ىَل ٰ َع ا مِلِ الْ غَ ْي‬


‫ب‬ َ ُ‫اع َم لُ وا فَ َس َي َر ى اللَّ هُ َع َم لَ ُك ْم َو َر ُس ولُ هُ َو الْ ُم ْؤ ِم ن‬
َ ‫ َو َس ُت َر ُّد‬4ۖ ‫ون‬ ْ ‫َو قُ ِل‬
َ ُ‫اد ِة َف ُي نَ بِّ ُئ ُك ْم مِب َ ا ُك ْن تُ ْم َت ْع َم ل‬
‫ون‬ َ ‫الش َه‬
َّ ‫َو‬
Arti nya :

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
(QS.At-Taubah: 105)

2.2.2. Al-Hadist

Di samping ayat alquran ada juga hadist menjelaskan masalalah kewajiban zakat. Berikut
hadist yang berisi tentang perintah menunaikan zakat, yaitu:

‫ ق ال ع ىھما هلال ر ضي ب اسع ب ه إ وق ال وال ص لت‬: ‫ف ذك ز ع ىھ هلال ر ضي س ف یان أب و حدث ي‬


‫وال زكت ال‬

‫ ل ف قا و س لم ع ل یھ هلال ص لى ال ى بي حدی ث وال ع فاف‬: ‫صالة ب ی أمزو ا‬

Artinya :

‘’Ibnu Abbas r.a berkata, aku diberi tau oleh Abu Sofyan r.a, lalu menyebutkan hadis nabi ia
mengatakan, nabi menyuruh supaya kita mendirikan shalat, menunaikan zakat, sillaturrahmi
(hubungan keluarga dan afaf, menahan diri dari perbuatan buruk.” ( HR. Bukhori)

2.3 MACAM-MACAM ZAKAT

2.3.1. Zakat fitrah Zakat fitrah merupakan zakat jiwa ( Zakat Al-Nafs ), yaitu kewajiban
berzakat bagi setiap individu baik untuk orang yang sudah dewasa maupun yang belum
dewasa, dan di bareingi dengan ibadah puasa (Shaum).
2.3.2. Zakat Maal Seperti diuraikan terdahulu bahwa zakat sepadan dengan kata
shadaqah, juga bahkan dengan kata infaq. Ketiga istilah tersebut merupakan kata yang
mengindikasikan adanya ibadah maliyah, ibadah yang berkaitan dengan harta konsep ini
sudah di sepakati oeh para ahli Islam.

2.4 SYARAT DAN RUKUN ZAKAT

3.1.1. Rukun Zakat

Rukun zakat yaitu unsur-unsur yang harus terpenuhi sebelum mengerjakan zakat. Rukun
zakat meliputi orang yang berzakat, harta yang dizakatkan, dan orang yang berhak
menerima zakat. Seseorang yang telah memenuhi syarat untuk berzakat harus
mengeluarkan sebagian dari harta mereka dengan cara melepas hak kepemilikanya,
kemudian diserahkan kepemilikanya kepada orang-orang yang berhak menerimanya melalui
imam atau petugas yang memungut zakat.

3.1.2. Syarat Wajib Zakat

Zakat hukumnya adalah wajib pada setiap harta yang telah memenuhi kriteria syarat dan
sebab zakat, baik pemilik tersebut sudah mukallaf atau belum. Karena pada dasarnya
walaupun zakat merupakan jenis ibadah pokok dan termasuk pilar agama, akan tetapi zakat
merupakan beban tanggung jawab masalah harta seseorang. Karena di dalam harta yang
dimiliki orang yang kaya masih ada hak orang fakir dan miskin yang harus ditunaikan
zakatya. Menurut jumhur ulama’ , syarat wajib untuk mengeluarkan zakat adalah sebagai
berikut :

1) Beragama Islam

Hendaknya harta yang ingin dikeluarkan zakatnya berasal dari harta orang muslim, dan
diberikan kepada orang muslim yang fakir atau miskin. Para ulama mengatakan bahwa
zakat tidak wajib bagi orang non muslim, karena zakat adalah merupakan salah satu rukun
Islam.

2) Berakal Sehat dan Dewasa

Zakat diwajibakan kepada orang yang berakal sehat dan orang yang dewasa, sebab anak
yang belum dewasa dan orang yang tidak berakal tidak mempunyai tanggung jawab hukum.

3) Merdeka

Para ulama sepakat bahwa zakat hanya diwajibkan kepada seorang muslim yang
merdeka dan memilik harta yang jumlahnya melebihi nishab. 49 Seorang hamba sahaya
tidak mempunyai kepemilikan terhadap harta, karena yang memiliki hartanya adalah
tuanya.

4) Milik Sempurna

Milik sempurna adalah kemampuan pemilik harta untuk mengontrol dan menguasai
barang miliknya tanpa tercampur hak orang lain pada waktu datangnya kewajiban
membayar zakat.

5) Berkembang Secara Riil atau Estimasi

Berkembang secara riil adalah harta yang dimiliki oleh seseorang dapat berpotensi untuk
tumbuh dan dikembangkan melalui kegiatan usaha maupun perdagangan. Sedangkan yang
dimaksud dengan estimasi adalah harta yang nilainya mempunyai kemungkinan bertambah,
seperti emas, perak dan mata uang yang semuanya mempunyai kemungkinan pertambahan
nilai dengan memperjual belikannya.

6) Sampai Nisab

Nisab adalah sejumlah harta yang mencapai jumlah tertentu yang ditentukan secara
hukum, yang mana harta tidak wajib dizakati jika kurang dari ukuran tersebut. Nishab yang
dimaksud melebihi kebutuhan primer yang diperlukan (pakaian, rumah, alat rumah tangga,
mobil, dan lain-lain yang digunakan sendiri).

7) Cukup Haul

Harta kekayaan harus sudah ada atau dimiliki selama satu tahun dalam penanggalan
Islam.

8) Bebas dari Hutang

Pemilikan sempurna yang dijadikan persyaratan wajib zakat dan harus lebih dari
kebutuhan primer haruslah pula cukup satu nishab yang sudah bebas dari hutang.

3.1.3. Syarat Sah Zakat


1) Niat

Para fuqoha‟ sepakat bahwasanya disyaratkan berniat untuk mengeluarkan zakat, yaitu
niat harus ditunjukan kepada Allah SWT. Dengan berpegang teguh bahwa zakat itu
merupakan kewajiban yang telah ditetapkan Allah dan senantiasa mengharap ridhanya.
Karena niat untuk membedakan antara ibadah fardhu dan sunnah.

2) Tamlik ( memindahkan kepemilikan harta kepada yang berhak menerimanya)

Tamlik menjadi syarat sahnya pelaksanaan zakat, yakni kepemilikan harta zakat harus
dilepaskan dan diberikan kepemilikanya kepada para mustahiq.
3.4 HARTA YANG WAJIB DIZAKATI

1) Zakat Emas dan Perak

Islam mewajibkan membayar zakat emas dan perak apabila sudah mencapai syarat -
syarat yang berlaku pada keduanya, baik berupa logam, cair maupun gumpalan. Syarat yang
berlaku bagi keduanya adalah apabila telah mencapai haul dan nishab yang telah
ditentukan. 11 Adapun nishab untuk emas adalah 20 mistqal atau 20 dinar. Sedangkan
nishab untuk perak adalah 200 dirham.

