AQIDAH AKHLAK
PERILAKU TERCELA
Disusun oleh:
Nama : Elsa Nurjanah
Kelas : XI Mipa Thoriq Bin Ziyad
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah
SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perilaku Tercela” dalam
rangka memenuhi tugas Aqidah Akhlak ini.
Makalah ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Ibu Mirna selaku guru
pembimbing mata pelajaran Aqidah Akhlak.
Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan
untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun berharap semoga makalah tentang Perilaku Tercela
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Manfaat..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Akhlaq Tercela.................................................................................2
2.2 Sebab-sebab kemerosotan akhlak..................................................................2
2.3 Contoh-contoh Akhlaq Tercela......................................................................3
2.4 Bahaya Akhlak Tercela................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
a) Mahasiswa mengetahi macam-macam akhlak tercela dan bahayanya.
1
b) Dapat menghindarkan dirinya, keluarga ataupun lingkungan dari perilaku
tercela karena membawa dampak buruk bagi semua aspek dan komponen
kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Lemahnya iman merupakan petanda dari kerendahan dan rusaknya
moral, ini disebabkan kerana iman merupakan kekuatan (untuk membina
akhlak) dalam kehidupan seseorang.
b. Tabiat/ watak asli
Ada sebagian orang yang memang memiliki tabi'at/watak asli yang
buruk, rendah, suka iri dan dengki terhadap orang lain. Tabi'at ini lebih
mendominasi pada diri orang tersebut, sehingga terkadang pendidikan
yang diperolehnya sama sekali tidak mempengaruhi perilakunya.
c. Lingkungan
Lingkungan memberikan dampak yang sangat kuat bagi perilaku
seseorang, karena seperti dikatakan pepatah bahwa seseorang adalah
anak lingkungannya. Kalau dia hidup dan terdidik dalam lingkungan
yang tidak mengenal makna adab dan akhlak serta tidak tahu tujuan
hidup yang mulia, maka akhlaknya akan rusak sebagai mana hasil
didikan lingkungannya.
3
yang tinggi, kepandangan yang tak tertandingi semata-mata karena hasil
usaha serta kehebatan dirinya. Semua itu ia pikir, ia raih tanpa bantuan
dari siapapun, termasuk Allah SWT.
orang yang bersikap/berperilaku ‘ujub’ biasanya selalu merasa dirinya
benar, tidak pernah salah atau keliru, karenanya tidak bisa menerima
kritik orang lain.
Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang ujub antar lain Surat At-
Taubah:55 yang artinya:
Artinya: “Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka
menarik hatimu (menjadikan kamu bersikap ujub). Sesungguhnya Allah
menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-
anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir”. (QS.
Taubah: 55)
Abu Wahb al-Marwazi berkata, Aku bertanya kepada Ibnul
Mubarak, Apakah kibr (sombong) itu?،¨ Dia menjawab, Jika engkau
merendahkan orang lain.،¨ Lalu aku bertanya tentang ujub, maka dia
menjawab jika engkau memandang bahwa dirimu memiliki kelebihan
yang tidak dimiliki oleh orang lain, aku tidak tahu sesuatu yang lebih
buruk bagi orang yang shalat daripada ujub.
Berikut ini adalah hal-hal yang Dipakai 'Ujub dan Terapinya[4]:
1. 'Ujub dengan fisiknya
Pengobatan jenis 'ujub ini adalah dengan tafakkur (memikirkan)
tentang berbagai kotoran batinnya, tentang mula penciptaan dan
akhir kesudahannya, tentang bagaimana wajah yang cantik dan tubuh
yang gemulai itu akan terkoyak-koyak oleh tanah dan membusuk di
kubur hingga menjijikkan.
4
kekuatannya bisa jadi Allah akan mencabutnya dengan sebab
pelanggaran paling ringan yang dilakukannya.
5
Terapinya adalah merenungkan tentang kelemahannya dan
kelemahan mereka, bahwa mereka semua adalah hamba yang lemah,
tidak kuasa memberi manfaat dan bahaya kepada diri mereka sendiri.
b. Takabbur
Takabbur adalah sikap perilaku membesarkan diri dan tidak menerima
kebenaran serta memandang kecil atau rendah terhadap orang lain.
Dalam bahasa Indonesia perkataan takabur sama dengan sombong.
Sikap/perilaku takabur termasuk akhlak tercela dan wajib dijauhi oleh
setiap muslim muslimah. Sebagaimana Allah berfirman:
“Tidak diragukan lagi, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui
apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang takabbur
(sombong). (QS. An-Nahl:23)
Sifat sombong dibagi menjadi kesombongan batin dan
kesombongan zhahir. Kesombongan batin adalah kesombongan yang
6
terdapat dalam jiwa (hati), sedangkan kesombongan zahir adalah
kesombongan yang dilakukan anggota zahir, karena tingkah laku
seseorang merupakan akibat dari apa yang terjadi di hatinya.
