Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Jauh Dari Sifat Alhasad,Ghibah,Namimah,Takabur Atau Sombong,Riya’


(Akhlak Mazmumah)

Dosen Pengampu :Dr.Pangulu Abd.Karim Nst, MA

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah Etika Akademik

DISUSUN OLEH :

Kelompok IV Gelombang A

Hilda Melani Purba (0306212089)

Namira Sazkia (0306211016)

Nurhafizah (0306212121)

Nurul Handini (0306212106)

Kelas : PGMI-3/ Semester II

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Alhamdulilllah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya,
makalah ini dapat kami selesaikan. Salawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW,
pembimbing umat menuju cahaya kebenaran illahi.
Adapun pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk diajukan sebagai syarat dalam
diskusi kelompok pada mata kuliah Etika Akademik di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
(UINSU) dan atas dasar itulah maka kami mengharapkan semoga makalah ini bisa digunakan
sebagai bahan diskusi kelompok sebagaimana mestinya.
Mengingat isinya sangat penting sebagai bahan pembelajaran agar tercapainya tujuan
dalam menghadapi dan memecahkan masalah, baik masalah individu ataupun masalah
kelompok.
Mudah-mudahan makalah ini besar manfaatnya bagi para pembaca dan khususnya bagi
penulis menjadi amal yang sholeh yang bisa menghantarkan kesuksesan dalam belajar.

Medan,14 April 2022


Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1


2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
3. Tujuan ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3

A. Pengertian Akhlak Mazmumah ................................................................................ 3


B. Macam-macam Akhlak Mazmumah........................................................................... 3
1. Hasad ..................................................................................................................... 3
2. Ghibah ................................................................................................................... 5
3. Namimah ............................................................................................................... 6
4. Takabur/Sombong ................................................................................................ 7
5. Riya’ ...................................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 11
B. Saran .......................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

6. Latar Belakang
Akhlak Mazmumah (tercela) adalah perbuatan/perilaku yang tidak diridhoi
oleh Allah SWT. Seseorang yang berbohong, sombong, pamer, menyiksa, menyakiti,
dan berbagai bentuk ketidakadilan seperti menindas, mengambil hak orang lain
dengan paksa dan lain-lain. Itu semua adalah perbuatan tercela. Sungguh moral
manusia sudah sangat rusak akibat akhlakakhlak tercela tersebut.
Seseorang tidak akan mendapatkan kebahagiaan, jika ia selalu melakukan
perilaku-perilaku tercela. Baik ketika di dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan yang
diperoleh dari perilaku tercela tersebut hanya bersifat sementara dan akan mendapat
kesedihan dan penyesalan yang tak ada hentinya. Di sisi lain, Alquran juga
mengemukakan dan memberi peringatan tentang akhlak-akhlak tercela yang dapat
merusak iman seseorang dan pada akhirnya akan merusak dirinya serta kehidupan
masyarakat. Seperti akhlak buruk Quraisy dahulu untuk memojokkan kebenaran yang
di sampaikan Rasulullah sebagaimana yang dilakukan oleh tokoh-tokoh quraisy
seperti, Abu Jahal, Walid bin Mugirah, Akhnas bin Syariq, dan Aswad bin Abdi
Yaquts. Oleh karena itu, iman merupakan suatu pengakuan terhadap kebenaran dan
harus dipelihara serta di tingkatkan kualitasnya melalui sikap dan perilaku terpuji.
Sifat terpuji dan tercela yang tertanam dalam diri manusia selalu
berdampingan dan terlihat dalam perilaku sehari-hari. Apabila perilaku seseorang
menampilkan kebaikan, maka terpujilah sikap orang tersebut. Sebaliknya, apabila
perilaku seorang menampilkan kejahatan, maka tercelalah sikap orang tersebut.
7. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Akhlak Mazmumah?


2. Apa yang dimaksud Alhasad/hasad?
3. Apa yang dimaksud Ghibah?
4. Apa yang dimaksud Namimah?
5. Apa yang dimaksud Takabur?
6. Apa yang dimaksud Riya’?

