Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

POLA HEREDITAS

OLEH
NADYA INDRIYANI
E10018014
A PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya, penulis dapat meyelesaikan Makalah yang berjudul Pola
Hereditas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam penulisan Makalah
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
baik secara moril maupun materil selama proses penulisan makalah.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca guna
mengembangkan ilmu pengetahuan. Sebagai manusia tentunya tidak terlepas dari
kesalahan, begitu pula dalam penulisan makalah ini. Sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna memperbaikinya
dalam penulisan selanjutnya.

Jambi, Mei 2019

Nadya Indriyani

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 3
2.1.Pengertian Hereditas.................................................................. 3
2.2.Pola Hereditas Hukum Mendel.................................................. 4
2.3.Pola Hereditas Pautan................................................................. 6
2.4.Pindah Silang............................................................................. 6
2.5.Gen Letal.................................................................................... 8
2.6. Pola-Pola Hereditas Pada Manusia........................................... 8
2.7. Contoh Soal Dan Pembahasan Pola Hereditas.......................... 12
BAB III PENUTUP................................................................................... 14
3.1. Kesimpulan............................................................................... 14
3.2. Saran.......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Like parents, like children”. Begitulah pepatah yang menyatakan bahwa


seorang anak umumnya memiliki kemiripan dengan orang tuanya. Secara
biologis, pepatah tersebut ilmiah karena seorang anak selalu mewarisi gen dari
kedua orang tuanya. Gen tersebutlah yang membawa sifat-sifat tertentu, baik yang
tampak secara fisik maupun yang tidak tampak secara fisik. Prinsip tentang gen
dan pewarisan sifat modern pertama kali dikemukakan oleh Gregor Johnn
Mendel. Mendel mempelajari sifat yang diturunkan pada tanaman buncis dan
menemukan teori persilangan untuk gen-gen yang independen. Teori tersebut
menyatakan bahwa gen dari anak merupakan perpaduan (persilangan) dari gen-
gen dari kedua orang tuanya.
Pewarisan sifat dan kombinasi antargen, tak jarang menghasilkan gen yang
kurang diinginkan, seperti gen hemofilia dan albinisme. Gen yang kurang
diinginkan tersebut dapat dihindari dengan mempelajari pohon keluarga yang
merepresentasikan pewarisan sifat antar generasi. Penurunan sifat dapat terjadi
melalui perkawinan antara dua individu sejenis. Perkawinan antara dua individu
sejenis yang mempunyai sifat beda disebut persilangan. Sifat beda ditentukan oleh
gen di dalam kromosom yang di turunkan dari generasi ke generasi berikutnya.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa itu Hereditas?


2) Bagaimana pola hereditas hukum mendel?
3) Bagaimana pola hereditas pautan?
4) Apa itu pindah silang?
5) Apa itu Gen letal?
6) Bagaimana pola-pola hereditas pada manusia?
7) Bagaimana contoh soal dan pembahasan pola hereditas?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Apa itu Hereditas

1
2. Untuk mengetahui pola hereditas hukum mendel
3. Untuk mengetahui pola hereditas pautan
4. Untuk mengetahui Apa itu pindah silang
5. Untuk mengetahui Apa itu Gen letal
6. Untuk mengetahui pola-pola hereditas pada manusia
7. Untuk mengetahui contoh soal dan pembahasan pola hereditas