Menurut sebagian peneliti bahwa 1 dinar setara 4,25 gram emas, sedangkan 1 dirham
setara 2,975 gram. Maka nishab emas yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah 4,25 x 20 = 85
gram, sedangkan nishab perak yang wajib dikeluarkan zaktanya adalah 2,975 x 200 = 595
gram. Jadi zakat yang harus dikeluarkan pada emas dan perak adalah 1/40 atau 2,5 % nya.

2) Zakat Binatang Ternak

Binatang ternak adalah binatang yang dengan sengaja dipelihara dan dikembang biakan
agar menjadi bertambah banyak dan mendapat keuntungan lebih. Menurut jumhur ulama‟
diantara hewan ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah unta, sapi/kerbau dan
kambing, karena jenis hewan ini diternakkan untuk tujuan pengembangan (namma') melalui
susu dan anaknya, sehingga sudah sepantasnya dikenakan beban tanggungan.

3) Zakat hasil pertanian (tanaman dan buah-buahan)

Tanaman, tumbuhan, buah-buahan dan hasil pertanian lainya wajib dikeluarkan zakatnya
apabila sudah memenuhi persyaratan. Adapun syarat utama dari zakat pertanian adalah
mencapai nishab yaitu 5 ausaq, 1 ausaq sama dengan 60 gantang, yang jumlanya kirakira
910 gram. Mayoritas ulama‟ bersepakat bahwa kadar zakat yang wajib dikeluarkan
terhadap zakat hasil pertanian adalah 1/10 atau 10% pada tanaman yang disiram dengan
tanpa biaya, akan tetapi jika tanaman disiram dengan mengunakan biaya maka kadar
zakatnya 1/20 atau 5%.

Menurut imam Abu Hanifah segala sesuatu yang tumbuh di bumi wajib dikeluarkan
zakatnya, tidak ada perbedaan antara jenis tanaman satu dengan tanaman yang lainya.
Akan tetapi beliau mengecualikan terhadap tanaman sepertin kayu bakar, rumput yang
memang tidak berbuah. Sedangkan menurut Imam Syafi‟i mewajibkan zakat atas seluruh
hasil bumi dengan syarat tanaman tersebut dari jenis makanan, dapat ditimbun dan
disimpan dan sengaja ditanam oleh manusia.

4) Zakat profesi
Zakat profesi adalah segala jenis pekerjaan yang dijadikan sebagai mata pencaharian baik
bekerja untuk pemerintah maupun swasta. Kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5 %
, sedangkan nishabnya diqiyaskan dengan emas yaitu 85 gram atau 200 dirham perak.

5) Zakat perniagaan

Zakat perniagaan adalah harta yang dimiliki yang disiapkan untuk diperjual belikan
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan harta yang dimiliki harus merupakan
hasil usaha sendiri. Ada syarat utama kewajiban zakat pada perdagangan yaitu :

a. Niat berdagang

b. Mencapai nishab

c. Telah berlaku satu tahun

6) Zakat rikaz

Zakat rikaz adalah harta terpendam pada zaman jahiliyah, yakni harta orang kafir yang
diambil pada zaman islam, baik dalam jumlah sedikit maupun banyak. Adapun zakat yang
wajib dikeluarkan sebesar 20 % sedangkan sisanya diberikan bagi penemunya, dengan
catatan daerah penemuanya adalah daerah mubah yang tidak ada pemiliknya.

6) Barang tambang

Ma‟din berasal dari kata ya‟danu „ad-nan artinya menetap pada suatu tempat. Sebagian
ulama berselisih pendapat mengenai ma‟din atau barang tambang yang wajib dikeluarkan
zakatnya. Madzhab Ahmad berpendapat bahwa segala hasil bumi yang berharga dan
tercipta didalamnya seperti : emas, perak, besi, tembaga, timah, aspal dan lainya.
Sedangkan menurut Abu hanifah zakatnya itu wajib pada semua barang yang lebur dan
dapat dicetak seperti : emas, perak, besi, tembaga dan lainya.

Adapun nishab zakat barang tambang adalah sama dengan nishab emas dan perak yaitu
20 mistqal atau setara 85 gram emas. Sedangkan besarnya zakat yang wajib di keluarkan
adalah 1/40 pada hasil tambang tersebut.

3.2. ORANG YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT

Golongan yang berhak menerima zakat adalah 8 golongan yang telah ditegaskan dalam Al
Quran Al Karim pada ayat berikut :

  ‫ني َع لَ ْي َه ا َو الْ ُم َؤ لَّ َف ِة ُق لُ وبُ ُه ْم َو يِف‬ ِِ ِ ِ‫و الْ م س اك‬


َ ‫ني َو الْ َع ام ل‬ َ َ َ ‫ات لِ ْل ُف َق َر ِاء‬ َّ ‫ِإ مَّنَ ا‬
ُ َ‫الص َد ق‬
ِ ِ ِ َّ ‫يل اللَّ ِه َو ابْ ِن‬
ِ ِ‫الس ب‬ ِ ِ‫َس ب‬ ‫ني َو يِف‬ ِ ِ َ‫اب و الْ غ‬ِ ِّ
ٌ ‫ َو اللَّ هُ َع ل‬4ۗ ‫يض ةً م َن اللَّ ه‬
‫يم‬ َ ‫ فَ ِر‬4ۖ‫يل‬ َ ‫ار م‬ َ َ‫الر ق‬
ِ
ٌ‫َح ك يم‬
Artinya :

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk [1] orang-orang fakir, [2] orangorang
miskin, [3] amil zakat, [4] para mu'allaf yang dibujuk hatinya, [5] untuk (memerdekakan)
budak, [6] orang-orang yang terlilit utang, [7] untuk jalan Allah dan [8] untuk mereka yang
sedang dalam perjalanan.” (Qs. At Taubah: 60)

Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa zakat hanya diberikan untuk delapan golongan
tersebut, tidak untuk yang lainnya. Golongan tersebut diantaranya :

1) Golongan pertama dan kedua: fakir dan miskin.

Fakir dan miskin adalah golongan yang tidak mendapati sesuatu yang mencukupi
kebutuhan mereka. Para ulama berselisih pendapat manakah yang kondisinya lebih susah
antara fakir dan miskin. Ulama Syafi‟iyah dan Hambali berpendapat bahwa fakir itu lebih
susah dari miskin. Alasan mereka karena dalam ayat ini, Allah menyebut fakir lebih dulu
baru miskin. Ulama lainnya berpendapat miskin lebih parah dari fakir.

Adapun batasan dikatakan fakir menurut ulama Syafi‟iyah dan Malikiyah adalah orang
yang tidak punya harta dan usaha yang dapat memenuhi kebutuhannya. Seperti
kebutuhannya, misal sepuluh ribu rupiah tiap harinya, namun ia sama sekali tidak bisa
memenuhi kebutuhan tersebut atau ia hanya dapat memenuhi kebutuhannya kurang dari
separuh. Sedangkan miskin adalah orang yang hanya dapat mencukupi separuh atau lebih
dari separuh kebutuhannya, namun tidak bisa memenuhi seluruhnya.

Besar zakat yang diberikan kepada fakir dan miskin adalah sebesar kebutuhan yang
mencukupi kebutuhan mereka dan orang yang mereka tanggung dalam setahun dan tidak
boleh ditambah lebih daripada itu. Yang jadi patokan di sini adalah satu tahun karena
umumnya zakat dikeluarkan setiap tahun. Alasan lainnya adalah bahwasanya Nabi
shallallahu „alaihi wa sallam biasa menyimpan kebutuhan makanan keluarga beliau untuk
setahun. Barangkali pula jumlah yang diberikan bisa mencapai ukuran nishob zakat. Jika
fakir dan miskin memiliki harta yang mencukupi sebagian kebutuhannya namun belum
seluruhnya terpenuhi, maka ia bisa mendapat jatah zakat untuk memenuhi kebutuhannya
yang kurang dalam setahun.

