Anda di halaman 1dari 26

GENETIKA

Persilangan Monohibrid,Dihibrid dan Polihibrid

Dosen Pengampu:

Dr.Ir Firda Arlina,Msi

Disusun Oleh:

Shinta Mela Putri 2010621004

Paralel 02 Genetika Payakumbuh

RPOGRAM STUDI PETERNAKAN PAYAKUMBUH

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.Alhamdulillah berkat rahmat dan inayah allah
SWT.penulisan makalah berjudul “Persilangan Monohibrid,Dihibrid dan Polihibrid”
pada mata kuliah Genetika yang bertujuan untuk memenuhi nilai mata kuliah
Genetika

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.namun penulis
juga berharap bahwasanya makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain yang
membacanya dan penulis juga menerima kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini,supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Sebelum dan sesudah,kami hanturkan banyak terima kasih.

Pekanbaru, April 2021

Shinta Mela Putri


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Genetika adalah cabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat


padaorganisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Secara singkat dapat
juga dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang gen dan segala aspeknya.
Meskipun orang biasanya menetapkan genetika dimulai dengan ditemukannya
kembali naskah artikel yang ditulis Gregor Mendel pada tahun 1900, sebetulnya
genetika sebagai "ilmu pewarisan" atau hereditas sudah dikenal sejak masa
prasejarah, seperti domestikasi dan pengembangan berbagai ras ternak dan kultivar
tanaman. Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan
mengenai Persilangan Tanaman'.

Hukum pemisahan dan hukum pilihan bebas merupakan hukum yang


dirumuskan oleh G. J. Mendel pada tahun 1865 (Corebima, 2013). Secara garis besar,
hukum pemisahan Mendel menjelaskan terkait keberadaan sepasang faktor yang
mengendalikan setiap karakter akan memisah pada waktu pembentukan gamet. Pada
hukum pilihan bebas, Mendel menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menentukan
karakter-karakter yang berbeda diwariskan secara bebas satu sama lain (Klug, dkk.,
2012; Snustad dan Simmons, 2012; Corebima, 2013). Istilah faktor yang dijelaskan
oleh Mendel tersebut dikemudian hari dikenal dengan istilah gen.

1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana cara menentukan gamet?

2.Cara mengetahui penentuan persilangan dihibrid?

3.Cara mengetahui persilangan trihibrid?


BAB II

PEMBAHASAN

Materi terkecil penyusun makhluk hidup adalah Sel. Di dalam sel terdapat
organela-organela lainnya, dari mitokondria, sitoplasma, ribosom hingga inti sel yang
disebut nukleus yang terletak agak ke tengah sel. Di dalam nukleus terdapat benda-
benda halus yang berbentuk lurus seperti batang atau bengkok dan terdiri dari zat
yang mudah mengikat zat warna. Benang-benang itu dinamakan kromosom. Pada
saat sel tidak membelah diri, kromosom terlihat berupa benang-benang halus yang
disebut benang-benang kromatin. Seorang ahli yang mula-mula mempunyai dugaan
bahwa benda-benda tersebut terlibat dalam mekanisme keturunan adalah Roux
(1883). Benda-benda tersebut untuk pertama kali diberi nama kromosom oleh
Waldeyer (1888). Kromosom adalah faktor pembawa sifat keturunan yang diwariskan
dari induk (orang tua) kepada keturunannya. Kromosom yang terdapat di sebuah sel
tidak pernah sama ukurannya, dan umumnya tumbuh-tumbuhan memiliki kromosom
yang lebih besar dari pada hewan. Setiap kromosom memiliki bagian yang
menyempit dan tampak lebih terang, disebut sentromer.

Kromosom tampak seperti batang dan mengandung struktur yang terdiri dari
benang-benang tipis yang melingkar-lingkar. Di sepanjang benang itu terletak secara
teratur suatu sruktur yang disebut gen. Masing-masing gen memiliki tempat tertentu
didalam kromosom yang disebut lokus gen. Gen tersebut yang sebenarnya berfungsi
untuk mengatur sifat-sifat yang akan diwariskan dari induk kepada keturunannya dan
mengatur perkembangan serta metabolisme makhluk hidup. Gen terdiri dari DNA
atau Deoxyribonukleo acid (asam nukleat). Gen-gen yang terdapat pada kromosom
memiliki tugas atau fungsinya masing-masing, diantaranya adalah mengatur warna
bunga, warna rambut, warna bulu, golongan darah, rasa buah, dan sebagainya .
Setiap sel tubuh memiliki kromosom yang berpasang-pasangan. Kromosom
yang berpasangan dengan bentuk, ukuran, dan komposisi yang sama disebut
kromosom homolog. Setiap pasang kromosom homolog berbeda dengan pasangan
kromosom homolog yang lain. Pada sel kelamin (gamet) seperti sel telur atau ovum
(sel kelamin betina) dan spermatozoa (sel kelamin jantan) mempunyai separuh dari
jumlah kromosom didalam sel tubuh, sehingga dikatakan bersifat haploid (n
kromosom). Satu set kromosom haploid dinamakan genom. Sel tubuh dari
kebanyakan mahluk hidup memiliki sepasang kromosom, sehingga dikatakan bersifat
diploid (2n kromosom). Terjadinya sel tubuh yang diploid tersebut merupakan hasil
bersatunya gamet jantan dan betina yang masing-masing haploid pada saat reproduksi
seksual.