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hereditas

2
Genetika seringkali diartikan sebagai materi hereditas meskipun dewasa
ini genetika tidak lagi diartikan demikian.Hal ini karena dalam genetika tidak
hanya mempelajari tentang pewarisan sifat, melainkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan pewarisan sifat itu sendiri, seperti materi genetik, tentang
strukturnya, reproduksinya, kerja (ekspresinya), perubahan, keberadaan dalam
populasi serta perekayasaan. (Maulidi, 2014).
Hereditas adalah penurunan sifat dari induk kepada keturunannya. Dimana
keturunan yang dihasilkan dari perkawinan antar individu mempunyai
perbandingan fenotip maupun genotip yang mengikuti aturan tertentu. Pada
kejadian sehari-hari dapat dijumpai seorang anak kerap memiliki sifat seperti
orang tuanya, baik rupa maupun tingkah lakunya. Sebaliknya, sering pula tampak
seorang anak memiliki sifat menyimpang dari ibu dan ayahnya. Keadaan tersebut
berhubungan erat dengan genetika manusia. Aturan-aturan dalam pewarisan sifat
ini disebut pola-pola hereditas.
Materi pola-pola hereditas adalah penjelasan bagaimana menerapkan prinsip
hereditas dalam mekanisme pewarisan sifat yang dipelajari dalam ilmu genetika.
Genetika adalah ilmu yang mempelajari mengenai pewarisan sifat-sifat induk
pada turunannya.
Istilah dalam Genetika / Pewarisan Sifat
 Parental: induk atau orang tua atau tetua. Parental disingkat P.
 Filial: keturunan yang diperoleh sebagai hasil dari perkawinan parental.
Keturunan pertama disingkat F1, keturunan kedua disingkat F2,
keturunan ketiga disingkat F3, dan seterusnya.
 Dominan: sifat yang muncul pada keturunan, yang artinya dalam suatu
perkawinan sifat ini dapat mengalahkan sifat pasangannya.
 Gen dominan: gen yang dapat mengalahkan atau menutupi gen lain
yang merupakan pasangan alelnya dan memakai simbol huruf besar.
 Resesif: sifat yang muncul pada keturunan, yang artinya dalam suatu
perkawinan sifat ini dapat dikalahkan oleh sifat pasangannya.
 Gen resesif: gen yang dikalahkan atau ditutupi oleh gen lain yang
merupakan pasangan alelnya dan memakai simbol huruf kecil.

3
 Genotip: susunan genetik suatu sifat yang dikandung suatu individu
yang menyebabkan munculnya sifat-sifat pada fenotip.
 Fenotip: sifat lahiriah yang merupakan bentuk luar yang dapat dilihat
atau diamati.
 Alel: anggota pasangan gen yang mempunyai sifat alternatif sesamanya.
Gen-gen ini terletak pada lokus yang bersesuaian dari suatu kromosom
yang homolog.
 Homozigot: pasangan alel dengan gen yang sama, keduanya gen
dominan atau resesif.
 Heterozigot: pasangan alel dengan gen yang tidak sama, yang satu gen
dominan dan lainnya gen resesif.
 Pembastaran: perkawinan antara dua individu yang mempunyai sifat
beda.

2.2. Pola Hereditas Hukum Mendel

Dalam mempelajari genetika, teori mendel sangat penting bahkan


dijadikan dasar dalam memahami genetika dan digunakan untuk analisis atas
pola-pola pewarisan genetik. Hukum Mendel adalah hukum yang menerapkan
bagaimana pola dan mekanisme pewarisan sifat. Hukum Mendel terdiri dari
Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II.

2.2.1.Hukum Mendel I

Hukum Mendel I (Hukum Segregasi) adalah pernyataan bahwa ketika


berlangsung pembentukan gamet pada individu, akan terjadi pemisahan alel
secara bebas. Persilangan monohibrid membuktikan hukum Mendel I.
Persilangan monohibrid merupakan persilangan dengan satu sifat beda. Untuk
mengetahui keadaan genotip F1 dapat dilaksanakan:
 Testcross (uji silang): mengawinkan individu hasil hibrida (F1) dengan
salah satu induknya yang homozigot resesif. Tujuan uji silang ini untuk
mengetahui keadaan genotip suatu individu, apakah homozigot atau
heterozigot.

4
 Backcross (silang balik): mengawinkan individu hasil hibrida (F1)
dengan salah satu induk, baik induk homozigot dominan ataupun resesif.
Tujuan backcross adalah untuk mengetahui genotip induknya.
 Intermediet: penyilangan dengan satu sifat beda, namun sifat dominan
tidak mampu menutupi sifat resesif sehingga muncul sifat diantara
keduanya.

