Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PERILAKU TERCELA

Dosen Pembibing : Drs. H. Abdul Hamid


Mahfudz, M.PdI.

Disusun Oleh :

Nama :Afifah Ayu Tristanti


NIM :
201814201002
No Absen :02

STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)

TAHUN AKADEMIK 2018/2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah agama ini dengan baik.

Penulisan makalah yang  bersifat  sederhana  ini, dibuat berdasarkan


tugaskelompok  yang di berikan  oleh  guru  pembimbing kami yaitu Ibu
Susilowati, S.Ag dalam materi yang berjudul Akhlak Tercela.

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami semua dapat menyusun,


menyesuaikan, serta dapat menyelesaikan sebuah makalah ini. Di samping
itu, kami mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu kami dalam menyelesaikan pembuatan sebuah 
makalah ini, baik dalam bentuk moril maupun dalam bentuk materi
sehinggadapat terlaksana denan baik.

Kami, sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini memang


masih banyak kekurangan serta amat  jauh dari kata kesempurnaan.
Namun, kami semua telah berusaha semaksimal mungkin dalam membuat
sebuah makalah ini. Di samping itu, kami sangat  mengharapkan kritik
serta saran nya dari semua teman-temandemi tercapainya kesempurnaan
yang di harapkan dimasa akan datang.

Nganjuk , 25 Oktober 2013

HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah Segala puji bagi AllahSWT,kita memuji-Nya,dan meminta
pertolongan,pengampunan serta petunjuk kepada-Nya. Kita berlindung
kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Barang
siapa mendapat dari petunjuk Allah, maka tidak akan ada yang
menyesatkannya dan barang siapa yang sesat aka tidakada pemberi
petunjuk baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
bahwa Muhammad adalah hamba dan Rosul-Nya. Semoga doa, sholawat
tercurah pada junjungan dan suri tauladan kita Nabi Muhammad
SAW,keluarganya, dan sahabat serta siapa saja yang mendapat petunjuk
hingga hari kiamat. Aaminn.

Persembahan tugas akhir ini dan rasa terima kasih ucapkan untuk:

1. Keluargaku tercinta, kedua orang tuaku serta kakakku yang telah


memberikan kasih sayang, do’a ,dukungan serta motivasi baik secara
moril maupun materil untuk selalu terikat dengan hukum syara’ dan
menjadi orang yang bahagia di dunia maupun di akhirat.
2. Teman-temanku prodi S1 di Stikes Satria Bhakti Nganjuk yang
senantiasa selalu membantu dan memberikan semnagat dalam
menjalani hidup ini.
3. Kepada Bapak Dosen Abdul Hamid Mahfuds MPDSI

DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………….…… i

Daftar Isi …………………………………………….………………………………ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ……………………………………………..……………………… 1

