Oleh :
Amara Putri Alivia
Kelas : X IPS 1
MAN 1 Bogor Kampus A Cibinong
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah agama ini
dengan baik.
Penulisan makalah yang bersifat sederhana ini, dibuat berdasarkan tugas yang di
berikan oleh guru pembimbing kami yaitu Bapak Umar Dhani, S.Ag, MM dalam materi yang
berjudul Akhlak Tercela.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami semua dapat menyusun,
menyesuaikan, serta dapat menyelesaikan sebuah makalah ini. Di samping itu, kami
mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yan telah banyak membantu kami dalam
menyelesaikan pembuatan sebuah makalah ini, baik dalam bentuk moril maupun dalam bentuk
materi sehinggadapat terlaksana denan baik.
Kami, sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini memang masih banyak
kekurangan serta amat jauh dari kata kesempurnaan. Namun, kami semua telah berusaha
semaksimal mungkin dalam membuat sebuah makalah ini. Di samping itu, kami sangatt
mengharapkan kritik serta saran nya dari semua teman-teman demi tercapainya kesempurnaan
yang di harapkan dimasa akan datang.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perilaku Tercela adalah perbuatan yang tidak Diridhoi oleh Allah. Seorang Menganiaya
berarti menyiksa, menyakiti dan berbagai bentuk ketidakadilan seperti menindas, mengambil hak
orang lain dengan paksa dan lain-lainnya. Aniaya termasuk perbuatan tercela yang dibenci Allah
SWT bahkan sesama manusia. Berbuat Aniaya berarti berbuat dosa. Oleh karena itu, aniaya akan
mendatangkan akibat-akibat buruk yang akan diterima oleh pelakunya. Dewasa ini banyak sekali
perilaku aniaya bahkan telah menjadi trend dikalangan orang yang memiliki kedudukan tinggi.
Mereka selalu menilai seseorang dan memperlakukan seseorang sesuai dengan status sosialnya.
Bila seorang pejabat telah menilai seseorang itu jauh lebih rendah dari status sosial yang di
jabatnya, bukan tidak mungkin ia akan berbuat seenaknya sendiri. Sungguh moral manusia sudah
sangat rusak akibat perilaku tercela tersebut.
Disisi lain, Al-Qur’an juga mengemukakan dan memberi peringatan tentang akhlak-akhlak
buruk atau tercela yang dapat merusak iman seseorang dan pada akhirnya akan merusak dirinya
serta kehidupan masyarakat. Akhlak buruk itulah yang disampaikan oleh rasulullah yang
ditunjukkan oleh kaum Quraisy dahulu untuk memojokkan kebenaran yang disampaikan
rasulullah sebagaimana yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Quraisy seperti Abu jalal, Walid bin
mugirah, Akhnas bin syariq, Aswad bin abdi Yaquts. Oleh karena itu, iman merupakan suatu
pengakuan terhadap kebenaran dan harus dipelihara serta di tingkat kan kualitas nya melalui
sikap dan perilaku terpuji.
Sifat terpuji dan tercela yang tertanam dalam diri manusia selalu berdampingan dan terlihat
dalam perilaku sehari-hari. Apabila perilaku seseorang menampilkan kebaikan, maka terpujilah
sikap orang tersebut. Sebaliknya, apabila perilaku seseorang menmpilkan kebaikan atau
kejahatan, maka tercelalah sikap orang tersebut. Sifat tercela sangat dilarang oleh Allah SWT
dan harus dihindari dalam pergaulan sehari-hari karena akan merugikan diri sendiri maupun
orang lain.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Jelaskan pengertian dari sifat Ghibah?
1.2.2. Jelaskan pengertian dari Prasangka Buruk?
1.2.3. Jelaskan pengertian dari sifat Hasad?
1.2.4. Jelaskan pengertian dari sifat Boros?
1
1.2.5. Jelaskan pengertian dari sifat Namimah?
1.3. Tujuan Masalah
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian dari sifat gibah.
