Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERANAN GEN DALAM PENGATURAN GENETIK DAN FENOTIK


DosenPengampu: Muhammad Alfatih, SP.MP

Disusun Oleh:

1. Sri Rahayu 2227052


2. Kafri Yandi 2227020
3. Amrizal 2227059
4. Fendi Afriyandi 2227011
5. Candra 2227005

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah swt, karena dengan hidayanya sehingga


makalah Genetika dengan judul “Peranan gen dalam pengaturan genetik dan
fenotik” dapat terselesaikan sesuai dengan rencana. Terimah kasih penulis
ucapkan kepada dosen mata kuliah Genetika atas bimbingannya dalam
menyelesaikan makalah ini dan kepada teman-teman yang mendukung dan turut
membantu demi terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini disusun sebagai tugas pokok dengan mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik. Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi semua kalangan, terutama dalam kalangan remaja.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun demi penyelesaian makalah selanjutnya.

Pasir Pengaraian, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Interaksi Gen ............................................................................... 3
2.2 Contoh Interaksi Gen ..................................................................................... 4
2.3 Genotip Dan Fenotip ...................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 11
3.2 Saran ............................................................................................................. 12
DAFTAR REFERENSI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gen adalah suatu unit fungsional dasar hereditas yang merupakan titik
focal dalam ilmu genetika modern. Pada semua cabang-cabang ilmu genetika, gen
merupakan benang merah yang mempersatukan keberagaman dalam pelaksanaan
percobaan. Para ahli ilmu genetika memiliki perhatian yang sangat besar terhadap
transmisi gen dari generasi ke generasi, struktur fisik gen, variasi dalam gen, dan
terhadap cara bagaimana gen menurunkan sifat-sifat dari sebuah spesies.Dalam
chapter ini akan dirunut bagaimana konsep gen muncul. Kita dapat melihat bahwa
genetika adalah suatu ilmu yang abstrak dimana umumnya dimulai dari rangkaian
hipotesis dalam pikiran para ahli genetika dan kemudian diidentifikasi dalam
bentuk fisik. Konsep gen (bukan kata ’gen’nya) pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1865 oleh Gregor Mendel. Setelah itu, tidak banyak kemajuan dalam
memahami hereditas yang telah dilakukan. Gagasan yang sedang berlaku pada
saat itu adalah sperma dan sel telur mengandung sebuah sampling/cuplikan
intisari dari berbagai bagian pada tubuh induk; sehingga pada proses pembuahan,
intisari ini bercampur entah bagaimana untuk membentuk sifat individu baru yang
dihasilkan. Ide ini yang disebut ” blending inheritance” (keturunan campuran)
disusun untuk menjelaskan fakta bahwa hasil keturunan biasanya menunjukkan
beberapa sifat yang sama dengan kedua induknya. Namun, ada beberapa masalah
yang dihasilkan dari ide ini, satu diantaranya adalah hasil keturunan tidak selalu
merupakan campuran antara sifat kedua induknya. Usaha untuk mengembangkan
dan meningkatkan teori ini tidak mengarahkan pada pengertian yang lebih baik
tentang hereditas. Kemudian sebagai hasil dari penelitiannya terhadap tanaman
kacang polong, Mendel mengajukan teori alternatif yaitu ”particulate inheritance”
(inheritan partikulat). Menurut teori Mendel, karakter-karakter ditentukan oleh
unit-unit yang mempunyai ciri tersendiri yang diturunkan secara utuh ke generasi
berikutnya.