1
8. Tujuan

1. Mengetahui pengertiab dari Akhlak Mazmumah.


2. Mengetahui maksud dari Alhasad / Hasad.
3. Mengetahui maksud dari Ghibah .
4. Mengetahui maksud dari Namimah.
5. Mengetahui maksud dari Takabur.
6. Mengetahui maksud dari Riya’.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Mazmumah (Tercela)


Menurut bahasa, akhlak merupakan tingkah laku, perbuatan, tabiat atau
perangai. Sedangkan akhlak menurut istilah merupakan suatu pengetahuan yang
menjelaskan mengenai perbuatan yang baik serta buruk, mengatur perilaku manusia,
serta mampu menentukan perbuatan akhir. Akhlak buruk atau tercela merupakan
suatu sikap atau perbuatan jelek yang dilarang oleh agama. Karena pada dasarnya
agama mengajarkan kita untuk selalu bersikap baik terutama menjaga perilaku serta
perbuatan yang akan kita lakukan. Dengan berlandaskan agama, maka sikap tercela
ini sebenarnya bisa dicegah karena ancaman serta sangsi yang akan didapatkan dalam
waktu cepat maupun di kehidupan selanjutnya.

B. Macam-macam Akhlak Mazmumah

1. Hasad
Menurut sebagian besar ulama, hasad (dengki atau iri hati) merupakan akar
dari semua penyakit hati. Karena sifat ini merupakan manifestasi dosa
pertama serta penyebab ketidakpatuhan terhadap Allah SWT. Sebagaimana sifat
setan yang tidak mau mematuhi perintah Allah untuk memberi hormat kepada
Nabi Adam AS. karena ia merasa iri hati terhadap Nabi Adam yang dipilih
Allah untuk menjadi wakil-Nya di bumi. Oleh karena itu, setan selalu
menebarkan (hasid atau hasud) rasa iri hati dalam diri manusia agar menyandang
sifat yang sama dengannya.
Pada dasarnya hasad merupakan akibat dari dendam dan dendam merupakan
akibat dari kemarahan dan kebencian terhadap apa yang dilihatnya (tentang
kondisi kebaikan keadaan yang dicemburui). Pada hakikatnya hasad adalah
membenci kenikmatan Allah kepada saudaranya, akan tetapi tentang hasad ini
dibedakan menjadi dua jenis.
Pertama, membenci kenikmatan yang diberikan Allah kepada saudaranya dan
ia menginginkan kenikmatan itu hilang darinya. Ini merupakan hasad yang
paling tercela.
Kedua, seseorang yang membenci kenikmatan yang Allah bagi kepada saudaranya

3
dan tidak ada keinginan nikmat itu hilang darinya, tetapi ia menginginkan
sebagaimana yang ada pada saudaranya. Hal semacam ini disebut ghitbah.
Terkadang untuk hasad jenis kedua ini disebut dengan al-munafasah (berlomba),
berlomba dalam permasalahan yang disenangi untuk mendapatkan dan
memilikinya. Akan tetapi, munafasah ini tidak mutlak tercela, bahkan terpuji
bila dalam kebaikan.Adapun berharap agar Allah memberikan kenikmatan seperti itu
kepadanya tidaklah tercela jika dalam urusan agama. 1
Dalam kitab Durratun Nasihin disebutkan bahwa bahaya yang ditimbulkan
dari rasa dengki atau hasad ini ada 8 macam, yaitu :
a. Merusak ketaatan
b. Menjuruskan kepada perbuatan maksiat, karena hasad tidak lepas dari
bohong, caci maki, fitnah, dan ghibah.
c. Meniadakan syafaat
d. Masuk ke dalam neraka2
e. Menyebabkan suka menggoda/mengganggu orang lain
f. Mengakibatkan rasa letih dan takut yang tidak ada gunanya, bahkan
selalu dibarengi dengan perbuatan dosa dan maksiat
g. Menyebabkan buta hati, dimana ia tidak dapat menerima dan memahami
hukum-hukum Allah yang baik
h. Menyebabkan kegagalan yang pada akhirnya tidak bisa mencapai apa
yang menjadi maksudnya dan selalu dikalahkan oleh lawannya
Menurut Imam Mawlud sebagaimana yang dikutip oleh Hamza Yusuf, ada
beberapa cara untuk mengobati penyakit iri hati, yaitu :
1. Melawan hawa nafsu yang dapat menerima seseorang dari kebenaran
dengan cara melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi objek iri hati
2. Menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa iri hati tidak akan pernah
memberikan manffat bagi pelakunya
3. Menyadari bahwa apa yang seseorang peroleh sesungguhnya dari Allah
dan juga akan kembali kepada-Nya

