PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan bioteknologi telah melalui sejarah yang panjang sebelum
manipulasi genetic mulai berkembang. Bioteknologi telah dikenal dan dilakukan
oleh masyarakat tradisional, walaupun tanpa sebutan bioteknologi. Bioteknologi
tradisional merupakan bioteknologi yang memanfaatkan mikroba, proses
biokimia, dan proses genetic alami seperti mutasi dan rekombinasi genetic. Salah
satu contoh produk bioteknologi konvensional yang banyak diterapkan oleh
masyarakat kita adalah pada aspek pangan yakni pembuatan tempe yang berbahan
dasar kedelai.
Tempe adalah salah satu makanan hasil fermentasi yang memanfaatkan
mikroba yaitu kapang dan jamur. Sumber mikroba tersebut berasal dari ragi. Ragi.
Ragi tempe merupakan media dari bermacam-macam mikrobia misalnya
Sacharomuces Cerevisiae. Keberhasilan proses fermentasi dalam pembuatan
tempe sangat ditentukan oleh aktivitas mikrobia-mikrobia dalam ragi tersebut.
Pembuatan tempe tergolong gampang-gampang susah, hal ini dikarenakan
bahan yang digunakan mudah untuk kita dapat namun dalam proses
pembuatannya haruslah se steril mungkin, baik alat-alat dan bahan-bahan yang
digunakan harus bersih, terutama dari lemak atau minyak. Alat-alat yang
berminyak jika dipakai untuk mengolah bahan tapai bisa menyebabkan kegagalan
fermentasi. Air yang digunakan juga harus bersih, menggunakan air hujan bisa
mengakibatkan tapai tidak berhasil dibuat
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mengetahui bagaimana mikroba
dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan suatu makanan, atau menghasilkan
produk tertentu, maka kegiatan praktikum ini perlu dilakukan untuk mengetahui
pembuatan Tapai singkong, agar kita sebagai mahasiswa dapat menambah
keterampilan dalam menghasilkan produk bioteknologi secara konvensional.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pembuatan tempe?
2. Bagaiman peran Rhizopus oligosporus dalam pembuatan tempe?
C. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui cara membuat tempe
2. Untuk mengetahui peran Rhizopus oligosporus dalam proses pembuatan
tempe
D. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui cara
pembuatan tape singkong serta mengetahui peran dari Rhizopus oligosporus
dalam proses pembuatan tempe tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Pengamatan
7. tusuk-tusuk 8. pemeraman
menggunakan jarum
Tempe telah jadi selama 2 hari
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami dilakukan, maka pembuatan
tempe pada kelompok kami berhasil. Ini dilihat dari indikator yaitu bungkusan
tempe terasa panas ketika pemeraman berlangsung pada hari pertama hal ini
disebabkan karena dalam pertumbuhannya Rhizopus akan menggunakan Oksigen
dan menghasilkan CO2 hal inilah yang menjadikan tempe terasa panas. kemudian
pada hari kedua terlihat adanya sekelompok massa yang berwarna putih yang
menyeliputi kacang kedelai tersebut yang disebut miselia. Dalam proses
pembuatan tempe terdapat jamur dan bakteri. Keikutsertaan bakteri dalam proses
pembuatan tempe tidak dapat dihindari walaupun dalam pembuatannya sudah
secara higienis dalam laboratorium dan dengan menggunakan inokulum kultur
murni sebab kontaminasi akan selalu terjadi oleh spora bakteri yang berasal dari
kedelai.
Ragi merupakan salah satu faktor penentu dalam pembuatan tempe yang
optimal bagi pertumbuhan mikrobia khamir dan kapang. Selain itu khamir dan
kapang juga membutuhkan media tumbuh yang mengandung banyak protein.
Oleh karena itu dapat digunakan Kacang kedelai sebagai nutrisi atau media
tumbuh kedua jenis mikroba tersebut.
Menurut Hidayat (2012), Proses fermentasi tempe dapat dibedakan atas
tiga fase yaitu : (a). Fase pertumbuhan cepat (0-30 jam fermentasi) terjadi
penaikan jumlah asam lemak bebas, penaikan suhu, pertumbuhan jamur cepat,
terlihat dengan terbentuknya miselia pada permukaan biji makin lama makin
lebat, sehingga menunjukkan masa yang lebih kompak. (b). Fase transisi (30-50
jam fermentasi) merupakan fase optimal fermentasi tempe dan siap untuk
dipasarkan. Pada fase ini terjadi penurunan suhu, jumlah asam lemak yang
dibebaskan dan pertumbuhan jamur hampir tetap atau bertambah sedikit, flavor
spesifik tempe optimal, dan tekstur lebih kompak. (c). Fase pembusukan atau
fermentasi lanjut (50-90 jam fermentasi) terjadi penaikan jumlah bakteri dan
jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan jamur menurun dan pada kadar air
tertentu pertumbuhan jamur terhenti, terjadi perubahan flavor karena degradasi
protein lanjut sehingga terbentuk amonia.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tempe merupkan salah satu produk bioteknologi terbuat dari singkong yang
difermentasikan oleh Rhizopus oligosporus.
2. Peran Rhizopus oligosporus dalam pembutan tempe adalah Rhizopus akan
menggunakan Oksigen dan menghasilkan CO2 yang akan menghambat
beberapa organisme perusak. Adanya spora dan hifa juga akan menghambat
pertumbuhan kapang yang lain. Jamur tempe juga menghasilkan
antibiotikayang dapat menghambat pertumbuhan banyak mikrobia.
B. Saran
1. Sebaiknya dalam praktikum pembuatan tempe ,alat dan bahan yang akan
digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan kemudian disterilkan agar
pembuatan tempe dapat berhasil kita lakukan.
2. Sebagai pembaca umum, diharapkan laporan ini dapat menambah wawasan
anda menjadi lebih luas lagi dalam hal pembuatan tempe.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, B.1982. Laru atau Ragi Tempe. Jakarta : PT. Penebar Swadaya.
Subagio, Achmad dkk. 2002. Kajian Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Hidrolisat
Tempe Hasil Hidrolisis protease. Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil
Pertanian, Universitas Jember Jawa Timur