Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AKHLAK TERCELA

Disusun oleh kelompok 20 :


FARIS SYAHDANI
1012022035

Dosen :
NANI ENDRI SANTI,M.A.

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta karunia-Nya kepadasaya dan semua sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.

Penulisan makalah yang bersifat sederhana ini, dibuat berdasarkan tugas yang di
berikan oleh guru pembimbing saya yaitu ibu nani endri santi,m.a. dalam memberi materi
yang berjudul Akhlak Tercela.

dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami semua dapat menyusun,


menyesuaikan, serta dapat menyelesaikan sebuah makalah ini. "di samping itu, saya
mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang banyak membantu kami dalam
menyelesaikan pembuatan sebuah makalah ini,baik dalam bentuk moril maupun dalam
bentuk materi sehinggadapat terlaksana dengan baik.

saya, sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah saya ini memang masih banyak
kekurangan serta amat jauh dari kata kesempurnaan. Namun, saya telah berusaha semaksimal
mungkin dalam membuat sebuah makalah ini."di samping itu, saya sangatt mengharapkan
kritik serta saran nya dari semua teman-teman demi tercapainya kesempurnaan yang di
harapkan dimasa akan datang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

Latar belakang ....................................................................................1

Rumusan masalah ...............................................................................2

Tujuan masalah ...................................................................................2

Manfaat masalah..................................................................................3

BAB II. PEMBAHASAN

Buruk Sangka .....................................................................................4

Gibah ...................................................................................................6

Larangan Berbuat Boros....................................................................9

Hasad...................................................................................................14

Namimah ............................................................................................16

BAB III. PENUTUP

Simpulan .............................................................................................19

Saran ...................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PEMBAHASAN

1.1. Latar belakang

Perilaku Tercela adalah perbuatan yang tidak “diridhoi oleh Allah. Seorang
Menganiaya berarti menyiksa, menyakiti dan berbagai bentuk ketidakadilan seperti menindas,
mengambil hak orang lain dengan paksa dan lain-lainnya. Aniaya termasuk perbuatan tercela
yang dibenci Allah STW bahkan sesama manusia. Berbuat Aniaya berarti berbuat dosa. Oleh
karena itu, aniaya akan mendatangkan akibat-akibat buruk yang akan dditerima
oleh pelakunya. Dewasa ini banyak sekali perilaku aniaya bahkan telah menjadi trend
dikalangan orang yang memiliki kedudukan tinggi. Mereka selalu menilai seseorang dan
memperlakukan seseorang sesuai dengan status sosialnya. Bila seorang pejabat telah menilai
seseorang itu jauh lebih rendah dari status sosial yang di jabatnya, bukan tidak mungkin ia
akan berbuat seenaknya sendiri. Sungguh moral manusia sudah sangat rusak akibat perilaku
tercela tersebut.

Disisi lain, Al-Qur’an juga mengemukakan dan memberi peringatan tentang akhlak-
akhlak buruk atau tercela yang dapat merusak iman seseorangdan pada akhirnya akan
merusak dirinya serta kehidupan masyarakat. Akhlak buruk itulah yang disampaikan oleh
rasulullah yang ditunjukkan oleh kaum Quraisy dahulu untuk memojokkan kebenaran yang
disampaikan rasulullah sebagaimana yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Quraisy seperti Abu
jalal,Walid bin mugirah, Akhnas bin syariq, Aswad bin abdi Yaquts. Oleh karena itu, iman
merupakan suatu pengakuan terhadap kebenaran dan harus dipelihara serta di tingkat kan
kualitas nya melalui sikap dan perilaku terpuji. Sifat terpuji dan tercela yang tertanam dalam
diri manusia selalu berdampingan dan terlihat dalam perilaku sehari-hari. Apabila perilaku
seseorang menampilkan kebaikan, maka terpujilah sikap orang tersebut. Sebaliknya, apabila
perilaku seseorang menmpilkan kebaikan atau kejahatan,maka tercelalah sikap orang tersebut.
Sifat tercela sangat dilarang oleh Allah SWT dan harus dihindari dalam pergaulan sehari-hari
karena akan merugikan diri sendiri maupun orang lain.
1.2 Rumusam masalah

1.2.1. Jelaskan pengertian dari sifat Gibah ?

1.2.2. Jelaskan pengertian dari Prasangka Buruk ?

1.2.3. Jelaskan pengertian dari sifat Hasad ?

1.2.4. Jelaskan pengertian dari sifat Boros ?

1.2.5. Jelaskan pengertian dari sifat Namimah ?

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1. Untuk mengetahui pengertian dari sifat gibah.