1
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan antara fenotip dan genotip.
2. Untuk mengetahui rasio fenotip dalam suatu persilangan.
3. Untuk mengetahui rasio genotip dalam suatu persilangan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Interaksi Gen


Interaksi gen adalah penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang
tidak melibatkan modifikasi nisbah fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-
fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen
nonalelik.
Selain terjadi interaksi antar alel, interaksi juga dapat terjadi secara
genetik. Selain mengalami berbagai modifikasi rasio fenotipe karena adanya
peristiwa aksi gen tertentu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum
Mendel yang tidak melibatkan modifikasi rasio fenotipe, tetapi menimbulkan
fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen
nonalelik. Peristiwa semacam ini dinamakan interaksi gen menurut ( Suryo:
2001). Peristiwa interaksi gen pertama kali dilaporkan oleh W. Bateson dan R.C.
Punnet setelah mereka mengamati pola pewarisan bentuk jengger ayam.
Menurut William D. Stansfield ( 1991 : 56 ) fenotipe adalah hasil produk
gen yang dibawa untuk diekspresikan ke dalam lingkungan tertentu. Lingkungan
ini tidak hanya meliputi berbagai faktor eksternal seperti: temperatur dan
banyaknya suatu kualitas cahaya. Sedangkan faktor internalnya meliputi: Hormon
dan enzim. Gen merinci struktur protein. Semua enzim yang diketahui adalah
protein. Enzim melakukan fungsi katalis, yang menyebabkanpemecahan atau
penggabungan berbagai molekul. Semua reaksi kimiawi yang terjadi di dalam sel
merupakan persoalan metabolisma. Reaksi – reaksi ini merupakan reaksi
pengubahan bertahap satu substansi menjadi substansi lain, setiap langkah ( tahap)
diperantarai oleh suatu enzim spesifik. Semua langkah yang mengubah substansi
pendahulu ( precursor ) menjadi produk akhir menyusun suatu jalur
biosintesis.Interaksi gen terjadi bila dua atau lebih gen mengekspresikan protein
enzim yang mengkatalis langkah – langkah dalam suatu jalur bersama.

3
2.2. Contoh Interaksi Gen
Peristiwa interaksi gen berupa avatisme pertama kali dilaporkan oleh W.
Bateson dan R.C. Punnet setelah mereka mengamati pola pewarisan bentuk
jengger ayam. Karakter jengger tidak hanya diatur oleh satu gen, tetapi oleh dua
gen yang berinteraksi. Dalam hal ini terdapat empat macam bentuk jengger ayam
yaitu mawar, kacang, walnut, dan tunggal.
Persilangan ayam berjengger rose dengan ayam berjengger pea
menghasilkan keturunan dengan bentuk jengger yang sama sekali berbeda dengan
bentuk jengger kedua induknya. Ayam hibrid (hasil persilangan) ini memiliki
jengger berbentuk walnut. Selanjutnya, apabila ayam berjengger walnut
disilangkan dengan sesamanya, maka diperoleh generasi F2 dengan rasio fenotipe
walnut : rose : pea : single = 9 : 3 : 3 : 1.
Dari rasio fenotipe tersebut, terlihat adanya satu kelas fenotipe yang
sebelumnya tidak pernah dijumpai, yaitu bentuk jengger tunggal. Munculnya
fenotipe ini, dan juga fenotipe walnut, mengindikasikan adanya keterlibatan dua
pasang gen nonalelik yang berinteraksi untuk menghasilkan suatu fenotipe. Kedua
pasang gen tersebut masing-masing ditunjukkan oleh fenotipe rose dan fenotipe
pea.
Apabila gen yang bertanggung jawab atas munculnya fenotipe rose adalah
R, sedangkan gen untuk fenotipe pea adalah P, maka keempat macam fenotipe
tersebut masing-masing dapat dituliskan sebagai R-pp untukr os e, rrP- untukpea,
R-P- untukwalnut, dan rrpp untuk single. Selain itu, biasanya kita beranggapan
bahwa suatu sifat keturunan yang nampak pada suatu individu itu ditentukan oleh
sebuah gen tunggal, misalnya bunga merah oleh gen R, bunga putih oleh gen r,
buah bulat oleh gen B, buah oval (lonjong) oleh gen b, batang tiggi oleh gen T,
batang pendek oleh gen t dll.
Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mengetahui bahwa
cara diwariskannya sifat keturunan tidak mungkin diterangkan dengan pedoman
tersebut di atas, karena sulit sekali disesuaikan dengan hukum-hukum Mendel.