1.3.2. Untukl mengetahui pengertian dari berprasangka buruk.
1.3.3. Untuk mengetahui pengertian dari sifat hasad.
1.3.4. Untukn mengetahui pengertian dari berperilaku boros.
1.3.5. Untuk mengetahui pengertian dari sifat namimah.
1.4. Manfaat Masalah
1.4.1. Agar kita dapat mengetahui bagaimana sifat ghibah.
1.4.2. Agar kita mengetahui bagaimana prilaku buruk.
1.4.3. Agar kita mengetahui bagaimana sifat hasad.
1.4.4. Agar kita mengetahui bagaimana sifat boros.
1.4.5. Agar kita mengetahui bagaikmana penjelasan namimah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Didalam kehidupan ini banyak sekali kita menjumpai perilaku tercela namun kita akan
membahas sebagian dari perilaku tercela tersebut yaitu sebagai berikut :
2.1 Buruk Sangka
Buruk sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa
adanya sebab-sebab yang jelas yang memperkuat sangkanya. Dan perbuatan itu dapat membuat
pelakunya mendapat dosa dari Allah SWT. Dan dapat membuat hati seseorang kotor dan itu
sangat di sayangkan karna pusat kegiatan seorang ada di hati,jika hati seseorang bersih dari noda
dan dosa maka seluruh anggota tubuhnya akan bersih pula namun jika hatinya kotor maka
tubuhnya akan ikut ter kotori karna hati itu yang menyebarkan darah yang mengalir dari jantung
ke setiap sendi-sendi dalam tubuh manusia dan bayangkan jika darah itu telah terkotori dengan
dosa dan noda.
Dalam hadis kudsi bahwasanya dari Abu Dzar Al-Ghifari ra.Rasulullah bersabda tentang apa
yang beliau riwayatkan dari rabb-nya ‘Azza wa Jalla, sesungguhnya Dia berfirman,
“Wahai hamba-ku, sesungguhnya aku telah mengharamkan kezaliman itu haram di antara
kamu. Oleh karna itu, janganlah kamu saling Menzalimi.(H.R Muslim)[1][4].
Buruk sangka itu termasuk perbuatan zalim karna kita telah memberikan perasangka tidak
baik pada sesuatu padahal sesuatu/seseorang itu belum tentu buruk karena yang pantas mengadili
sesuatu baik atau buruknya hanya-lah Allah semata karena kita manusia sangat banyak
kekurangan dalam segala hal dan bagaimana kita mengatakan sesuatu itu buruk sedangkan kita
sendiri tidak tahu apakah kita sudah termasuk orang yang terbebas dari dosa dan noda serta
keburukan dalam hati kita serta hidup kita dalam sehari-hari. Dan Allah juga telah berfirman
dalam Al-Qur’an yang berbunyi :
Fْض الظَّ ِّن ِإ ْث ٌم ۖ َواَل تَ َج َّسسُوا َ ين آ َمنُوا اجْ تَنِبُوا َكثِيرًا ِم َن الظَّ ِّن ِإ َّن بَع َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذ
ۚ ُض ُك ْم بَ ْعضًا ۚ َأي ُِحبُّ َأ َح ُد ُك ْم َأ ْن يَْأ ُك َل لَحْ َم َأ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ َواَل يَ ْغتَبْ بَ ْع
َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ ِإ َّن هَّللا َ تَ َّوابٌ َر ِحي ٌم
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-
3
cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (Q.S Al-
Hujurat :12)
Apalagi kalau kita berperasangka buruk pada masalah-masalah Aqidah yang harus di yakini
apa adanya. Buruk sangka dalam hal ini adalah haram seperti yang telah Allah gambarkan dalam
Al-Qur’an surah Al-hujurat di atas bahwasanya Allah sangat melarang hal demikian karna dapat
menjerumuskan kita pada perbuatan dosa dan perbuatan dosa itu akan di mintai pertanggung
jawaban di akhirat kelak oleh Allah dan sebaiknya kita berperasangka terhadap masalah-masalah
kehidupan agar memiliki semangat untuk menyelidikinya, dan perkara seperti ini di bolehkan
karna dapat membawa seseorang pada sesuatu yang bermanfaat bagi hidupnya dan orang lain
untuk sumber ilmu yang baru.
Rasulullah SAW bersabda :
"Hindarilah prasangka, karena prasangka itu berita yang paling bohong."
(HR. Muslim).
2.2 Gibah
Secara bahasa, gibah (menggunjing) adalah menceritakan keburukan (keaiban) orang lain.