1.3.2. Untuk mengetahui pengertian dari berprasangka buruk.

1.3.3. Untuk mengetahui pengertian dari sifat hasad.

1.3.4. Untuk mengetahui pengertian dari berperilaku boros.

1.3.5. Untuk mengetahui pengertian dari sifat namimah.

1.4 Manfaat Masalah

1.4.1. Agar kita dapat mengetahui bagaimana sifat ghibah.

1.4.2. Agar kita mengetahui bagaimana prilaku buruk.

1.4.3. Agar kita mengetahui bagaimana sifat hasad.

1.4.4. Agar kita mengetahui bagaimana sifat boros.

1.4.5. Agar kita mengetahui bagaikmana penjelasan namimah.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Buruk Sangka

Buruk sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan ataumenganggap jelek


tanpa adanya sebab-sebab yang jelas yang memperkuat sangkanya. Dan perbuatan itu dapat
membuat pelakunya mendapat dosa dari Allah SWT. Dan dapat membuat hati seseorang
kotor dan itu sangat di sayangkan karna pusat kegiatan seorang ada di hati,jika hati seseorang
bersih dari noda dan dosa maka seluruh anggota tubuhnya akan bersih pula namun jika
hatinya kotor maka tubuhnya akan ikut ter kotori karna hati itu yang menyebarkan darah yang
mengalir dari jantung ke setiap sendi-sendi dalam tubuh manusia dan bayangkan jika darah
itu telah terkotori dengan dosa dan noda.

Dalam hadis kudsi bahwasanya dari Abu Dzar Al-Ghifari ra.Rasulullah bersabda
tentang apa yang beliau riwayatkan dari rabb-nya ‘Azza wa Jalla, sesungguhnya Dia
berfirman, “Wahai hamba-ku, sesungguhnya aku telah mengharamkan kezaliman itu haram
di antara kamu. Oleh karna itu, janganlah kamu saling Menzalimi. (H.R Muslim)[1][4].

Buruk sangka itu termasuk perbuatan zalim karna kita telah memberikan perasangka
tidak baik pada sesuatu padahal sesuatu/itu belum tentu buruk karena yang pantas mengadili
sesuatu baik atau buruknya hanya-lah Allah semata karena kita manusia sangat banyak
kekurangan dalam segala hal dan bagaimana kita mengatakan sesuatu itu buruk sedangkan
kita sendiri tidak tahu apakah kita sudah termasuk orang yang terbebas dari dosa dan noda
serta keburukan dalam hati kita serta hidup kita dalam sehari-hari. Dan Allah juga telah
berfirman dalam Al-Qur’an yang berbunyi :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka


(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara
kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat
lagi Maha Penyayang”. (Q.S Al-Hujurat :12)

Apalagi kalau kita berperasangka buruk pada masalah-masalah Aqidah yang harus di
yakini apa adanya. Buruk sangka dalam hal ini adalah haram seperti yang telah Allah
gambarkan dalam Al-Qur’an surah Al-hujurat di atas bahwasanya Allah sangat melarang hal
demikian karna dapat menjerumuskan kita pada perbuatan dosa dan perbuatan dosa itu akan
di mintai pertanggung jawaban di akhirat kelak oleh Allah dan sebaiknya kita berperasangka
terhadap masalah-masalah kehidupan agar memiliki semangat untuk menyelidikinya, dan
perkara seperti ini di bolehkan karna dapat membawa seseorang pada sesuatu yang
bermanfaat bagi hidupnya dan orang lain untuk sumber ilmu yang baru. Rasulullah SAW
bersabda : “Hindarilah prasangka, karena prasangka itu berita yang paling bohong.” (HR.
Muslim).