2) Golongan ketiga: amil zakat.


Amil zakat adalah orang-orang yang diangkat oleh penguasa atau wakil penguasa
untuk bekerja mengumpulkan zakat dari orang-orang yang berkewajiban untuk
menunaikannya lalu menjaga dan mendistribusikannya. Termasuk amil zakat adalah
orang yang bertugas menjaga harta zakat, penggembala hewan ternak zakat dan juru
tulis yang bekerja di kantor amil zakat. Demikian pula termasuk amil adalah orang-orang
yang menjaga harta zakat serta orang-orang yang membagi dan mendistribusikan zakat
kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Ulama Syafi‟iyah dan Hanafiyah mengatakan bahwa imam 14 (penguasa) akan
memberikan pada amil zakat upah yang jelas, boleh jadi dilihat dari lamanya ia bekerja
atau dilihat dari pekerjaan yang ia lakukan.
Amil zakat diberi zakat sesuai dengan kadar kerja mereka meski mereka sebenarnya
adalah orang-orang yang kaya. Sedangkan orang biasa yang menjadi wakil orang yang
berzakat untuk mendistribusikan zakatnya bukanlah termasuk amil zakat. Sehingga
mereka tidak berhak mendapatkan harta zakat sedikitpun disebabkan status mereka
sebagai wakil.

3) Golongan keempat: orang yang ingin dilembutkan hatinya Orang yang ingin
dilembutkan hatinya

ini bisa dari orang muslim dan kafir. Contoh dari kalangan muslim:

a. Orang yang lemah imannya namun ditaati kaumnya. Ia diberi zakat untuk
menguatkan imannya.
b. Pemimpin di kaumnya, lantas masuk Islam. Ia diberi zakat untuk mendorong orang
kafir semisalnya agar tertarik pula untuk masuk Islam.
Contoh dari kalangan kafir:
a. Orang kafir yang sedang tertarik pada Islam. Ia diberi zakat supaya condong untuk
masuk Islam.
b. Orang kafir yang ditakutkan akan bahayanya. Ia diberikan zakat agar menahan diri
dari mengganggu kaum muslimin.

4) Golongan kelima: pembebasan budak.

Pembebasan budak yang termasuk di sini adalah:

a. pembebasan budak mukatab, yaitu yang berjanji pada tuannya ingin merdeka
dengan melunasi pembayaran tertentu,
b. pembebasan budak muslim,
c. pembebasan tawanan muslim yang ada di tangan orang kafir.

5) Golongan keenam: orang yang terlilit utang.


Yang termasuk dalam golongan ini adalah:
a. Orang yang terlilit utang demi kemaslahatan dirinya.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi bagio rang yang terlilit utang demi
kemaslahatan dirinya untuk menerima zakat. Syarat tersebut diantaranya :
1. Yang berutang adalah seorang muslim.
2. Bukan termasuk ahlu bait (keluarga Nabi shallallahu „alaihi wa sallam).
3. Bukan orang yang bersengaja berutang untuk mendapatkan zakat.
4. Utang tersebut membuat ia dipenjara.
5. Utang tersebut mesti dilunasi saat itu juga, bukan utang yang masih tertunda
untuk dilunasi beberapa tahun lagi kecuali jika utang tersebut mesti dilunasi di
tahun itu, maka ia diberikan zakat.
6. Bukan orang yang masih memiliki harta simpanan (seperti rumah) untuk melunasi
utangnya.

b. Orang yang terlilit utang karena untuk memperbaiki hubungan orang lain.

Dalam keadaan ini artinya, seseorang tersebut berutang bukan untuk kepentingan
dirinya, namun untuk kepentingan orang lain.

b. Orang yang berutang karena sebab dhoman (menanggung sebagai jaminan utang
orang lain).

Namun di sini disyaratkan orang yang menjamin utang dan yang dijamin utang sama-
sama orang yang sulit dalam melunasi utang.

6) Golongan ketujuh: Orang yang berjuang di jalan Allah

Yang termasuk orang yang berjuang di jalan Allah di sini adalah:

a. Berperang di jalan Allah

Menurut mayoritas ulama, tidak disyaratkan miskin. Orang kaya pun bisa diberi zakat
dalam hal ini. Karena orang yang berperang di jalan Allah tidak berjuang untuk
kemaslahatan dirinya saja, namun juga untuk kemaslahatan seluruh kaum muslimin.
Sehingga tidak perlu disyaratkan fakir atau miskin.

b. Untuk kemaslahatan perang

Seperti untuk pembangunan benteng pertahanan, penyediaan kendaraan perang,


penyediaan persenjataan, pemberian upah pada mata-mata baik muslim atau kafir yang
bertugas untuk memata-matai musuh.

7) Golongan kedelapan: ibnu sabil, yaitu orang yang kehabisan bekal di perjalanan.

Yang dimaksud di sini adalah orang asing yang tidak dapat kembali ke negerinya. Ia
diberi zakat agar ia dapat melanjutkan perjalanan ke negerinya. Namun ibnu sabil tidaklah
diberi zakat kecuali bila memenuhi syarat:

a. Muslim dan bukan termasuk ahlul bait (keluarga Nabi shallallahu „alaihi wa sallam),

b. Tidak memiliki harta pada saat itu sebagai biaya untuk kembali ke negerinya walaupun di
negerinya dia adalah orang yang berkecukupan,

c. Safar yang dilakukan bukanlah safar maksiat


3.4 HIKMAH DAN MANFAAT ZAKAT

Menurut Dr Yusuf Qardhawi, salah seorang ulama fiqih menyatakan bahwa salah satu
upaya mendasar dan fundamental untuk mengentaskan atau memperkecil masalah
kemiskinan adalah dengan cara mengoptimalkan pelaksanaan zakat. Hal itu dikarenakan
zakat adalah sumber dana yang tidak akan pernah kering dan habis. Dengan kata lain
selama umat Islam memiliki kesadaran untuk berzakat dan selama dana zakat tersebut
mampu dikelola dengan baik, maka dana zakat akan selalu ada serta bermanfaat untuk
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu, zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya pengentasan
kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Diantara hikmah disyariatkannya zakat adalah
bahwa pendistribusiannya mampu memperbaiki kedudukan masyarakat dari sudut moral
dan material dimana ia dapat menyatukan anggota-anggota masyarakatnya menjadi seolah-
olah sebuah tubuh yang satu, selain dari itu zakat juga dapat membersihkan jiwa anggota
masyarakat dari sifat pelit dan bakhil. Zakat juga merupakan benteng keamanan dalam
system ekonomi islam sebagai jaminan kearah stabilitas dan kesinambungan sejarah social
masyarakat.