1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………………………2

1.3. Tujuan Masalah ……………………………………………………….…………… 2

1.4. Manfaat Masalah ……………………………………………………………. ……2

BAB II. PEMBAHASAN

3.1. Buruk Sangka …………………………………………………..…………………….3

3.2. Gibah …………………………………………………….…………………………...... 5

3.3. Larangan Berbuat Boros………………………………………………………….7

3.4.Hasad……………………………………………………………………………….. ......11

3.5. Namimah ……………………………………………………………………………...12

BAB III. PENUTUP

4.1. Simpulan ………………………………………………………………………….......14

4.2. Saran …………………………………………………….……………………….........14

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….…………………………........15


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perilaku Tercela adalah perbuatan yang tidak Diridhoi oleh Allah. Seorang
Menganiaya berarti menyiksa, menyakiti dan berbagai bentuk
ketidakadilan seperti menindas, mengambil hak orang lain dengan paksa
dan lain-lainnya. Aniaya termasuk perbuatan tercela yang dibenci Allah
SWT bahkan sesama manusia. Berbuat Aniaya berarti berbuat dosa. Oleh
karena itu, aniaya akan mendatangkan akibat-akibat buruk yang akan
diterima oleh pelakunya. Dewasa ini banyak sekali perilaku aniaya bahkan
telah menjadi trend dikalangan orang yang memiliki kedudukan tinggi.
Mereka selalu menilai seseorang dan memperlakukan seseorang sesuai
dengan status sosialnya. Bila seorang pejabat telah menilai seseorang itu
jauh lebih rendah dari status sosial yang di jabatnya, bukan tidak mungkin
ia akan berbuat seenaknya sendiri. Sungguh moral manusia sudah sangat
rusak akibat perilaku tercela tersebut.
Disisi lain, Al-Qur’an juga mengemukakan dan memberi peringatan
tentang akhlak-akhlak buruk atau tercela yang dapat merusak iman
seseorang dan pada akhirnya akan merusak dirinya serta kehidupan
masyarakat. Akhlak buruk itulah yang disampaikan oleh rasulullah yang
ditunjukkan oleh kaum Quraisy dahulu untuk memojokkan kebenaran
yang disampaikan rasulullah sebagaimana yang dilakukan oleh tokoh-
tokoh Quraisy seperti Abu jalal, Walid bin mugirah, Akhnas bin syariq,
Aswad bin abdi Yaquts. Oleh karena itu, iman merupakan suatu pengakuan
terhadap kebenaran dan harus dipelihara serta di tingkat kan kualitas nya
melalui sikap dan perilaku terpuji.

Sifat terpuji dan tercela yang tertanam dalam diri manusia selalu
berdampingan dan terlihat dalam perilaku sehari-hari.

Apabila perilaku seseorang menampilkan kebaikan, maka terpujilah sikap


orang tersebut. Sebaliknya, apabila perilaku seseorang menampilkan
kebaikan ataukejahatan, maka tercelalah sikap orang tersebut. Sifat
tercela sangat dilarang oleh Allah SWT dan harus dihindari dalam
pergaulan sehari-hari karena akan merugikan diri sendiri maupun orang
lain.
1.2. Rumusan Masalah

1.2.1.      Jelaskan pengertian dari sifat Ghibah?

1.2.2.      Jelaskan pengertian dari Prasangka Buruk?

1.2.3.      Jelaskan pengertian dari sifat Hasad?

1.2.4.      Jelaskan pengertian dari sifat Boros?

1.2.5.      Jelaskan pengertian dari sifat Namimah?

1.3.  Tujuan Masalah

1.3.1.      Untuk mengetahui pengertian dari sifat gibah.

1.3.2.      Untuk mengetahui pengertian dari berprasangka buruk.

1.3.3.      Untuk mengetahui pengertian dari sifat hasad.

1.3.4.      Untuk mengetahui pengertian dari berperilaku boros.

1.3.5.      Untuk mengetahui pengertian dari sifat namimah.

1.4.  Manfaat Masalah

1.4.1.      Agar kita dapat mengetahui bagaimana sifat ghibah.

1.4.2.      Agar kita mengetahui bagaimana prilaku buruk.

1.4.3.      Agar kita mengetahui bagaimana sifat hasad.

1.4.4.      Agar kita mengetahui bagaimana sifat boros.

1.4.5.      Agar kita mengetahui bagaimana penjelasan namimah

BAB II
PEMBAHASAN

Didalam kehidupan ini banyak sekali kita menjumpai perilaku tercela


namun kita akan membahas sebagian dari perilaku tercela tersebut yaitu
sebagai berikut :

2.1  Buruk Sangka

Buruk sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau


menganggap jelek tanpa adanya sebab-sebab yang jelas yang memperkuat
sangkanya. Dan perbuatan itu dapat membuat pelakunya mendapat dosa
dari Allah SWT. Dan dapat membuat hati seseorang kotor dan itu sangat di
sayangkan karna pusat kegiatan seorang ada di hati,jika hati seseorang
bersih dari noda dan dosa maka seluruh anggota tubuhnya akan bersih
pula namun jika hatinya kotor maka tubuhnya akan ikut ter kotori karna
hati itu yang menyebarkan darah yang mengalir dari jantung ke setiap
sendi-sendi dalam tubuh manusia dan bayangkan jika darah itu telah
terkotori dengan dosa dan noda.

Dalam hadis kudsi bahwasanya dari Abu Dzar Al-Ghifari ra.Rasulullah


bersabda tentang apa yang beliau riwayatkan dari rabb-nya ‘Azza wa
Jalla,sesungguhnya Dia berfirman,
“Wahai hamba-ku, sesungguhnya aku telah mengharamkan kezaliman itu
haram di antara kamu. Oleh karna itu, janganlah kamu saling Menzalimi.
(H.R Muslim)[1][4].