Secara istilah berarti membicarakan kejelakan dan kekurangan orang lain dengan maksud
mencari kesalahan-kesalahannya, baik jasmani, agama, kekayaan, akhlak ataupun bentuk
lahiriyahnya. Gibah tidak terbatas melalui lisan saja, namun bisa terjadi dengan tulisan atau
gerakan tubuh. Apabila hal itu berhubungan dengan agama seseorang, ia akan mengatakan
bahwa ia pembohong, fasik, munafik, dan lain-lain. Dalam hadist dikatakan :
ُ هللا: َأتَ ْدر ُْو َن بِ ْال ِغ ْيبَ ِة؟ قَالُ ْوا:الَ َ ق.م. َأ َّن َرس ُْو َل هللاِ ص.ض.َو َع ْن َأبِى هُ َري َْرةَ ر
ان فِي َأ ِخي َما َ ْت اِ ْن َك َ قِي َْل َأفَ َرَأي،ُاك بِ َما يُ ْك َره َ ُك َأ َخ َ ِذ ْكر:ال َ َ ق،َو َرس ُْولُهُ َأ ْعلَ ُم
،ُ َواِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن ِف ْي ِه َما تَقُ ْو ُل فَقَ ْد بَهَتَه،ُان فِ ْي ِه َما تَقُ ْو ُل فَقَ ِد ا ْغتَ ْبتَه
َ اِ ْن َك:ال َ ََأقُ ْولُ؟ ق
(رواه مسلم
Artinya : “Abu Hurairah r.a berkata Rasulullah SAW bersabda: ”Tahukah kamu apakah gibah
itu?”Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasulnya lebih mengetahui”. Lalu Nabi bersabda:
menyebut saudaranya dengan apa yang tidak disukainya. Lalu Rasul ditanya: “Bagaimanakah
pendapat engkau kalau itu memang (kejadian) sebenarnya dan apa adanya?” Nabi menjawab:
“Walaupun yang kamu katakan itu benar begitu, itulah disebut Gibah. Akan tetapi jikalau
menyebut apa-apa yang tidak sebenarnya, berarti kita telah menuduhnya dengan kebohongan
atau fitnah”. (H.R. Muslim).
4
Dari hadis diatas dapat kita ambil hikmah bahwasanya kita dilarang menceritakan kejelekan
saudara kita walaupun dibelakangnya, sekalipun sesuatu itu benar-benar terjadi, sedangkan ia
tidak menyukai jika ia mendengar apa yang kita katakan kepada saudara kita yang lain dan dapat
juga mencemarkan nama baik saudara kita dalam bermasyarakat. Allah SWT menggambarkan
bahwa seseorang yang menggunjing itusama dengan memakan daging bangkai yang tentunya
sangat menjijikkan.
Apabila kita mendengar seseorang yang melakukan gibah atau membicarakan hal-hal yang
kotor lainya tentang seseorang maka kita hendaklah menghindar karena kita dapat resiko yaitu
mendapat dosa dari Allah karena kita membiarkan suatu kemungkaran dan tanpa mencegahnya
bahkan kita ikut bergabung dalam perbuatan mungkar tersebut. Seperti Firman Allah SWT (QS
al Qhasshas ayat 55)
Islam melarang perbuatan ghibah tersebut dengan maksud untuk menjaga keimanan serta
menjaga dari perbuatan maksiat kepada Allah SWT, karena sesungguhnya sesama muslim
dilarang membuka aib
Tidak semua jenis gibah dilarang dalam agama. Ada beberapa jenis gibah yang
diperbolehkan dengan maksud untuk mencapai tujuan yang benar dan tidak mungkin tercapai
kecuali dengan gibah. Gibah yang diperbolehkan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Melaporkan perbuatan aniaya yang dilakukan oleh seseorang.
b. Usaha untuk mengubah kemungkaran dan membantu sesorang keluar dari perbuatan maksiat.
c. Gibah untuk tujuan meminta nasihat.
d. Gibah untuk memperingatkan pada kaum muslim tentang suatu fatwa.
e. Memberi penjelasan dengan suatu sebutan yang terkenal pada diri seseorang meskipun itu
sesuatu yang buruk, seperti si bisu, si pincang dan lain-lain.
