Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BIOLOGI

POLA HEREDITAS

Disusun oleh:
Nama : Nahdliyah HZS
Kelas : XII MIPA Hamka

MADRASAH ALIYAH YPPA CIPULUS


TAHUN PELAJARAN 2021 – 2022
Cipulus – Wanayasa – Purwakarta
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat karunia
dan hidayahnyalah kita diberi kesehatan lahir dan batin, selain dari pada itu kami
ucapkan kepada guru pembimbing yang telah memberikan pengarahan kepada
kami  sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini memuat tentang “ Hereditas ”, Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memahami materi – materi tentang hereditas dan dapat mengambil
tindakan positif yang berhubungan dengan hereditas atau pewarisan sifat.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Oleh
karenanya penyusun mohon untuk kritik dan sarannya. Terima kasih.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hereditas........................................................................................................2
2.2 Mendel dan gagasan tentang gen...................................................................2
2.3 Macam-macam Persilangan...........................................................................3
2.4 Perkawinana resiprok.....................................................................................5
2.5 Penyimpangan Hukum Mendel......................................................................6
2.6 Jenis Kelamin.................................................................................................6
2.7 Sifat / Cacat Menurun Autosomal..................................................................7
2.8 Sifat/Cacat Menurun Gonosomal.................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bila kita perhatikan kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita maka akan
tampak adanya kesamaan kejadian satu dengan kejadian lainnya, tetapi ada pula
perbedaan kejadian satu dengan kejadian lainnya. Sama halnya manusia, manusia
satu dengan manusia lainnya meskipun memiliki beberapa kesamaan (contoh,
kesamaan bawaan atau lingkungan) tetapi masih saja terdapat perbedaan yang
ditimbulkan.
Setiap manusia mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan yang
berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi dari berbagai faktor, yaitu faktor dari dalam
(faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri, faktor hereditas:bawaan/warisan)
dan faktor luar (faktor lingkungan). Dengan faktor bawaan tertentu dan disertai
dengan faktor lngkungan yang tertentu pula maka akan menghasilkan pola
pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula.
Masing-masing individu lahir ke dunia dengan suatu hereditas tertentu. Ini
berarti bahwa, karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan atau pemidahan
dari cairan-cairan “germinal’ dari pihak orang tuanya. Bagaimanakah pengaruh
hereditas terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak? Maka dalam makalah
ini Penulis berusaha membantu memberikan sedikit gambaran bagaimana
hereditas dan lingkungan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seorang
anak.

1.2 Rumusan masalah


a. Apa pengertian Hereditas?
b. Apa yang dimaksud konsep Hereditas?
c. Apa yang dimaksud hokum Mendel?

1.3 Tujuan
Setelah mempelajari Hereditas Pada Tumbuhan dan Hewan, Kalian
diharapkan dapat memahami, menafsirkan, dan mengkomunikasikan pemahaman

1
konsep hereditas, penerapan Hukum Mendel dan penyimpangannya serta dasar-
dasar pemuliaan tumbuhan dan hewan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hereditas
Keturunan memperoleh gen dari orang tua melalui pewarisan kromosom.
Kita sering melihat ada seorang anak memiliki kemiripan dengan orang tuanya
misalnya seorang anak memiliki bintik-bintik yang sama dengan ibunya, dan mata
seorang anak mirip dengan mata ayahnya. Tapi oraang tua tidak secara harpiah
mewariskan suatu sipat kepada anak. Dibawah ini akan dijelaskan tentang
pewwarisan sifat.
            Pewarisan sifat pada gen. orang tua memberikan sifat terkode pada anak-
anaknya dalam bentuk unik herediter yang disebut gen. gen-gen yang kita warisi
dari orang tua merupakan tautan-tautan genetic kita dengan orang tua, dan gen-
genlan yang menebabkan kemiripan pada keluarga. Gen-gen kita mewariskan
sifat-sifat spesifik yang muncul saat kita berkembang dari sel yang berfertilisasi
menjadi dewasa, sel-sel menerjemahkan sifat-sifat yang diwariskan dari orangtua.
Pewarisan sifa-sifat herediter memiliki basis molekuler pada reflikasi
DNA secara tepat. Yang menghasilkan salinan gen – gen yang dapat diwariskan
dari orang tua kepada anak. Setiap spesies memiliki jumlah kromosom yang khas,
misalnya manusia memiliki 46 kromosom dihampir semua selnya. Setiap
kromosom terdidi atas satu DNA tunggal yang panjang yang terkumpar secara
rumit bersama dengan berbagai protein. Suatu kromosom mengandung ratusan
atau bahkan ribuan gen, yang masing-masing merupakan sekuens spesifik
nukleotida dalam molekul.