2.1 Teori-Teori Pewarisan Sifat

Pewarisan sifat atau yang dikenal dengan Hereditas merupakan suatu


pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Ilmu yang mempelajari tentang
pewarisan sifat disebut dengan genetika. Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh
kromosom dan gen. Teori-teori tentang pewarisan sifat adalah sebagai berikut :

1. Teori Embryo

Teori ini dikemukanan oleh William Harvey, 1578-1657 yang menyatakan, bahwa
semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini diperkuat oleh Reiner de Graaf (1641-
1673) peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel sperma dengan sel telur yang
akan membentuk embrio. Reiner de Graaf menyatakan bahwa ovarium pada burung
sama dengan ovarium pada kelinci.

2. Teori Preformasi

Teori ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang menyatakan bahwa
telur mengandung semua generasi yang akan dating sebagai miniature yang telah
terbentuk sebelumnnya.

3. Teori Epigenesis Embriologi


Teori ini dikemukakan oleh C.F. Wolf, 1738-1794, yang menyatakan bahwa ada
kekuatan vital dalam benih organiseme dengan kekuatan ini menyebabkan
pertumbuhan embrio menurut pola perkembangan sebelumnya.

4. Teori Plasma Nutfah

Teori ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, 1744-1829 yang menyatakan bahwa sifat
yang terjadi karena rangsangan dari luar (lingkungan) terhadap struktur fungsi organ
yang diturunkan pada generasi berikutnya.

5. Teori Pengenesis

Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa setiap bagian
tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut gemuia.

6. Teori Telegani

Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, menyatakan bahwa spermatozoa


sebagian besar tersusun atas inti dan inti bertanggung jawab sebagai penurunan sifat.

2.2 Genotip Dan Fenotip

Dalam pewarisan sifat atau persilangan, terdapat prinsip yang harus kita ingat,
yaitu :

1. Gen yang berperan dalam pengaturan dan penentuan sifat diberi simbol huruf.

2. Gen yang bersifat dominan dinyatakan dengan huruf kapital, misalnya gen yang
menentukan sifat batang yang tinggi ditulis dengan huruf “T” (tinggi). Gen yang
bersifat resesif dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya gen yang menentukan sifat
batang yang pendek ditulis dengan huruf “t”. Jadi, dapat diartikan bahwa batang
tinggi dominan terhadap batang pendek,dan sebaliknya batang pendek resesif
Pada manusia dan hewan vertebrata, penyatuan sperma dan ovum yang
masing-masing bersifat haploid (n) akan membentuk zigot. Zigot tumbuh dan
berkembang menjadi individu yang bersifat diploid (2n), sehingga individu yang
memiliki sifat tersebut Contoh:

TT : Simbol untuk tumbuhan berbatang tinggi, gamet yang dibentuk T dan T.

tt : Simbol untuk tumbuhan berbatang pendek, gamet yang dibentuk t dan t.

MM : Simbol untuk tumbuhan berbunga merah, gamet yang dibentuk M dan M.

mm : Simbol untuk tumbuhan berbunga putih, gamet yang dibentuk m dan m.

Mm : Simbol untuk tumbuhan yang berbunga merah muda,gamet yang dibentuk


M dan m.

Susunan gen yang menentukan sifat suatu individu disebut genotip.Genotip


suatu individu diberi simbol dengan huruf dobel, karena individu itu umumnya
diploid. Genotip memiliki sepasang gen. Gen-gen tersebut terletak pada lokus yang
bersesuaian dari kromosom yang homolog. Sepasang gen yang terletak pada posisi
yang sama pada pasangan kromosom disebut alel. Jadi, alel merupakan anggota dari
sepasang gen misalnya M = gen untuk warna bunga merah, m = gen untuk warna
bunga putih, T = gen untuk tanaman tinggi, dan t = gen untuk tanaman rendah. M dan
m merupakan alel tetapi M dan t bukan alel. Sifat suatu individu yang genotipnya
terdiri dari gen-gen yang sama dari tiap jenis gen disebut homozigot, misalnya RR, rr,
TT, AABB, aabb dan sebagainya. Homozigot dominan terjadi bila individu
bergenotip RR, AA, TT; sedangkan homozigot resesif bila individu bergenotip rr, aa,
tt dan sebagainya.

