Anda di halaman 1dari 8

DAHSYATNYA SEDEKAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Profesi Keguruan

Oleh :
Nama : Diah Ayu Lestari
Nim : 900.19.096
Semester/Prodi : VI-A/PAI reguler Siang
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Siti Nasuha, M.Pd

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


SYEIKH ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH BINJAI
T.A 2021-2022
DAHSYATNYA BERSEDEKAH

A. Pendahuluan
Setiap perbuatan yang bernilai pengetahuan, pesan moral dan kebajikan
dalam perspektif Islam dipandang sebagai sedekah. Rasulullah saw. bersabda;
“Setiap kebaikan adalah sedekah” (HR. Bukhari). Dalam hadis yang lain, dari
Abu Dzar, Nabi saw. bersabda: “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah,
engkau menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran adalah
sedekah, engkau memberi petunjuk kepada orang di tempat ia tersesat adalah
sedekah, engkau menuntun (menunjuki) orang yang lemah penglihatannya adalah
sedekah, engkau menyingkirkan batu, duri, dan tulang dari jalan adalah sedekah,
dan engkau menuangkan air dari embermu ke ember saudaramu adalah sedekah”
(HR. Tirmidzi). sedekah dalam Islam tidak terbatas hanya pada pemberian materi
kepada orang lain, akan tetapi sangat luas cakupannya. Seseorang memberi
informasi yang benar kepada orang lain, menuntun orang tua atau anak-anak yang
kesulitan menyebrang jalan, memberi makanan kepada fakir miskin, atau memberi
segelas air pada tamu yang datang ke rumah kita merupakan contoh perbuatan
baik yang terindikasi sebagai sedekah. 1
Secara umum sedekah dipahami sebagai pemberian sesuatu barang atau
apapun kepada orang lain dengan niat karena Allah swt., sedekah merupakan
pemberian berupa sesuatu yang berguna bagi orang lain yang memerlukan
bantuan (fakir miskin) dengan tujuan beribadah (mencari pahala) kepada Allah
swt semata. Karenanya bisa dipahami bahwa terminologi sedekah sejatinya
mengandung kebenaran, kejujuran, keikhlasan atau kerelaan hati seseorang dalam
memberi sesuatu kepada orang lain dengan semata-mata mengharap ridhanya
Allah swt. Jika setiap perbuatan yang dilakukan manusia dapat memberinya
kebahagiaan, maka tindakan serupa akan dilakukan berulang-ulang oleh individu
dalam berbagai kesempatan agar memenuhi kebutuhan psikologisnya.

1
Barkah Qordiyah, Fih: Zakat, Sedekah, dan Wakaf, (Jakarta: Kencana, 2020), hlm12.

1
B. Pembahasan
1. Pengertian Sedekah
Shadaqah atau sedekah berasal dari kata “shadaqa” yang berarti benar.
Orang yang suka bersedekah adalah orang yang pengakuan imannya benar. Jika
infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, yaitu dapat
menyangkut hal yang bersifat non materi. Hukum sedekah ialah sunnah. Jadi
pengeluarannya lebih bersifat suka rela yang merupakan wujud ketakwaan dan
kecintaan seorang hamba terhadap nikmat Allah swt. yang telah diberikan
kepadanya.2
Pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum
dan ketentuannya. Hanya saja, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal
yang bersifat materi dan non-materi. Sedekah secara konseptual dapat ditawarkan
sebagai solusi pemberdayaan ekonomi umat karena ia tidak dibatasi berapa
jumlah yang dikeluarkannya, kapan waktunya, dan oleh siapapun, baik si kaya
maupun si miskin. Sayyid Qutb, menyatakan bahwa sedekah merupakan metode
yang sangat efektif untuk membangkitkan perasaan dan menimbulkan kesan-
kesan yang hidup di dalam jiwa manusia. Jadi harta yang disedekahkan akan
berkembang dan memberikan keberkahan kepada pemiliknya. Begitu pentingnya
nilai sedekah bagi seseorang, maka dianjurkan kepada kaum muslimin untuk
menjalankan dalam kehidupannya. Karena itu, berbagai keutamaan dan kewajiban
dalam amalan-amalan sedekah yang telah digariskan oleh Nabi Muhammad dapat
menjadi pedoman ajaran Islam dan kehidupan bermasyarakat. Sedekah yang
ditampakkan seorang muslim itu adalah baik sekali, tapi lebih baik jika sedekah
itu dilakukan atau diberikan dengan cara menyembunyikan dalam dunia
pendidikan.3
Mengenai istilah Sedekah di antara para ahli pada intinya mengartikan
dengan memberi. Beberapa definisi sedekah menurut para ulama antara lain:
 Syed Mahmudun nasir: “Sedekah ialah pemberian derma yaitu pemberian
sebagian dari harta karena Allah kepada orang-orang fakir dan miskin.”