1
Hamza Yusuf, Hatiku Surgaku: Terapi Jitu Membersihkan Hati dari Sifat-sifat yang Tidak Disukai Allah,
(Jakarta Lentera Hati, 2009 ), hlm. 51-52
2
Abu Hamid M. Al-Ghazali, Mutiara Ihya’ Ulumuddin : Ringkasan Yang Ditulis Sendiri oleh Sang Hujjatul
Islam;Terjemahan Irwan Kurniawan, (Bandung : Mizan, 2008 ), hlm. 265

5
2. Ghibah
Mengumpat (ghibah) adalah kejahatan lidah yang terbesar. Menurut Al-
Ghazali mengumpat adalah mengatakan sesuatu tentang orang lain yang
kemungkinan besar akan menyakiti perasaannya apabila ia mengetahuinya,
meskipun apa yang diceritakan itu sungguh benar adanya.
Kekurangan yang dibicarakan itu bisa terdapat pada badan, nasab,
tabiat, ucapan, agama, maupun urusan duniawi lainnya. Adapun
membicarakan kekurangan atau aib seseorang yang tidak terdapat pada
diri orang tersebut dinamakan fitnah (buhtan). Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW :
“Dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah saw.bersabda,
‘tahukah kalian, apa itu ghibah?’ para sahabat menjawab, ‘Allah dan
RasulNya yang tahu.’ Beliau bersabda, ‘yaitu kamu menuturkan tentang
saudaramu dengan sesuatu yang tidak ia sukai.’ Seorang sahabat
bertanya, ‘bagaimana jika apa yang aku tuturkan itu memang benar –
benar ada padanya?’ Beliau bersabda, ‘jika apa yang kamu tuturkan itu
memang ada padanya, maka berarti telah berbuat ghibah terhadapnya.
Dan jika tidak demikian, berarti kamu telah membuat-buat kebohongan
padanya.

Ghibah tidak hanya dapat dilakukan dengan lisan saja, namun juga
bisa terjadi dengan tulisan atau isyarat seperti kerdipan mata, gerakan
tangan, cibiran, dan sebagainya. Karena pada intinya semuanya itu
memiliki arti memberitahukan kekurangan seseorang kepada orang lain.
Adapun macam dan bentuk ghibah yang paling buruk adalah ghibah
yang disertai dengan riya’. Misalnya, dengan mengatakan “saya
berlindung kepada Allah dari perbuatan yang tidak tahu malu seperti ini,
semoga Allah menjagaku dari perbuatan ini.” Ini mengandung maksud
bahwa ia mengungkapkan ketidaksenangannya kepada orang lain namun
ia menggunakan ungkapan doa untuk mengutarakan maksudnya.
Cara Menghindari Perilaku Ghibah
1. Menyadari tentang bahayanya sifat ghibah
2. Menyadari bahwa ghibah adalah perbuatan dosa

5
3. Menyadari bahwa kita akan mendapat azab yang pedih di dunia dan akhirat
apabila kita menceritakan aib orang lain
4. Menyadari bahwa diri kita juga tidak suka apabila aib kita diketahui orang
lain.
3. Namimah
Namimah artinya adu domba yaitu usaha untuk membuat orang lain saling
bermusuhan. Umpanya pembicaraan si A disampaikan kepada si B yang pernah
diperkatakan si A dengan tujuan untuk menimbulkan permusuhan antara si A dan
si B dan mengotori kejernihan pergaulan atau menambah keruhnya pergaulan.
Sikap namimah sangat dibenci Islam, karena dapat membuat persatuan umat
menjadi pecah sehingga dapat melumpuhkan (melemahkan) kekuatan umat
Islam.
َّ ‫از َم‬
)11-10 :‫شاءٍ ِبن َِم ٍيم (القلم‬ ٍ ‫َو ََل ت ُ ِط ْع ُك َّل َحالَّفٍ َم ِه‬
ٍ ‫ َه َّم‬, ‫ين‬
Artinya :
Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,
yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah. (Q.S. Al Qalam
[68] : 10-11)

Orang yang mempunyai sifat namimah tidak akan masuk surga seperti
dadijelaskan dalam hadis Nabi SAW :