Sifat suatu individu yang genotipnya terdiri dari gen-gen yang berlainan dari
tiap jenis gen disebut heterozigot, misalnya Rr, Aa, Tt, AaBb dan sebagainya.
Karakter atau sifat lahiriah yang dapat diamati (bentuk, warna, golongan darah, dan
sebagainya) disebut fenotip. Fenotip ditentukan oleh gen dan lingkungan. Fenotip
tidak diberi simbol tetapi ditulis sesuai dengan penampakan seperti rasa buah yang
manis, rambut lurus, warna bunga biru dan sebagainya. Tanaman yang berbiji bulat
fenotipnya ditulis biji bulat dan genotipnya ditulis BB atau Bb bila B dominan
terhadap b.

Dua individu yang memiliki sifat fenotip yang sama mungkin memiliki sifat
genotip yang berbeda misalnya dua individu tanaman yang memiliki fenotip sama
seperti berbiji bulat, memiliki kemungkinan genotip ialah BB atau Bb. Gen B bersifat
dominan sehingga gen B tersebut mengalahkan atau menutupi gen b yang bersifat
resesif. Oleh karena itu tanaman dengan BB atau Bb memiliki fenotip berbiji bulat.

2.3 Menentukan Macam Gamet

Sebelum kita belajar cara mencari jumlah dan macam gamet ada baiknya kita
lihat kembali beberapa definisi atau pengertian dari gamet itu sendiri. Berikut ini
penjelasan tentang gamet.

Sel gamet atau gamet adalah sel haploid khusus untuk fertilisasi. Gamet-
gamet yang melebur dapat identik dalam bentuk dan ukuran (isogami) ataupun
berbeda dalam satu atau kedua sifat tersebut (anisogami). Istilah ‘jantan’ dan ‘betina’
acap kali diterapkan untuk gamet, tetapi hanya berfungsi untuk menunjukkan kelamin
asalnya, karena gamet tidak mempunyai kelamin. Bilamana berbeda dalam ukuran,
biasanya gamet yang lebih besar disebut makrogamet, dan yang lebih kecil disebut
mikrogamet. Kadang-kadang tidak ada pada plasmogami dalam fertilisasi, dalam hal
ini nukleus-nukleus yang melebur dapat dianggap sebagai gamet.

Gamet adalah sel sperma atau telur, terutama yang matang dan sudah
berfungsi dalam proses pembiakan secara seksual; sel benih yang terbentuk secara
gametogenesis dari sel induk benih yang disebut spermatozoa, dan betina disebut
ovum. persilangan monohibrid diketahui bahwa gamet yang terbentuk pada P2 ada 2
macam, sementara itu pada persilangan dihibrid yang terbentuk pada P2 ada 4
macam, untuk persilangan trihibrid ada 8 macam, bila persilangan dengan n sifat beda
akan diperoleh 2n macam gamet. Untuk menentukan macam gamet yang terbentuk
dapat digunakan diagram garpu, misalnya: AaBb, macam gametnya adalah:
Untuk menentukan Gamet dalam suatu persilangan individu dengan sifat beda maka
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

a. Cara Manual

Misal: P = AaBb

Genotip ini memiliki 2 tanda beda yang heterozigot. Jumlah Gamet adalah
=22= 4. Macamnya: Mula-mula kita pecah menjadi masing-masing sifat menjadi A/a
dengan B/b; lalu kita gabungkan sifat-sifat itu dengan pecahannya yang berbeda.
Maka hasilnya adalah sebagai berikut:

· A gabung dengan B menjadi AB

· A gabung dengan b menjadi Ab

· a gabung dengan B menjadi aB

· a gabung dengan b menjadi ab

· Sehingga diperoleh Gamet : AB, Ab, aB dan ab = 4

Misal : P = MmPpKk

Genotip ini memiliki 3 tanda beda yang heterozigot/ Jumlah Gamet adalah =
23= 8. Macamnya: Mula-mula kita pecah menjadi masing-masing sifat menjadi M/m
dengan P/p dengan K/k; lalu kita gabungkan sifat-sifat itu dengan pecahannya yang
berbeda. Maka hasilnya adalah sebagai berikut:

· M dengan P dengan K menjadi MPK m dengan P dengan K menjadi mPK

· M dengan P dengan k menjadi MPk m dengan P dengan k menjadi mPk

· M dengan p dengan K menjadi MpK m dengan p dengan K menjadi mpK

· M dengan p dengan k menjadi Mpk m dengan p dengan k menjadi mpk

· Maka diperoleh Gamet : MPK, MPk, MpK, Mpk, mPK, mPk, mpK, mpk = 8
Catatan : Untuk menentukan jumlah macam gamet yang diperhatikan cukup yang
heterozigot Contoh:

AABbCCDd = macam gamet ada 22= 4

XxYyZZ= macam gamet ada 22= 4

PPQQRRSs = macam gamet ada 21 = 2

b. Cara Kurawal /anak garpu (Bracket system)

Makna dari penentuan gamet diatas dalam menentukan ratio fenotipe (RF) adalah
sebagai berikut:

1. Huruf besar (sifat dominan) bernilai 3.

2. Huruf kecil (sifat resesif ) bernilai 1.

Berdasarkan contoh diatas, maka untuk persilangan 2 sifat beda dipeoleh hasil RF:

AB = 3 x 3 = 9 aB = 1 x 3 = 3

Ab = 3 x 1 = 3 ab = 1 x 1 = 1

RF = 9 : 3 : 3 : 1, dimana RF = ratio fenotip atau perbandingan fenotip

Berdasarkan contoh diatas, maka untuk persilangan 3 sifat beda dipeoleh hasil RF :

MPK =3x3x3 = 27 mPK =1x3x3 =9

MPk =3x3x1 =9 mPk =1x3x1 =3

MpK =3x1x3 =9 mpK =1x1x3 =3

Mpk =3x1x1 =3 mpk =1x1x1 =1

RF = 27 : 9 : 9 : 3 : 9 : 3 : 3 : 1 atau = 27 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 : 1
c. Cara Segitiga Pascal

d. Formulasi Matematika

Individu F1 pada suatu persilangan monohibrid, misalnya Aa, akan menghasilkan dua
macam gamet, yaitu A dan a. Gamet-gamet ini, baik dari individu jantan maupun
betina, akan bergabung menghasilkan empat individu F2 yang dapat dikelompokkan
menjadi dua macam fenotipe (A- dan aa) atau tiga macam genotipe (AA, Aa, dan
aa).Sementara itu, individu F1 pada persilangan dihibrid, misalnya AaBb, akan
membentuk empat macam gamet, masing-masing AB,Ab, aB, dan ab. Selanjutnya
pada generasi F2 akan diperoleh 16 individu yang terdiri atas empat macam fenotipe
(A-B-, A-bb, aaB-, dan aabb) atau sembilan macam genotipe (AABB, AABb, Aabb,
AaBB, AaBb, Aabb, aaBB, aaBb, dan aabb).

Dari angka-angka tersebut akan terlihat adanya hubungan matematika antara


jenis persilangan (banyaknya pasangan gen), macam gamet F1, jumlah individu F2,
serta macam fenotipe dan genotipe F2. Hubungan matematika akan diperoleh pula
pada persilangan-persilangan yang melibatkan pasangan gen yang lebih banyak
(trihibrid, tetrahibrid, dan seterusnya), sehingga secara ringkas dapat ditentukan
formulasi matematika seperti pada tabel berikut ini:

Pada kolom terakhir dapat dilihat adanya formulasi untuk nisbah fenotipe F2.
Kalau angka-angka pada nisbah 3 : 1 dijumlahkan lalu dikuadratkan, maka
didapatkan ( 3 + 1)2 = 32 + 2.3.1 + 12 = 9 + 3 + 3 + 1, yang tidak lain merupakan
angka-angka pada nisbah hasil persilangan dihibrid. Demikian pula jika dilakukan
pemangkattigaan, maka akan diperoleh ( 3 + 1 )3 = 33 + 3.32.11 + 3.31.12+ 13 = 27
+ 9 + 9 + 9 + 3 + 3 + 3 + 1, yang merupakan angka-angka pada nisbah hasil
persilangan trihibrid. Dengan demikian Fenotipe F2 adalah mengikuti rumus (a + b)n,
dimana a = 3, b = 1 dan n= berapa pasang gen yang dipakai.