2.2.2. Hukum Mendel II

Hukum Mendel II adalah pernyataan yang menyatakan bahwa pada saat


penentuan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok
secara bebas pula. Persilangan dihibrid merupakan bukti berlakunya hukum
Mendel II. Mendel melanjutkan persilangan, dengan menyilangkan tanaman
yang memiliki dua sifat beda (dihibrid), yaitu warna dan bentuk kacang ercis.
Dia menyilangkan kacang ercis biji bulat (B) warna kuning (K) dengan kacang
ercis biji kisut (b) warna hijau (k). Hasilnya F1 memiliki fenotip kacang ercis
biji bulat warna kuning (100%). Setelah F1 disilangkan dengan sesamanya
menghasilkan keturunan F2 dengan rasio fenotip 9 (bulat kuning) : 3 (bulat
hijau) : 3 (kisut kuning) : 1 (kisut hijau).

2.2.3 Penyimpangan Semu Hukum Mendel

Penyimpangan semu hukum Mendel hanya terjadi pada persilangan


monohibrid dan dihibrid.Pernyataan tersebut jelas merupakan bentuk
miskonsepsi karena berapapun sifat beda pada sebuah persilangan, semua
memiliki peluang untuk terjadi penyimpangan semu. (Roini, 2013).
Pada persilangan dihibrid pada keturunan ke-2 (F2) akan mempunyai
perbandingan fenotip = 9:3:3:1. Tetapi dalam keadaan tertentu perbandingan
fenotip tersebut tidak berlaku. Dari beberapa percobaan, ternyata ada
penyimpangan hukum Mendel. Hal itu dapat terjadi karena adanya interaksi
antargen, atau suatu gen dipengaruhi oleh gen lain untuk memunculkan sifat
tertentu sehingga menyebabkan perbandingan fenotip yang keturunannya
menyimpang dari hukum Mendel. Keadaan semacam ini disebut penyimpangan

5
hukummendel.
Adapun penyimpangan semu dari Hukum Mendel yakni:
 Kriptomeri, adalah penyimpangan semu dengan perbandingan F2 = 9:3:4
 Komplementer adalah penyimpangan semu dengan perbandingan F2 =
9:7
 Polimeri adalah penyimpangan semu dengan perbandingan F2 = 15:1
 Epistasis dan Hipostasis adalah penyimpangan semu dengan perbandingan
F2 = 12:3:1.
 Interaksi Gen adalah penyimpangan semu dengan sifat baru yang berbeda
dengan kedua induknya dengan hasil F2 = 9:3:3:1.

2.3 Pola Hereditas Pautan

Pautan adalah gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama atau
dalam satu pasang kromosom homolog dan berdekatan. Pautan antara dua macam
gen atau lebih akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan genotip dan
fenotip yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan gen-gen yang tidak
berpautan. Hal ini disebabkan gamet-gamet yang dihasilkan jumlahnya lebih
sedikit.

2.4 Pindah Silang (Crossing Over)

Pindah silang adalah peristiwa bertukarnya bagian kromosom satu dengan


kromosom lainnya yang homolog, atau bagian kromosom lainnya yang tidak
homolog. Peristiwa pindah silang terjadi pada pembelahan meiosis profase I,
subfase pakiten dan akan berakhir pada metafase I.

6
Pindah silang akan menghasilkan keturunan yang terdiri atas kombinasi
parental (KP) dan rekombinan (RK). Nilai pindah silang adalah angka yang
menunjukkan persentase rekombinasi dari hasil-hasil persilangan. Semakin jauh
jarak antarkedua gen, semakin besar kemungkinan terjadinya pindah silang. Nilai
pindah silang (NPS) dapat dihitung dengan rumus:

Peta kromosom adalah suatu gambar yang menyatakan jarak gen-gen yang
terletak pada lokus yang berderet-deret dalam suatu kromosom. Ukuran yang
dipakai untuk menentukan jarak antargen antarlokus disebut unit.
Titik pengukuran jarak antargen dimulai dari sentromer, jika gen a berjarak 12,5
unit, berarti gen A berjarak 12,5 unit dari sentromer. Jika gen B berjarak 15,5 unit,
berarti gen B berjarak 15,5 unit dari sentromer. Berdasarkan informasi jarak gen A
dan B dari sentromer kita dapat menghitung jarak antara gen A dengan B, yaitu
15,5 – 12,5 = 3 unit.