Diantara hikmah zakat yang lain yang saling menguntungkan baik dari pihak sang kaya
maupun dari pihak si miskin antara lain:

a. menolong orang yang lemah dan susah agar dia dapat menunaikan kewajibannya
terhadap Allah dan terhadap makhluk Allah (masyarakat).

b. membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang tercela, serta membayarkan amanat
kepada orang yang berhak dan berkepentingan.

c. sebagai ucapan syukur dan trimakasi atas nikmat kekayaan yang diberikan kepadanya.

d. guna menjaga kejahatan-kejahatan yang akan timbul dari si miskin dan yang susah.

e. guna mendekatkan hubungan kasih sayang dan cinta mencintai antara si miskin dan si
kaya.

f. penyucian dari bagi orang yang berpuasa dari kebatilan dan kekokohan untuk memberi
makan kepada orang miskin serta sebagai rasa syukur kepada Allah atas selesainya
menunaikan kewajiban puasa.
BAB III

WAKAF
4.1 Pengertian Wakaf
Kata wakaf berasal dari bahasa arab “waqafa” berarti menahan atau berhenti
atau diam di tempat atau tetap berdiri. Secara syariah, wakaf berarti menahan harta
dan memberikan manfaatnya di jalan Allah. Perbedaan pandangan tentang
terminology wakaf adalah sebagai berikut :
1. Mazhab Hanafi
Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap milik si
wakif/pewakaf dan mempergunakan manfaatnya untuk kebijakan.
2. Mazhab Maliki
Wakaf adalah menahan benda milik pewakaf(dari penggunaan secara
kepemilikan termasuk upah), tetapi membolehkan pemanfaatan hasilnya untuk
tujuan kebaikan yaitu pemberian manfaat benda secara wajar.
3. Mazhab Syafi’i dan Ahmad bin Hambal
Wakaf adalah menahan harta pewakaf untuk bisa dimanfaatkan di segala
bidang kemaslahatan dengan tetap melanggengkan harta tersebut sebagai
taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.
4. Pendapat Lain
Mazhab lain sama dengan mazhab ketiga, namun berbeda dari segi
kepemilikan atas benda yang diwakafkan yaitu menjadi milik
mauquf’alaih/penerima wakaf, meskipun ia tidak berhak melakukan suatu
tindakan atas benda tersebut, baik menjual/ menghibahkannya.

PERBEDAAN WAKAF DENGAN SHADAQAH/HIBAH

WAKAF INFAK/SHADAQAH/HIBAH
Menyerahkan kepemilikan suatu barang Menyerahkan kepemilikan suatu barang
kepada orang lain kepada pihak lain
Hak milik atas barang dikembalikan Hak milik atas barang diberikan kepada
kepada Allah penerima shadaqah/hibah
Objek wakaf tidak boleh diberikan atau Objek shadaqah.hibah boleh diberikan atau
dijual kepada pihak lain dijual kepada pihak lain
Manfaat barang biasanya dinikmati untuk Manfaat barang dinikmati oleh penerima
kepentingan social shadaqah/hibah
Objek wakaf biasanya kekal zatnya Objek shadaqah/hibah tidak harus kekal
zatnya
Pengelolaan objek wakaf diserhakan Pengelolaan obejek shadaqah/hibah
kepada administratur yang disebut diserahkan kepada si penerima
nadzir/mutawali
4.2 Rukun Wakaf
Rukun wakaf ada 4 (empat) (Depag, 2006), yaitu:
1. Pelaku terdiri atas orang yang menakafkan harta (wakil/pewakaf). Namun,
ada pihak yang memiliki peranan penting walaupun di luar rukun wakaf yaitu
pihak yang diberi wakaf/diamanahkan untuk mengelola wakaf yang disebut
nazhir
2. Barang atau harta yang diwakafkan (mauquf bih)
3. Peruntukan wakaf (mauquf’alaih)
4. Shighat (pernyataan atau ikrar sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan
sebagian harta bendanya termasuk penetapan jangka waktu dan peruntukan

4.3 Syarat Pewakaf

1. Merdeka

2. Berakal sehat

3. Dewasa (baligh)

4. Tidak berada di bawah pengampuan. Ada kalanya seseorang mewakafkan


hartanya, tetapi wakaf tersebut tidak langsung terlaksana, dan pelaksanaannya
dikaitkan dengan keberadaan orang lain.

Ada beberapa hukum wakaf yang berkaitan degan masalah ini:

 Orang yang mempunyai utang, maka wakafnya ada 3 macam:

a. Jika ia berada di bawah pengampuan karena utang dan mewakafkan seluruh atau
sebagian hartanya, sedang utangnya meliputi seluruh harta yang dimiliki, hukum
wakafnya sah. Tetapi pelaksanaannya tergantung pada kerelaan para kreditornya
b. Jika ia berada di bawah pengampuan karena utang dan mewakafkan seluruh atau
sebagian hartanya ketika sedang menderita sakit parah, maka wakafnya sah.
Akan tetapi pelaksanaannya bergantung pada kerelaan para kreditor
c. Jika dia tidak di bawah pengampuan karena utang dan mewakafkan seluruh atau
sebgaian hartanya ketika dalam keadaan sehat, maka wakafnya sah dan dapat
dilaksanakan, baik utangnya meliputi seluruh harta yang dimiliki atau hanya
sebagian saja

 Apabila pewakaf mewakafkan hartanya ketika sedang sakit parah, dan ketika
mewakafkan harta tersebut dia masih cakap untuk melakukan perbuatan baik
(tabarru’), maka wakafnya sah dan dapat dilaksanakan selama dia masih hidup. Hal
ini karena penyakitnya tidak bisa dipastikan sebagai penyakit kematian. Jika
kemudian pewakaf meninggal, maka hukum wakafnya sebagai berikut:
a. Jika dia meninggal sebagai debitor, maka hukum wakafnya seperti yang telah
diuraikan dalam butir (1) di atas

b. Jika dia meninggal tidak sebagai debitor, maka hukum wakaf yang terjadi ketika
dia sedang sakit keras seperti wasiat. Yaitu jika yang diberi wakaf bukan ahli warisnya
dan harta yang diwakafkan tidak lebih dari 1/3 hartanya, maka wakaf terlaksana
hanya sebatas 1/3 hartanya saja, jika harta yang diwakafkan lebih dari 1/3, maka
kelebihan dari 1/3 tersebut bergantung pada kerelaan ahli waris sebagai pemilik
harta tersebut.

4.4 Jenis-Jenis Wakaf

1. Berdasarkan Peruntukan

a. Wakaf ahli (Wakaf Dzurri) atau disebut juga wakaf ‘alal aulad, yaitu wakaf
yang dipeuntukan bagi kepentingan dan jaminan sosial dalam lingkungan
keluarga, dan lingkungan kerabat sendiri. Wakaf ahli (dzurri) ini adalah suatu
hal yang baik karena pewakaf akan mendapat dua kebaikan, yaitu kebaikan
dari amal ibadah wakafnya, juga dari silaturrahmi terhadap keluarga. Akan
tetapi, wakaf ahli ini sering menimbulkan masalah, akibat terbatasnya pihak-
pihak yang dapat mengambil manfaat darinya.

b. Wakaf Khairi (kebajikan) adalah wakaf yang secara tegas untuk


kepentingan agama (keagamaan) atau kemasyarakatan (kebajikan umum).
Seperti wakaf yang diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid,
sekolah, jembatan, rumah sakit, panti asuhan anak yatim dan lain sebagainya.
Wakaf jenis ini jauh lebih banyak manfaatnya dibandingkan dengan jenis
wakaf ahli, karena tidak terbatasnya pihakpihak yang dapat mengambil
manfaat darinya.Dan jenis wakaf inilah yang sesungguhnya paling sesuai
dengan tujuan perwakafan itu sendiri secara umum.

