BIOLOGI
POLA HEREDITAS
Disusun oleh:
Nama : Nahdliyah HZS
Kelas : XII MIPA Hamka
Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat karunia
dan hidayahnyalah kita diberi kesehatan lahir dan batin, selain dari pada itu kami
ucapkan kepada guru pembimbing yang telah memberikan pengarahan kepada
kami sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini memuat tentang “ Hereditas ”, Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memahami materi – materi tentang hereditas dan dapat mengambil
tindakan positif yang berhubungan dengan hereditas atau pewarisan sifat.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Oleh
karenanya penyusun mohon untuk kritik dan sarannya. Terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hereditas........................................................................................................2
2.2 Mendel dan gagasan tentang gen...................................................................2
2.3 Macam-macam Persilangan...........................................................................3
2.4 Perkawinana resiprok.....................................................................................5
2.5 Penyimpangan Hukum Mendel......................................................................6
2.6 Jenis Kelamin.................................................................................................6
2.7 Sifat / Cacat Menurun Autosomal..................................................................7
2.8 Sifat/Cacat Menurun Gonosomal.................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Setelah mempelajari Hereditas Pada Tumbuhan dan Hewan, Kalian
diharapkan dapat memahami, menafsirkan, dan mengkomunikasikan pemahaman
1
konsep hereditas, penerapan Hukum Mendel dan penyimpangannya serta dasar-
dasar pemuliaan tumbuhan dan hewan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hereditas
Keturunan memperoleh gen dari orang tua melalui pewarisan kromosom.
Kita sering melihat ada seorang anak memiliki kemiripan dengan orang tuanya
misalnya seorang anak memiliki bintik-bintik yang sama dengan ibunya, dan mata
seorang anak mirip dengan mata ayahnya. Tapi oraang tua tidak secara harpiah
mewariskan suatu sipat kepada anak. Dibawah ini akan dijelaskan tentang
pewwarisan sifat.
Pewarisan sifat pada gen. orang tua memberikan sifat terkode pada anak-
anaknya dalam bentuk unik herediter yang disebut gen. gen-gen yang kita warisi
dari orang tua merupakan tautan-tautan genetic kita dengan orang tua, dan gen-
genlan yang menebabkan kemiripan pada keluarga. Gen-gen kita mewariskan
sifat-sifat spesifik yang muncul saat kita berkembang dari sel yang berfertilisasi
menjadi dewasa, sel-sel menerjemahkan sifat-sifat yang diwariskan dari orangtua.
Pewarisan sifa-sifat herediter memiliki basis molekuler pada reflikasi
DNA secara tepat. Yang menghasilkan salinan gen – gen yang dapat diwariskan
dari orang tua kepada anak. Setiap spesies memiliki jumlah kromosom yang khas,
misalnya manusia memiliki 46 kromosom dihampir semua selnya. Setiap
kromosom terdidi atas satu DNA tunggal yang panjang yang terkumpar secara
rumit bersama dengan berbagai protein. Suatu kromosom mengandung ratusan
atau bahkan ribuan gen, yang masing-masing merupakan sekuens spesifik
nukleotida dalam molekul.
2
kita akan melihat bagaimana model penelitian mendel berlaku untuk pewarisan
sifat variasi manusia termasuk kelainan herediter seperti penyakit sel-sabit.
Model mendel
Ada empat Model mendel yang digunakan dalam hereditas yang saling
mendukung dengan hokum sebelumnya, yaitu:
Yang pertama versi alternative gen menyebabkan vaiasi yang diwarisi.
Kedua untuk setiap karakter organisme mewarisi dua alel, satu dari masing –
masing induk.
Ketiga jika dua alel pada suatu lokus berbeda, maka salah satunya adalah alel
dominan, nenentukan kenampakan organism, yang satu lagi alel resesif.
keempat hukum segresi menyatakan : bahwa ada dua alel untuk satu karakter
terwariskan bersegresi (memisah) selama pembentukan gamet dan akhirnya
berada dalam gamet-gamet berbeda.