Karena gibah termasuk dosa dan sering membawa kepada permusuhan, maka hindarilah
kebiasaan bergibah. Berikut ini di antara cara supaya terhindar dari perilaku gibah:
a. Selau mengingat bahwa perbuatan gibah adalah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah
SWT.
5
b. Selalu mengingat bahwasanya timbangan kebaikan gibah akan pindah kepada orang yang
digunjingnya.
c. Hendaknya orang yang melakukan gibah mengingat terlebih dahulu aib dirinya sendiri dan
segera berusaha memperbaikinya.
d. Menjauhi factor-faktor yang menimbulkan terjadinya gibah.
e. Senantiasa mengingatkan orang-orang yang melakukan gibah.
Adapun pengaruh negatif yang ditimbulkan dari perilaku ghibah antara lain:
a. Menimbulkan fitnah
b. Menyebabkan perpecahan dan permusuhan
c. Merusak nama baik pada diri sendiri dan orang lain
d. Dapat merusak keimanan
6
1. Boros berarti menginfakkan harta bukan pada jalan yang benar. Ini dapat kita lihat dalam
perkataan para pakar tafsir yang telah disebutkan di atas.
2. Boros berarti penyalahgunaan dan bentuk membuang-buang harta. Abu ‘Ubaidah
berkata, “Mubazzir (orang yang boros) adalah orang yang menyalahgunakan, merusak dan
menghambur-hamburkan harta.” (Zaadul Masiir, 5: 27-28)
Dalam hadist Rasulullah saw bersabda :
،ًضى لَ ُك ْم ثَالَثا َ ْ ِإ َّن هللاَ تَ َعالَى يَر:.م.ال َرس ُْو ُل هللاِ ص َ َ ق:ال َ َ ق.ض.َع ْن َأبِى هُ َر ْي َرةَ ر
ِ َ َواَ ْن تَ ْعت،ًضى لَ ُك ْم اَ ْن تَ ْعبُ ُد ْوهُ َوالَ تُ ْش ِر ُك ْوا بِ ِه َشيْئا
ِص ُم ْوا بِ َح ْب ِل هللا َ ْ فَيَر،ًَويُ ْك ِرهُ لَ ُك ْم ثَالَثا
)( رواه مسلم.ضا َعةُ ْال َما ِل َ ِال َوا ِ ال َو َك ْث َرةُ ال ُّسَؤ
َ َ َويُ ْك ِرهُ لَ ُك ْم قِي َْل َوق، َج ِميْعا ً َوالَ تَفَ َّرقُ ْوا.
Artinya : “Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW.bersabda”sesungguhnya Allah
SWT.menyukai tiga macam yaitu,kalau kamu menyembah kepadan-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.Dan supaya kamu berpegang teguh dengan ikatan
Allah,dan janganlah bercerai-berai.Dan Dia membenci bila kamu banyak bicara dan banyak
bertanya dan memboroskan harta.” (H.R Muslim).
Dari hadist di atas mengandung enam hal ; tiga hal yang Allah sukai dan tiga hal yang Allah
di benci-Nya,yaitu :
1. Allah suka bila hamba-Nya menyembah padan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun.
2. Allah suka kalau hamba-Nya berpegang teguh dengan ikatan Allah;
3. Allah suka kalau hamban-Nya tidak bercerai-berai
4. Allah membenci hamba-Nya yang banyak bicara
5. Allah membenci hamba-Nya yang banyak bertanya sesuatu tidak berguna.
6. Allah membenci hamba-Nya yang memboros kan harta.
Dari isi kandungan hadis di atas kita akan kita fokuskan pada poin enam yakni sesuai
dengan pembahasan dalam topik yang akan kita bahas tentang pemborosan harta atau lajimnya di
sebut konsumtif karna pembahasan tentang pemborosan ini sangat penting kita kaji karna dari
dulu sampai sekarang sikap pemborosan tidak pernah terlepas dalam kehidupan manusia yang
bermasyarkat karna kecenderungan manusia ingin memiliki sesuatu walaupun kadang sesuatu itu
tidak bermanfaat baginya dan melebihi kebutuhan yang ia butuhkan,
Disamping mencela sikap kikir,Islam juga mencela orang yang suka memboroskan hartanya
terhadap hal-hal yang tidak berguna bagi dirinya serta keluarganya karna dalam islam kita di
anjurkan untuk senatiasan membagikan harta kita kepada orang lain yang membutuhkan harta
7
yang miliki karna tidak semua manusia mendapat keberuntungan seperti manusia lainya, jadi
manusia yang memiliki harta yang lebih seharusnya membagikan kepada saudaranya karna
dalam Islam kita di ajarkan untuk saling melengkapi dan saling memberi sehingga adanya
perintah di wajibkanya jakat bagi orang-orang yang memiliki harta yang sampai pada batas nisaf
sesuai yang telah di tentukan.