4
Sebuah contoh klasik yang dapat dikemukakan di sini ialah hasil
percobaan Wiliam Bateson dan R.C Punnet yang telah di bicarakan sebelumnya
diatas. Mereka mengawinkan berbagai macam ayam negeri dengan
memperhatikan bentuk jengger di atas kepala. Ayam Wyandotte mempunyai
jenger tipe mawar (“rose“), sedang ayam Brahma berjengger tipe ercis(“pea“).
Pada waktu dikawinkan ayam berjengger rose didapatkan ayam-ayam F1 yang
kesemuanya mempunyai jengger bersifatwalnut (“walnut“= nama semacam buah).
Mula- mula dikira bahwa jengger tipe walnut ini intermedier. Tetapi yang
mengherankan ialah bahwa pada waktu ayam-ayam walnut itu dibiarkan kawin
sesamanya dan dihasilkan banyak ayam-ayam F2 maka perbandingan 9:3:3:1
nampak dalam keturunan ini. Kira-kira 9/16 bagian dari ayam-ayam F2 ini
berjengger walnut. 3/16 mawar, 3/16 ercis dan 1/16 tunggal (single).
Fenotip jengger yang baru ini disebabkan karena adanya interaksi (saling
pengaruh) antara gen-gen. Adanya 16 kombinasi dalam F2 memberikan petunjuk
bahwa ada 2 pasang alel yang berbeda ikut menentukan bentuk dari jengger
ayam. Sepasang gen menentukan tipe jengger mawar dan sepasang gen lainnya
untuk tipe jengger ercis. Sebuah gen untukrose dan sebuh gen untukpea
mengadakan interaksi menghasilkan jengger walnut, seperti terlihat pada ayam-
ayam F1. Jenggerrose ditentukan oleh gen dominan R (berasal dari “rose”),
jengger pea oleh gen dominan P (berasal dari “pea”). Karena itu ayam berjengger
mawar homozigot mempunyai genotip RRpp, sedangkan ayam berjengger ercis
homozigot mempunyai genotip rrPP. Perkawinan dua ekor ayam ini menghasilkan
F1 yang berjengger walnut (bergenotip RrPp) dan F2 memperlihatkan
perbandingan fenotip 9:3:3:1.
Selain mengalami berbagai modifikasi nisbah fenotipe karena adanya
peristiwa aksi gen tertentu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum
Mendel yang tidak melibatkan modifikasi nisbah fenotipe, tetapi menimbulkan
fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen
nonalelik. Peristiwa semacam ini dinamakan interaksi gen.

