OLEH
KELOMPOK IV
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
hidayah dan rahmat-Nya sehingga kita masih diberi kesehatan dan mampu menjalankan
aktivitas sehari-hari. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
bimbingan Rasulullah SAW yang telah membimbing umatnya dari kehidupan jahiliyah
hingga jalan yang terang-benderang ini.
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pewarisan sifat.
2. Untuk mengetahui komponen utama pewarisan sifat.
3. Untuk mengetahui istilah-istilah dalam hereditas.
4. Untuk mengetahui hukum pewarisan sifat (hukum mendel).
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi fenotipe pada
pewarisan sifat.
6. Untuk mengetahui pengertian dari persilangan
7. Untuk mengetahui jenis-jenis dari persilangan
8. Untuk mengetahui contoh soal dan pembahasan dari persilangan dan
pewarisan sifat.
BAB II
PEMBAHASAN
Tiap jenis gen yang menempati suatu lokus disebut sebagai alel.
Dalam genetika Mendelian, alel disimbolkan sebagai genotipe. Karena
genotipe adalah sifat yang ada di dalam kromosom, genotipe bersifat
tersembunyi atau tidak nampak secara langsung. Meskipun genotipe ini
bersifat tidak nampak, namun genotipe ini nantinya akan menentukan sifat
luar yang nampak dari tubuh organisme, atau diesbut sebagai fenotipe.
Gen adalah bagian dari untai DNA (deoxyribonucleic acid) yang
mengkodekan suatu protein atau RNA (ribonucleic acid). Protein atau RNA
inilah yang nantinya dapat mempengaruhi sifat-sifat makhluk hidup. Proses ini
disebut sebagai ekspresi gen. Bagaimana bisa gen dapat mempengaruhi sifat
makhluk hidup?
Misalkan ada gen yang mengkodekan sifat mata berwarna biru.
Ketika proses ekspresi gen berlangsung, DNA akan ditranksripsi menjad
RNA, dan RNA akan ditranslasi menjadi protein. Protein ini pada akhirnya
akan terlibat dalam metabolisme yang menjadikan mata berwarna biru.
2.3 Istilah-istilah dalam Hereditas
1. Parental (P) adalah induk yang dapat disilangkan, misalnya P1 merupakan
induk dalam penyilangan pertama dan P2 merupakan induk dalam
penyilangan kedua.
2. Gamet (G) adalah sel kelamin jantan atau betina, yang dalam skema
persilangan jumlahnya separuh dari genotipnya. Filial (F) adalah hasil
keturunan atau anak. Misalnya F1 merupakan keturunan pertama dan F2
merupakan keturunan kedua.
3. Gen adalah faktor pembawa sifat yang akan diwariskan. Gen dibagi menjadi
dua yaitu Gen Dominan dan Gen Resesif.
a. Gen Dominan (kuat) dituliskan dengan huruf besar, yang merupakan
faktor gen yang unggul dan menutupi sifat pasangan gennya.
Misalnya adalah sifat Manis (M) dan Asam (m) pada buah. Maka interaksi
kedua gen tersebut adalah pada pasangan gen Mm (baca: Em besar Em
kecil) akan memunculkan Fenotip (sifat yang tampak) rasa manis, karena M
adalah gen dominan.
4. Alel adalah pasangan gen yang terdapat pada kromosom dalam satu homolog
(dari kedua induknya) yang menunjukkan sifat alternatif sesamanya.
Misalnya pasangan panjang - pendek, kasar - halus, manis
- asam, dan lain sebagainya. Sedangkan cara penulisan pasangan gen satu
Alel menggunakan huruf yang sejenis dengan pembeda berupa huruf besar
atau kecil. Contoh dari pasangan alel adalah AA, Aa, aa, Bb, bb, dan
seterusnya.
5. Genotip (tipe gen) adalah keadaan genetik dari suatu individu atau populasi
yang merupakan faktor pembawa sifat dari kedua induknya. Penulisan
pasangan genotip jika terdiri atas 1 gen dominan dan 1 gen resesif adalah
dengan menempatkan gen dominan di depan gen resesif. Misalnya pada
contoh genotip heterozigot. Genotip dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Genotip dominan homozigot, misalnya HH membawa sifat Halus.
b. Genotip heterozigot, misalnya Hh membawa sifat Halus
c. Genotip resesif, membawa sifat Kasar.