Dalam kitab Al-Qur’an telah di sebutkan larangan tentang bersikap boros :
ِ َوا ْش َربُوا َواَل تُسF ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُكلِّ َمس ِْج ٍد َو ُكلُواFيَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذوا
ْرفُوا ۚ ِإنَّهُ اَل
ين
َ ِْرفِ ي ُِحبُّ ْال ُمس
Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan”. (QS: Al-A'raf Ayat: 31)
Allah sangat melarang perbuatan pemborosan yang dapat merugikan diri sendiri secara moral
dan merugikan saudara semuslim yang membutuhkan harta dari muslim lainnya yang memiliki
harta yang berlebih dan mampu untuk ia lebih ia bagikan, namun dia lebih suka membelanjakan
hal-hal yang tidak ada manfaatnya.
Beberapa Contoh Sifat Boros dalam Kehidupan Sehari-Hari :
1. Gemar beli produk yang mahal-mahal karena gengsi
2. Suka belanja dengan kartu kredit tanpa melihat daya beli
3. Boros dalam mengunakan air bersih dan air minum
4. Pengeluaran lebih besar dari penghasilan (kecuali penghasilan rendah)
5. Suka menyisakan dan membuang-buang makanan
6. Senang membeli barang yang tidak perlu
7. Boros listrik, air, pulsa telepon, bensin, gas, dan lain-lain
8. Memiliki hobi yang mahal biayanya
8
Beberapa Efek/Dampak Buruk Perilaku/Gaya Hidup Boros :
1. Uang yang dimiliki cepat habis karena biaya hidup yang tinggi
2. Menjadi budak hobi (nafsu) yang bisa menghalalkan uang haram
3. Malas membantu yang membutuhkan & beramal shaleh
4. Selalu sibuk mencari harta untuk memenuhi kebutuhan
5. Menimbulkan sifat kikir, iri, dengki, suka pamer, dsb
6. Anggota keluarga terbiasa hidup mewah tidak mau jadi orang sederhana
7. Bisa stres atau gila jika hartanya habis
8. Bisa terlilit hutang besar yang sulit dilunasi
9. Sumber daya alam yang ada menjadi habis
10. Tidak punya tabungan untuk saat krisis
Oleh sebab itu mari kita hindari sifat boros dalam hidup kita agar kita bisa hidup
bahagia tanpa harta yang banyak bersama seluruh anggota keluarga kita. Ada
peribahasa hemat pangkal kaya, sehingga dengan menjadi orang yang bergaya hidup
sederhana walaupun kaya raya maka hartanya akan berkah dan terus bertambahdari
waktu ke waktu.
Artinya: “dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda: “Jauhkanlah dirimu dari sifat hasad
karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan, ibarat api yang membakar kayu” (H.R. Abu
Dawud )
Hadist diatas memberikan pelajaran dan mengingatkan kepada kita, betapa kejinya sifat hasad.
Hasad tumbuh di hati seseorang apabila ia tidak senang kepada keberhasilan orang lain. Sikap ini
biasanya di dahului oleh sikap yang menganggap dirinya paling hebat dan paling berhak
9
mendapatkan yang terbaik sehingga jika melihat ada orang lain yang kebetulan beruntung, maka
ia merasa disaingi.
Jadi, pada dasarnya hasad ini juga berasal dari sikap membesarkan diri atau sombong. Apabila
penyakit hasad (dengki) telah menghinggapi seseorang, maka akan timbul perilaku yang
berbahaya, sehingga dapat menghancurkan nama baik diri-pribadi, orang tua, keluarga, dan
sekolah.
10
Hadist nabi Muhammad saw juga mengancam bagi orang yang berperilaku namimah tidak akan
masuk surga.