2.2 Mendel dan gagasan tentang gen


Genetika modern terlahir disuatu biara, tempat seorang biarawan bernama
Groger Mendel mendokumentasikan mekanisme pertikulat untuk pewarisan sifat.
Mendel menemukan prinsif-prinsif tentang pewarisan sifat dengan cara
membiakan ercis kebun, dalam percobaan – percobaan yang secara hati-hati. Dan

2
kita akan melihat bagaimana model penelitian mendel berlaku untuk pewarisan
sifat variasi manusia termasuk kelainan herediter seperti penyakit sel-sabit.
Model mendel
Ada empat Model mendel yang digunakan dalam hereditas yang saling
mendukung dengan hokum sebelumnya, yaitu:
Yang pertama versi alternative gen menyebabkan vaiasi yang diwarisi.
Kedua untuk setiap karakter organisme mewarisi dua alel, satu dari masing –
masing induk.
Ketiga jika dua alel pada suatu lokus berbeda, maka salah satunya adalah alel
dominan, nenentukan kenampakan organism, yang satu lagi alel resesif.
keempat hukum segresi menyatakan : bahwa ada dua alel untuk satu karakter
terwariskan bersegresi (memisah) selama pembentukan gamet dan akhirnya
berada dalam gamet-gamet berbeda.
Dengan demikian sel telur atau sel sperma hanya memperoleh salah satu
dari kedua alel yang ada dalam sel-sel somatic dari organism pembuat gamet
tersebut.
Homozigot adalah suatu organism yang memiliki sepasang alel identik
untuk suatu karakter (gen).
PP = ercis bunga ungu untuk alel dominan
pp = ercis bunga pitih untuk alel resesif
terjadi pada persilangan galur murni
Heterozigot adalah suatu organism yang memiliki dua alel yang brbeda
untuk suatu gen (Pp).
Hereditas pada manusia mempelajari mengenai macam penurunan sifat atau
kelainan pada manusia.

Penurunan sifat pada manusia dibedakan menjadi dua yaitu:


1) Autosomal sifat yang terpaut koromosom tubuh, Sifat yang autosomal
manifestasinya dapat muncul baik pada anak laki-laki maupun perempuan.
2) Gonosomal sifat yang terpaut kromosom sex, sifat yang gonosomal
manifestasinya dipengaruhi oleh jenis kelamin, bisa hanya muncul pada
anak laki-laki saja atau perempuan saja.

3
2.3 Macam-macam Persilangan
1) Persilangan Monohibrid
Adalah persilangan antar induk yang memiliki satu sifat beda.
Diagram persilangan monohybrid
Induk (P1)       :           TT        ><       tt
                                    (tinggi)                        (pendek)
Gamet (G)       :           T t
Keturunan1 (F1):        Tt (tinggi)
P2                    :           F1       ><        F1
                                    Tt                     Tt
G                     :           T                      T
                                    t                        t
 F2                   :           TT (tinggi), Tt (tinggi), Tt (tinggi), tt (pendek)

2) Persilangan Dihibrid
Adalah persilangan antar induk yang memiliki dua sifat beda.
Diagram persilangan dihibrid
P1                    :           BBKK ><       bbkk
                                    (bulat kuning) (kisut hijau)
G                     :           BK bk
F1                    :           BbKk (bulat kuning)

P2                    :           F1       ><       F1
                                    BbKk              BbKk
G                     :           BK                  BK
Bk                   Bk
bK                   bK
bk                    bk