2.2 Gibah

Secara bahasa, gibah (menggunjing) adalah menceritakan kkeburuka (keaiban) orang


lain. Secara istilah berarti membicarakan kejelakan dan kekurangan orang lain dengan
maksud mencari kesalahan-kesalahannya, baik jasmani, agama, kekayaan, akhlak ataupun
bentuk lahiriyahnya. Gibah tidak terbatas melalui lisan saja, namun bisa terjadi dengan
tulisan atau gerakan tubuh. Apabila hal itu berhubungan dengan agama seseorang, ia akan
mengatakan bahwa ia pembohong, fasik, munafik, dan lain-lain. Dalam hadist dikatakan :

Artinya : “Abu Hurairah r.a berkata Rasulullah SAW bersabda: ”Tahukah kamu
apakah gibah itu?”Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasulnya lebih mengetahui”. Lalu
Nabi bersabda: menyebut saudaranya dengan apa yang tidak disukainya. Lalu Rasul ditanya:
“Bagaimanakah pendapat engkau kalau itu memang (kejadian) sebenarnya dan apa adanya?”
Nabi menjawab: “Walaupun yang kamu katakan itu benar begitu, itulah disebut Gibah. Akan
tetapi jikalau menyebut apa-apa yang tidak sebenarnya, berarti kita telah menuduhnya dengan
kebohongan atau fitnah”. (H.R. Muslim).

Dari hadis diatas dapat kita ambil hikmah bahwasanya kita dilarang menceritakan
kejelekan saudara kita walaupun dibelakangnya, sekalipun sesuatu itu benar-benar terjadi,
sedangkan ia tidak menyukai jika ia mendengar apa yang kita katakan kepada saudara kita
yang lain dan dapat juga mencemarkan nama baik saudara kita dalam bermasyarakat. Allah
SWT menggambarkan bahwa seseorang yang menggunjing itusama dengan memakan daging
bangkai yang tentunya sangat menjijikkan.

Apabila kita mendengar seseorang yang melakukan gibah atau membicarakan hal-hal
yang kotor lainya tentang seseorang maka kita hendaklah menghindar karena kita dapat
resiko yaitu mendapat dosa dari Allah karena kita membiarkan suatu kemungkaran dan
tanpa mencegahnya bahkan kita ikut bergabung dalam perbuatan mungkar tersebut. Seperti
Firman Allah SWT (QS al Qhasshas ayat 55)Islam melarang perbuatan ghibah tersebut
dengan maksud untuk menjaga keimanan serta menjaga dari perbuatan maksiat kepada Allah
SWT, karena sesungguhnya sesama muslim dilarang membuka aib Tidak semua jenis gibah
dilarang dalam agama. Ada beberapa jenis gibah yang diperbolehkan dengan maksud untuk
mencapai tujuan yang benar dan tidak mungkin tercapai kecuali dengan gibah. Gibah yang
diperbolehkan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Melaporkan perbuatan aniaya yang dilakukan oleh seseorang.

b. Usaha untuk mengubah kemungkaran dan membantu sesorang

keluar dari perbuatan maksiat.

c. Gibah untuk tujuan meminta nasihat.

d. Gibah untuk memperingatkan pada kaum muslim tentang suatu

fatwa.

e. Memberi penjelasan dengan suatu sebutan yang terkenal pada diri

seseorang meskipun itu sesuatu yang buruk, seperti si bisu, si

pincang dan lain-lain.

Contoh perilaku gibah antara lain :

a. Membicarakan kburukan orang lain melaui lisan, seperti

antartetangga yang satu dengan yang lainnya.

b. Membicarkan keburukan orang lain melalui bahasa isyarat.

c. Membicarakan keburukan orang lain melalui gerakan tubuh dengan

maksud mengolok-ngolok.

d. Membicarkan keburukan orang lain melalui media massa tanpa ada

maksud untuk kebaikan.


Karena gibah termasuk dosa dan sering membawa kepada permusuhan, maka
hindarilah kebiasaan bergibah. Berikut ini di antara cara supaya terhindar dari perilaku gibah:

a. Selau mengingat bahwa perbuatan gibah adalah penyebab kemarahan

dan kemurkaan Allah SWT.

b. Selalu mengingat bahwasanya timbangan kebaikan gibah akan pindah

kepada orang yang digunjingnya.

c. Hendaknya orang yang melakukan gibah mengingat terlebih dahulu aib

dirinya sendiri dan segera berusaha memperbaikinya.