2.4.1 Penentuan Jenis Kelamin

Penentuan jenis kelamin pada berbagai organisme tidak sama. Beberapa


tipe penentuan jenis kelamin yang dikenal adalah sebagai berikut:
1. Sistem XX – XY, contoh pada manusia: wanita 44 A + XX atau 22 AA +
XX; pria 44 A + XY atau 22 AA + XY. Contoh pada pada Lalat Buah:
XX → betina (6 A + XX atau 3 AA + XX), XY → jantan (6 A + XY atau
3 AA + XY).
2. Sistem XX – XO (pada belalang): XX → betina (22A + XX), XO →
jantan (22A + XO).

7
3. Sistem ZW – ZZ (pada kupu-kupu, ngengat, ikan, burung): ZW → betina
(78 A + ZW), ZZ → jantan (78 A + ZZ).
4. Sistem ZO – ZZ (pada ayam, itik): ZO → betina (76A + ZO), ZZ →
jantan (76A + ZZ).

2.4.2 Pautan Seks

Pautan seks adalah peristiwa tergabungnya beberapa sifat pada


kromosom seks. Pautan seks dapat terjadi pada kromosom X atau kromosom Y.
Contoh: gen penentu warna mata pada lalat Drosophila terpaut pada kromosom
X.

2.5 Gen Letal

Gen Letal adalah gen yang dalam keadaan homozigot menyebabkan


kematian pada individu yang membawanya.
1. Gen letal dominan adalah gen dominan dalam keadaan homozigot
menyebabkan kematian. Contoh:
 Thallasemia (ThTh) pada manusia;
 Tikus bulu kuning (KK);
 Ayam Redep (RR);
 Ayam tidak berjambul (JJ).
2. Gen letal resesif adalah gen resesif dalam keadaan homozigot
menyebabkan kematian. Contoh:
 Sapi Bulldog (dd);
 Sickle cell (ss) pada manusia;
 Kelinci Pegler (pp).

2.6. Pola-pola Hereditas pada Manusia

Pola hereditas pada golongan darah manusia terdiri dari

1. Golongan Darah

8
Golongan darah merupakan salah satu variasi biologis yang dapat
diturunkan oleh kedua orang tua. Salah satu penyebab bervariasinya genetika
populasi adalah faktor lingkungan dan penurunan sifat akibat perkawinan.
Untuk menghitung alel dari golongan darah menggunakan hukum Hardy-
Weinberg. (Radtya, 2016)
Golongan darah pada manusia dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu:
 Sistem ABO ditentukan oleh 3 macam alel, yaitu IA, IB, dan IO;
 Sistem Rhesus, ditentukan oleh gen Rh untuk rhesus (+) dan gen rh
untuk rhesus (-). Alel Rh bersifat dominan terhadap alel rh;
 Sistem MN, ditentukan oleh 2 macam alel, yaitu LMdan LN.

Golongan darah merupakan sistem pengelompokan darah yang


didasarkan pada jenis antigen yang dimilikinya. Sedikitnya ada 48 jenis
antigen yang menjadi dasar dalam penggolongan darah. Tetapi yang paling
umum digunakan adalah sistem penggolongan darah ABO. Pembagian
golongan darah sistem ABO didasarkan pada adanya perbedaan aglutinogen
(antigen) dan aglutinin (antibodi) yang terkandung dalam darah (Nadia, dkk.,
2010).