Buruk sangka itu termasuk perbuatan zalim karna kita telah memberikan
perasangka tidak baik pada sesuatu padahal sesuatu/seseorang itu belum
tentu buruk karena yang pantas mengadili sesuatu baik atau buruknya
hanya-lah Allah semata karena kita manusia sangat banyak kekurangan
dalam segala hal dan bagaimana kita mengatakan sesuatu itu buruk
sedangkan kita sendiri tidak tahu apakah kita sudah termasuk orang yang
terbebas dari dosa dan noda serta keburukan dalam hati kita serta hidup
kita dalam sehari-hari. Dan Allah juga telah berfirman dalam Al-Qur’an
yang berbunyi :

ْ‫َّس وا َواَل َي ْغ َتب‬ ُ ‫الظنِّ إِ ْث ٌم ۖ َواَل َت َجس‬ َّ ‫ض‬ َ ْ‫الظنِّ إِنَّ َبع‬ َّ ‫ِين آ َم ُن وا اجْ َت ِن ُب وا َك ِث يرً ا م َِن‬ َ ‫َيا أَ ُّي َه ا الَّذ‬
ٌ‫ض ُك ْم َبعْ ضًا ۚ أَ ُيحِبُّ أَ َح ُد ُك ْم أَنْ َيأْ ُك َل َلحْ َم أَخِي ِه َم ْي ًتا َف َك ِرهْ ُت ُم وهُ ۚ َوا َّتقُ وا هَّللا َ ۚ إِنَّ هَّللا َ َت وَّ اب‬
ُ ْ‫َبع‬
‫َرحِي ٌم‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-


sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang”. (Q.S Al-Hujurat :12)

Apalagi kalau kita berperasangka buruk pada masalah-masalah Aqidah


yang harus di yakini apa adanya. Buruk sangka dalam hal ini adalah haram
seperti yang telah Allah gambarkan dalam Al-Qur’an surah Al-hujurat di
atas bahwasanya Allah sangat melarang hal demikian karna dapat
menjerumuskan kita pada perbuatan dosa dan perbuatan dosa itu akan di
mintai pertanggung jawaban di akhirat kelak oleh Allah dan sebaiknya kita
berperasangka terhadap masalah-masalah kehidupan agar memiliki
semangat untuk menyelidikinya, dan perkara seperti ini di bolehkan karna
dapat membawa seseorang pada sesuatu yang bermanfaat bagi hidupnya
dan orang lain untuk sumber ilmu yang baru.

Rasulullah SAW bersabda :


"Hindarilah prasangka, karena prasangka itu berita yang paling bohong."
(HR. Muslim).
2.2Giba

Secara bahasa, gibah (menggunjing) adalah menceritakan keburukan


(keaiban) orang lain. Secara istilah berarti membicarakan kejelakan dan
kekurangan orang lain dengan maksud mencari kesalahan-kesalahannya,
baik jasmani, agama, kekayaan, akhlak ataupun bentuk lahiriyahnya. Gibah
tidak terbatas melalui lisan saja, namun bisa terjadi dengan tulisan atau
gerakan tubuh. Apabila hal itu berhubungan  dengan agama seseorang, ia
akan mengatakan bahwa ia pembohong, fasik, munafik, dan lain-lain. 
Dalam hadist dikatakan :

‫ هللاُ َو َر ُس ْولُ ُه‬:‫ أَ َت ْدر ُْو َن ِب ْال ِغ ْي َب ةِ؟ َق الُ ْوا‬:‫ َقا َل‬.‫م‬.‫هللا ص‬ ِ ‫ أَنَّ َرس ُْو َل‬.‫ض‬.‫َو َعنْ أَ ِبى ه َُري َْر َة ر‬
‫ان‬َ ‫ ِانْ َك‬:‫ان فِي أَخِي َم ا أَقُ ْولُ؟ َق ا َل‬ َ ‫ْت ِانْ َك‬ َ ‫ ِق ْي َل أَ َف َرأَي‬،ُ‫اك ِب َما ي ُْك َره‬
َ ‫ك أَ َخ‬
َ ‫ ذ ِْك ُر‬:‫ َقا َل‬،‫أَعْ َل ُم‬
‫ (رواه مسلم‬،ُ‫ َو ِانْ َل ْم َي ُكنْ ِف ْي ِه َما َتقُ ْو ُل َف َق ْد َب َه َته‬،ُ‫اغ َت ْب َته‬
ْ ‫ِف ْي ِه َما َتقُ ْو ُل َف َق ِد‬