2.3 Larangan Berbuat Boros (Konsumtif)

Boros adalah Perbuatan boros adalah gaya hidup gemar berlebih-lebihan dalam
menggunakan harta, uang maupun sumber daya yang ada demi kesenangan saja. Dengan
terbiasa berbuat boros seseorang bisa menjadi buta terhadap orang-orang membutuhkan di
sekitarnya,sulit membedakan antara yang halal dan yang haram,mana boleh mana tidak boleh
dilakukan, dan lain sebagainya. Alloh SWT menyuruh kita untuk hidup sederhana dan hemat,
karena jika semua orang menjadi boros maka suatu bangsa bisa rusak/hancur. Menurut para
sahabat pengertian sikap boros dalam pandangan islam : Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas
mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu bukan pada jalan yang
benar.” Mujahid mengatakan, “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam
jalan yang benar, itu bukanlah tabdzir (pemborosan). Namun jika seseorang menginfakkan
satu mud saja (ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang dinamakan tabdzir
(pemborosan).” Qotadah mengatakan, “Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah
mengeluarkan nafkah dalam berbuat maksiat pada Allah, pada jalan yang keliru dan pada
jalan untuk berbuat kerusakan.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 8: 474-475).

Ibnul Jauzi berkata bahwa yang dimaksud boros ada dua pendapat di kalangan para
ulama:

1. Boros berarti menginfakkan harta bukan pada jalan yang benar. Ini dapat kita lihat
dalam perkataan para pakar tafsir yang telah disebutkan di atas.
2. Boros berarti penyalahgunaan dan bentuk membuang-buang harta. Abu ‘Ubaidah
berkata, “Mubazzir (orang yang boros) adalah orang yang menyalahgunakan, merusak dan
menghambur-hamburkan harta.” (Zaadul Masiir, 5: 27-28)

Dalam hadist Rasulullah saw bersabda :

Artinya : “Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW.bersabda”sesungguhnya


Allah SWT.menyukai tiga macam yaitu,kalau kamu menyembah kepadan-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.Dan supaya kamu berpegang teguh dengan ikatan
Allah,dan janganlah bercerai-berai.Dan Dia membenci bila kamu banyak bicara dan banyak
bertanya dan memboroskan harta.” (H.R Muslim).

Dari hadist di atas mengandung enam hal ; tiga hal yang Allah sukai dan tiga hal yang
Allah di benci-Nya,yaitu :

1. Allah suka bila hamba-Nya menyembah padan-Nya dan tidak

menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.

2. Allah suka kalau hamba-Nya berpegang teguh dengan ikatan Allah;

3. Allah suka kalau hamban-Nya tidak bercerai-berai

4. Allah membenci hamba-Nya yang banyak bicara

5. Allah membenci hamba-Nya yang banyak bertanya sesuatu tidak

berguna.

6. Allah membenci hamba-Nya yang memboros kan harta.

Dari isi kandungan hadis di atas kita akan kita fokuskan pada poinenam yakni sesuai
dengan pembahasan dalam topik yang akan kita bahas tentang pemborosan harta atau
lajimnya di sebut konsumtif karna pembahasan tentang pemborosan ini sangat penting kita
kaji karna dari dulu sampai sekarang sikap pemborosan tidak pernah terlepas dalam
kehidupan manusia yang bermasyarkat karna kecenderungan manusia ingin memiliki sesuatu
walaupun kadang sesuatu itu tidak bermanfaat baginya dan melebihi kebutuhan yang ia
butuhkan, Disamping mencela sikap kikir,Islam juga mencela orang yang suka memboroskan
hartanya terhadap hal-hal yang tidak berguna bagi dirinya serta keluarganya karna dalam
islam kita di anjurkan untuk senatiasan membagikan harta kita kepada orang lain yang
membutuhkan harta yang miliki karna tidak semua manusia mendapat keberuntungan seperti
manusia lainya, jadi manusia yang memiliki harta yang lebih seharusnya membagikan kepada
saudaranya karna dalam Islam kita di ajarkan untuk saling melengkapi dan saling memberi
sehingga adanya perintah di wajibkanya jakat bagi orang- orang yang memiliki harta yang
sampai pada batas nisaf sesuai yang telah di tentukan. Dalam kitab Al-Qur’an telah di
sebutkan larangan tentang bersikap boros :

Artinya : “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-
hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-
saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (QS. Al-Isra’ : 26-27)

Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di ssetia (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS: Al-A’raf Ayat: 31)

Allah sangat melarang perbuatan pemborosan yang dapat merugikan diri sendiri secara
moral dan merugikan saudara semuslim yang membutuhkan harta dari muslim lainnya yang
memiliki harta yang berlebih dan mampu untuk ia lebih ia bagikan, namun dia lebih suka
membelanjakan hal-hal yang tidak ada manfaatnya. Beberapa Contoh Sifat Boros dalam
Kehidupan Sehari-Hari :