‫سلَّ َم َلَيَ ْد ُخ ُل ْال َجنَّةَ نَ َما ٌم‬


َ ‫ص َّل هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫َع ْن ُحذَ ْيفَةَ قَال‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬

)‫الشيخان‬ ‫(اخرجه‬
Artinya :
Diriwayatkan dari Hudzaifah dia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda:
"tidak akan masuk surga orang yang suka adu domba". (H.R. Bukhari dan
Muslim)
Dalam sabda lainnya, Rasulullah telah bersabda, yang artinya :
“Yang amat dicintai Allah Swt. ialah yang terbaik akhlaknya, yang dermawan lagi
gemar menjamu orang, yang dapat menyesuaikan diri lagi dapat diikuti

6
penyesuaian3 dirinya itu, sedang yang amat dibenci di sisi Allah ialah orang-orang
yang suka berjalan dengan berbuat adu domba, yang memecah belah antara
saudara-saudara, lagi pula mencari-cari alasan untuk melepaskan diri dari
kesalahan-kesalahan”. (H.R. Ahmad
Cara Menghindari Perilaku Namimah

1. Menyadari tentang bahayanya sifat namimah


2. Menyadari bahwa namimah adalah perbuatan dosa
3. Selalu meneliti kebenaran informasi yang didengarnya
4. Menyadari bahwa diri kita juga tidak suka apabila diadu domba dengan
orang lain
4. Takabur/Sombong
Takabur atau sombong secara bahasa artinya membesarkan diri
ataumenganggap dirinya lebih dari orang lain. Pengertian takabur secara istilah
adalahsuatu sikap mental yang memandang rendah terhadap orang lain,
sementara iamemandang tinggi dan mulia terhadap dirinya sendiri. Sifat takabur
merupakansifat yang dimiliki oleh Iblis. Sifat inilah yang menyebabkan iblis
diusir dari surgadan diturunkan derajatnya hingga menjadi makhluk yang sangat
rendah. Sifattakabur Iblis terlihat ketika ia menolak perintah Allah untuk
bersujud kepada NabiAdam a.s. Penolakan Iblis ini disebabkan ia merasa
dirinya lebih tinggi dan mulia daripada Nabi Adam a.s. ”Aku diciptakan dari
api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Mengapa aku harus sujud kepada
makhluk yang lebih rendah daripadaku?” sumbar Iblis dengan congkak. Oleh
karena kesombongannya,akhirnya Iblis diusir Allah dan direndahkan
derajatnya.
Takabur menurut penjelasan Rasulullah adalah himpunan dari dua sifat
yaitumenolak kebenaran dan merendahkan orang lain, sebagaimana sabdanya,
”Takabur adalah (sifat) orang yang meng ingkari/menolak kebenaran dan
merendahkan orang lain.” (H.R. Abu Daud dan Hakim) .
Dari pengertian takabur di atas dapat kita temukan ciri-ciri orang yangtakabur,
sebagai berikut:
a. Suka memuji diri dan membanggakan kemuliaan diri, harta,

3
ariffadholi ananiah ghabab hasad ghibah namimah (Bandung, 2012) Halaman 56

7
ilmu,keturunan dan lain sebagainya.
b. Meremehkan orang lain.
c. Suka mencela dan mengkritik orang lain dengan kritik yang menjatuhkan.
d. Memalingkan muka ketika bertemu dengan orang lain.
e. Berlagak dalam berbicara.
f. Pemboros dalam harta benda.
g. Berlebih-lebihan dalam berpakaian dan berhias.
Takabur dapat dibagi menjadi dua, yaitu takabur lahir dan batin.
a. Takabur lahir, yaitu perbuatan yang dilakukan dan ditunjukkan oleh
anggota badan, seperti gerak gerik tubuh, raut muka, dan tutur kata.
b. Takabur batin, yaitu sifat dalam jiwa yang tidak terlihat. Takabur
batindilakukan oleh hati dan perasaan yang menganggap diri lebih
tinggidan menganggap orang lain lebih rendah.
Cara menghindari perilaku Takabur
1. menyadari akibat dr sifat takabur
2. menjauhi perbuatan maksiat - meperbanyak ibadah
3. mencontoh kepribadian Rasulullah4

5. Riya’
Riya’ itu berasal dari kata ru’yah yang berarti melihat. Menurut Imam
Al-Ghazali, riya’ asalnya mencari kedudukan pada hati manusia dengan
memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan. Riya’ merupakan
perilaku terkeji ketika seseorang melakukan ritual ibadahnya hanya untuk
memperoleh tempat di hati orang lain. Sifat seperti ini termasuk salah satu
bentuk kesyirikan yang dibenci oleh Allah SWT.