2. Cacat dan Penyakit Menurun pada Manusia

Ciri-ciri penyakit menurun:


 Tidak menular pada orang lain;
 Tidak dapat disembuhkan, karena ada kelainan dalam substansi hereditas
(gen);
 Umumnya dikendalikan oleh gen resesif dan hanya muncul pada
seseorang yang homozigot resesif.
Cacat dan penyakit menurun pada manusia dapat diwariskan melaui
autosom dan ada yang melalui kromosom seks (terpaut seks), antara lain:

a) Terpaut Autosom

9
 Albino adalah kelainan genetik yang disebabkan ketidakmampuan
tubuh membentuk enzim pengubah tirosin menjadi pigmen
melanin yang dikendalikan oleh gen resesif a. Orang normal
memiliki genotip AA dan normal carier Aa. Seorang albino dapat
lahir dari pasangan yang keduanya carier.
 Polidaktili adalah kelainan bawaan dalam autosom yang dibawa
oleh gen dominan. Penderita dapat dilahirkan dari pasangan orang
tua yang sama-sama polidaktili heterozigot (Pp), atau dari
pasangan yang salah satu polidaktili (PP) dan yang lainnya normal
(pp).
 Brakidaktili adalah kelainan yang berupa memendeknya jari-jari
akibat ruas-ruas jarinya pendek. Kelainan ini dikendalikan oleh
gen dominan (B) yang bersifat letal. Dengan demikian, keadaan
dominan homozigot (BB) akan menyebabkan kematian, genotip
heterozigot (Bb) akan menyebabkan brakidaktili, dan homozigot
resesif (bb) normal.

b) Terpaut pada Kromosom Seks Manusia

1) Gen-gen abnormal terpaut kromosom Y (Holadrik) antara lain:


 webbed toes adalah kelainan sifat yang ditandai dengan
pertumbuhan selaput diantara jari-jari, seperti halnya kaki
bebek atau kaki katak. Sifat tersebut dikendalikan oleh resesif
(wt) sedangkan gen dominan Wt menentukan keadaan normal.
 hyserix gravior adalah kelainan yang ditandai dengan
pertumbuhan rambut yang kasar dan panjang, mirip duri
landak. Sifat rambut ini dikendalikan oleh gen resesif (hg).
Gen Hg mengekspresikan pertumbuhan rambut normal.
 hypertrikosis adalah kelainan yang ditandai dengan
pertumbuhan rambut yang berlebihan pada tubuh. Sifat ini
dikendalikan oleh gen resesif (ht). Gen H menyebabkan
keadaan normal.

10
2) Gen-gen abnormal terpaut kromosom X antara lain:
 Hemofilia adalah penyakit genetik dimana darah sukar
membeku pada saat terjadi luka. Tubuh mengalami kegagalan
dalam pembentukan enzim tromboplastin (enzim pembeku
darah) sehingga penderita akan sering mengalami pendarahan.
Gen ini bersifat resesif yang terkandung dalam kromosom X.
Oleh karena itu, genotip penderitanya menjadi XhXh (letal),
dan XhY, sementara wanita carier adalah XHXh. Wanita
hemofilia hanya ada secara teori, sebab akan mati pada saat
embrio.
 Buta Warna (Colour Blind) adalah kelainan pada retina mata
seseorang, yaitu pada sel kerucutnya tidak peka terhadap
cahaya yang berwarna. Pola sifat hereditas tentang buta warna
Jika buta warna dibawa oleh gen resesif cb yang terpaut pada
kromosom X, maka penderitanya adalah XcbXcb dan XcbY,
sementara XCBXcb adalah wanita carier.
 Anenamel (Gigi Tak Beremail), kelainan ini dibawa oleh gen
yang bersifat dominan pada kromosom X. Gen g menentukan
gigi normal, sementara gen G anenamel. Ciri-cirinya antara
lain gigi kekurangan lapisan email sehingga giginya berwarna
coklat dan lebih cepat rusak. Penderita bergenotip XGY, XGXG,
dan XGXg. sementara genotip normalnya adalah XgY dan XgXg.
 Anodontia adalah kelainan yang dibawa oleh kromosom X dan
muncul dalam keadaan resesif. Ciri-cirinya antara lain tidak
memiliki gigi sehingga tampak ompong. Kelainan ini lebih
sering dijumpai pada pria sebab seorang pria yang
mengandung satu gen a (gen anodontia) sudah menampakkan
gejalanya (XaY), sementara pada wanita baru menampakkan
sebagai penderita jika genotipnya XaXa.