1. Gemar beli produk yang mahal-mahal karena gengsi

2. Suka belanja dengan kartu kredit tanpa melihat daya beli

3. Boros dalam mengunakan air bersih dan air minum

4. Pengeluaran lebih besar dari penghasilan (kecuali penghasilan rendah)

5. Suka menyisakan dan membuang-buang makanan

6. Senang membeli barang yang tidak perlu

7. Boros listrik, air, pulsa telepon, bensin, gas, dan lain-lain

8. Memiliki hobi yang mahal biayanya

Beberapa Efek/Dampak Buruk Perilaku/Gaya Hidup Boros :

1. Uang yang dimiliki cepat habis karena biaya hidup yang tinggi
2. Menjadi budak hobi (nafsu) yang bisa menghalalkan uang haram

3. Malas membantu yang membutuhkan & beramal shaleh

4. Selalu sibuk mencari harta untuk memenuhi kebutuhan

5. Menimbulkan sifat kikir, iri, dengki, suka pamer, dsb

6. Anggota keluarga terbiasa hidup mewah tidak mau jadi orang sederhana

7. Bisa stres atau gila jika hartanya habis

8. Bisa terlilit hutang besar yang sulit dilumasi

9. Sumber daya alam yang ada menjadi habis

10. Tidak punya tabungan untuk saat krisis

Oleh sebab itu mari kita hindari sifat boros dalam hidup kita agar kita bisa hidup
bahagia tanpa harta yang banyak bersama seluruh anggota keluarga kita. Ada peribahasa
hemat pangkal kaya, sehingga dengan menjadi orang yang bergaya hidup sederhana
walaupun kaya raya maka hartanya akan berkah dan terus bertambahdari waktu ke waktu.

2.4 Hasad (Dengki)

Hasad (dengki) secara bahasa berarti menaruh perasaan benci, tidak suka karena iri
yang amatsangat kepada keberuntungan orang lain. Secara istilah adalah usaha seseorang
untuk mempengaruhi orang lain supaya tidak senang terhadap orang yang memperoleh
keberuntungan atau karunia Allah SWT. Hasad biasanya timbul karena adanya permusuhan
dan persaingan untuk saling menjatuhkan. Hasad merupakan penyakit rohani yang sangat
berbahaya, karenanya harus dijauhi. Apabila dibiarkan, akan dapat merusak dan
menghilangkan semua amal kebaikan seseorang. Orang yang dengki menyimpan sifat rakus,
tamak,dendam, serta rasa permusuhan. Pendengki selalu gelisah karena hatinya tidak rela jika
melihat oranglain mendapat kenikmatan dari Allah swt. Hal ini akan membahayakan
kesehatan rohani maupun jasmani.

Nabi Muhammad saw bersabda :

Artinya: “dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda: “Jauhkanlah dirimu dari
sifat hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan, ibarat api yang membakar
kayu” (H.R. Abu Dawud )
Hadist diatas memberikan pelajaran dan mengingatkan kepada kita, betapa kejinya sifat
hasad. Hasad tumbuh di hati seseorang apabila ia tidak senang kepada keberhasilan orang lain.
Sikap ini biasanya di dahului oleh sikap yang menganggap dirinya paling hebat dan paling
berhak mendapatkan yang terbaik sehingga jika melihat ada orang lain yang kebetulan
beruntung, maka ia merasa disaingi.

Jadi, pada dasarnya hasad ini juga berasal dari sikap membesarkan diri atau sombong.
Apabila penyakit hasad (dengki) telah menghinggapi seseorang, maka akan timbul perilaku
yang berbahaya, sehingga dapat menghancurkan nama baik diri-pribadi, orang tua, keluarga,
dan sekolah.

Contoh perilaku hasad antara lain :

a. Tidak mnsyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita.

b. Tidak senang atas keberhasilan atau kebahagiaan orang lain.

c. Tertawa diats penderitaan orang lain.

d. Rasa tidak percaya diri atas kekurangan ataupun kelebihan yang kita miliki.

e. Timbulnya keinginan untuk mencelakan orang lain.