Artinya : “Abu Hurairah r.a berkata Rasulullah SAW bersabda: ”Tahukah


kamu apakah gibah itu?”Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasulnya
lebih mengetahui”. Lalu Nabi bersabda: menyebut saudaranya dengan apa
yang tidak disukainya. Lalu Rasul ditanya: “Bagaimanakah pendapat
engkau kalau itu memang (kejadian) sebenarnya dan apa adanya?” Nabi
menjawab: “Walaupun yang kamu katakan itu benar begitu, itulah disebut
Gibah. Akan tetapi jikalau menyebut apa-apa yang tidak sebenarnya,
berarti kita telah menuduhnya dengan kebohongan atau fitnah”. (H.R.
Muslim).
Dari hadis diatas dapat kita ambil hikmah bahwasanya kita dilarang
menceritakan kejelekan saudara kita walaupun dibelakangnya, sekalipun
sesuatu itu benar-benar terjadi, sedangkan ia tidak menyukai jika ia
mendengar apa yang kita katakan kepada saudara kita yang lain dan dapat
juga mencemarkan nama baik saudara kita dalam bermasyarakat. Allah
SWT menggambarkan bahwa seseorang yang menggunjing itusama
dengan memakan daging bangkai yang tentunya sangat menjijikkan.

Apabila kita mendengar seseorang yang melakukan gibah atau


membicarakan hal-hal yang kotor lainya tentang seseorang maka kita
hendaklah menghindar karena kita dapat resiko yaitu mendapat dosa dari
Allah karena kita membiarkan suatu kemungkaran dan tanpa
mencegahnya bahkan kita ikut bergabung dalam perbuatan mungkar
tersebut. Seperti Firman Allah SWT (QS al Qhasshas ayat 55)

Islam melarang perbuatan ghibah tersebut dengan maksud untuk menjaga


keimanan serta menjaga dari perbuatan maksiat kepada Allah SWT, karena
sesungguhnya sesama muslim dilarang membuka aib.

Tidak semua jenis gibah dilarang dalam agama. Ada beberapa jenis gibah
yang diperbolehkan dengan maksud untuk mencapai tujuan yang benar
dan tidak mungkin tercapai kecuali dengan gibah. Gibah yang
diperbolehkan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Melaporkan perbuatan aniaya yang dilakukan oleh seseorang.
b. Usaha untuk mengubah kemungkaran dan membantu sesorang
keluar dari perbuatan maksiat.
c. Gibah untuk tujuan meminta nasihat.
d. Gibah untuk memperingatkan pada kaum muslim tentang suatu
fatwa.
e. Memberi penjelasan dengan suatu sebutan yang terkenal pada diri
seseorang meskipun itu sesuatu yang buruk, seperti si bisu, si
pincang dan lain-lain.

Contoh perilaku gibah antara lain :

a. Membicarakan kburukan orang lain melaui lisan, seperti


antartetangga yang satu dengan yang lainnya.
b. Membicarkan keburukan orang lain melalui bahasa isyarat.
c. Membicarakan keburukan orang lain melalui gerakan tubuh dengan
maksud mengolok-ngolok.

d. Membicarkan keburukan orang lain melalui media massa tanpa


ada maksud untuk kebaikan.
Karena gibah termasuk dosa dan sering membawa kepada permusuhan,
maka hindarilah kebiasaan bergibah. Berikut ini di antara cara supaya
terhindar dari perilaku gibah:

a. selau mengingat bahwa perbuatan gibah adalah penyebab


kemarahan dan kemurkaan Allah SWT.
b. Selalu mengingat bahwasanya timbangan kebaikan gibah akan
pindah kepada orang yang digunjingnya.
c. Hendaknya orang yang melakukan gibah mengingat terlebih dahulu
aib dirinya sendiri dan segera berusaha memperbaikinya.
d. Menjauhi factor-faktor yang menimbulkan terjadinya gibah.
e. senantiasa mengingatkan orang-orang yang melakukan gibah.