2.7. Contoh Soal Dan Pembahasan Pola Hereditas

Pada tikus terdapat alela ganda untuk warna bulu:

11
Ay = gen kuning
A = gen hitam
a = gen kelabu
Bila: Ay = dominan terhadap A, dan A = dominan terhadap a, sedangkan
homozigot Ay bersifat letal, maka hasil persilangan antara AyA dengan Aya
akan menghasilkan turunan ….
A. 2 hitam : 1 kelabu
B. 2 kuning : 1 kelabu
C. 3 kuning : 1 hitam
D. 2 kuning : 1 hitam
E. 2 kuning : 1 hitam : 1 kelabu
Penyelesaian
P: AyA >< Aya
G : Ay Ay
A a
F:
Gamet Ay A
Ay Ay AyA
Ay
A Aya Aa
Letal : A y Ay
Kuning : AyA, Aya
Hitam : Aa
Perbandingan fenotip = letal : kuning : hitam = 1 : 2 : 1

Pola pewarisan suatu sifat tidak selalu dapat dipelajari melalui percobaan
persilangan buatan. Pada tanaman atau hewan dengan daur hidup panjang seperti
gajah suatu persilangan baru akan memberikan hasil yang dapat dianalisis setelah
kurun waktu yang sangat lama. Demikian pula, untuk mempelajari pola pewarisan
sifat tertentu pada manusia jelas tidak mungkin dilakukan percobaan persilangan.
Pola pewarisan sifat pada organisme-organisme semacam itu harus dianalisis
menggunakan data hasil pengamatan langsung pada populasi yang ada. Sehingga

12
pembelajaran mengenai genetika populasi ini cocok dipelajari dalam perkuliahan
teori melalui studi kasus atau lewat penugasan. (Erwinsyah, dkk. 2016)

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

13
3.1. Kesimpulan

Pewarisan Sifat dapat di tentukan oleh Kromosom dan Gen. Kromosom


adalah struktur benang dalam inti sel yang bertanggung jawab dalam hal sifat
keturunan (Hereditas). Sedangkan Gen adalah unit terkecil yang terletak pada
bagian Kromosom yang disebut lokus. Fungsi Gen adalah menyampaikan
informasi genetik kepada keturunannya dan mngendalikan perkembangan dan
metabolisme sel.

3.2. Saran

Adapun saran yang dapat saya sampaikan kiranya pembaca dari makalah
ini bisa membaca dengan baik serta dapat mengaplikasikan dalam dunia akademik
maupun dalam kehidupan seharihari.

DAFTAR PUSTAKA

14
Erwansyah, Renardi dkk. 2016. Relevansi Praktikum dan Perkuliahan Teori pada
Mata Kuliah Genetika Relevance Lab Activities and Lecturing Theory In
Genetics Course. Proceeding Biology Education Conference. 13(1) : 546-
553.
Maulidi, Andri. 2014. Deskripsi Konsepsi Siswa Pada Materi Hereditas Di MAN.
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikanuniversitas Tanjungpura.
Pontianak.
Nadia, B., Handayani, D., Rismiati, R. Hidup Sehat Berdasarkan Golongan
Darah O. Jakarta: Dukom Publisher.
Raditya, Ainur. 2016. Distribusi Golongan Darah AB0 pada Masyarakat Tengger.
AntroUnairdotNet. 5(3) : 411-421.
Roini, Chumidach. 2013. Organisasi Konsep Genetika Pada Buku Biologi Sma
Kelas Xii. Jurnal EduBio Tropika. 1 (1) : 1-60.

15

Anda mungkin juga menyukai