Kesombongan batin akan memaksa anggota tubuh untuk melakukan hal-
hal yang bersifat sombong, maka apabila hanya menyimpan di dalam
hati tanpa ada tindakan disebut dengan kibr (sifat sombong).
Kesombongan berbeda dengan ujub. Karena ujub tidak
memerlukan orang lain yang dijadikan bandingannya. Seperti seseorang
yang ujub dengan ibadah shalat tahajudnya, maka ia tidak perlu melihat
ibadah tahajud orang lain, cukup baginya mengatakan, “Saya seorang
ahli ibadah karena selalu melakukan ibadah tajajud.” Maka ia telah
melakukan ujub. Sedangkan kesombongan, orang yang sombong
memerlukan orang lain untuk membandingkan dengannya. Semakin
tinggi kesombongannya, maka ia tidak ingin ada orang yang
menandinginya dan ingin selalu berada di atas yang lain.
Orang yang memiliki sifat sombong tidak menyadari bahaya
yang dapat di timbulkan dari sifat ini. Rasulullah bersabda :
“Tidak akan masuk surga (memperoleh kebahagiaan) orang yang di
dalam hatinya ada kesombongan walaupun sebesar semut”. (HR.
Muslim)
Terapi sifat sombong dan cara memperoleh sifat tawadhu’
Terapi sifat sombong pertama adalah menghilangkan akar penyakit ini.
Terapi pengobatannya adalah degnan ilmu dan amal. Karena penyakit ini
tidak mungkin dapat disembuhkan kecuali dengan kedua hal itu.
Pengobatan melalui ilmu adalah dengan mengetahui siapa dirinya dan
siapa Penciptanya. Apabila seseorang telah mengetahui dan menyadari
dengan benar siapa hakikat dirinya, maka dia akan merasa dirinya hina
dan penuh kelemahan. Selanjutnya, akan menjadikannya sebagai seorang
yang tawadhu’. Sedangkan pengobatan melalui amal adalah dengan
membiasakan merendah diri (tawadhu’) terhadap orang lain dan
mengikuti akhlak-akhlak orang yang memiliki sifat tawadhu’.
7
c. Putus asa
Semua umat manusia pasti merasakan putus asa. Dan umat itu pastilah
menjadi lemah dan lenyap kekuatannya karena putus asa merupakan
penyakit atau racun yang benar-banar membahayakan bagi setiap pribadi
manusia.
Bukan sembarangan jika Allah SWT. dalam salah satu firman-
Nya, mempersamakan antara sifat putus asa itu dengan sifat kekafiran.
Sebabnya tiada lain hanyalah karena bencana yang ditimbulkan oleh
kedua macam sifat itu sama-sama besar dan dahsyat. Firman Allah dalam
Al-Qur’an, yang artinya: “janganlah kamu semua berputus asa dari
rahmat Allah, sesungguhnya tidak tidak ada yang suka berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan golongan orang-orang kafir”. (QS. Yusuf:87)
Putus asa memiliki kaitan dengan ujub. Ibnu Mas'ud ra. berkata:
"Kebinasaan ada dalam dua hal, putus asa dan ujub”. Ibnu Mas'ud ra
menyebutkan kedua hal tersebut karena kabahagiaan tidak bisa dicapai
kecuali dengan usaha, pencarian, keseriusan, dan perjuangan, sedangkan
orang yang putus asa tidak mau berusaha dan tidak mau pula mencari,
sementara orang yang 'ujub beranggapan bahwa ia bisa mencapai
kebahagiaan dan menggapai tujuannya sehingga ia tidak mau berusaha,
karenaapa yang sudah ada tidak perlu dicari dan apa yang mustahil juga
tidak perlu dicari.
d. Berlebih-lebihan
Berlebih-lebihan adalah melakukan sesuatu di luar batas ukuran yang
menimbulkan kemudharatan baik langsung ataupun tidak kepada
manusia dan alam sekitarnya. Pada dasarnya sikap berlebih-lebihan
akibat dari sikap manusia yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya.
Sekecil apa pun perbuatan manusia berlebih-lebihan akan memberi
dampak negatif bagi manusia dan alam sekitarnya seperti kerusakan
moral, harta benda dan kerusakan alam.
Sikap berlebih-lebihan sangat dibenci Allah, sebagaimana
dalam firmannya :
8
Artinya: “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan, Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-An’am:141).
Allah juga menegaskan dalam ayat lain, yakni:
Artinya: “Dan berilah kepada kerabat-kerabat akan haknya (juga
kepada) orang muslim dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah
engkau boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah
saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-
Isra’: 26-27).