Adapun cara taubat bagi orang yang melakukan gibah, yakni sebagai


berikut :

A. Menarik kembali kabar bohong yang dia sampaikan dahulu.


B. Meminta maaf atau meminta untuk di halalkan kepada yang di
fitnah.
C. Meminta ampun pada Allah atas perbuatanya (melakukan gibah).

Adapun pengaruh negatif yang ditimbulkan dari perilaku ghibah antara


lain:

a. Menimbulkan fitnah
b. Menyebabkan perpecahan dan permusuhan
c. Merusak nama baik pada diri sendiri dan orang lain
d. Dapat merusak keimanan

2.3   Larangan Berbuat Boros (Konsumtif)

Boros adalah Perbuatan boros adalah gaya hidup gemar berlebih-lebihan


dalam menggunakan harta, uang maupun sumber daya yang ada demi
kesenangan saja. Dengan terbiasa berbuat boros seseorang bisa menjadi
buta terhadap orang-orang membutuhkan di sekitarnya,sulit membedakan
antara yang halal dan yang haram,mana boleh mana tidak boleh dilakukan,
dan lain sebagainya. Alloh SWT menyuruh kita untuk hidup sederhana dan
hemat, karena jika semua orang menjadi boros maka suatu bangsa bisa
rusak/hancur. Menurut para sahabat pengertian sikap boros dalam
pandangan islam :

Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah


menginfakkan sesuatu bukan pada jalan yang benar.”

Mujahid mengatakan, “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh


hartanya dalam jalan yang benar, itu bukanlah tabdzir (pemborosan).
Namun jika seseorang menginfakkan satu mud saja (ukuran telapak
tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang dinamakan tabdzir
(pemborosan).”

Qotadah mengatakan, “Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah


mengeluarkan nafkah dalam berbuat maksiat pada Allah, pada jalan yang
keliru dan pada jalan untuk berbuat kerusakan.” (Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim, 8: 474-475).

Ibnul Jauzi berkata bahwa yang dimaksud boros ada dua pendapat di
kalangan para ulama:

Boros berarti menginfakkan harta bukan pada jalan yang benar. Ini dapat
kita lihat dalam perkataan para pakar tafsir yang telah disebutkan di atas.

Boros berarti penyalahgunaan dan bentuk membuang-buang harta. Abu


‘Ubaidah berkata, “Mubazzir (orang yang boros) adalah orang yang
menyalahgunakan, merusak dan menghambur-hamburkan harta.” (Zaadul
Masiir, 5: 27-28)

Dalam hadist Rasulullah saw bersabda :

،ً‫ض ى َل ُك ْم َثالَث ا‬
َ ْ‫هللا َت َع ا َلى َير‬
َ َّ‫ إِن‬:.‫م‬.‫هللا ص‬ ِ ‫ َق ا َل َر ُس ْو ُل‬:‫ َق ا َل‬.‫ض‬.‫َعنْ أَ ِبى ه َُر ْي َر َة ر‬
ِ ‫ص م ُْوا ِب َح ْب ِل‬
‫هللا‬ ِ ‫ َواَنْ َتعْ َت‬،ً‫ضى َل ُك ْم اَنْ َتعْ ُب ُد ْوهُ َوالَ ُت ْش ِر ُك ْوا ِب ِه َش يْئا‬ َ ْ‫ َف َير‬،ً‫َوي ُْك ِرهُ َل ُك ْم َثالَثا‬
)‫( رواه مسلم‬.‫ال‬ ِ ‫ِضا َع ُة ْال َم‬
َ ‫ال َوا‬ ِ ‫ َوي ُْك ِرهُ َل ُك ْم ِق ْي َل َو َقا َل َو َك ْث َرةُ الس َُّؤ‬،‫ َج ِميْعا ً َوالَ َت َفرَّ قُ ْوا‬.
Artinya : “Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah
SAW.bersabda”sesungguhnya Allah SWT.menyukai tiga macam yaitu,kalau
kamu menyembah kepadan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun.Dan supaya kamu berpegang teguh dengan ikatan
Allah,dan janganlah bercerai-berai.Dan Dia membenci bila kamu banyak
bicara dan banyak bertanya dan memboroskan harta.” (H.R Muslim).

