Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL


PERSILANGAN MONOHIBRIDA

Disusun oleh :
- Daniel Dharmono
- Maria Grace Amanda
- Gerson Hina Hani
- Rivanto P Njobu

SEKOLAH MENENGAH NEGERI 1 HAHARU


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan praktikum biologi berjudul “Pola Pewarisan Sifat
Pada Hukum Mendel Persilangan Monohibrida”.
Adapun peulisan laporan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pola
pewarisan sifat dari parental kepada generasi berikutnya.
Pada penulisan laporan praktikum ini, berbagai hambatan telah penulis alami.
Oleh karena itu, terselesaikannya laporan praktikum ini tentu saja bukan
karena kemampuan penulis semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan
bantuan dari pihak-pihak yang terkait.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan hati
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Pengajar Mata Pelajaran Biologi kelas
XII MIPA 1 yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan
praktikum ini. Penulis juga berterimakasih kepada semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu menyelesaikan
laporan praktikum ini.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini, penulis menyadari pengetahuan dan
pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan
praktikum ini lebih baik dan bermanfaat.
Akhir kata, penulis ucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membalas
budi baik anda semua.

Londalima, 23 Februari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1. Latar belakang..................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah.............................................................................................3
1.3. Tujuan praktikum............................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................4
2.1. Landasan Teori.................................................................................................4
BAB III.........................................................................................................................6
METODE PRAKTIKUM...........................................................................................6
3.1. Tempat praktikum............................................................................................6
3.2. Alat dan bahan..................................................................................................6
3.3. Prosedur praktikum.........................................................................................6
BAB IV..........................................................................................................................8
HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................8
4.1. Hasil....................................................................................................................8
4.2. Pembahasan.....................................................................................................10
BAB 5..........................................................................................................................11
PENUTUP..................................................................................................................11
5.1. Kesimpulan......................................................................................................11
5.2. Saran................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Genetika (kata serapan dari bahasa Belanda: genetica, adaptasi dari


bahasa Inggris: genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani: γέννω, genno yang
berarti "melahirkan") adalah cabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat
pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Secara singkat
dapat juga dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang gen dan segala
aspeknya. Istilah "genetika" diperkenalkan oleh William Bateson pada suatu
surat pribadi kepada Adam Chadwick dan ia menggunakannya pada
Konferensi Internasional tentang Genetika ke-3 pada tahun 1906
(Anonim,2015).

Gen
Pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Hunt Morgan, ahli Genetika dan
Embriologi Amerika Serikat (1911), yang mengatakan bahwa substansi
hereditas yang dinamakan gen terdapat dalam lokus, di dalam kromosom.
Menurut W. Johansen, gen merupakan unit terkecil dari suatu makhluk hidup
yang mengandung substansi hereditas, terdapat di dalam lokus gen. Gen terdiri
dari protein dan asam nukleat (DNA dan RNA), berukuran antara 4 – 8 m
(mikron).
Fungsi gen antara lain:
a. Menyampaikan informasi kepada generasi berikutnya.
b. Sebagai penentu sifat yang diturunkan.
c. Mengatur perkembangan dan metabolisme.

Simbol-Simbol Gen :

1. Gen dominan, yaitu gen yang menutupi ekspresi gen lain, sehingga sifat yang
dibawanya terekspresikan pada turunannya (suatu individu) dan biasanya
dinyatakan dalam huruf besar, misalnya A.
2. Gen resesif, yaitu gen yang terkalahkan (tertutupi) oleh gen lain (gen
dominan) sehingga sifat yang dibawanya tidak terekspresikan pada
keturunannya.
3. Gen heterozigot , yaitu dua gen yang merupakan perpaduan dari sel sperma
(A) dan sel telur (a).

1
4. Gen homozigot, dominan, yaitu dua gen dominan yang merupakan
perpaduan dari sel kelamin jantan dan sel kelamin betina, misalnya genotipe
AA.
5. Gen homozigot resesif, yaitu dua gen resesif yang merupakan hasil perpaduan
dua sel kelamin. Misalnya aa
6. Kromosom homolog, yaitu kromosom yang berasal dari induk betina
berbentuk serupa dengan kromosom yang berasal dari induk jantan.
7. Fenotipe, yaitu sifat-sifat keturunan pada F1, F2, dan F3 yang dapat dilihat,
seperti tinggi, rendah, warna, dan bentuk.
8. Genotipe, yaitu sifat-sifat keturunan yang tidak dapat dilihat, misalnya AA,
Aa, dan aa.