2. Berdasarkan Jenis Harta

Dalam Undang-Undang No.41 Tahun 2004 tentang Wakaf, dilihat dari jenis harta
yang diwakafkan, wakaf terdiri atas:

a. Benda tidak bergerak, yang kemudian dapat dibagi lagi menjadi:


 Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
 Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah
 Tanaman dan benda bagian lain yang berkaitan dengan tanah
 Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
 Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan prinsip syariah
danperaturan perundang-undangan
b. Benda bergerak selain uang, terdiri atas :

 Benda digolongkan sebagai benda bergerak karena sifatnya yang dapat


berpindah atau dipindahkan atau karena ketetapan undangundang.
 Benda bergerak terbagi dalam benda bergerak yang dapat dihabiskan dan
yang tidak dapat dihabiskan karena pemakaian.
 Benda bergerak yang dapat dihabiskan karena pemakaian tidak dapat
diwakafkan, kecuali air dan bahan bakar minyak yang persediaannya
berkelanjutan.
 Benda bergera karena sifatnya yang dapat diwakafkan (kapal, pesawat
terbang, kendaraan bermotor, mesin, logam dan batu mulia).
 Benda bergerakselain uang karena peraturan perundang-undangan yang
dapat diwakafkan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah (surat
berharga, hak atas kekayaan intelektual, hak atas benda bergerak lainnya).

c. Benda bergerak berupa uang (wakaf tunai, cash waqf) yang merupakan inovasi
dalam keuangan publik Islam (Islamic society finance), karena jarang ditemukan
pada fikih klasik.

Berdasarkan beberapa dalil dan pendapat para ulama maka MUI melalui
komisi fatwa mengeluarkan tentang wakaf uang yang intinya berisi sebagai
berikut:
 Wakaf uang (cash wakaf/waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang
tunai;
- Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga;
- Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh);
- Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
dibolehkan secara syar’i
- Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual,
dihibahkan, dan atau diwariskan

3. Berdasarkan Waktu

a. Muabbad, yaitu wakaf yang diberikan untuk selamanya.

b. Mu’aqqot, yaitu wakaf yang diberikan dalam jangka waktu tertentu


4. Berdasarkan Penggunaan Harta yang Diwakafkan

a. Mubayir/dzati yaitu harta wakaf yang menghasilkan pelayanan masyarakat dan


bisa digunakan secara langsung seperti madrasah dan rumah sakit.

b. Istitsmary, yaitu harta wakaf yang ditunjukan untuk penanaman modal dalam
produksi barang-barang dan pelayanan yang dibolehkan syara’ dalam bentuk apapun
kemudian hasilnya diwakafkan sesuai keinginan pewakaf.

4.5. Ketentuan Bagi Pengelola Wakaf

Pengelola wakaf (Nazhir)adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari
pewakaf untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.Pengelola
wakaf mempunyai kedudukan yang penting dalam pewakafan yang bertugas untuk
memelihara dan mengelola harta wakaf.Pengelola wakaf dapat dijalankan oleh
perseorangan maupun lembaga (baik berbadan hukum atau organisasi
kemasyarakatan).Sedemikian pentingnya pengelola wakaf dalam perwakafan,
sehingga berfungsi tidaknya wakaf sangat bergantung padanya.Meskipun demikian
tidak berarti pengelola wakaf mempunyai kekuasaan mutlak terhadap harta yang
diamanahkan / dititipkan kepadanya. Hal-hal yang wajib dilakukan oleh pengelola
wakaf (Alkabisi, 2004), yaitu :

1. Melakukan pengelolaan dan pemeliharaan barang yang diwakafkan, baik pewakaf


mensyaratkan secara tertulis atau tidak (pendapat jumhur ahli fikih). Sumber dana
wakaf harus terus dikelola, baik diperoleh dari dana khusus yang disiapkan pewakaf
untuk pembangunan, ataupun harta wakaf yang siap dimanfaatkan secara langsung.

2. Melaksanakan syarat dari pewakaf. Pengelola wakaf wajib menjalankan semua


syarat-syarat yang dibuat oleh pewakaf dengan tidak menyalahi aturan syariah dan
wakaf.Contoh : menyamaratakan pembagian atau memprioritaskan pembagian pada
mustahik tertentu, atau siapa yang harus menerima terlebih dahulu saat pembagian
hasil, dan dalam hal apa saja dana itu digunakan.

3. Membela dan mempertahankan kepentingan harta wakaf. Usaha ini dapat


dilakukan sendiri atau dengan bantuan pihak lain (wakilnya), seperti pengacara atau
penasihat hukum.

4. Melunasi hutang wakaf dengan menggunakan pendapatan atau hasil produksi


harta wakaf tersebut.

5. Menunaikan hak-hak mustahik dari harta wakaf, tanpa menundanya, kecuali


terjadi sesuatu yang mengakibatkan pembagian tersebut tertunda. Misalnya,
kebutuhan mendesak guna merenovasi atau memperbaiki harta wakaf yang
menuntut wakaf dialokasikan untuk kepentingan tersebut, atau melunasi utang
terkait dengan harta wakaf. Hal ini harus didahulukan ketimbang menyerahkannya
kepada para mustahik

Hal-hal yang boleh dilakukan pengelola wakaf ( Alkabisi, 2004), yaitu :

1. Menyewakan harta wakaf. Pengelola wakaf berwenang untuk menyewakan wakaf


jika menurutnya akan mendatangkan keuntungan dan tidak ada pihak yang
melarangnya, sehingga dari penerimaan itu, pengelola wakaf dapat membiayai hal-
halyang ditentuka oleh pewakaf atau untuk kepentingan wakaf dan penerima wakaf,
seperti membangun, mengembangkan, maupun memperbaiki kerusakannya.

2. Menanami tanah wakaf. Pengelola boleh memanfaatkan tanah wakaf dengan


cara menanaminya dengan aneka jenis tanaman perkebunan, dengan
memperhatikan dampaknya pada tanah wakaf dan kepentingan para mustahik.

3. Membangun pemukiman di atas tanah wakaf untuk disewakan. Pengelola wakaf


berwenang mendirikan bangunan berupa gedung untuk disewakan, seperti
membangun rumah kediaman, dalam hal ini jika keuntungan yang didapat dari hasil
sewa bangunan lebih besar ketimbang jika digunakan untuk lahan pertanian.

4. Mengubah kondisi harta wakaf menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi para fakir
miskin dan mustahik. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa dalam pengubahan
tersebut dia harus menjaga dan memperhatikan kondisi harta wakaf dan kebutuhan
penerima wakaf, sehingga dapat dipadukan antara pelaksanaan syarat dari pewakaf
dan tujuan dari wakaf

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pengelola wakaf ( Alkabisi, 2004)

1. Tidak melakukan dominasi atas harta wakaf, karena dua pihak yang bertransaksi
tidak bolehterkumpul pada satu orang ( misalnya, pengelola wakaf merangkap
sebagai penyewa harta wakaf ). Pengelola wakaf juga tidak boleh menyewakan harta
wakaf kepada orang yang tidak diterima atau diragukan kesaksiannya, baik orang
tua, anak atau istrinya, untuk mencegah timbulnya fitnah dan untuk berhati-hati
dalam melakukan tindakan.

2. Tidak boleh berutang atas nama wakaf, baik melalui pinjaman ataupun dengan
membeli keperluan yang dibutuhkan untuk perawatan harta wakaf secara kredit. Di
mana ia berjanji untuk membayar harganya setelah adanya keuntungan yang
dihasilkan dari harta wakaf. Hal ini untuk menghindari sita atas harta wakaf atau
hasil yang didapatkan untuk dapat melunasi hutangnya, sehingga harta wakaf
menjadi hilang dan para mustahik tidak dapat mendapatkan keuntungan darinya.