6. Fenotip adalah sifat yang muncul (tampak luar tubuh, atau secara morfologi)
yang dapat diamati dari suatu organisme. Fenotip meliputi struktural,
biokimiawi, fisiologis maupun perilaku. Sebagai contoh dari fenotip adalah
warna bunga yang beragam, bentuk rambut kriting ikal lurus, warna kulit
manusia, dan lain sebagainya.
7. Karakter adalah sebuah istilah dari para ahli genetika yang digunakan untuk
menjelaskan sifat yang dapat diturunkan. Setiap varian dari suatu karakter
ini disebut sifat (trait), misalnya adalah pada bentuk rambut manusia ada
yang kriting, ikal dan lurus.
2.4 Hukum Pewarisan Sifat (Hukum Mendel)
Gregor Mendel, merupakan seorang pendeta yang pertama kali
merumuskan hukum pewarisan sifat. Mendel menjawab pertanyaan bagaimana sifat-
sifat pada makhluk hidup diturunkan secara matematis. Pada tahun 1856, Mendel
mulai melakukan penelitian menggunakan kacang ercis atau kapri (Pisum sativum).
Mendel memilih menggunakan kacang ercis atau kapri sebagai objek penelitian
karena beberapa alasan.
Pertama, kacang ercis memiliki daur hidup yang relatif singkat, sehingga
tidak membutuhkan waktu penelitian yang lama. Selain itu, kacang ercis memiliki
pasangan dengan sifat kontras. Dan tidak kalah penting pula kacang ercis bisa
melakukan penyerbukan sendiri, mudah dilakukan kawin silang, dan dapat mampu
menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak.
Mendel akhirnya menyimpulkan hasil penelitiannya dalam suatu hukum
yang dinamai sebagai Hukum Mendel. Ada dua Hukum Mendel. Hukum Mendel I
berbunyi, “Setiap gen di dalam alel akan berpisah atau bersegregasi secara bebas
pada saat pembentukan gamet”. Hukum Mendel II berbunyi, “Setiap gen di dalam
gamet akan bergabung (berasortasi) secara bebas pada saat pembentukan zigot.”
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Fenotipe pada Pewarisan Sifat
1. Karakteristik Kromosom
Kromosom merupakan komponen utama dalam proses pewarisan
sifat. Sudah barang tentu jika dilakukan persilangan, kromosom akan
menentukan informasi genetik apa yang diturunkan pada keturunannya.
Kromosom tubuh (autosom) akan mewariskan sifat-sifat fenotipe dari
indukan. Sementara kromosom kelamin akan menentukan jenis kelamin.
2. Karakteristik Gen
Seperti telah dijelaskan pada bagian atas, bahwa gen ada yang
bersifat dominan dan resesif. Karakteristik gen tersebut akan menentukan
hasil persilangan dan pewarisan sifat keturunan.
3. Nutrisi
Proses pewarisan sifat juga dipengaruhi oleh nutrisi yang masuk ke
dalam tubuh makhluk hidup. Jika unsur-unsur tubuh terpenuhi dengan baik
terutama protein, proses pewarisan sifat juga akan berjalan dengan baik.
Misalnya pada suatu tanaman yang tumbuh mendapatkan nutrisi yang baik
tentu akan menghasilkan keturunan yang baik seperti indukannya. Demikian
pula sebaliknya.
4. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses fisiologis yang
terjadi dalam tubuh, salah satunya ialah pewarisan sifat melalui persilangan.
Maka dari itu, kondisi lingkungan yang baik akan berpengaruh baik pula
pada proses persilangan. Misalnya pada persilangan tanaman jagung yang
tumbuh pada kondisi ladang yang banyak hama, tentu saja keberhasilan
persilangan akan tidak maksimal.
2.6 Pengertian Persilangan
Persilangan (bahasa inggris: hybridization atau crossing) dalam biologi
adalah perkawinan antar individu ataupun populasi yang berbeda secara genetik
untuk menghasilkan gabungan sifat dari tetua ataupun rekombinasi gen-gen pada
keturunannya.
2.7 Jenis-jenis Persilangan
a. Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid merupakan persilangan dengan satu sifat pembeda.
Pada persilangan ini berlaku Hukum I Mendel, sebab saat pembentukan
gamet pada generasi kedua, gen alam alel mengalami pemisahan secara
bebas dalam dua sel gamet. Pemisahan kedua gen tersebut tidak dipengaruhi
satu sama lainnya (independent).