Tiap sifat makhluk hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan


yang dikenal dengan nama gen. Sepasang gen ini satu berasal dari induk jantan
dan yang lainnya dari induk betina. Gen yang satu pasang ini disebut sebagai
gen yang satu alel. Menurut Mendel gen yang satu alela akan memisah pada
waktu pembentukan gamet, yang selanjutnya dikenal dengan prinsip segregasi
secara bebas dan gen akan berpasangan kembali pada waktu fertilisasi sehingga
setiap individu akan diploid (Widianti, 2014).

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum yang mengatur pewarisan sifat


secara genetik dari satu organisme kepada keturunannya. Hukum ini didapat
dari hasil penelitian Gregor Johann Mendel, seorang biarawan Austria. Hukum
tersebut terdiri dari dua bagian :

1. Hukum Pertama Mendel (hukum pemisahan atau segregation) Isi dari hukum
segregasi : Pada waktu berlangsung pembentukan gamet, setiap pasang gen
akan disegregasi ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk.
2. Hukum Kedua Mendel (hukum berpasangan secara bebas atau independent
assortment)
Isi dari hukum pasangan bebas :
Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen
lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan
kombinasi gen-gen secara bebas.

Hukum Mendel adalah salah satu hukum terpenting dalam


perkembangan ilmu genetika di dunia. Namun, tidak banyak orang yang
menyadari bahwa penelitian Mendel didasari pada ilmu Matematika Diskrit
(Fransisca:2010).

Hukum Segregasi

2
Jika model percampuran dari pewarisan sifat adlah benar, hibrid F1 dari
persilangan antara ercis berbunga ungu dan berbunga putih seharusnya
memiliki bunga ungu pucat, sifat intermediet antara sifat-sifat pada generasi P.
Namun ternyata semua keturunan F1 memiliki bunga yang seungu induk
berbunga ungu. Ketika Mendel membiarkan tanaman F1 menyerbuk sendiri
dan menanam biji yang dihasilkan, siat bunga putih muncul kembali pada
generasi F2.
Mendel menggunakan ukuran sampel yang sangat besar dan mencatat
hasilnya dengan akurat. Mendel mendeskripsikan empat konsep terkait yang
menyusun model Mendel.
1. Versi alternatif gen menyebabkan variasi dalam karakter yang diwarisi.
2. Untuk setiap karakter, organisme mewarisi dua alel, satu dari masingmasing
induk.
3. Jika dua alel pada suatu lokus berbeda, maka slah satunya, alel dominan,
menentukan kenampakan organisme; yang satu lagi, alel resesif, tidak memiliki
efek pada kenampakan organisme.
4. Hukum segregasi, dua alel untuk suatu karakter terwariskan bersegregasi
(memisah) selama pembentukan gamet dan akhirnya berada dalam gamet-
gamet yang berbeda (Campbell, 2010).
Perbandingan fenotip yang ditemukan dalam persilangan monohibrid
tidak sepenuhnya merupakan perbandingan yang pasti. Dalam kejadian nyata
terdapat penyimpangan atau deviasi. Perbandingan hasil persilangan di dalam
kenyataan berbeda atau memiliki selisih dengan perhitungan. Maka dari itu
perlu diadakan evaluasi. Cara evaluasi tersebut adalah dengan mengadakan chi-
square test(χ2) (Suryo, 1990).

1.2. Rumusan masalah


Bagaimana perbandingan genotipe dan fenotipe pada persilangan tersebut?
Bagaimana Hukum Mendel mengatur pola pewarisan sifat dari parental ke
generasi berikutnya?