“Dari Khuzaifah r.a. ia mendengar bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan masuk surga
orang yang mengadu domba (menebar fitnah)”. (H Muttfaqun ‘Alaihi)
Dalam hadist lain, nabi Muhammad saw bersabda sebagai berikut :
“Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya Rasulullah saw melewati dua makm (kuburan) lalu Nabi
bersabda: “Sesungguhnya dua orang yang ada di kubur ini disiksa. Salah seorang di antaranya
disiksa karena selalu mengadu domba (menebar fitnah) dan yang satu lagi karena tidak bersih
ketika bersuci (dari buang air kecilnya)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari dalil-dalil diatas menunjukkan betapa besar dosa orang yang mengadu domba (memfitnah).
Sebab dengan adu domba, seseorang dapat saling bertengkar, membunuh, bahkan berlanjut
dengan permusuhan yang berkepanjangan antarkeluarga, dan antarkelompok. Oleh karena itu,
jangan suka mengadu domba (memfitnah) dengan sesamanya.
Contoh perbuatan namimah antara lain sebagai berikut :
a. Mempunyai maksud yang tidak baik terhadap orang lain terutama orang yang sedang diadu
domba.
b. Terlalu mudah percaya pada orang lain tanpa mengetahui kebenarannya.
c. Suka berkumpul/menggosip.
d. Menjadi provokator
Di antara cara menghindari perilaku namimah sebagai berikut :
a. Menyadari bahwa perilaku namimah menyebabkan seseorang tidak masuk surga meskipun rajin
beribadah.
b. Jangan mudah percaya pada seseorang yang memberikan informasi negatif tentang orang lain
c. Menghindari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku namimah, seperti berkumpul
tanpa ada tujuan yang jelas, menggosip, dan lain-lain.
Maka dari itu, kita sebagai manusia yang beragama janganlah mendekati perbuatan perbuatan
tercela diatas karena akamn merusak aqidah dan akhlak kita. Dan agar kita bias selamat dunia
dan akhirat.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan dari referensi yang kami baca, maka dapat di simpulkan bahwa didalam diri
manusia terdapat dua sifat, yaitu sifat terpuji dan sifar tercela. Namun pada makalah ini kami
hanya membahas tentang sifat tertcela yang di larang dalam islam. Banyak sekali sifat-sifat
tercela yang ada tetapi kami hanya mengambil beberapa diantaranya adalah buruk sangka, gibah,
boros, hasad, dan namimah. Perilaku tercela merupakan perilaku yang sangat di benci oleh Allah
Swt dan Nabi Muhammad saw karena sifat ini dapat merusak jasmani dan rohani dari orang yang
melakukan sifat tercela tersebut. Allah telah berfirman di dalan kitab suci al-Qur’an dan
Rasulullah saw pun telah bersbda lewat hadist-hadistnya untuk menjauhi sifat tercela tersebut.
Karena sifat tercela dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
3.2 Saran
Sebaiknya kalian menjauhi sifat-sifat tercela tersebut, karena dapat merusak aqidah kita.
Dan agar kita bisa selamat dunia dan akhirat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Syafe’I Rachmat.2000. Al-hadis(Aqidah,Akhlak,Sosial dan Hukum.) Bandung. CV Pustaka Setia
An-Nawawi.2001.Terjemahan Hadits Arba’in. Jakarta.Al-I’tishom Cahaya
Umat. blogspot.com/2011/06/hadits-tentang-buruk-sangka
Kamarudin. 2011. Makalah Perilaku Tercela. http//perilakutercela.com/. Di akses pada tanggal 23
Oktober 2013
Lumrisaja. 2010. Perilaku Tercela. http://lumrisaja.blogspot.com/p/perilaku-tercela.html. Di akses
tanggal 25 Oktober 2013
Effendy, Mochtar. 2001. Ensiklopedi Agama dan Filsafat. Palembang: PT Widyadara.
Bahreisy, Salim. 1987. Tarjamah Riadhus Sholihin II.Bandung: PT Alma Arif Bandung.
Al-'Adawy, Musthafa. 2006.Fiqih Akhlak.Jakarta: Qisthi Press.
http://organisasi.org/allah-swt-melarang-perbuatan-boros-pemborosan-larangan-agama-islam
13