Rasulullah mengibaratkan perilaku seperti ini sebagai “syirik kecil”


sebagaimana sabda beliau, “Aku tidak khawatir seandainya kalian akan
menyembah matahari, bintang-bintang, bulan. Namun, aku lebih khawatir
kalian beribadah bukan karena Allah, melainkan karena riya’ “6

Akar sumber riya’ adalah keinginan, yakni menginginkan sesuatu dari


sebuah sumber selain Allah (yaitu manusia). Misalnya, keinginan yang

4
Uwes al-Qorni. 1997 : halaman 54

8
selalu di puji, pandangan masyarakat akan kebaikannya,
kedudukannya, dan lain-lain.
Adapun yang menjadi tanda-tanda riya’ menurut Imam Mawlud
adalah :
a. Malas dan kurang melakukan sesuatu yang semata-mata karena Allah
SWT. Misalnya, ketika berada dirumah tidak ada rasa keinginan untuk
membaca Alquran, namun ketika banyak orang seperti di masjid ia
membaca Alquran dengan suara yang merdu.
b. Meningkatkan perilaku-perilaku ketika dipuji dan menurunkannya ketika
tidak ada pujian.
Riya’ biasanya dikenal dengan sikap menampakkan ibadah atau
ketaatan dihadapan orang banyak. Namun, ada juga riya’ yang sifatnya
tersembunyi, yaitu sikap ketika seseorang menghindari riya’ tetapi justru
melakukannya untuk riya’. Misalnya, seseorang sengaja menghindari
khalayak agar tidak disangka riya’. Kemudian ia sengaja berkhalwat dan
menyendiri. Namun, dibalik itu semua, ia justru ingin dilihat dan dipuji
orang lain. Disanalah terdapat riya’ yang tersembunyi.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa penyakit riya’ dapat
menghancurkan pahala seseorang dan merupakan sebab dari
kemurkaan Allah SWT. Riya’ juga merupakan salah satu perbuatan
dosa besar. Oleh karena itu, seseorang harus berusaha untuk
menghilangkan penyakit ini dari dalam hatinya.
Cara untuk menghindari perbuatan seperti ini seseorang yang beriman
harus menyadari bahwa sesungguhnya Allah adalah dzat yang paling
layak dipuji. Semestinya kita harus merasa malu ketika dipuji karena Dia
yang menganugerahkan karunia yang besar sehingga aib seseorang
hamba tertutup dan kebaikannya tampak di mata manusia.

9
Jika saja Allah menampakkan aib tersebut walau hanya kecil saja,
maka tidak akan ada orang yang mau memuji. Sehingga dengan begitu
kita dapat memurnikan dari perburuan yang sia-sia dan riya’.
Adapun cara untuk menyembuhkan penyakit seperti ini dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Melepaskan penyakit riya’ sampai akar-akarnya, yaitu cinta
kedudukan dan jabatan
b. Mencegah akibat-akibat buruk yang muncul dari penyakit riya’ ketika
beribadah. 5

5
Pakih Sati, Syarah Al-Hikam : Kalimat-kalimat Menakjubkan Ibnu ‘Atha’illah dan Tafsir serta
Motivasinya,(Jogjakarta : Diva Press, 2013 ), hlm. 276

10
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Menurut bahasa akhlak merupakan tingkah laku, tabiat, atau perangai.