Dari hadist di atas mengandung enam hal ; tiga hal yang Allah sukai dan
tiga hal yang Allah di benci-Nya,yaitu :

1. Allah suka bila hamba-Nya menyembah padan-Nya dan tidak


menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
2. Allah suka kalau hamba-Nya berpegang teguh dengan ikatan Allah;
3. Allah suka kalau hamban-Nya  tidak bercerai-berai
4. Allah membenci hamba-Nya yang banyak bicara
5. Allah membenci hamba-Nya yang banyak bertanya sesuatu tidak
berguna.
6. Allah membenci hamba-Nya yang memboros kan harta.

Dari isi kandungan hadis di atas kita akan kita fokuskan pada poin enam 
yakni sesuai dengan pembahasan dalam topik yang akan kita bahas
tentang pemborosan harta atau lajimnya di sebut konsumtif karna
pembahasan tentang pemborosan ini sangat penting kita kaji karna dari
dulu sampai sekarang sikap pemborosan tidak pernah terlepas dalam
kehidupan manusia yang bermasyarkat karna kecenderungan manusia
ingin memiliki sesuatu walaupun kadang sesuatu itu tidak bermanfaat
baginya dan melebihi kebutuhan yang ia butuhkan.
Disamping mencela sikap kikir,Islam juga mencela orang yang suka
memboroskan hartanya terhadap hal-hal yang tidak berguna  bagi dirinya
serta keluarganya karna dalam islam kita di anjurkan untuk senatiasan
membagikan harta kita kepada orang lain yang membutuhkan harta yang
miliki karna tidak semua manusia mendapat keberuntungan seperti
manusia lainya, jadi manusia yang memiliki harta yang lebih seharusnya
membagikan kepada saudaranya karna dalam Islam kita di ajarkan untuk
saling melengkapi dan saling memberi sehingga adanya perintah di
wajibkanya jakat bagi orang-orang yang memiliki harta yang sampai  pada
batas nisaf sesuai yang telah di tentukan.

Dalam kitab Al-Qur’an telah di sebutkan larangan tentang bersikap boros :

‫يل َوال ُت َب ِّذرْ َت ْب ِذيرً ا‬ َ ‫ت َذا ْالقُرْ َبى َح َّق ُه َو ْال ِمسْ ك‬
ِ ‫ِين َواب َْن الس َِّب‬ ِ ‫َوآ‬

‫ان ال َّش ْي َطانُ ل َِر ِّب ِه َكفُورً ا‬ َ ‫إِنَّ ْال ُم َب ِّذ ِر‬
َ ‫ين َكا ُنوا إِ ْخ َو‬
ِ ِ‫ان ال َّشيَاط‬
َ ‫ين َو َك‬

Artinya :  “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan


haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan
setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (QS. Al-Isra’ : 26-27)

ْ ‫َي ا َبنِي آدَ َم ُخ ُذوا ِزي َن َت ُك ْم عِ ْن دَ ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َو ُكلُ وا َو‬


ُّ‫اش َربُوا َواَل ُت ْس ِرفُوا ۚ إِ َّن ُه اَل ُيحِب‬
َ ‫ْالمُسْ ِرف‬
‫ِين‬

Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap


(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan”. (QS: Al-A'raf Ayat: 31)

Allah sangat melarang perbuatan pemborosan yang dapat merugikan diri


sendiri secara moral dan merugikan saudara semuslim yang membutuhkan
harta dari muslim lainnya yang memiliki harta yang berlebih dan mampu
untuk ia lebih ia bagikan, namun dia lebih suka membelanjakan hal-hal
yang tidak ada manfaatnya.