1.3. Tujuan praktikum


Mengetahui pola pewarisan sifat dari parental kepada generasi berikutnya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Hukum Mendel I
Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi atau pemisahan gen-gen
yang sealel (segregation of allelic genes). Menurut Hukum Mendel I, tiap
organisme memiliki dua alel untuk setiap sifat. Selama pembentukan gamet, dua
alel berpisah sehingga mesing-masing gamet hanya mengandung satu alel untuk
satu sifat. Jika dua gamet bertemu pada fertilisasi, keturunan yang terbentuk
mengandung dua alel yang mengendalikan satu sifat. Hukum Mendel I tersebut
sesuai dengan teori pewarisan sifat karena alel-alel tersebut menjelaskan
mengapa Hukum Mendel I dapat dibuktikan dengan persilangan monohibrid
(persilangan dengan satu sifat beda).

Dalam suatu persilangan perlu diketahui istilah-istilah yang digunakan.


Istilah- istilah itu diantaranya:

a. Parental (P): induk


b. Filial (F): keturunan
c. Keturunan pertama (F1): anak
d. Keturunan kedua (F2): cucu
e. Genotipe: sifat menurun yang tidak tampak dari luar, contoh: AA, Aa,
aa, AABb
f. Fenotipe: sifat menurun yang tampak dari luar, contoh: besar, kecil,
tinggi, pendek
g. Dominan: sifat gen yang memiliki ekspresi lebih kuat yang dapat
menutupi/mengalahkan sifat yang dibawa gen alelnya, disimbolkan
dengan huruf kapital, contoh: AA, BB, MM
h. Resesif: sifat gen yang tidak muncul (tertutup) karena kalah oleh sifat
pasangannya, akan muncul apabila bersama-sama gen resesif lainnya,
disimbolkan dengan huruf kecil, contoh: aa, bb, mm

4
i. Homozigot: pasangan gen yang sifatnya sama, contoh: AA, aa, MM, bb
j. Heterozigot: pasangan gen yang tidak sama, contoh: Aa, Mm, Bb

Persilangan Monohibrid

Persilangan monohibrid adalah persilangan sederhana yang hanya


memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Persilangan ini dapat
membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang
terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan
dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.
Kenyataannya, seringkali terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari
harapan yang mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya
interaksi gen, adanya gen yang bersifat homozigot letal dan sebagainya.

Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat


beda, dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada
generasi berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I
yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel
gamet dapat memisah secara bebas.

5
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat praktikum

Ruang kelas XII MIPA 1

3.2. Alat dan bahan

1. Alat:

a. Kertas folio bergaris

b. Bolpoint tinta hitam

c. Wadah (Piring plastik/Toples)

2. Bahan: Kancing genetika

3.3. Prosedur praktikum

1. Ambillah kancing genetika warna merah dan putih. Selanjutnya kita belah
dan pisahkan setiap pasangan kancing sehingga terpisah antara jantan dan
betina.

2. Menentukan bahwa kancing warna merah merupakan sifat dominan (Bulat)


sedangkan warna putih merupakan sifat resesif (kisut/keriput).

3. Masukkan kancing warna merah 10 buah dan kancing warna putih 10 buah
kedalam wadah A, begitupula pada wadah B lakukan hal yang sama.

4. Kemudian kancing yang ada di wadah A diaduk agar tercampur merata,


begitupula kancing yang ada wadah B.

5. Mengambil kancing satu-persatu dari masing-masing wadah A dan B dalam


keadaan mata tertutup lalu disatukan.

6
6. Lakukan terus langkah nomor 5 sampai kancing genetika pada wadah A dan
B habis.

7. Mencatat tabulasi perbandingan fenotipe dan genotipe pengambilan kancing


genetika.