5
2.3 Genotip Dan Fenotip
Dalam PEWARISAN SIFAT atau persilangan, terdapat prinsip yang harus
kita ingat, yaitu :
1. Gen yang berperan dalam pengaturan dan penentuan sifat diberi simbol
huruf.
2. Gen yang bersifat dominan dinyatakan dengan huruf kapital, misalnya gen
yang menentukan sifat batang yang tinggi ditulis dengan huruf “T”
(berasal dari kata tinggi). Gen yang bersifat resesif dinyatakan dengan
huruf kecil, misalnya gen yang menentukan sifat batang yang pendek
ditulis dengan huruf “t”. Jadi, dapat diartikan bahwa batang tinggi
dominan terhadap batang pendek, dan sebaliknya batang pendek resesif
terhadap batang tinggi.
Pada manusia dan hewan vertebrata, penyatuan sperma dan ovum yang masing-
masing bersifat haploid (n) akan membentuk zigot. Zigot tumbuh dan berkembang
menjadi individu yang bersifat diploid (2n), sehingga individu yang memiliki sifat
tersebut dinyatakan dengan dua huruf Contoh: :
TT : Simbol untuk tumbuhan berbatang tinggi, gamet yang dibentuk T dan T.
tt : Simbol untuk tumbuhan berbatang pendek, gamet yang dibentuk t dan t.
MM : Simbol untuk tumbuhan berbunga merah, gamet yang dibentuk M dan
M.
mm : Simbol untuk tumbuhan berbunga putih, gamet yang dibentuk m dan m.
Mm : Simbol untuk tumbuhan yang berbunga merah muda, gamet yang
dibentuk M dan m.
Susunan gen yang menentukan sifat suatu individu disebut genotip (tidak dapat
dilihat dengan mata). Genotip suatu individu diberi simbol dengan huruf dobel,
karena individu itu umumnya diploid, misalnya MM, Mm dan mm. Genotip
memiliki sepasang gen. Gen-gen tersebut terletak pada lokus yang bersesuaian
dari kromosom yang homolog. Sepasang gen yang terletak pada posisi yang sama
pada pasangan kromosom disebut alel. Jadi, alel merupakan anggota dari sepasang
gen misalnya M = gen untuk warna bunga merah, m = gen untuk warna bunga
putih, T = gen untuk tanaman tinggi, dan t = gen untuk tanaman rendah. M dan m

6
merupakan alel tetapi M dan t bukan alel. Sifat suatu individu yang genotipnya
terdiri dari gen-gen yang sama dari tiap jenis gen disebut homozigot, misalnya
RR, rr, TT, AABB, aabb dan sebagainya. Homozigot dominan terjadi bila
individu bergenotip RR, AA, TT; sedangkan homozigot resesif bila individu
bergenotip rr, aa, tt dan sebagainya .
Sifat suatu individu yang genotipnya terdiri dari gen-gen yang berlainan dari tiap
jenis gen disebut heterozigot, misalnya Rr, Aa, Tt, AaBb dan sebagainya.
Karakter atau sifat lahiriah yang dapat diamati (bentuk, warna, golongan darah,
dan sebagainya) disebut fenotip. Fenotip ditentukan oleh gen dan lingkungan.
Fenotip tidak diberi simbol tetapi ditulis sesuai dengan penampakan seperti rasa
buah yang manis, rambut lurus, warna bunga biru dan sebagainya. Tanaman yang
berbiji bulat fenotipnya ditulis biji bulat dan genotipnya ditulis BB atau Bb bila B
dominan terhadap b.
Dua individu yang memiliki sifat fenotip ynag sama mungkin memiliki sifat
genotip yang berbeda misalnya dua individu tanaman yang memiliki fenotip sama
seperti berbiji bulat, memiliki kemungkinan genotip ialah BB atau Bb. Gen B
bersifat dominan sehingga gen B tersebut mengalahkan atau menutupi gen b yang
bersifat resesif. Oleh karena itu tanaman dengan BB atau Bb memiliki fenotip
berbiji bulat.
Sifat Dominan, Resesif Dan Intermediet
Pada suatu persilangan, maka keturunan (Filial) yang dihasilkan akan memiliki
sifat yang muncul atau sifat yang tidak muncul (tersembunyi) dari salah satu sifat
induknya. Sifat yang muncul pada keturunan dari salah satu induk dengan
mengalahkan sifat pasangannya disebut sifat dominan. Sebaliknya sifat yang tidak
muncul atau tersembunyi pada keturunanya karena dikalahkan oleh sifat
pasangannya disebut sifat resesif. Misalnya bunga mawar merah disilangkan
dengan bunga mawar putih, dan menghasilkan keturunan bunga mawar merah.
Induk/ Parental : Bunga mawar Merah >< Bunga mawar putih
Gamet : (MM) >< (mm)
Keturunan/ Filial : Bunga mawar merah
Warna merah bersifat dominan, sedangkan warna putih bersifat resesif (alel warna