Untuk Monohybrid Ratio Fenotipe F2 = (3+1)1= 3 : 1. Untuk Dihybrid Ratio


Fenotipe F2 = (3+1)2 = (3)2 + 2(3)1(1) + (1)2 = 9:3:3:1. Untuk Trihybrid Ratio
Fenotipe F2 = (3+1)3 = (3)3 + 3(3)2(1) + 3((3)1(1)+(1)3 = 27:9:9:9:3:3:3:1
Beberapa rumus matematika sebagai berikut:

1. Meramal banyaknya macam gamet yang dapt dibentuk hibrid. Untuk tujuan ini
digunakan rumus 2n angka 2 menunjukkan bahwa setiap pasang alel akan terjadi 2
macam gamet, sedangkan n menunjukkan jumlah pasangan alel atau banyaknya sifat
beda. Jadi:

 Monohibrid (Aa) menghasilkan 2n = 21 = 2 macam gamet (Aa).


 Dihibrid (AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4 macam gamet (AB, Ab,
aB, ab) beberapa macam gamet akan dibentuk oleh individu yang
mempinyai fenotif AaBBCcDdEEffGg jawabannya: 24 = 16 macam
gamet.

2. Meramal banyaknya kombinasi dalam f2; Digunakan untuk (2n)2 jadi:

 Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan (2n)2 = (21)2 = 4


kombinasi, ialah AA, Aa, Aa, aa.
 Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan (2n)2 = (22)2 = 16
kombinasi.

3. Meramal banyaknya fenotif dalam f2. Digunakan rumus 2n.

 Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 2n = 21 = 2 fenotif


yang dinyatakan oleh Aa
 Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4
fenotif yang dinyatakn oleh AB, Ab, aB, dan ab).

4. Meramal banyak individu yang genotif dan fenotifnya persis hibridnya.


Digunakan rumus 2n . jadi:

 Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 2n = 21 = 2 individu


yang persis hibridnya, ialah Aa dan Aa
 Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4
individu yang persis hibridnya.
5. Meramal banyaknya individu yang homozigotik. Digunakan 2n , jadi:

 Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 2n = 21 = 2 individu


homozigot ialah AA dan aa.
 Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4
individu homozigot.

6. Meramal banyaknya kombinasi baru yang homozigotik. Digunakan rumus 2n –


2 jadi:

 Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 0 kombinasi baru


yang homozigotik.
 Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n – 2 = 22 - 2 =
2 kombiansi baru yang homozigot yaitu AA, bb dan aa, BB.

7. Meramal banyaknya macam genotif dalam f2. Digunakan rumus 3n. Jadi:

 Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 3n = 31 = 3 macam


genotif ialah AA, Aa, dan aa.
 Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 3n = 32 = 9
macam genotif ialah AABB, AABb, AaBB, AaBb, AAbb, Aabb,
aaBB, aaBb, dan aabb.

2.4 Sifat Dominan, Resesif dan Intermediet

Pada suatu persilangan, maka keturunan (Filial) yang dihasilkan akan memiliki
sifat yang muncul atau sifat yang tidak muncul (tersembunyi) dari salah satu sifat
induknya. Sifat yang muncul pada keturunan dari salah satu induk dengan
mengalahkan sifat pasangannya disebut sifat dominan. Sebaliknya sifat yang tidak
muncul atau tersembunyi pada keturunanya karena dikalahkan oleh sifat pasangannya
disebut sifat resesif.

Induk/ Parental : Bunga mawar merah > < Bunga mawar putih

Keturunan/ Filial : Bunga mawar merah


2.5 Hukum Mendel

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat


padaorganisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua
bagian:Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum
Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment)
dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.

Dari hipotesis tersebut, Mendel membuat suatu kesimpulan yang disebut


Hukum I Mendel dan Hukum II Mendel. Kedua hukum Mendel tersebut merupakan
prinsip dasar dari genetika.Hukum I Mendel (Hukum segregasi atau hukum
pemisahan alel-alel dari suatu gen yang berpasangan).Pada pembentukkan sel
kelamin (gamet), pasangan-pasangan alel memisah secara bebas. Hukum ini berlaku
untuk persilangan dengan satu sifat beda (monohibrid). Secara garis besar, hukum ini
mencakup tiga pokok:

Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter


turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu
nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di
sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar,
misalnya R).Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya
ww dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar
di sebelah).Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada
gambar 2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual
dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan
diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.

Hukum II Mendel (Hukum pengelompokkan gen secara bebas atau asortasi),


menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka
diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang
lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi.
Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan tinggi tanaman dengan warna
bunga suatu tanaman, tidak saling memengaruhi.

2.6 Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda

Persilangan Monohibrid Pada Drosophila melanogaster

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi, diperoleh perbedaan sifat antara


strain N, b, dan tx sebagai berikut:

1) Perbedaan strain N dengan b adalah pada warna tubuh, yaitu strain N warna
tubuhnya uning kecoklatan sedangkan b warna tubhnya hitam

2) Perbedaan strain N dengan tx adalah pada bentuk sayap, yaitu strain N sayap
menutupi tubuh sedangkan strain tx sayapnya jeprak Berdasarkan perbedaan tersebut,
maka dapat dilihat bahwa perbedaan strain N, b, dan tx hanya pada 1 sifat saja (satu
sifat beda) sehingga diperoleh persilangan monohibrid dengan rasio perbandingan
3:1.

