Disusun Oleh:
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia dan
hidayahnya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas karya tulis ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada nabi kita Muhammad SAW beserta para
pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman.
Tugas makalah yang diberi judul “ghibah, israf, fitnah” ini ialah suatu karya tulis
yang terbentuk dari hasil kerja penulis dimana tugas ini merupakan syarat dari aspek
penilaian mata kuliah materi pendidikan agama islam.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karna itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
teman teman sekalian.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perlu diketahui, ghibah dapat membawa kerugian, baik untuk orang lain maupun diri
sendiri. Ghibah merupakan perbuatan zalim yang dilaknat oleh Allah SWT. Oleh sebab itu,
ghibah harus dijauhi dalam kehidupan sehari-hari. Ghibah merupakan salah satu perbuatan
dosa yang dibenci oleh Allah SWT dan harus dihindari oleh umat Islam. Secara etimologi,
ghibah berasal dari bahasa Arab (dari kata ghaabaa yaghiibu ghaiban) yang artinya ghaib,
tidak hadir.
Berdasarkan etimologi tersebut, dapat dipahami bahwa ghibah ialah bentuk 'ketidak hadiran
seseorang' dalam sebuah pembicaraan. Namun seiiringi dengan kemajuan teknologi yang
semangkin pesat, penggunaan Smartphone merebak di semua kalangan. Ada yang
menggunakan benda pipih canggih itu untuk kepentingan pekerjaan dan tidak sedikit pula
yang menggunakan benda tersebut sebagai sarana untuk mengahabiskan waktu. Penggunanya
mendapat manfaat jika digunakan dengan baik, namun apabila dijadikan sebagai sarana
menebar aib, tentu menjadi hal yang negatif, dan tanpa kita sadari kita telah berbuat ghibah.
Menebar aib, bukanlan hal yang positif dan merupakan perbuatan yang menyeleweng dari
ajaran agama Islam. Islam sendiri berdiri kokoh di atas pondasi Al Qur‟an dan Hadis sebagai
sumber utama dalam tiap ruang lingkup kehidupan. Al-Qur‟an dan Hadis yang berfungasi
sebagai petunjuk bagi umat manusia agar mereka mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat.1
Iman Ibnul Qayyim berkata, "Akhlak yang tercela adalah bermula dari kesombongan dan
rendah diri. Dari kesombongan muncul sikap bangga, sok tinggi, hebat, ujub, hasad, keras
kepala, zhalim, gila pangkat, kedudukan dan jabatan, senang dipuji padahal tidak berbuat
sesuatu dan sebagainya.
1
Abu Anwar, Ulumul Qur’an (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 13
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian gibah
gibah, yaitu membicraakan aib atau cela (keburukan) seseorang atau satu phak kepada
orang lain. Hukum perbuatan ini adalah dosa. Firman Allah swt.: Q.S Al-Hujurat : 12.
Kecurigaan yang berlebihan pada orang lain akan menimbulkan penyakit hati, seperti
tajasus, yaitu memojokkan orang lain agar kehormatannya tercemar. Allah mengumpamakan
orang yang bergunjing itu sebagai seorang kanibal yang memakan daging saudaranya yang
telah mati.
‘
Pura-pura menampakkan rasa kasih sayang dan keinginan untuk menolong orang lain.
Misalnya dengan mengatakan kepada orang lain : “Kasihan sekali dia. Perbuatan
maksiatnya sungguh telah membuatku sedih.”
‘
Berkelakar, main-main, senda gurau dan melawak. Seorang yang berhati kotor menggunjing
orang lain dengan menyebutkan aib orang tersebut sehingga membuat orang lain tertawa
yang membuat ia merasa puas. Oleh karena itu ia makin berani berbohong dan menggunjing
dengan maksud untuk sekedar bersenda gurau, mencela orang lain dan untuk menonjolkan
diri sendiri. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Celakalah
orang yang bercerita untuk membuat orang tertawa suatu kaum kemudian ia berdusta,
celakalah dia dan celakalah dia.” 4
Menuduh orang lain yang berbuat jelek supaya dirinya terbebas dari tuduhan itu. Misalnya
dia mengatakan : “Si fulanah yang melakukannya, bukan saya.” Dia lalu berusaha mencela
3
HR Ibnu Majah no. 4216, lihat Shahih Sunan Ibnu Majah 2/411 dan Ahadits Ash Shahihah no. 948.
4
HR Tirmidzi 4/557, lihat Shahih Tirmidzi 2/268.
orang tesebut sehingga dirinya dapat terbebas dari tuduhan-tuduhan tersebut.
‘
Kekhawatiran terhadap orang yang akan menjatuhkan martabatnya atau melecehkan di
hadapan seorang pemuka, sahabat atau penguasa. Maka dia berusaha mendahului pembesar
itu, kemudian menggunjing orang tersebut sehingga jatuhlah martabat dan harga dirinya dan
ucapannya tidak lagi bisa dipercaya.5
B. Pengertian israf
5
Tathhirul ‘Aibah min Danasil Ghibah karya Ahmad bin Muhammad bin Hajar Al Maki Al Haitami hal.
54, Fatawa Ibnu Taimiyah 28/236-238 dan 28/222-238.