3. Tidak boleh menggadaikan harta wakaf dengan membebankan biaya tebusan


kepada kekayaan wakaf, atau dirinya, atau kepada salah seorang mustahik. Hal
tersebut dapat mengakibatkan hilangnya harta wakaf, dan dapat menghilangkan
manfaat dari harta wakaf itu sendiri.

4. Tidak boleh mengizinkan seseorang menggunakan harta wakaf tanpa bayaran,


kecuali dengan alasan hukum. Apabila pengelola wakaf menempatkan seseorang di
rumah wakaf tanpa bayaran, maka orang yang emnempati rumah tersebut haus
membayar ongkos sewa dengan harga yang pantas, baik rumah dalam kondisi siap
pakai maupun tidak.

5. Tidak boleh meminjamkan harta wakaf kepada pihak yang tidak termasuk dalam
golongan peruntukkan wakaf. Sebab, tindakannya itu termasuk dalam pemakaian
harta secara gratis yang menyebabkan tidak adanya keuntungan bagi wakaf dan
mengabaikan hak-hak para mustahik. Orang yang telah meminjam harat wakaf dan
mengambil manfaat darinya harus membayar ongkos sewa dengan harga yang
pantas.

Pengelola wakaf tidak wajib memberikan ganti rugi apabila harta atau sumber
wakaf rusak jika penyebabnya adalah kekuatan besar yang sulit dihindari atau
bencana yang tidak bisa dicegah, sementara dia tidak lalai dalam menjaga harta
wakaf tersebut. Pengelola wakaf diperbolehkan memakan sebagian dari hasil wakaf
itu, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar : “Dan tidak ada halangan
bagi orang yang mengurusinya untuk memakan sebagian darinya dengan cara yang
ma’ruf (besaran yang wajar).”

4.6. Akuntansi Lembaga Wakaf

Secara umum, lembaga wakaf dibentuk atau didirikan untuk mengelola sebuah
atau sejumlah kekayaan wakaf, agar manfaat maksimalnya dapat dicapai untuk
kesejahteraan umat umumnya, dan menolong mereka yang kurang mampu
khususnya.Hingga saat ini belum ada PSAK yang mengatur tentang akuntansi
lembaga wakaf. Namun merujuk pada akuntansi konvensional serta praktik dari
lembaga wakaf yang telah beroperasi di Indonesia saat ini, maka perlakuan
akuntansi untuk zakat, infak/sedekah dengan wakaf tidak akan berbeda jauh. Hal ini
disebabkan akuntansi untuk zakat, infak/sedekah harus dilakukan pencatatannya
secara terpisah atas setiap dana yang diterima.

4.7. Permasalahan Dalam Praktik Perwakafan

1. Masalah pemahaman masyarakat tentang hukum wakaf Pada umumnya masyarakat


belum memahami hukum wakaf dengan baik dan benar, baik dari segi rukun dan syarat
wakaf, maupun maksud disyariatkan wakaf. Selain itu, masih cukup banyak masyarakat yang
memahami bahwa benda yang diwakafkan hanyalah benda tidak bergerak, seperti tanah,
bangunan dan benda-benda tidak bergerak lainnya. Dengan demikian, peruntukkannya pun
menjadi sangat terbatas, seperti masjid , mushalla, rumah yatim piatu, madrasah, dan
sejenisnya. Sehingga perlu disosialisasikan kepada masyarakat perlu dikembangkannya
wakaf benda bergerak, selain benda tiak bergerak.

Pewakaf pun kurang mempertimbangkan kemampuan nadzir untuk mengelola harta


wakaf sehingga tujuan wakaf untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan umat
tidak optimal. Sementara di masa lalu cukup banyak wakaf berupa kebun yang produktif,
yang hasilnya diperuntukkan bagi mereka yang memerlukan.Untuk itu, kompetensi
pengelola wakaf harus diperhatikan agar sasaran wakaf dapat tercapai optimal.

2.Pengelolaan dan manajemen wakaf Pengelolaan dan manajemen wakaf yang lemah
dapat mengakibatkan pengelolaan harta wakaf tidak optimal, harta wakaf terlantar, bahkan
harta wakaf dapat hilang.Untuk mengatasi masalah ini, paradigma baru dalam pengelolaan
wakaf harus diterapkan.Wakaf harus dikelola secara produktif dengan menggunakan
manajemen modern.Untuk mengelola wakaf secara produktif, ada beberapa yang perlu
dilakukan.Selain perumusan konsepsi fikih wakaf dan peraturan perundang-undangan,
pengelola wakaf harus dibina dan dilatih menjadi pengelola wakaf profesional untuk dapat
mengembangkan harta yang dikelolanya, apalagi jika harta itu berupa uang. Di samping itu,
untuk mengembangkan wakaf secara nasional, diperlukan badan khusus untuk melakukan
pembinaan pengelola wakaf, antara lain Badan Wakaf Mesir, Badan Wakaf Sudan, Badan
Wakaf Indonesia, dan lain-lain.

Pengelola wakaf adalah salah satu unsur penting dalam perwakafan.Berfungsi atau
tidaknya wakaf sangat tergantung pada kemampuan pengelola wakaf. Apabila pengelola
wakaf kurang cakap dalam mengelola harta wakaf, dapat mengakibatkan potensi harta
wakaf sebagai sarana untuk meningkatkan perekonomian masyarakat muslim tidak optimal.
Bahkan dalam bebagai kasus ada pengelola wakaf yang kurang memegang amanah, seperti
melakukan penyimpangan dalam pengelolaan, kurang melindungi harta wakaf, dan
kecurang-kecurangan lain sehingga memungkinkan harta tersbut berpindah tangan. Untuk
mengatasi masalah ini, hendaknya calon pewakaf sebelum berwakaf memperhatikan lebih
dahulu apa yanfg diperlukan masyarakat, dan dalam memilih pengelola hendaknya
dipertimbangkan kompetensinya.
BAB IV

HAJI DAN UMRAH


5.1 PENGERTIAN HAJI DAN UMRAH

Haji menurut bahasa berarti menyengaja ziarah ke Ka’bah atau mengalahkan dengan
alasan. Menurut istilah, haji adalah sengaja ,mengunjungi Baitullah di Mekkah dengan niat
beribadah kepada Allah swt. pada waktu dan syarat serta tata cara tertentu. Hukum
melaksanakan haji bagi orang muslim yang telah memenuhi syarat adalah fardu ain. Allah
berfirman dalam Surah Ali ‘Imran Ayat 97 sebagai berikut:

ِ ‫َع لَ ى الن‬
‫َّاس‬ ‫ َو لِ لَّ ِه‬4ۗ ‫آم نً ا‬
ِ ‫ان‬ َ ‫ َو َم ْن َد َخ لَ هُ َك‬4ۖ ‫يم‬ ِ ‫فِ ِيه آي ات ب ِّي ن ات م َق ام ِإ ب ر‬
‫اه‬
َ َْ ُ َ ٌ َ َ ٌ َ
َ‫َع ِن الْ َع الَ ِم ني‬ ِ ِ ِ
ٌّ ‫ َو َم ْن َك َف َر فَ ِإ َّن اللَّ هَ َغ يِن‬4ۚ ‫اع ِإ لَ ْي ه َس بِ ي اًل‬ ْ ‫ح ُّج الْ َب ْي ت َم ِن‬
َ َ‫اس تَ ط‬
Arti nya :

‘’ Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata,(diantaranya) makam Ibrahim, barang siapa


memasukinya (Baitullah itu),menjadi amanlah dia, dan (diantara) kewajiban manusia
terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang
mampu mengadakan perjalan kesana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka
ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.’’