Persilangan Turunan Pertama (F1) Dari hasil pengamatan untuk turunan F1 D.


melanogaster sebanyak 7 ulangan pada persilangan ♂N x ♀b, ♂b x ♀N, ♂N x ♀tx,
dan ♂tx x ♀N semuanya normal (data terlampir).

Persilangan Turunan Kedua (F2) Dari hasil pengamatan untuk turunan F2 D.


melanogaster sebanyak 7 ulangan, data yang diperoleh adalah sifat yang tidak tampak
pada hasil persilangan F1. Data hasil pengamatan keturunan F2 dari persilangan F1
♂N x ♀b dan resiproknya (tabel 5 dan 6) menghasilkan normal dan black, dan
persilangan F1 ♂N x ♀tx dan resiproknya (tabel 7 dan 8) menghasilkan normal dan
taxi (data terlampir).

a. Persilangan Monohibrid Dominan Penuh

Persilangan dua individu dengan satu sifat beda menurunkan sifat dominan
apabila sifat keturunannya sama dengan salah satu sifat induknya.
Perhatikan contoh persilangan berikut. Contoh: Tanaman kacang ercis berbatang
tinggi disilangkan dengan kacang ercis berbatang pendek. F1 semuanya berbatang
tinggi. Kemudian F1 dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh
yaitu F2 yang berbatang tinggi dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1.
Persilangan ini dapat dilihat dalam bagan berikut :

Kacang ercis Kacang ercis


Parental 1 (P1) Batang Tinggi >< 
Batang Pendek
Genotipe TT ><  tt
Fenotipe Tinggi Pendek
Gamet T dan T t dan t
Fenotipe : Batang
Filial (F1) Tt
Tinggi
Kacang ercis Kacang ercis
Parental 2 (P2) >< 
Batang Tinggi Batang Tinggi
Genotipe T  t T   t
Gamet T dan t ><  T dan t

Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut :

Gamet -gamet T T
T TT(tinggi) Tt(tinggi)
T Tt(tinggi) Tt(pendek)
Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan terhadap gen untuk faktor
pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan memiliki fenotipe tinggi.
Perbandingan fenotipe F2 pada persilangan monohibrid dominan penuh adalah :

Tinggi : Pendek = 3 : 1 . Perbandingan Genotipe nya adalah : TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1

b. Persilangan Monohibrid Intermediet

Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni, tetapi mempunyai
fenotipe diantara kedua induknya.
Perhatikan contoh : Tanaman Antihinum majus galur Murni merah (MM) disilangkan
dengan galur murni putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1 yang
semuanya berbunga merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan
dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda,
dan putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat dilihat sebagai
berikut :

Tanaman
Tanaman                       berbunga
P1 berbunga >< 
putih
merah
Genotipe MM ><                Mm
Gamet M dan M           m dan m
F1 Mm Fenotipe : berbunga merah muda
Mm (merah
P2 ><  Mm (merah muda)
muda)
Gamet M dan m ><  M dan m

Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah :

Gamet Gamet M M
M MM(Merah) Mm(Merah muda)
M Mm(merah muda) mm(putih)
Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid intermediet adalah :

merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan Genotipenya : MM : Mm : mm


=1:2:1

2.7 Persilangan Dua Individu Dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid)

Dihibrid adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih
yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip dan genotip tertentu.
Pada percobaannya, Mendel melakukan persilangan kacang ercis galur murni yang
memiliki biji bulat warna kuning dengan galur murni yang memiliki biji keriput
warna hijau. Sifat bulat dan kuning dominan terhadap sifat keriput dan hijau,
sehingga menghasilkan seluruh F1 berupa kacang ercis berbiji bulat dengan warna
biji kuning.