Cara menghindari perialku hasad :

a. Berusaha untuk mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah SWT.

b. Menyadari bahwa perilaku hasad sangat berbahya dan harus dijauhi.

c. Menyadari bahwa perilaku hasad dapat menghapus segala kebaikan yang

telah dilakukan apabila masih suka menghasud.

d. Berpikir positif atas segala kejadian yang menimpa kita.

e. Tetap percaya diri dan optimis dengan kekurangan yang kita miliki.

2.5 Namimah (Mengadu Domba)

Secara bahasa, namimah berarti mengadu domba. Secara istilah, namimah berarti
mengadu domba atau menyebar fitnah antara seseorang dengan orang lain dengan tujuan agar
saling bermaafan. Menurut Imam Zakaria Yahya bin Syarfin Nawawi dalam kitab Riyadus
salihin, namimah didefinisikan sebagai berikut :

“Namimah adalah merekayasa omongan untuk menghancurkan sesame manusia”.


Namimah termasuk perbuatan tercela yang harus kita hindari dalam kehidupan sehari-hari,
sebagaimana larangan Allah SWT dalam Al Quran :

Artinya : “Dan janganlah engkau patuhi orang yang suka bersumpah dan suka
menghina, suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah, yang merintangi segala
yang baik, yang melampaui batas dan banyak dosa, yang bertabiat kasar, selain itu juga
terkenal kejahatannya, karena dia kaya dan banyak anak”.(QS. AL Qalam: 10-14)

Hadist nabi Muhammad saw juga mengancam bagi orang yang berperilaku namimah
tidak akan masuk surga. “Dari Khuzaifah r.a. ia mendengar bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba (menebar fitnah)”. (H Muttfaqun
‘Alaihi) Dalam hadist lain, nabi Muhammad saw bersabda sebagai berikut :

“Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya Rasulullah saw melewati dua makam (kuburan) lalu
Nabi bersabda: “Sesungguhnya dua orang yang ada di kubur ini disiksa. Salah seorang di
antaranya disiksa karena selalu mengadu domba (menebar fitnah) dan yang satu lagi karena
tidak bersih ketika bersuci (dari buang air kecilnya)”. (HR. Bukhari dan Muslim) Dari dalil-
dalil diatas menunjukkan betapa besar dosa orang yang mengadu domba (memfitnah). Sebab
dengan adu domba, seseorang dapat saling bertengkar, membunuh, bahkan berlanjut dengan
permusuhan yang berkepanjangan antarkeluarga, dan antarkelompok. Oleh karena itu, jangan
suka mengadu domba (memfitnah) dengan sesamanya. Contoh perbuatan namimah antara
lain sebagai berikut :

a. Mempunyai maksud yang tidak baik terhadap orang lain terutamaorang yang

sedang diadu domba.

b. Terlalu mudah percaya pada orang lain tanpa mengetahui kebenarannya.

c. Suka berkumpul/menggosip.

d. Menjadi provokator

Di antara cara menghindari perilaku namimah sebagai berikut :

a. Menyadari bahwa perilaku namimah menyebabkan seseorang tidak


masuk surga meskipun rajin beribadah.

b. Jangan mudah percaya pada seseorang yang memberikan informasi

negatif tentang orang lain

c. Menghindari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku

namimah, seperti berkumpul tanpa ada tujuan yang jelas, menggosip,

dan lain-lain.

d. Berpikir positif atas segala kejadian yang menimpa kita.

e. Tetap percaya diri dan optimis dengan kekurangan yang kita miliki.

2.5 Namimah (Mengadu Domba)

Secara bahasa, namimah berarti mengadu domba. Secara istilah,namimah berarti


mengadu domba atau menyebar fitnah antara seseorangdengan orang lain dengan tujuan agar
saling bermaafan. Menurut Imam Zakaria Yahya bin Syarfin Nawawi dalam kitab Riyadus
salihin, namimah didefinisikan sebagai berikut :

“Namimah adalah merekayasa omongan untuk menghancurkan sesame manusia”.