Beberapa Contoh Sifat Boros dalam Kehidupan Sehari-Hari :

1. Gemar beli produk yang mahal-mahal karena gengsi


2. Suka belanja dengan kartu kredit tanpa melihat daya beli
3. Boros dalam mengunakan air bersih dan air minum
4. Pengeluaran lebih besar dari penghasilan (kecuali penghasilan
rendah)
5. Suka menyisakan dan membuang-buang makanan
6. Senang membeli barang yang tidak perlu
7. Boros listrik, air, pulsa telepon, bensin, gas, dan lain-lain
8. Memiliki hobi yang mahal biayanya

Beberapa Efek/Dampak Buruk Perilaku/Gaya Hidup Boros :

1. Uang yang dimiliki cepat habis karena biaya hidup yang tinggi
2. Menjadi budak hobi (nafsu) yang bisa menghalalkan uang haram
3. Malas membantu yang membutuhkan & beramal shaleh
4. Selalu sibuk mencari harta untuk memenuhi kebutuhan
5. Menimbulkan sifat kikir, iri, dengki, suka pamer, dsb
6. Anggota keluarga terbiasa hidup mewah tidak mau jadi orang
sederhana
7. Bisa stres atau gila jika hartanya habis
8. Bisa terlilit hutang besar yang sulit dilunasi
9. Sumber daya alam yang ada menjadi habis

10.Tidak punya tabungan untuk saat krisis

Oleh sebab itu mari kita hindari sifat boros dalam hidup kita agar kita bisa
hidup bahagia tanpa harta yang banyak bersama seluruh anggota keluarga
kita. Ada peribahasa hemat pangkal kaya, sehingga dengan menjadi orang
yang bergaya hidup sederhana walaupun kaya raya maka hartanya akan
berkah dan terus bertambahdari waktu ke waktu.

2.4     Hasad (Dengki)

   Hasad (dengki) secara bahasa berarti menaruh perasaan benci, tidak


suka karena iri yang amatsangat kepada keberuntungan orang lain. Secara
istilah adalah usaha seseorang untuk mempengaruhi orang lain supaya
tidak senang terhadap orang yang memperoleh keberuntungan atau
karunia Allah SWT. Hasad biasanya timbul karena adanya permusuhan dan
persainagn untuk saling menjatuhkan. Hasad merupakan penyakit rohani
yang sangat berbahaya, karenanya harus dijauhi. Apabila dibiarkan, akan
dapat merusak dan menghilangkan semua amal kebaikan seseorang.
Orang yang dengki menyimpan sifat rakus, tamak,dendam, serta rasa
permusuhan. Pendengki selalu gelisah karena hatinya tidak rela jika
melihat oranglain mendapat kenikmatan dari Allah swt. Hal ini akan
membahayakan kesehatan rohani maupun jasmani.

Nabi Muhammad saw bersabda :


Artinya: “dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda: “Jauhkanlah
dirimu dari sifat hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan,
ibarat api yang membakar kayu” (H.R. Abu Dawud ).

Hadist diatas memberikan pelajaran dan mengingatkan kepada kita,


betapa kejinya sifat hasad. Hasad tumbuh di hati seseorang apabila ia tidak
senang kepada keberhasilan orang lain. Sikap ini biasanya di dahului oleh
sikap yang menganggap dirinya paling hebat dan paling berhak
mendapatkan yang terbaik sehingga jika melihat ada orang lain yang
kebetulan beruntung, maka ia merasa disaingi.

Jadi, pada dasarnya hasad ini juga berasal dari sikap membesarkan diri
atau sombong. Apabila penyakit hasad (dengki) telah menghinggapi
seseorang, maka akan timbul perilaku yang berbahaya, sehingga dapat
menghancurkan nama baik diri-pribadi, orang tua, keluarga, dan sekolah.

     Contoh perilaku hasad antara lain :

a. Tidak mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah SWT kepada


kita.

b. Tidak senang atas keberhasilan atau kebahagiaan orang lain.


c.  Tertawa diats penderitaan orang lain.

d. Rasa tidak percaya diri atas kekurangan ataupun kelebihan yang


kita miliki.

e. Timbulnya keinginan untuk mencelakan orang lain

Cara menghindari perialku hasad :

a. Berusaha untuk mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah


SWT.

b.Menyadari bahwa perilaku hasad sangat berbahya dan harus


dijauhi.

c. Menyadari bahwa perilaku hasad dapat menghapus segala


kebaikan yang telah dilakukan apabila masih suka menghasud.

d.Berpikir positif atas segala kejadian yang menimpa kita.

e. Tetap percaya diri dan optimis dengan kekurangan yang kita miliki.
2.5       Namimah (Mengadu Domba)

Secara bahasa, namimah berarti mengadu domba. Secara istilah, namimah


berarti mengadu domba atau menyebar fitnah antara seseorang dengan
orang lain dengan tujuan agar saling bermaafan. Menurut Imam Zakaria
Yahya bin Syarfin Nawawi dalam kitab Riyadus salihin, namimah
didefinisikan sebagai berikut :

“Namimah adalah merekayasa omongan untuk menghancurkan sesama


manusia”.