Biji-biji F1 tersebut kemuadian ditanam kembali dan dilakukan penyerbukan


antara sesamanya untuk mendapatkan F2. Persilangan tersebut merupakan
persilangan dua individu dengan dua sifat beda. Keturunan pada F2 adalah sebagai
berikut :

B : bulat, dominan terhadap keriput

b : keriput

K : kuning, dominan terhadap hijau

k : hijau

Contoh : Bagan persilangan dihibrid

Perbandingan genotipe F2

= BBKK : BBKk : BkKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk

= 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1

Perbandingan fenotipe F2

= bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau

= 9 : 3 : 3 : 1

2.8 Persilangan Dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid)

Trihibrid adalah persilangan dua individu dengan tiga sifat beda atau lebih
yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip dan genotip tertentu.
Pada percobaannya, Mendel melakukan persilangan kacang ercis dengan tiga sifat
beda, ialah batang tinggi, biji bulat, dan biji warna kuning dengan kacang ercis
berbatang pendek, biji keriput, dan biji warna hijau. Sifat tinggi, bulat, dan kuning
dominan terhadap pendek, keriput, dan hijau, maka seluruh F1 berupa kacang ercis
yang berbatang tinggi, berbiji bulat, dan berwarna kuning. Keturunan F1 dapat dilihat
pada bagan persilangan trihibrid

Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu : Batang
tinggi, biji bulat dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji keriput, warna biji
hijau. Keturunan F1 yang dihasilkan adalah :

Bagan persilangan Trihibrid

P1 TTKKBB >< ttkkbb


Fenotif Tinggi, kuning, >< Pendek,
bulat keriput, hijau
Genotif TKB >< tkb
F1 TtKkBb
Fenotipe :
Tinggi,kuning,bulat
P2 TtKkBb >< TtKkBb
Gamet TKB,TKb,TkB,Tkb,tKB,tKb,
tkB,tkb
Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Perbandingan Jumlah


Sifat Beda Macam Macam Macam Fenotipe F2 Individu
Gamet Genotipe Fenotipe F2
F2 F2
1 21 = 2 3 2 3:1 4
2 22 = 4 9 4 9:3:3:1 16
3 23 = 8 27 8 27:9:9:9:3:3:3:1 64
N 2N 3N 2N 4N
BAB III

PENUTUP

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada


organismeyang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan
mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:

Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum


Pertama Mendel, Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa padapembentukan
gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan
memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya.

Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga


dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat
berpasangan secara bebas dengan gen/sifat lain. Meskipun demikian, gen untuk satu
sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat yang lain yang bukan termasuk alelnya

Hukum Mendel 1 dan 2 menjelaskan tentang parental dari masing-masing


individu yang berbeda karakter menghasilkan 100% individu dengan karakter yang
dominan dari parentalnya, kemudian disilangkan lagi dengan individu yang sejenis
hingga menghasilkan fenotip 2 dengan perbandingan 3:1 untuk hukum Mendel 1 dan
9:3:3:1 untuk hukum Mendel 2.
Hal ini mengartikan bahwa terjadinya variasi turunan itu merupakan dampak
dari hukum Mendel diatas. Karena induk yang tadinya berkarakter lain disilangkan
menghasilkan banyak karakter turunan yang berkarakter lain lagi dengan variasi yang
lebih banyak.

REFERENSI JURNAL

Jurnal 1

PEMANFATAAN Drosophila melanogaster SEBAGAI ORGANISME


MODEL DALAM MEMPELAJARI HUKUM PEWARISAN MENDEL

Ahmad Fauzi1, Aloysius Duran Corebima2

1
Pascasarjana Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Malang 2 Jurusan Biologi,
Universitas Negeri Malang fauzizou91@gmail.com

ABSTRAK

Hukum pewarisan Mendel merupakan hukum yang dijabarkan oleh Gregor Johan
Mendel dan dipelajari dalam materi pewarisan sifat. Laporan terdahulu melaporkan
bahwa pewarisan Mendel merupakan salah satu materi yang cukup sulit dipelajari
oleh peserta didik. Kegiatan praktikum yang bertujuan untuk memperlihatkan
keberadaan hukum Mendel di dunia nyata dapat digunakan sebagai alternatif cara
agar materi pola pewarisan sifat menjadi lebih mudah dipelajari oleh peserta didik.
Drosophila melanogaster merupakan organisme model yang dapat digunakan sebagai
media dalam mempelajari pola pewarisan sifat bagi para siswa. Penelitian ini
bertujuan untuk membuktikan bahwa melalui persilangan berbagai strain D.
melanogaster, pola pewarisan Mendel dapat teramati. Prosedur persilangan, data hasil
penelitian, serta teknik analisis yang dilakukan dapat digunakan sebagai dasar dalam
memanfaatkan D. melanogaster dalam kegiatan pembelajaran. Pada penelitian ini,
persilangan strain N x e, N x bse, dan testcross N x bcl secara berturut-turut
digunakan untuk memperlihatkan pola pewarisan Mendel I, Mendel II, dan
menunjukkan pemisahan dan pilihan bebas tidak terjadi pada tingkat gen, melainkan
kromosom. Hasil anakan F2 pada persilangan N x e memenuhi rasio 3:1, hasil anakan
F2 pada persilangan N x bse memenuhi rasio 9:3:3:1, sedangkan hasil testcross N x
bcl memperlihatkan peristiwa pilihan bebas terjadi pada tingkat kromosom.