7
merah dominan terhadap alel warna putih). Warna merah yang bersifat dominan
dibandingkan dengan warna putih, maka menyebabkan semua bunga mawar pada
keturunan pertama atau filial ke-1 (F1) akan berwarna merah. Apabila dalam
suatu persilangan, sifat yang muncul merupakan campuran dari kedua induknya,
maka sifat tersebut disebut sifat intermediet (dominan parsial). Misalnya
persilangan antara ikan Koi warna merah dan ikan Koi warna putih menghasilkan
Filial 1 yang semuanya ikan Koi berwarna merah muda. Warna merah muda
tersebut merupakan sifat intermediet.
Induk/ Parental : Ikan Koi merah >< Ikan Koi putih
Keturunan/ Filial 1 : Ikan Koi merah muda
Hukum Mendel
Dari hipotesis tersebut, Mendel membuat suatu kesimpulan yang disebut Hukum I
Mendel dan Hukum II Mendel. Kedua hukum Mendel tersebut merupakan prinsip
dasar dari genetika. Berikut ini adalah penjelasan dari hukum Mendel tersebut :
Hukum I Mendel (Hukum segregasi atau hukum pemisahan alel-alel dari
suatu gen yang berpasangan).Pada pembentukkan sel kelamin (gamet),
pasangan-pasangan alel memisah secara bebas. Hukum ini berlaku untuk
persilangan dengan satu sifat beda (monohibrid).
Hukum II Mendel (Hukum pengelompokkan gen secara bebas atau
asortasi).Pada pembentukkan sel kelamin (gamet), alel mengadakan
kombinasi secara bebas sehingga sifat yang muncul dalam keturunannya
beraneka ragam. Hukum ini berlaku untuk persilangan dengan dua sifat
beda (dihibrid) atau lebih (polihibrid).
Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda (Monohibrid)
Persilangan dua individu dengan satu sifat beda akan menurunkan sifat dominan
apabila sifat keturunannya sama dengan salah satu induknya. Contoh : Mendel
mengambil serbuk sari dari bunga tanaman yang bijinya berlekuk (berkerut) dan
diserbukkan pada putik dari bunga tanaman yang bijinya bulat. Semua keturunan
F1 berbentuk tanaman yang bijinya bulat. Kemudian tanaman F1 dibiarkan
mengadakan penyerbukan sendiri sehingga didapatkan keturunan F2 yang
memperlihatkan perbandingan fenotip 3 biji bulat : 1 biji berleku.

8
Sifat Intermediet
Siat intermediet adalah sifat keturunan yang dimiliki oleh kedua induknya.
Contohnya adalah tanaman bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) galur murni
merah (MM) disilangkan dengan galur murni putih (mm). Dari persilangan
tersebut diperoleh hasil F1 yang semuanya berbunga merah muda. Jika F1 di
lakukan penyerbukan dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman
berbunga merah, merah muda, dan putih dengan perbandingan 1 : 2 : 1.
Persilangan Dua Individu dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid)
Dihibrid adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih yang
menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip dan genotip tertentu. Pada
percobaannya, Mendel melakukan persilangan kacang ercis galur murni yang
memiliki biji bulat warna kuning dengan galur murni yang memiliki biji keriput
warna hijau. Sifat bulat dan kuning dominan terhadap sifat keriput dan hijau,
sehingga menghasilkan seluruh F1 berupa kacang ercis berbiji bulat dengan warna
biji kuning.
Biji-biji F1 tersebut kemuadian ditanam kembali dan dilakukan penyerbukan
antara sesamanya untuk mendapatkan F2. Persilangan tersebut merupakan
persilangan dua individu dengan dua sifat beda, ialah bentuk biji dan warna biji.
Keturunan pada F2 adalah sebagai berikut :
B : bulat, dominan terhadap keriput
b : keriput
K : kuning, dominan terhadap hijau
k : hijau
Persilangan Dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid)
Trihibrid adalah persilangan dua individu dengan tiga sifat beda atau lebih yang
menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip dan genotip tertentu. Pada
percobaannya, Mendel melakukan persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda,
ialah batang tinggi, biji bulat, dan biji warna kuning dengan kacang ercis
berbatang pendek, biji keriput, dan biji warna hijau. Sifat tinggi, bulat, dan kuning
dominan terhadap pendek, keriput, dan hijau, maka seluruh F1 berupa kacang
ercis yang berbatang tinggi, berbiji bulat, dan berwarna kuning. Keturunan F1