♂   ♀ BK Bk bK bk F2        :           9 : 3 : 3 : 1

BK BBKK BBKk BbKK BbKk

Bk BBKk BBkk BbKk Bbkk


4
bK BbKK BbKk bbKK bbKk

Bk BbKk Bbkk bbKk bbkk


2.4 Perkawinana resiprok
Prinsip – prinsip mendel tersebut diatas mudah dibuktikan bila diadakan
perkawinan (penyilangan ) resiprok. Penyilangan resiprok adalah penyilangan
gamet jantan dan gamet betina dipertukarkan sehingga menghasilkan keturunan
yang sama
Testcross
Testcross adalah perkawinan antara F1 dengan salah satu induk yang
resesif. Testcross disebut juga perkawinan pengujian (uji silang) karena bertujuan
untuk mengetahui apakah suatu individu bergenotipe homozigot (bergalur murni)
atau heterozigot. Jika hasil testcross menunjukkan perbandingan fenotipe
keturunan yang memisah 1 : 1, maka dapat disimpulkan bahwa individu yang
diuji tersebut adalah bukan galur murni , berarti heterozigot. Sedangkan jika hasil
testcross 100% berfenotipe sama berarti homozigot.
Lihat diagram persilangan dibawah ini:
F1 disilangkan dengan galur murni (parental 1) yang resesif
A = bunga merah
a = bunga putih
P1        AA (merah)   X    aa (putih)
Gamet       A                     a
F1                                       Aa (merah)
P2         Aa (merah)    X   aa(putih)
Gamet    A,a                       a
F2         1Aa (merah) : 1 aa (putih)       
    Hasil persilangan test cross (uji silang)    
Monohibrida RF = 1 : 1
 Dihibrida      RF =  1 :1:1:1
 Trihibrida      RF =  1:1:1:1:1:1:1:1

2.5 Penyimpangan Hukum Mendel


Interaksi beberapa pasangan alel.

5
Alel-alel dari gen yang berbeda terkadang berinteraksi dan memunculkan
perbandingan fenotip yang tidak umum, misalnya bentuk pial pada ayam.

Fenotip Genotip
a.       RRpp   = pial gerigi (ros)
b.      rrPP     = pial biji (pea)
c.       rrpp      = pial bilah (single)
d.      RRPP = pial sumpel ( walnut)
Diagram persilangan pada pial ayam
P1        :           ♂ RRpp            X        ♀ rrPP
                        ros                                 pea
F1        :           RrPp (walnut)
P2        :           F1       ><        F1
                        RrPp    ><        RrPp
G         :           RP                  RP
Rp                   Rp
rP                     rP
rp                     rp
F2        :           R – P –           =  9  ….
R – pp                         =  3  ….
rrP –                =  3  ….
rrpp                  =  1 

2.6 Jenis Kelamin


Jenis kelamin pada manusia dikendalikan oleh sepasang kromosom seks,
yaitu kromosom XX untuk perempuan dan kromosom XY untuk laki-laki.
Berdasarkan susunan tersebut, kromosom perempuan bersifat homogametic,
sedangkan susunan kromosom seks laki-laki bersifat heterogametic. Bila terjadi
pembelahan meiosis, maka seorang perempuan hanya akan menghasilkan satu
macam sel gamet  yaitu X, sedangkan laki-laki akan menghasilkan dua macam sel
gamet yaitu X dan Y.
Perhatikan skema berikut ini

6
Dari skema di atas nampak jelas bahwa yang menentukan jenis kelamin anak
adalah ayah, sebab ibu hanya menghasilkan satu macam kromosom seks,
sedangkan ayah menghasilkan dua macam kromosom seks. Seorang ibu akan
memberikan jenis kromosom seks yang sama baik kepada anak laki-laki maupun
anak perempuan, sedangkan ayah akan memberikan kromosom  X kepada anak
perempuan dan kromosom Y kepada anak laki-laki.

2.7 Sifat / Cacat Menurun Autosomal


Beberapa sifat atau cacat menurun yang terpaut pada kromosom tubuh (autosom)
adalah sebagai berikut
1.     Albinisme
Banyak kasus albinisme pada berbagai hewan dan manusia
Albinisme merupakan cacat menurun dimana seseorang tidak mempunyai
tirosin yang akan diubah menjadi pigmen melanin. Akibatnya alis, rambut, dan
kulit tampak putih (albino), dan matanya peka terhadap cahaya. Gen penyebab
albino bersifat resesif, sedangkan alel dominannya mengendalikan sifat normal.
Seorang anak albino lahir dari pasangan suami isteri yang masing-masing
membawa gen albino (carrier)
P    :    Aa        x      Aa
F    :    AA       : normal
           Aa       : normal (carrier)
           aa          : albino

2.    Idiot/Imbisil
Cacat menurun ini disebabkan karena seseorang tidak punya enzim yang
mengubah fenilalanin menjadi tirosin. Akibatnya terjadi penimbunan fenilalanin
dalam darah dan diubah menjadi asam fenilpiruvat. Tingginya kadar fenilpiruvat
menghambat perkembangan dan fungsi otak. Kelainan ini sering
disebut phenilketouria (PKU) karena banyaknya kandungan residu fenilpiruvat
yang terdapat pada urine.
Anak yang idiot/imbisil memiliki ciri sebagai berikut:
 IQ rendah

7
 gerakan lambat
 rambut sering kekurangan pigmen
 dalam urine dijumpai residu fenilpiruvat
Seorang anak idiot dilahirkan dari pasangan suami isteri yang keduanya
membawa gen resesif.
P    :    Ii    x    Ii
F    :    II    : normal
           Ii    : normal (carrier)
           ii    : idiot