Namimah termasuk perbuatan tercela yang harus kita hindari dalam kehidupan sehari-hari,
sebagaimana larangan Allah SWT dalam Al Quran :

Artinya : “Dan janganlah engkau patuhi orang yang suka bersumpah dan suka
menghina, suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah yang merintangi segala yang
baik, yang melampaui batas dan banyak dosa, yang bertabiat kasar, selain itu juga terkenal
kejahatannya, karena dia kaya dan banyak anak”.(QS. AL Qalam: 10-14)

Hadist nabi Muhammad saw juga mengancam bagi orang yang berperilaku namimah
tidak akan masuk surga. “Dari Khuzaifah r.a. ia mendengar bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba (menebar fitnah)”. (H Muttfaqun
‘Alaihi) Dalam hadist lain, nabi Muhammad saw bersabda sebagai berikut :

“Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya Rasulullah saw melewati dua makm (kuburan) lalu
Nabi bersabda: “Sesungguhnya dua orang yang ada di kubur ini disiksa. Salah seorang di
antaranya disiksa karena selalu mengadu domba (menebar fitnah) dan yang satu lagi karena
tidak bersih ketika bersuci (dari buang air kecilnya)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari dalil-dalil diatas menunjukkan betapa besar dosa orang yang mengadu domba
(memfitnah). Sebab dengan adu domba, seseorang dapat saling bertengkar, membunuh,
bahkan berlanjut dengan permusuhan yang berkepanjangan antarkeluarga, dan antarkelompok.
Oleh karena itu, jangan suka mengadu domba (memfitnah) dengan sesamanya.

Contoh perbuatan namimah antara lain sebagai berikut :

a. Mempunyai maksud yang tidak baik terhadap orang lain terutamaorang yang

sedang diadu domba.

b. Terlalu mudah percaya pada orang lain tanpa mengetahui kebenarannya.

c. Suka berkumpul/menggosip.

d. Menjadi provokator

Di antara cara menghindari perilaku namimah sebagai berikut :

a. Menyadari bahwa perilaku namimah menyebabkan seseorang tidak masih

surga meskipun rajin beribadah.

b. Jangan mudah percaya pada seseorang yang memberikan informasi negatif

tentang orang lain

c. Menghindari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilakunamimah,

seperti berkumpul tanpa ada tujuan yang jelas, menggosip, dan lain-lain.

Maka dari itu, kita sebagai manusia yang beragama janganlah mendekati perbuatan
perbuatan tercela diatas karena akamn merusak aqidah dan akhlak kita. Dan agar kita bias
selamat dunia dan akhirat.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan dari referensi yang kami baca, maka dapat di simpulkan bahwa didalam
diri manusia terdapat dua sifat, yaitu sifat terpuji dan sifar tercela. Namun pada makalah ini
kami hanya membahas tentang sifat tertcela yang di larang dalam islam. Banyak sekali sifat-
sifat tercela yang ada tetapi kami hanya mengambil beberapa diantaranya adalah buruk
sangka, gibah, boros, hasad, dan namimah. Perilaku tercela merupakan perilaku yang sangat
di benci oleh Allah Swt dan Nabi Muhammad saw karena sifat ini dapat merusak jasmani dan
rohani dari orang yang melakukan sifat tercela tersebut. Allah telah berfirman di dalan kitab
suci al-Qur’an dan Rasulullah saw pun telah bersbda lewat hadist-hadistnya untuk menjauhi
sifat tercela tersebut. Karena sifat tercela dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

3.2 SARAN

Sebaiknya kalian menjauhi sifat-sifat tercela tersebut, karena dapat

merusak aqidah kita. Dan agar kita bisa selamat dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA

Syafe’I Rachmat.2000. Al-hadis(Aqidah,Akhlak,Sosial dan Hukum.) Bandung. CV

Pustaka Setia

An-Nawawi.2001.Terjemahan Hadits Arba’in. Jakarta.Al-I’tishom Cahaya Umat.

blogspot.com/2011/06/hadits-tentang-buruk-sangka

Kamarudin. 2011. Makalah Perilaku Tercela. http//perilakutercela.com/. Di akses

pada tanggal 23 Oktober 2013

Lumrisaja. 2010. Perilaku Tercela. http://lumrisaja.blogspot.com/p/perilaku-

tercela.html. Di akses tanggal 25 Oktober 2013

Effendy, Mochtar. 2001. Ensiklopedi Agama dan Filsafat. Palembang: PT

Widyadara.

Bahreisy, Salim. 1987. Tarjamah Riadhus Sholihin II.Bandung: PT Alma Arif

Bandung.

Al-’Adawy, Musthafa. 2006.Fiqih Akhlak.Jakarta: Qisthi Press.

http://organisasi.org/allah-swt-melarang-perbuatan-boros-pemborosan-larangan-

agama-islam

Anda mungkin juga menyukai