Namimah termasuk perbuatan tercela yang harus kita hindari dalam


kehidupan sehari-hari, sebagaimana larangan Allah SWT dalam Al Quran :

Artinya : “Dan janganlah engkau patuhi orang yang suka bersumpah dan
suka menghina, suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah,
yang merintangi segala yang baik, yang melampaui batas dan banyak dosa,
yang bertabiat kasar, selain itu juga terkenal kejahatannya, karena dia
kaya dan banyak anak”.
(QS.  AL Qalam: 10-14)

Hadist nabi Muhammad saw juga mengancam bagi orang yang berperilaku
namimah tidak akan masuk surga.

“Dari Khuzaifah r.a. ia mendengar bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tidak


akan masuk surga orang yang mengadu domba (menebar fitnah)”. (H
Muttfaqun ‘Alaihi)

Dalam hadist lain, nabi Muhammad saw bersabda sebagai berikut :

“Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya Rasulullah saw melewati dua makam
(kuburan) lalu Nabi bersabda: “Sesungguhnya dua orang yang ada di kubur
ini disiksa. Salah seorang di antaranya disiksa karena selalu mengadu
domba (menebar fitnah) dan yang satu lagi karena tidak bersih ketika
bersuci (dari buang air kecilnya)”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari dalil-dalil diatas menunjukkan betapa besar dosa orang yang


mengadu domba (memfitnah). Sebab dengan adu domba, seseorang dapat
saling bertengkar, membunuh, bahkan berlanjut dengan permusuhan yang
berkepanjangan antarkeluarga, dan antarkelompok. Oleh karena itu,
jangan suka mengadu domba (memfitnah) dengan sesamanya.
Contoh perbuatan namimah antara lain sebagai berikut :

a. Mempunyai maksud yang tidak baik terhadap orang lain terutama


orang yang sedang diadu domba.
b. Terlalu mudah percaya pada orang lain tanpa mengetahui
kebenarannya.
c. Suka berkumpul/menggosip.
d. Menjadi provokator

Di antara cara menghindari perilaku namimah sebagai berikut :

a. Menyadari bahwa perilaku namimah menyebabkan seseorang tidak


masuk surga meskipun rajin beribadah.
b. Jangan mudah percaya pada seseorang yang memberikan informasi
negatif tentang orang lain
c. Menghindari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku
namimah, seperti berkumpul tanpa ada tujuan yang jelas,
menggosip, dan lain-lain.
Maka dari itu, kita sebagai manusia yang beragama janganlah mendekati
perbuatan perbuatan tercela diatas karena akamn merusak aqidah dan
akhlak kita. Dan agar kita bisa selamat dunia dan akhirat.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

          Berdasarkan dari referensi yang kami baca, maka dapat di simpulkan


bahwa didalam diri manusia terdapat dua sifat, yaitu sifat terpuji dan sifat
tercela. Namun pada makalah ini kami hanya membahas tentang sifat
tertcela yang di larang dalam islam. Banyak sekali sifat-sifat tercela yang
ada tetapi kami hanya mengambil beberapa diantaranya adalah buruk
sangka, gibah, boros, hasad, dan namimah. Perilaku tercela merupakan
perilaku yang sangat di benci oleh Allah Swt dan Nabi Muhammad saw
karena sifat ini dapat merusak jasmani dan rohani dari orang yang
melakukan sifat tercela tersebut. Allah telah berfirman di dalam kitab suci
al-Qur’an dan Rasulullah saw pun telah bersabda lewat hadist-hadistnya
untuk menjauhi sifat tercela tersebut. Karena sifat tercela dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain.

3.2  Saran
Sebaiknya kalian menjauhi sifat-sifat tercela tersebut, karena dapat
merusak aqidah kita. Dan agar kita bisa selamat dunia dan akhirat.

Anda mungkin juga menyukai