Dengan demikian sel telur atau sel sperma hanya memperoleh salah satu
dari kedua alel yang ada dalam sel-sel somatic dari organism pembuat gamet
tersebut.
Homozigot adalah suatu organism yang memiliki sepasang alel identik
untuk suatu karakter (gen).
PP = ercis bunga ungu untuk alel dominan
pp = ercis bunga pitih untuk alel resesif
terjadi pada persilangan galur murni
Heterozigot adalah suatu organism yang memiliki dua alel yang brbeda
untuk suatu gen (Pp).
Hereditas pada manusia mempelajari mengenai macam penurunan sifat atau
kelainan pada manusia.
3
2.3 Macam-macam Persilangan
1) Persilangan Monohibrid
Adalah persilangan antar induk yang memiliki satu sifat beda.
Diagram persilangan monohybrid
Induk (P1) : TT >< tt
(tinggi) (pendek)
Gamet (G) : T t
Keturunan1 (F1): Tt (tinggi)
P2 : F1 >< F1
Tt Tt
G : T T
t t
F2 : TT (tinggi), Tt (tinggi), Tt (tinggi), tt (pendek)
2) Persilangan Dihibrid
Adalah persilangan antar induk yang memiliki dua sifat beda.
Diagram persilangan dihibrid
P1 : BBKK >< bbkk
(bulat kuning) (kisut hijau)
G : BK bk
F1 : BbKk (bulat kuning)
P2 : F1 >< F1
BbKk BbKk
G : BK BK
Bk Bk
bK bK
bk bk
5
Alel-alel dari gen yang berbeda terkadang berinteraksi dan memunculkan
perbandingan fenotip yang tidak umum, misalnya bentuk pial pada ayam.
Fenotip Genotip
a. RRpp = pial gerigi (ros)
b. rrPP = pial biji (pea)
c. rrpp = pial bilah (single)
d. RRPP = pial sumpel ( walnut)
Diagram persilangan pada pial ayam
P1 : ♂ RRpp X ♀ rrPP
ros pea
F1 : RrPp (walnut)
P2 : F1 >< F1
RrPp >< RrPp
G : RP RP
Rp Rp
rP rP
rp rp
F2 : R – P – = 9 ….
R – pp = 3 ….
rrP – = 3 ….
rrpp = 1
6
Dari skema di atas nampak jelas bahwa yang menentukan jenis kelamin anak
adalah ayah, sebab ibu hanya menghasilkan satu macam kromosom seks,
sedangkan ayah menghasilkan dua macam kromosom seks. Seorang ibu akan
memberikan jenis kromosom seks yang sama baik kepada anak laki-laki maupun
anak perempuan, sedangkan ayah akan memberikan kromosom X kepada anak
perempuan dan kromosom Y kepada anak laki-laki.
2. Idiot/Imbisil
Cacat menurun ini disebabkan karena seseorang tidak punya enzim yang
mengubah fenilalanin menjadi tirosin. Akibatnya terjadi penimbunan fenilalanin
dalam darah dan diubah menjadi asam fenilpiruvat. Tingginya kadar fenilpiruvat
menghambat perkembangan dan fungsi otak. Kelainan ini sering
disebut phenilketouria (PKU) karena banyaknya kandungan residu fenilpiruvat
yang terdapat pada urine.
Anak yang idiot/imbisil memiliki ciri sebagai berikut:
IQ rendah
7
gerakan lambat
rambut sering kekurangan pigmen
dalam urine dijumpai residu fenilpiruvat
Seorang anak idiot dilahirkan dari pasangan suami isteri yang keduanya
membawa gen resesif.
P : Ii x Ii
F : II : normal
Ii : normal (carrier)
ii : idiot
3. Thallasemia
Thallasemia merupakan kelainan dimana sel darah merah seseorang
berbentuk tidak beraturan, kadar Hb sedikit sehingga penderita sering kekurangan
oksigen (hipoksemia). Cacat ini disebabkan oleh gen dominan.