2
Mujieb, Dkk, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), hlm.155.
3
Ibid, hlm.156.

2
 Amir Ali: “Sedekah berarti suatu pemberian dengan tujuan memperoleh ridha
Allah atau ganjaran yang akan datang.”
 Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengartikan sedekah sebagai derma kepada
orang miskin dan sebagainya (berdasarkan cinta kasih kepada sesama
manusia).
Ensiklopedi Islam Indonesia, mengartikan sedekah sebagai sebutan atau
nama bagi sesuatu terutama harta benda yang diberikan kepada seseorang,
lembaga atau badan yang berhak, dengan tidak mengharapkan imbalan apapun
kecuali ridha Allah dalam mendekatkan diri kepada-Nya (taqarrub billah).
2. Dasar Hukum Sedekah
Sedekah adalah suatu ibadah yang dianjurkan oleh Rasulullah. Sedekah
sama kedudukannya dengan zakat. Sebagaimana firman Allah yang bunyinya :

ِ ‫ت لِ ْلفُقَ َر ۤا ِء َو ْال َم ٰس ِك ْي ِن َو ْال َعا ِملِ ْينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُمَؤ لَّفَ ِة قُلُوْ بُهُ ْم َوفِى الرِّ قَا‬
ِ ‫ب َو ْالغ‬
‫َار ِم ْينَ َوفِ ْي‬ ُ ‫صد َٰق‬َّ ‫اِنَّ َما ال‬
‫ْضةً ِّمنَ هّٰللا ِ ۗ َوهّٰللا ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫َسبِ ْي ِل ِ َوا ْب ِن ال َّسبِ ْي ۗ ِل فَ ِري‬
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.4

Orang yang berhak menerima zakat Ialah: 1. orang fakir: orang yang Amat
sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi
penghidupannya. 2. orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan
dalam Keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk
mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan
masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5.
memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan
oleh orang-orang kafir. 6. orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk
kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang
yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu
dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah (sabilillah):
4
QS. At-taubah/9: 60

3
Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin
ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-
kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. orang
yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan
dalam perjalanannya.
Jadi, dari uraian di atas jika sedekah sama dengan zakat maka sedekah
dapat dihukumi sebagai suatu kewajiban atau fardhu ‘ain bagi setiap orang yang
mampu. Sedekah juga merupakan suatu bentuk rasa syukur kita terhadap nikmat
Allah Swt dan sebagai tanda kita bukan orang yang bakhil. Para ulama membagi
ruang lingkup sedekah kepada dua besaran substansi, yaitu sedekah wajib dan
sedekah tathawwu. Sedekah wajib misalnya zakat, dan sedekah tathawwu
misalnya infak, sedekah jariyah, hibah, umrah, ibra, dan lain-lain.5
Berdasarkan uraian tersebut di atas, terlihat jelas bahwa substansi sedekah
itu harus menampung persoalan zakat atau ibadah maliyah wajib lainnya, dan pula
menampung persoalan ibadah maliyah yang sepatutnya atau yang dianjurkan
seperti infak dan sedekah jariyah. Oleh karena itu ruang lingkup sedekah yang
merupakan kewenangan absolut Peradilan Agama menjangkau segala bentuk
ibadah maliyah wajibah dan sunnah, minus bentuk-bentuk sedekah yang telah
terlegislasi dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti wakaf,
hibah, hadlanah, nafkah istri dan Iain-lain. Patokan untuk menetapkan bahwa
ibadah maliyah wajibah dan sunnah tersebut termasuk bidang hukum sedekah,
adalah dengan cara memastikan hubungan hukum yang terjadi itu dilakukan
hukum Islam, dan pihak-pihak yang terlibat sama-sama beragama Islam.
Berdasarkan penjelasan sedekah yang telah diuraikan di atas, terlihat
unsur-unsur terjadinya sedekah terdiri dari:
1) Orang-orang atau Lembaga Sosial Islam yang bersedekah (mutashaddiq)
2) Benda sedekah (mutashaddaq bihi)
3) Orang-orang atau Lembaga Sosial sebagai sasaran pendistribusian benda
sedekah (mutashaddaq 'alaih)

5
Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi, Fadhilah Sedekah, Ash-shaf,
(Yogyakarta, 2006), hlm. 5.