Sedangkan akhlak menurut istilah merupakan suati pengetahuan yang
menjelaskan mengenai perbuatan yang baik serta buruk, mengatur perilaku
manusia, serta mampu menentukan perbuatan akhir.
Macam-macam dari akhlak mazmumah ada banyak sekali, seperti
hasad,Namimah, riya’, hubbud dunya, sum’ah, ujub, takabur, itbaul hawa,
ghibah, dan masih banyak lagi. Akhlak tercela diatas merupakan suatu sikap jelek
yang merugikan diri sendiri dan orang lain yang dilakukan jauh dari apa yang
dilarang agama dan tidak diridhoi oleh Allah SWT. Seseorang yang
melakukan akhlak tercela akan mendapat kesulitan baik di dunia maupun di
akhirat.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan mengenai akhlak-akhlak tercela, penulis
memberi saran sebagai umat muslim seharusnya memberikan perhatian
penuh terhadap masalah pembersihan yang dapat menimbulkan perilaku atau
perbuatan yang buruk, dimana keduanya merupakan identitas dari akhlak
tercela.
Demikian makalah ini penulis buat, apabila terdapat kekurangan dan
kesalahan dalam penulisan makalah ini, penulis meminta maaf karena penulis
hanya manusia biasa yang tidak terlepas dari kesalahan dan lupa.
Oleh karena itu, untuk kesempurnaan dalam penulisan makalah ini
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pada pembaca
dan semoga dengan informasi dalam makalah ini dapat bermanfaat untuk
para pembaca. Aamiin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. 2008. Mutiara Ihya’ Ulumuddin:


Ringkasan yang Ditulis oleh Sang Hujjatul Islam; Terjemahan Irwan
Kurniawan. Bandung:Mizan

Al-Ghazali, Imam. 2013. Minhajul Abidin:Jalan Para Ahli Ibadah. Jakarta :


Khatulistiwa

Quasem, M.Abul, Kamil.1975. Etika Al-Ghazali: Etika Majemuk


didalam Islam. Bandung : Pustaka

Sati, Pakih. 2013.Syarah Al-Hikam: Kalimat-kalimat Menakjubkan


Ibnu Atha’illah dan Tafsir serta Motivasinya. Yogyakarta : Diva Press

Yusuf, Hamza. 2009. Hatiku Surgaku : Terapi Jitu Membersihkan Hati dari Sifat-
sifat yang Tidak Disukai Allah. Jakarta : Lentera Hati

Fadholi Arif , 2012 ananiah ghabab hasad ghibah namimah Bandung Pustaka

12
SESI TANYA JAWAB

1. Atikah Zahrani
Bagaimana seseorang yang berniat ingin mengerjakan amalan sunnah, tetapi dia
membatalkan niat tesebut karena takut riya, apakah ia termasuk riya atau ikhlas?
Jawaban
Tergantung niat,kalau dia mengerjakan amalan Sunnah itu ingin diperlihatkan kepada
orang banyak itu termasuk riya. Namun ketika dia mengerjakan amalan Sunnah tanpa
sepengetahuan orang lain itu bukan termasuk riya. Ada juga yang berpendapat bahwa
meninggalkan amal saleh karena takut jatuh ke dalam riya adalah kesalahan yang sama,
melainkan wajib bekerja dan ikhlas. Jadi kesimpulannya semua tergantung niat masing
masing
2. Nabila Ulkhaira
biasanya kan setelah lebaran tradisi di lingkungan kita membuat acara halal bihalal
untuk memperkuat tali silaturahmi.
Nah biasanya wanita kalo dah ngumpul pasti ada aja nih yg diceritain, ujung-ujungnya
pasti ghibah. Menurut pemakalah boleh tidak jika menghindari silaturahmi agar tidak
terjerumus berghibah? Dan bagaimana respon yg seharusnya kita terapkan jika
mengetahui kita yg menjadi bahan ghibah?.
Jawaban
menghindar silaturahmi itu tidak boleh kalau soal ujung ujungnya bakalan gibah.Lebih
baik ketika udah tau bakalan ada pergibahan disitu kitanya pergi menjauh saja agar
terhindar dari pergibahan itu.
3. Yunita azhari
jelaskan menurut kalian apakah sama hukum menceritakan orang didepannya langsung
dengan dibelakang orang tersebut.
Jawaban
Menurut saya hukum menceritakan orang didepan atau pun dibelakang sama aja. Sama
sama dosa apalagi tujuannya menjelek jelekkan dan menceritakan keburukan orang
tersebut. Kalau kita nyeritain orang dibelakang jika itu benar jadi nya ghibah tapi kalau
salah jatuhnya fitnah. kecuali kita ceritain org di depannya itu face to face, misalnya
menurut kita dia salah atau ada sikap dia yg bikin kita tersinggung, ya nasehati aja face
to face tanpa ada org lain.

13

Anda mungkin juga menyukai