9
dapat dilihat pada bagan persilangan trihibrid
Biji-biji F1 tersebut kemudian ditanam kembali dan dilakukan penyerbukan antara
sesamanya untuk mendapatkan F2. Persilangan tersebut merupakan persilangan
dua individu dengan tiga sifat beda, ialah ukuran batang, bentuk biji dan warna
biji. Keturunan pada F2 adalah sebagai berikut :
T : tinggi, dominan terhadap pendek
t : pendek
B : bulat, dominan terhadap keriput
b : keriput
K : kuning, dominan terhadap hijau
k : hijau

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam suatu persilangan terdapat sifat genotif dan fenotif. Genotip
adalah susunan genetik suatu individu (sesuatu yang tidak dapat diamati).
Sifat genotip suatu individu diberi simbol dengan huruf dobel. Misalnya,
genotip untuk tanaman berbatang tinggi = TT, genotip untuk tanaman
berbatang rendah = tt. Huruf T dan t disebut gamet.
Gen dibagi menjadi dua macam, ada yang merupakan gen homozigot
dan ada juga yang merupakan gen heterozigot. Homozigot adalah sifat
suatu individu yang genotipnya terdiri atas gen-gen yang sama dari tiap
jenis gen, misalnya AA dan aa. Sedangkan, heterozigot adalah sifat suatu
individu yang genotipnya terdiri atas gen-gen yang berlainan dari tiap jenis
gen, misalnya Aa dan Bb.
Bentuk luar atau sifat-sifat yang dapat diamati disebut fenotip. Fenotip
sangat dipengaruhi oleh gen dan lingkungan. Jika gen suatu tanaman
memiliki sifat tinggi, tetapi jika lingkungan tidak mendukung, maka
tanaman tersebut tidak akan mencapai tinggi yang seharusnya. Fenotip
tidak diberi simbol, tetapi ditulis sesuai penampakan. Misalnya, warna
bunga merah, rasa buah manis, batang tinggi atau pendek. Suatu bunga
berwarna merah, fenotipnya disebut berwarna merah, dan genotifnya
ditulis MM atau Mm. Dua individu yang memiliki sifat fenotip yang sama
belum tentu memiliki genotip yang sama. Genotifnya bisa homozigot bisa
juga heterozigot. Misalnya, dua pohon berbatang tinggi, bisa memiliki
genotip TT atau Tt dengan fenotipnya sama. Dalam persilangan, dikenal
beberapa macam persilangan yaitu: persilalangan monohybrid (satu
karakter beda), dihibrid (dua karakter beda) dan trihibrid (tiga karakter
beda).

11
3.2 Saran
1. Mahasiswa diharapkan mempelajari materi yang telah di berikan.
2. Mahasiswa diharapkan aktif dalam bertanya dan menjawab.
3. Mahasiswa diharapkan dapat menguasai materi yang dibawakan.
4. Mahasiswa diharapkan mampu memberikan masukan dan kritikan
terhadap terselesaikaanya makalah ini.

12
DAFTAR REFERENSI
Suryo. Genetika strata 1. Yogyakarta: UGM Press. 2008
http://wordpress.com/genotip dan fenotip/20-12-10
http://google.com/fenotip dan genotip/20-12-10

13

Anda mungkin juga menyukai