3.    Thallasemia
Thallasemia merupakan kelainan dimana sel darah merah seseorang
berbentuk tidak beraturan, kadar Hb sedikit sehingga penderita sering kekurangan
oksigen (hipoksemia). Cacat ini disebabkan oleh gen dominan.
Ada dua jenis thallasemia, yaitu thallasemia mayor (ThTh) dan thallasemia
minor (Thth). Sel darah merah penderita thallasemia mayor semua berbentuk
tidak beraturan dan umumnya lethal. Sedangkan pada penderita thallasemia minor
sebagian sel darah merahnya berbentuk tak beraturan. Penderita bisa bertahan
hidup dengan melakukan transfusi reguler.
Penderita thallasemia mayor lahir  dari perkawinan antar penderita thallasemia
minor.
P    :     Thth    x    Thth
F    :    ThTh        : thallasemia mayor
            Thth        : thallasemia minor
            thth        : normal

4.    Golongan Darah


Kita akan membahas dua klasifikasi golongan darah, diantaranya adalah
golongan ABO dan Rhesus
Golongan ABO
Golongan ini membagi golongan darah menjadi empat, yaitu A, B, AB,
dan O, didasarkan pada adanya jenis antigen tertentu pada sel darah yang disebut

8
isoaglutinogen. Susunan genotif dan kemungkinan gamet yang dibentuk dapat
dilihat pada tabel berikut.

Golongan darah ABO dikendalikan oleh alela ganda IA, IB, dan IO. IA dan
IB kodominan, dan keduanya dominan terhadap IO.
Contoh: perkawinan antara pria golongan A heterozigot dengan wanita B
heterozigot.
P    :    I A IO        x        IB IO
G    :    IA , IO                 IB , IO
F    :    IA IB    : golongan AB
        IA IO    : golongan A
        IB IO    : golongan B
        IO IO    : golongan O
Golongan Rhesus
Golongan ini dinamakan berdasar nama kera dari India, Macacus rhesus,
yang dulu sering digunakan untuk mengetes darah orang. Golongan darah ini ada
dua yaitu Rhesus + dan Rhesus -. Susunan genotif dan kemungkinan gamet dapat
dilihat pada tabel berikut.

Golongan Rhesus ini memiliki arti penting pada perkawinan. Bila seorang
pria Rhesus + menikah dengan wanita Rhesus -, kemungkinan anaknya menderita
eritroblastosis fetalis (penyakit kuning bayi).
Contoh: perkawinan antara pria Rh + dengan wanita Rh -
P    :    pria Rhesus +        x         wanita Rhesus –
        RhRh                    rhrh
G    :    Rh                        rh
F    :    Rhrh  Rhesus +    (eritroblastosis fetalis)

Kasus eritroblastosis: perhatikan bahwa eritrosit anak golongan Rh+ digumpalkan


oleh antibodi ibu (warna putih) yang bergolongan Rh- ketika dalam kandungan

9
2.8 Sifat/Cacat Menurun Gonosomal
Sifat yang diturunkan terpaut kromosom sex (gonosom) dibedakan
menjadi dua, yaitu terpaut kromosom X dan terpaut kromosom Y. Gen yang
terpaut kromosom X dapat diturunkan pada anak perempuan dan anak laki-laki,
tetapi fenotif yang muncul bergantung pada susunan genotifnya. Sedangkan gen
yang terpaut kromosom Y hanya diturunkan pada anak laki-laki.
Dua contoh cacat menurun yang terpaut kromosom X adalah hemofili dan
butawarna.
a.     Hemofili
Hemofili merupakan suatu kelainan dimana darah seseorang sulit untuk
membeku. Penyakit ini disebabkan gen resesif h, sedangkan sifat normal
dikendalikan oleh gen H. Seorang wanita normal memiliki dua gen H pada
masing-masing kromosom X. Bila salah satu kromosom X terdapat gen h, wanita
ini termasuk wanita normal tetapi membawa sifat hemofili (carrier). Bila pada
kedua kromosom X terdapat gen h wanita tersebut menderita hemofili dan
umumnya lethal. Pria menderita hemofili bila pada kromosom X-nya terdapat gen
h, dan normal bila terdapat gen H. Seorang anak laki-laki hemofili dapat lahir dari
ibu carrier.
XHXH    : wanita normal                 XHY    : pria normal
XHXh     : wanita normal carrier       Xhy   : pria hemofili
XhXh      : wanita hemofili
Contoh:
P    :    pria normal    x     wanita carrier
            XHY                       XHXh
G    :        XH, Y            XH, Xh
F    :    XHXH    : wanita normal                 XHY    : pria normal
          XHXh     : wanita normal carrier       Xhy   : pria hemofili
2.     Butawarna (colorblind)
Angka berapa ya?                                    
Butawarna merupakan cacat menurun dimana seseorang tidak bisa
membedakan warna. Umumnya tidak bisa membedakan warna merah dan hijau
(dikromatis). Sedangkan pada butawarna total orang tidak bisa melihat warna.

10
Kelainan ini juga disebabkan gen resesif c, sedangkan sifat normal dikendalikan
gen dominan C.
Anak perempuan buta warna dapat dilahirkan dari pria butawarna yang menikah
dengan wanita carrier.
P    :    pria butawarna        x        wanita carrier
               XcY                                 XCXc
G    :     Xc, Y                            XC, Xc
F    :    XCXc    : wanita normal carrier
          XcXc     : wanita butawarna
          XCY      : pria normal
          XcY      : pria butawarna

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal
yang terkait dengan faktor hereditas dan lingkungan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, yaitu sebagai berikut ini.
1. Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor dalam
(hereditas) dan faktor luar (lingkungan).
2. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri yang
meliputi pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang turut
mengembangkan dirinya sendiri. Meliputi, antara lain: bentuk tubuh, raut
muka, sifat-sifat, bakat, intelegensi dan penyakit.
3. Pembawaan tidak akan berarti apa-apa tanpa didukung dengan lingkungan
yang kondusif terhadap bawaaan itu sendir
Gen adalah unit terkecil bahan sifat menurun. Besarnya diprkirakan 4-50 µ
Istilah gen pertama kali diperkenalakan oleh W.Johansen (1909), sebagai
pengganti istilah factor keturunan atau elemen
yang dikemukakan oleh Gregor Mendel. Gregor Mendel telah berasumsi
tentang adanya suatu bahan yang terkait dengan suatu sifat atau karakter yang
dapat diwariskan. Ia menyebutnya 'faktor'. Pada 1910, Thomas Hunt Morgan
menunjukkan bahwa gen terletak di kromosom. Selanjutnya, terjadi 'perlombaan'
seru untuk menemukan substansi yang merupakan gen. Banyak penghargaan
Nobel yang kemudian jatuh pada peneliti yang terlibat dalam subjek ini.
Gen menumbuhkan serta mengatur berbagai jenis karakter dalam tubuh
baik fisik maupun psikis. Pengaturan karakteristik ini melalui proses sintesa
protein seperti; kulit dibentuk oleh keratin, otot dari aktin dan miosin, darah dari
(Hb, globulin, dan fibrinogen), jaringan pengikat dari (kolagen dan elastin), tulang
dari Ossein, tulang rawan dari kondrin.
Gen sebagai factor keturunan tersimpan di dalm kromosom, yaitu di dalam
manik – manik yang disebut kromomer atau nukleusom dari kromonema
Hereditas pada manusia mempelajari mengenai macam penurunan sifat atau
kelainan pada manusia.

12
Penurunan sifat pada manusia dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Autosomal sifat yang terpaut koromosom tubuh, Sifat yang autosomal
manifestasinya dapat muncul baik pada anak laki-laki maupun perempuan.
2. Gonosomal sifat yang terpaut kromosom sex, sifat yang gonosomal
manifestasinya dipengaruhi oleh jenis kelamin, bisa hanya muncul pada
anak laki-laki saja atau perempuan saja.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini kami selaku penyusun berharap agar
pembaca dapat memahami tentang hereditas. Adapun saran yang ingin
disampaikan penyusun adalah agar pembaca mempelajari sistem pewarisan sifat
dan bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap diri dan lingkungan. Selain daripada
itu penyusun menyarankan agar pembaca melihat potensi yang ada pada diri kita
karena sesungguhnya kita memiliki potensi yang sangat berguna.

13
DAFTAR PUSTAKA

Campbell NA, dkk. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2000. 265-
267.
Ganong WF.  Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC Penerbit
Buku Kedokteran.
2003. 515-518.
Pai, A.C.  Dasar – dasar genetika.  Ilmu untuk Masyarakat.  Edisi kedua.
McGraw-Hill, Inc. Alih
Bahasa Dr. Muchidin Apandi, Msc, ITB. Penerbit Erlangga. Jakarta, 1987.
Robert, J.A.F. Pengantar Genetika Kedokteran. Edisi delapan. Alih Bahasa Dr.
Hartono, FK Univ 

Anda mungkin juga menyukai