Keterangan:

M : Bulat (Dominan)

m : kisut/keriput (Resesif)

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil

NO GENOTIPE
1 Mm
2 Mm
3 MM
4 Mm
5 mm
6 MM
7 Mm
8 Mm
9 MM
10 Mm
11 mm
12 Mm
13 mm
14 MM
15 Mm
16 Mm
17 mm
18 MM
19 Mm
20 mm

Rasio Genotipe: MM : Mm : mm

5 : 10 : 5 atau 1 : 2 : 1

8
Rasio Fenotipe: Merah : Putih

15 : 5 atau 3 : 1

Hasil percobaan

Persilangan

Genotip: MM >< mm

Gamet : M >< m

Filial 1 : Mm (merah)

Genotip: Mm >< Mm

Gamet : M,m >< M,m

Filial 2 :


M m

M MM Mm

m Mm mm

9
MM (merah) = 1

Mm (merah) = 2

mm (putih) = 1

4.2. Pembahasan

Persilangan monohibrida adalah persilangan sederhana yang hanya


memperhatikan satu sifat atau tanda beda.Yang mana setiap alel dari gen yang
sama akan berpisah atau bersegregasi secara bebas pada saat pembentukan
gamet. Pada kasus dominan penuh, keturunan yang didapat pada F2 akan
menunjukkan perbandingan fenotip dominan dan resesif 3 : 1 atau
perbandingan genotip 1 : 2 : 1. Persilangan ini bersifat resiprokal, artinya
penggunaan individu jantan dan betina dengan satu tanda beda tertentu dapat
sesuka hati tanpa ada pengaruhnya dalam rasio fenotip generasi kedua (F2).
Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda,
dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari orangtua kepada generasi
berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang
menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat
memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi.
Dari uraian di atas membuktikan adanya hubungan antara persilangan
monohibrid dengan hukum mandel 1 yaitu persilangan monohibrid yang
menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 1:2:1 merupakan
bukti perlakuannya hukum mandel 1 yang dikenal juga Hukum Pemisahan Gen
yang sealel (The Law of Segregation of Allelic Genes) .

10
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan

Prinsip segregasi bebas memang benar adanya, hal ini dibuktikan dengan

dilakukannya percobaan pemisahan 10 pasang kancing dengan jumlah sama

besar dan disilangkan dengan 10 pasang kancing yang berbeda warna, yang

kemudian disilangkan Kembali secara acak kemudian menghasilkan keturunan

F1 dan F2 dengan adanya perbandingan tertentu yang cenderung stabil.

Terbukti bahwa perbandingan Mendel pada F2 persilangan monohibrida, yaitu

dengan perbandigan genotipe 5 : 10 : 5 atau dalam bentuk sederhananya 1 : 2 :

1 dan perbandingan fenotipe 15 : 5 atau dalam bentuk sederhananya 3 : 1.

Persilangan ini bersifat resiprokal, artinya penggunaan individu jantan dan

betina dengan satu tanda beda tertentu dapat sesuka hati tanpa ada

pengaruhnya dalam rasio fenotip generasi kedua (F2). Mendel melakukan

persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda, dengan tujuan

mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi berikutnya.

Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan bahwa

pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat memisah secara

bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi. Dari uraian di

atas membuktikan adanya hubungan antara persilangan monohibrid dengan

hukum mandel 1 yaitu persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan

dengan perbandingan F2, yaitu 1:2:1 merupakan bukti perlakuannya hukum

11
mandel 1 yang dikenal juga Hukum Pemisahan Gen yang sealel (The Law of

Segregation of Allelic Genes) .

5.2. Saran

1. Praktikan harus lebih teliti dan memeperhatikan betul prosedur kerja


persilangan monohibrid sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mecantat
hasil persilangan.
2. Asisten harus sabar dan semangat memperhatikan para praktikan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Genetika. Dalam https://www.wikipedia.com/genetika/. Diakses pada 23
Februari 2023 pukul 13.00 WIB.

Widianti, Tuti dan Noor Aini H. 2015. Buku Ajar Genetika. Semarang: Jurusan Biologi
FMIPA Unnes.

Widianti, Tuti dan Noor Aini H. 2015. Petunjuk Praktikum Genetika. Semarang: Jurusan
Biologi FMIPA Unnes.

Campbell, dkk. 2010. Biologi Jilid 1. Alih bahasa oleh Damaring Tyas W. Jakarta: Erlangga.
Fransisca C. 2010. Kombinatorial Dalam Hukum Pewarisan Mendel. Makalah II2092
Probabilitas dan Statistik – Sem. I Tahun 2010/2011.

Suryo. 1984. Genetika. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

13

Anda mungkin juga menyukai