(Q.S Ali ‘Imran/3;97)

Kewajiban haji hanya diwajibkan sekali seumur hidup, sebagaimana dijelaskan Rasulullah
saw. dalam hadis yang artinya, “ wahai manusia, sesungguhnya Allah telah memfardukan
haji atas kamu sekalian, maka berhajilah…”Maka ada seorang lelaki yang bertanya kepada
Rasulullah “Apakah setiap tahun wahai Rasulullah?” Nabi saw. diam sejenak hingga orang
itu bertanya sampai tiga kali, kemudian bersabda, “Kalau saya berkata ya, maka ia wajib atas
kamu dan kamu tidak dapat melaksanakannya, jangan kau tanyakan aku apa yang
kutinggalkan untuk kamu. Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu hancur karena mereka
banyak bertanya dan menentang para nabi mereka. Apabila aku memerintahkan sesuatu
kepadamu, maka lakukanlah apa yang kamu lakukan, dan apabila aku melarang kamu untuk
melakukan sesuatu maka jauhilah ia.” (H.R Muslim dari Abi Hurairah: 2380).

Adapun umrah menurut bahasa artinya ziarah. Menurtu istilah, umrah adalah ibadah
yang dilakukan dengan berihram dari miqat, kemudian tawaf di Ka’bah, sai antara bukit Safa
dan Marwah, dan diakhiri dengan memotong atau bercukur rambut serta dilaksanakan
dengan tertib. Umrah sering disebut juga dengan haji kecil. Perbedaan antara haji dan
umrah terletak pada waktu dan tempat. Umrah dapat dilaksanakan sewaktu-waktu (setiap
hari, bulan, dan setiap tahun) dan hanya di Mekkah, sedangkan haji hanya dapat
dilaksanakan pada beberapa waktu (antara tanggal 8 Zulhijah sampai 12 Zulhijah) serta
dilaksanakan sampai ke luar kota Mekkah.
5.2 TUJUAN HAJI DAN UMRAH

Tujuan Haji dan umrah terdapat dalam surah Al-Baqarah/2:189, sebagai berikut :

ْ ِ‫س الْ رِب ُّ ب‬


‫َأن تَ ْأ تُوا‬ ‫ي‬ ‫ل‬
َ ‫و‬ 4
ۗ ‫ج‬
ِّ ‫حْل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ِ
‫َّاس‬ ‫لن‬ ِ‫ قُل ِه ي م و اقِ يت ل‬4ۖ ‫ي س َألُونَك ع ِن اَأْل ِه لَّ ِة‬
ْ
َ َ َ َ ُ ََ َ ْ َ َ َْ
4ۚ ‫وت ِم ْن َْأب َو ا هِب َ ا‬ ِ ٰ ِ ‫وت ِم ْن ظُ ُه‬
َ ُ‫ َو ْأ تُوا الْ ُب ي‬4ۗ‫ور َه ا َو لَ ك َّن الْ رِب َّ َم ِن َّات َق ٰى‬ َ ُ‫الْ ُب ي‬
َ ‫َو َّات ُق وا اللَّ هَ لَ َع لَّ ُك ْم ُت ْف لِ ُح‬
‫ون‬
Arti nya :

‘’ Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah
tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang
bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu beruntung’’. (Al-baqarah : 189)

5.3 SYARAT,RUKUN, DAN WAJIB HAJI DAN UMRAH


1. Syarat – sayarat melakukan Haji

Adapun syarat-syarat wajib melakukan ibadah haji dan umrah adalah :

a. Islam

Beragama Islam merupakan syarat mutlak bagi orang yang akan melaksanakan ibadah
haji dan umrah. Karena itu orang-orang kafir tidak mempunyai kewajiban haji dan umrah.
Demikian pula orang yang murtad.

b. Baligh

Anak kecil tidak wajib haji dan umrah. Sebagaimana dikatakan oleh nabi Muhammad
SAW “Kalam dibebaskan dari mencatat atas anak kecil sampai ia menjadi baligh, orang tidur
sampai ia bangun, dan orang yang gila sampai ia sembuh”.

c. Berakal

Orang yang tidak berakal, seperti orang gila, orang tolol juga tidak wajib haji.

d. Merdeka

Budak tidak wajib melakukan ibadah haji karena ia bertugas melakukan kewajiban yang
dibebankan oleh tuannya. Padahal menunaikan ibadah haji memerlukan waktu. Disamping
itu budak itu termasuk orang yang tidak mampu dari segi biaya, waktu dan lain-lain.
e. Mampu (Istitha’ah)

Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan dalam hal kendaraan, bekal,


pengongkosan, dan keamanan di dalam perjalanan.Arti mampu tersebut adalah mampu
dari segi jasmani, rohani, ekonomi dan keamanan.

1. Segi Jasmani
2. Segi Rohani
3. Segi Ekonomi
4. Segi Keamanan
2. Rukun – rukun ibadah Haji dan Umrah

Rukun haji dan umrah merupakan ketentuan-ketentuan/perbuatan-perbuatan yang wajib


dikerjakan dalam ibadah haji apabila ditinggalkan, meskipun hanya salah satunya, ibadah
haji atau umrahnya itu tidak sah. Adapun rukun-rukun haji dan umrah itu adalah sebagai
berikut :

a. Ihram

Melaksanakan ihram disertai dengan niat ibadah haji dengan memakai pakaian
ihram.Pakaian ihram untuk pria terdiri dari dua helai kain putih yang tak terjahit dan tidak
bersambung semacam sarung. Dipakai satu helai untuk selendang panjang serta satu helai
lainnya untuk kain panjang yang dililitkan sebagai penutup aurat. Sedangkan pakaian ihram
untuk kaum wanita adalah berpakaian yang menutup aurat seperti halnya pakaian biasa
(pakaian berjahit) dengan muka dan telapak tangan tetap terbuka.

b. Wukuf di padaang Arafah

Yakni menetap di Arafah, setelah condongnya matahari (ke arah Barat) jatuh pada hari
ke9 bulan dzulhijjah sampai terbit fajar pada hari penyembelihan kurban yakni tanggal 10
dzulhijjah.

c. Thawaf

Yang dimaksud dengan Thawaf adalah mengelilingi ka’bah sebayak tujuh kali, dimulai dari
tempat hajar aswad (batu hitam) tepat pada garis lantai yang berwarna coklat, dengan
posisi ka’bah berada di sebelah kiri dirinya (kebalikan arah jarum jam).

Syarat-syarat tawaf antara lain:

a. Suci dari hadas (besar/kecil) dan najis

b. Menyempurnakan tawaf dengan tujuh putaran

c. Tawaf dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad


d. Ka’bah hendaknya berada disebelah kiri kita searah Hajar Aswad ketika memulai tawaf

Macam-macam Thawaf:

1. Thawaf Qudum : yakni thawaf yang dilaksanakan saat baru tiba di Masjidil Haram dari
negerinya.

2. Thawaf Tamattu’ : yakni thawaf yang dikerjakan untuk mencari keutamaan (thawaf
sunnah)

3. Thawaf Wada’:yakni thawaf yang dilaksanakan ketika akan meninggalkan Makkah menuju
tempat tinggalnya.

4. Thawaf Ifadhah (thawaf rukun) : yakni thawaf yang dikerjakan setelah kembali dari wukuf
di Arafah. Thawaf Ifadhah merupakan salah satu rukun dalam ibadah haji.