4
4) Akad sedekah.
Orang-orang yang bersedekah harus memenuhi syarat, yaitu beragama
Islam, telah dewasa, sehat akalnya serta oleh hukum tidak terhalang untuk
melakukan perbuatan hukum, atas kehendak sendiri tanpa adanya paksaan, dan
pemilik benda yang disedekahkan.
Benda sedekah bisa berupa benda bergerak maupun tidak bergerak, benda
materiil maupun immateriil, disyaratkan harus merupakan benda milik yang
terbebas dari segala bentuk pembebasan, ikatan, sitaan dan sengketa, di samping
itu benda sedekah bukan benda haram atau yang diperoleh secara ilegal.

3. Manfaat Bersedekah
Sedekah memiliki banyak manfaat bagi diri, diantaranya adalah:
a. Sedekah menghapus kesalahan dan menangkal kepedihan sakarotul maut
Salah satu harapan umat muslim adalah mendapat kematian
yang husnul khatimah. Salah satu cara untuk mendapatkannya dengan
bersedekah. Nabi Muhammad saw. menuntun hambanya untuk
memperbanyak dan merutinkan amalan sedekah.6
Rasulullah saw. bersabda: “Sedekah meredakan kemarahan Allah dan
menangkal (mengurangi) kepedihan sakaratul maut.” (dalam buku Fiqh
Sunnah karangan Sayyid Sabiq).
b. Bersedekah membuka pintu rezeki
Salah satu cara membuka rezeki adalah dengan berbagi. Semakin
banyak Anda berbagi, maka semakin banyak yang menyayangi. Rasulullah
saw. bersabda ” Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan
mengeluarkan sedekah”. (HR Al-Baihaqi).
Dalam salah satu hadits Qudsi, Allah berfirman: ”Hai anak Adam, infaklah
(nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu“.(HR
Muslim).

c. Sedekah menjadikan rezeki berlipat ganda

6
Achmad Sunarto, Indahnya Sedekah, Menara Suci, (Surabaya, 2015), hlm. 7

5
Dengan banyak bersedekah, Allah swt. akan melipat gandakan
harta Anda dari arah mana saja, yang tidak pernah disangka-sangka. Salah satu
cara menghindarkan diri dari pedihnya azab neraka adalah dengan bersedekah.
Maka semakin banyak bersedekah, semakin jauh pula tubuh dijauhkan dari
jilatan api neraka pada hari kiamat kelak.
Rasulullah saw. bersabda: “Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya
dengan (sedekah) sebutir kurma”. (Mutafaq’alaih)
d. Sedekah menjadi pelindung di hari kiamat 
Saat hari kiamat, umat manusia hanya bisa melindungi dirinya sendiri,
tanpa peduli pada situasi yang ada di sekitarnya. Oleh karenanya, amal ibadah
selama hidup di dunia lah yang menjadi tameng alias pelindung. Salah satunya
adalah dengan bersedekah.
Rasulullah saw. bersabda: “Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat
adalah sedekahnya ” (HR Ahmad).7

C. Kesimpulan
Shadaqah atau sedekah berasal dari kata “shadaqa” yang berarti benar.
Orang yang suka bersedekah adalah orang yang pengakuan imannya benar. Jika
infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, yaitu dapat
menyangkut hal yang bersifat non materi. Hukum sedekah ialah sunnah. Jadi
pengeluarannya lebih bersifat suka rela yang merupakan wujud ketakwaan dan
kecintaan seorang hamba terhadap nikmat Allah swt. yang telah diberikan
kepadanya.
Pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum
dan ketentuannya. Hanya saja, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal
yang bersifat materi dan non-materi. Sedekah secara konseptual dapat ditawarkan
sebagai solusi pemberdayaan ekonomi umat karena ia tidak dibatasi berapa
jumlah yang dikeluarkannya, kapan waktunya, dan oleh siapapun, baiksi kaya
maupun si miskin.

7
HR. Ahmad

6
DAFTAR PUSTAKA

Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi. Fadhilah Sedekah, Ash-shaf,


Yogyakarta, 2006.

Mujieb, Dkk, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.

Qordiyah, Barkah. Fih: Zakat, Sedekah, dan Wakaf, Jakarta: Kencana, 2020.

Sunarto, achmad. Indahnya Sedekah, Menara Suci, Surabaya, 2015.

Anda mungkin juga menyukai