Ada dua jenis thallasemia, yaitu thallasemia mayor (ThTh) dan thallasemia
minor (Thth). Sel darah merah penderita thallasemia mayor semua berbentuk
tidak beraturan dan umumnya lethal. Sedangkan pada penderita thallasemia minor
sebagian sel darah merahnya berbentuk tak beraturan. Penderita bisa bertahan
hidup dengan melakukan transfusi reguler.
Penderita thallasemia mayor lahir dari perkawinan antar penderita thallasemia
minor.
P : Thth x Thth
F : ThTh : thallasemia mayor
Thth : thallasemia minor
thth : normal
8
isoaglutinogen. Susunan genotif dan kemungkinan gamet yang dibentuk dapat
dilihat pada tabel berikut.
Golongan darah ABO dikendalikan oleh alela ganda IA, IB, dan IO. IA dan
IB kodominan, dan keduanya dominan terhadap IO.
Contoh: perkawinan antara pria golongan A heterozigot dengan wanita B
heterozigot.
P : I A IO x IB IO
G : IA , IO IB , IO
F : IA IB : golongan AB
IA IO : golongan A
IB IO : golongan B
IO IO : golongan O
Golongan Rhesus
Golongan ini dinamakan berdasar nama kera dari India, Macacus rhesus,
yang dulu sering digunakan untuk mengetes darah orang. Golongan darah ini ada
dua yaitu Rhesus + dan Rhesus -. Susunan genotif dan kemungkinan gamet dapat
dilihat pada tabel berikut.
Golongan Rhesus ini memiliki arti penting pada perkawinan. Bila seorang
pria Rhesus + menikah dengan wanita Rhesus -, kemungkinan anaknya menderita
eritroblastosis fetalis (penyakit kuning bayi).
Contoh: perkawinan antara pria Rh + dengan wanita Rh -
P : pria Rhesus + x wanita Rhesus –
RhRh rhrh
G : Rh rh
F : Rhrh Rhesus + (eritroblastosis fetalis)
9
2.8 Sifat/Cacat Menurun Gonosomal
Sifat yang diturunkan terpaut kromosom sex (gonosom) dibedakan
menjadi dua, yaitu terpaut kromosom X dan terpaut kromosom Y. Gen yang
terpaut kromosom X dapat diturunkan pada anak perempuan dan anak laki-laki,
tetapi fenotif yang muncul bergantung pada susunan genotifnya. Sedangkan gen
yang terpaut kromosom Y hanya diturunkan pada anak laki-laki.
Dua contoh cacat menurun yang terpaut kromosom X adalah hemofili dan
butawarna.
a. Hemofili
Hemofili merupakan suatu kelainan dimana darah seseorang sulit untuk
membeku. Penyakit ini disebabkan gen resesif h, sedangkan sifat normal
dikendalikan oleh gen H. Seorang wanita normal memiliki dua gen H pada
masing-masing kromosom X. Bila salah satu kromosom X terdapat gen h, wanita
ini termasuk wanita normal tetapi membawa sifat hemofili (carrier). Bila pada
kedua kromosom X terdapat gen h wanita tersebut menderita hemofili dan
umumnya lethal. Pria menderita hemofili bila pada kromosom X-nya terdapat gen
h, dan normal bila terdapat gen H. Seorang anak laki-laki hemofili dapat lahir dari
ibu carrier.
XHXH : wanita normal XHY : pria normal
XHXh : wanita normal carrier Xhy : pria hemofili
XhXh : wanita hemofili
Contoh:
P : pria normal x wanita carrier
XHY XHXh
G : XH, Y XH, Xh
F : XHXH : wanita normal XHY : pria normal
XHXh : wanita normal carrier Xhy : pria hemofili
2. Butawarna (colorblind)
Angka berapa ya?
Butawarna merupakan cacat menurun dimana seseorang tidak bisa
membedakan warna. Umumnya tidak bisa membedakan warna merah dan hijau
(dikromatis). Sedangkan pada butawarna total orang tidak bisa melihat warna.