5. Thawaf nazar.

6. Thawaf sunnat.

d. Sa’i antara Shafa dan Marwah

Sai adalah lari-lari kecil sebayak tujuh kali dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit
Marwah yang jaraknya sekitar 400 meter.Sai dilakukan untuk melestarikan pengalaman
Hajar, ibunda nabi Ismail yang mondar-mandir saat ia mencari air untuk dirinya dan
putranya, karena usaha dan tawakalnya kepada Allah, akhirnya Allah memberinya nikmat
berupa mengalirnya mata air zam-zam.

Dalam sa’i harus diperhatikan ketentuan-ketentuan berikut :

a. Sa’i mesti dilakukan setelah melakukan thawaf, sebagaimnana yang dicontohkan Nabi.

b. Tartib, dimulai dari shafa. Jabir meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, ‟Kita mulai dari
tempat yang Allah memulai dengan-Nya, dan beliau memulai dari shafa hingga selesai dari
sa’inya di Marwah.”

c. Sa’i mesti dilakukan tujuh kali dengan ketentuan bahwa perjalanan dari shafa ke Marwah
dihitung satu kali, dan berikutnya dari Marwah ke shafa pun demikian.

e. Tahallul

Tahallul adalah menghalalkan pada dirinya apa yang sebelumnya diharamkan bagi
dirinya karena sedang ihram. Tahallul ditandai dengan memotong rambut kepala beberapa
helai atau mencukurnya sampai habis.
f. Tertib

Berurutan Sedangkan Rukun dalam umrah sama dengan haji yang membedakan adalah
dalam umrah tidak terdapat wukuf.

3. Wajib Haji dan Umrah Wajib

Haji dan umrah adalah ketentuan-ketentuan yang wajib dikerjakan dalam ibadah haji dan
umrah tetapi jika tidak dikerjakan haji dan umrah tetap sah namun harus mambayar dam
atau denda. Adapun Wajib-wajib haji :

a. Ihram

Dari miqat Dalam melaksanakan ihram ada ketentuan kapan pakaian ihram itu dikenakan
dan dari tempat manakah ihram itu harus dimulai. Persoalan yang membicarakan tentang
kapan dan dimana ihram tersebut dikenakan disebut miqat atau batas yaitu batas-batas
peribadatan bagi ibadah haji dan atau umrah.

b. Melempar Jumrah

Wajib haji yang ketiga adalah melempar jumrah “Aqabah”, yang dilaksanakan pada
tanggal 10 Dzulhijjah, sesudah bermalam di Mudzalifah. Jumrah sendiri artinya bata kecil
atau kerikil, yaitu kerikil yang dipergunakan untuk melempar tugu yang ada di daerah Mina.
Tugu yang ada di Mina itu ada tiga buah, yang dikenal dengan nama jamratul’Aqabah, Al-
Wustha, dan ash-Shughra (yang kecil). Ketiga tugu ini menandai tepat berdirinya ‘Ifrit (iblis)
ketika menggoda nabi Ibrahim sewaktu akan melaksanakan perintah menyembeliih putra
tersayangnya Ismail a.s. di jabal-qurban semata-mata karena mentaati perintah Allah
SWT.Di antara ketiga tugu tersebut maka tugu jumratul ‘Aqabah atau sering juga disebut
sebagai jumratul-kubra adalah tugu yang terbesar dan terpenting yang wajib untuk
dilempari dengan tujuh buah kerikil pada tanggal 10 Dzulhijjah.

c. Mabit di Mudzalifah

Wajib haji yang kedua adalah bermalam (mabit) di mudzalifah pada malam tanggal 10
Dzulhijjah, sesudah menjalankan wuquf di Arafah.

d. Mabid di Mina

Wajib haji keempat adalah bermalam (mabid) di mina pada hari Tasyrik, yaitu pada
tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah.

e. Thawaf Wada’

Thawaf Wada’ yakni thawaf yang dilaksanakan ketika akan meninggalkan Makkah menuju
tempat tinggalnya.
5.4 PELAKSANAAN HAJI DAN UMRAH
1. Umrah
a. Ihram Umrah

Sebelum Tanggal 8 Dzulhijjah ketika berencana untuk langsung menuju Mekah dan
sampai di miqot yang kita lewati mulailah ihram umroh.

Ihram Umroh adalah niat untuk melaksanakan ibadah umroh, yang diikrarkan
dengantalbiyah ihram umroh di Miqot yang dilewati, namun sebelum melakukannya
disunahkan melakukan beberapa persiapan, diantaranya: mandi ketika akan memulai ihram,
kemudian bagi laki-laki berihram dengan mengenakan dua lembar kain ihram yang
berwarna putih dan tidak berjahit. Bagi perempuan berpakaian yang menutup aurat,
disunnahkan berwarna putih, kemudian memakai minyak wangi. Setelah itu Sholatlah dua
rakaat. Ketika sudah berada diatas kendaraan dan menghadap kiblat mulai berniat untuk
umroh dengan mengumandangkan Talbiyah ihram umroh haji tamattu:

Labbaik Allahuma Umrotan mutamatti’an biha ilal hajji

Artinya: ‘’ Aku memenuhi panggilan-Mu Ya Allah dengan Umroh yang bersenang-senang


dengannya sampai haji.’’

Kemudian dilanjutkan dengan talbiah:

َ ‫ك َل‬
‫ك‬ َ ‫ك َو ْالم ُْل‬
َ ‫ك الَ َش ِر ْي‬ َ َ‫ ِإنَّ ْال َحمْ َد َوال ِّنعْ َم َة ل‬،‫ْك‬
َ ‫ك لَ َّبي‬
َ َ‫ْك ل‬ َ ‫ك اللَّ ُه َّم لَ َّب ْي‬
َ ‫ الَ َش ِري‬،‫ك‬ َ ‫لَ َّب ْي‬
Labaik Allahuma Labbaik , Labaika laa syarikalaka labaik, innal hamda wanni’mata laka wal mulk la
syarikalak

Artinya: ‘’ Aku memenuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang
memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap
kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.’’

Setelah mengucapkan talbiah ihram umroh itu artinya kita telah memasuki pelaksanaan ibadah
umroh, mulailah meninggalkan larang-larangan umroh. Perbanyak membaca talbiah, baca al-quran,
dzikir, atau do’a apa saja yang kita kehendaki sepanjang perjalanan. Sesampainya dikota Mekah,
ketika akan melanjutkan rangkaian umroh berikutnya yaitu thawaf hendaklah berwudu telebih
dahulu, karena thawaf harus dalam keadaan suci. Masuk masjid haram dengan melangkahkan kaki
kanan terlebih dahulu, dan membaca :

‫هَّللا‬
ِ ‫ِبسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ِن الرَّ ح‬
‫ِيم‬
Kemudian membaca do’a masuk masjid :

َ ‫ اَللَّ ُه َّم َا ْف َتحْ لِي َأب َْو‬.ٍ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى م َُح َّمد‬
َ ‫اب َرحْ َم ِت‬
‫ك‬ َ ‫للَّ ُه َّم‬

Artinya : “ Ya Allah, Curahkanlah shalawat kepada Muhammad, Ya Allah bukakanlah bagiku pintu-
pintu .rahmat-Mu”

Anda mungkin juga menyukai