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari sikap berlebih-
lebihan antara lain sebagai berikut:
a. Senantisa bersyukur kepada Allah SWT.
b. Mengatur anggaran keuangan denga menabung.
c. Senantiasa berhemat dan membelanjakan harta seperlunya.
d. Melakukan sesuatu sesuai ukurannya.
e. Dusta
Dalam Alquran kalau kita perhatikan kalimat al-kadzibu, maka
kita temukan dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan wazannya,
seperti Kaadzibu, Kadzaab, Al-Mukadzibuun, Al-Mukadzibiin,
Kadzaaba, Kadzaabat, Makdzuub, Takdziib, Kdazzabuu. Ini semua
sesuai dengan ayat dan bentuknya.
Kebohongan atau sifat dusta adalah suatu sifat yang timbul dari sebab
beberapa faktor yang ada, antara lain:
- Lemah jiwa dan mentalnya.
- Kegoncangan jiwa.
- Senang dengan perhatian manusia atau pandangan manusia.
- Suka bergurau atau bercanda yang berlebihan.
- Rasa dengki dan iri yang ada.
- Lingkungan yang buruk dan berpengaruh padanya.
9
Kadzibu orang yang mengishlah antara manusia, dan dia berkata baik
pada kedua belah pihak." Hadis Bukhari Muslim. Dalam riwayat Muslim
berkata, Ummu kultsum diberi keringanan tentang apa yang diucapkan
manusia dalam tiga hal, yaitu dalam perang, ishlah antara manusia, dan
ucapan seorang suami pada istrinya, dan istri pada suaminya."
10
saingan atau lawan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang
artinya :
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati. Tapi
jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya”.(HR. Ali
Imran:120)
Dengki adalah pangkal dari semua perilaku tercela. Misalnya
menggunjing, adu domba, menyebar fitnah. Oleh sebab itu, sifat dengki
harus dijauhi karena sifat ini hanya akan membawa manusia terhadap
kemelaratan dan rusaknya silaturahim.
Solusi untuk menghindari sifat dengki, di antaranya:
1) Menyadari dan selalu ingat bahwa iri dengki hanya akan menghapus
amal baik kita.
2) Menyadari dan senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang telah
Allah berikan.
3) berikhtiyar dan berdoa
11
h) Orang yang melakukan dosa akan terus berjalan ke dalam dosanya sampai
dia merasa dirinya hina. Itu pertanda-tanda kehancuran.
i) Kemaksiatan menyebabkan kehinaan. Dan kebaikan melahirkan
kebanggaan dan kejayaan.
j) Maksiat merusak akal, sedang kebaikan membangun akal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akhlak tercela adalah semua sikap dan perbuatan yang dilarang oleh
Allah, karena akan mendatangkan kerugian baik bagi pelakunya ataupun orang
lain. Akhlak, memiliki sebab-sebab yang dapat menjadikannya tinggi dan mulia,
dan sebaliknya juga mempunyai sebab-sebab yang dapat menjadikannya merosot
dan jatuh ke dalam keterpurukan.
Akhlaq tercela dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela dapat
di golongkan menjadi dua macam, yaitu perilaku yang berdampak buruk bagi
dirinya sendiri dan perilaku tercela yang berdampak buruk bagi orang lain. Begitu
banyaknya macam-macam akhlak tercela yang terdapat dalam hati manusia.
Beberapa akhlak tercela, yaitu ujub (berbangga diri), takabur (sombong), putus
asa, dusta dan iri/dengki (hasad).
3.2 Saran
Al-Qur’an menunjukkan cara melawan hawa nafsu dan setan dengan cara
yang sangat mudah yaitu dengan memohon perlindungan dan berpaling
dari orang bodoh, dan menolak perlakuan jahat mereka dengan berbuat
baik.
Bersyukurlah atas karunia yang telah Allah berikan, maka insyaallah, hati
kita akan selamat dari akhlak tercela.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Al-firqotunnajiyyah.blogspot.com
Al-qur’an dan Terjemahannya
Ghalayini, Syeikh Mushtafa.1976. Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur.trj.
Moh Abdai Rathomy. Semarang: CV Toha Putra
Muhammad, Ibrahiem. 1982. Al-Hasad Wa Kaifa Nattaqieh trj. Baihaqy
Syafiuddin. Kairo: Maktabah Al-Qur’an
Syamsuri, haji.2004. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga
Yuhro, Alkasah dan Saminu.2004. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Viva
Pakarindo
www.al-islam.com
www.dakwatuna.com
www.halaqahdakwah.wordpress.com
www.mail-archive.com
www.mimbarjumat.com