10
Kelainan ini juga disebabkan gen resesif c, sedangkan sifat normal dikendalikan
gen dominan C.
Anak perempuan buta warna dapat dilahirkan dari pria butawarna yang menikah
dengan wanita carrier.
P : pria butawarna x wanita carrier
XcY XCXc
G : Xc, Y XC, Xc
F : XCXc : wanita normal carrier
XcXc : wanita butawarna
XCY : pria normal
XcY : pria butawarna
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal
yang terkait dengan faktor hereditas dan lingkungan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, yaitu sebagai berikut ini.
1. Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor dalam
(hereditas) dan faktor luar (lingkungan).
2. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri yang
meliputi pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang turut
mengembangkan dirinya sendiri. Meliputi, antara lain: bentuk tubuh, raut
muka, sifat-sifat, bakat, intelegensi dan penyakit.
3. Pembawaan tidak akan berarti apa-apa tanpa didukung dengan lingkungan
yang kondusif terhadap bawaaan itu sendir
Gen adalah unit terkecil bahan sifat menurun. Besarnya diprkirakan 4-50 µ
Istilah gen pertama kali diperkenalakan oleh W.Johansen (1909), sebagai
pengganti istilah factor keturunan atau elemen
yang dikemukakan oleh Gregor Mendel. Gregor Mendel telah berasumsi
tentang adanya suatu bahan yang terkait dengan suatu sifat atau karakter yang
dapat diwariskan. Ia menyebutnya 'faktor'. Pada 1910, Thomas Hunt Morgan
menunjukkan bahwa gen terletak di kromosom. Selanjutnya, terjadi 'perlombaan'
seru untuk menemukan substansi yang merupakan gen. Banyak penghargaan
Nobel yang kemudian jatuh pada peneliti yang terlibat dalam subjek ini.
Gen menumbuhkan serta mengatur berbagai jenis karakter dalam tubuh
baik fisik maupun psikis. Pengaturan karakteristik ini melalui proses sintesa
protein seperti; kulit dibentuk oleh keratin, otot dari aktin dan miosin, darah dari
(Hb, globulin, dan fibrinogen), jaringan pengikat dari (kolagen dan elastin), tulang
dari Ossein, tulang rawan dari kondrin.
Gen sebagai factor keturunan tersimpan di dalm kromosom, yaitu di dalam
manik – manik yang disebut kromomer atau nukleusom dari kromonema
Hereditas pada manusia mempelajari mengenai macam penurunan sifat atau
kelainan pada manusia.
12
Penurunan sifat pada manusia dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Autosomal sifat yang terpaut koromosom tubuh, Sifat yang autosomal
manifestasinya dapat muncul baik pada anak laki-laki maupun perempuan.
2. Gonosomal sifat yang terpaut kromosom sex, sifat yang gonosomal
manifestasinya dipengaruhi oleh jenis kelamin, bisa hanya muncul pada
anak laki-laki saja atau perempuan saja.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini kami selaku penyusun berharap agar
pembaca dapat memahami tentang hereditas. Adapun saran yang ingin
disampaikan penyusun adalah agar pembaca mempelajari sistem pewarisan sifat
dan bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap diri dan lingkungan. Selain daripada
itu penyusun menyarankan agar pembaca melihat potensi yang ada pada diri kita
karena sesungguhnya kita memiliki potensi yang sangat berguna.
13
DAFTAR PUSTAKA
Campbell NA, dkk. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2000. 265-
267.
Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC Penerbit
Buku Kedokteran.
2003. 515-518.
Pai, A.C. Dasar – dasar genetika. Ilmu untuk Masyarakat. Edisi kedua.
McGraw-Hill, Inc. Alih
Bahasa Dr. Muchidin Apandi, Msc, ITB. Penerbit Erlangga. Jakarta, 1987.
Robert, J.A.F. Pengantar Genetika Kedokteran. Edisi delapan. Alih Bahasa Dr.
Hartono, FK Univ