Jurnal 2

ABSTRAK

RASIO PERBANDINGAN F1 DAN F2 PADA PERSILANGAN STARIN


N x b, DAN STRAIN N x tx SERTA RESIPROKNYA

Nirmala Fitria Firdauzi, Dosen Program Studi Pendidikan Biologi,


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Ambon, 081296570842, E-mail:
nirmala_fitria@yahoo.co.id

Turunan F1 D. melanogaster sebanyak 7 ulangan adalah semuanya normal,


sedangkan pada turunan F2 sebanyak 7 ulangan, data yang diperoleh adalah sifat
yang tidak tampak pada hasil persilangan F1. Data hasil pengamatan keturunan F2
dari persilangan F1 ♂N x ♀b dan resiproknya menghasilkan normal dan black, dan
persilangan F1 ♂N x ♀tx dan resiproknya menghasilkan normal dan taxi

Jurnal 3

Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 546-
553546 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya
SP-010-004

Relevansi Praktikum Dan Perkuliahan Teori Pada Mata Kuliah Genetika

Relevance Lab Activities And Lecturing Theory In Genetics Course

Renardi Erwinsyah1*, Riandi2, Mimin Nurjhani2

1
Sekolah Pascasarjana/UPI, Setiabudi No. 229, Bandung, Indonesia 2 FPMIPA/ UPI,
Setiabudi No. 229, Bandung, Indonesia *Corresponding author:
renardierwinsyah@upi.edu

Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk


mengidentifikasi relevansi praktikum dengan perkuliahan teori genetika. Teknik
pengumpulan data bersifat triangulasi berasal dari mahasiswa, pranata laboratorium
pendidikan dan instruktur. Instrumen yang digunakan meliputi format wawancara
terstruktur, angket dan inventarisasi dokumen. Penelitian ini dilakukan pada tahun
akademik 2015-2016. Hasil penelitian ini adalah diperolehnya data kesesuaian
praktikum genetika dengan perkuliahan teori yang meliputi analisis struktur
praktikum dan data kesesuaian materi dalam praktikum. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa struktur praktikum genetika menurut hampir seluruh mahasiswa
(93,5%) menyatakan kegiatan praktikum sudah sesuai dengan silabus genetika dan
sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk dapat membelajarkan genetika
kepada siswa. Didapatkan juga bahwa semua materi (100%) yang ada di praktikum
genetika menurut mahasiswa penting untuk dipelajari karena membantu pemahaman
mahasiswa. sedangkan menurut instruktur praktikum beberapa materi dalam kegiatan
praktikum lebih cocok diberikan pada perkuliahan teori. Kesimpulan dari penelitian
ini bahwa praktikum yang dilakukan selama semester genap tahun akademik
20152016 relevan dengan perkuliahan teori. Saran penelitian ini adalah perlunya
kegiatan refleksi agar permasalahan dalam kegiatan praktikum dapat terselesaikan

Jurnal 4
KOMBINATORIAL DALAM HUKUM PEWARISAN MENDEL

Fransisca Cahyono (13509011)


Program Studi Teknik Informatika
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,
Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia 13509011@std.stei.itb.ac.id

Abstract—Matematika diskrit adalah salah satu ilmu yang dapat diaplikasikan


penggunaannya pada bidang ilmu lain, salah satunya adalah genetika. Genetika
adalah ilmu yang mempelajari proses penurunan sifat secara genetik pada suatu
organisme. Dalam genetika, perpaduan gen suatu individu yang diperoleh dari orang
tuanya memenuhi suatu hukum yang diperoleh dari hasil penelitian seorang biarawan
Austria bernama George Mendel. Hukum tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu
hukum segregasi dan hukum berpasangan secara bebas. Susunan genetik suatu
keturunan dapat dihitung dan diperkirakan kemunculannya dengan teori
kombinasional jika diketahui pula susunan gen orang tuanya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012.http://biologimediacentre.com/genetikahukummendel/
#sthashC7PN7wAX.dpuf.

Anonim. 2012. http://endick.wordpress.com/2008/01/30/percobaan-mendel-2/.

Anonim.2012.http://www.scribd.com/doc/84672312/Pewarisan-Sifat-SifatKeturunan.

Anonim2012.http://smointi.blogspot.com/2010/12/makalah-hukummendel.html.

Edy, Syahmi. 2014. Diktat Genetika. Universitas Negeri Medan: Medan.

Pujianto, Sri. 2008. Menjelajah Dunia Biologi. Jakarta: Gramedia.


Suryo. 2004. Genetika Strata 1. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai