Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.Alhamdulillah berkat rahmat dan inayah allah
SWT.penulisan makalah berjudul “Persilangan Monohibrid,Dihibrid dan Polihibrid”
pada mata kuliah Genetika yang bertujuan untuk memenuhi nilai mata kuliah
Genetika
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.namun penulis
juga berharap bahwasanya makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain yang
membacanya dan penulis juga menerima kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini,supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Materi terkecil penyusun makhluk hidup adalah Sel. Di dalam sel terdapat
organela-organela lainnya, dari mitokondria, sitoplasma, ribosom hingga inti sel yang
disebut nukleus yang terletak agak ke tengah sel. Di dalam nukleus terdapat benda-
benda halus yang berbentuk lurus seperti batang atau bengkok dan terdiri dari zat
yang mudah mengikat zat warna. Benang-benang itu dinamakan kromosom. Pada
saat sel tidak membelah diri, kromosom terlihat berupa benang-benang halus yang
disebut benang-benang kromatin. Seorang ahli yang mula-mula mempunyai dugaan
bahwa benda-benda tersebut terlibat dalam mekanisme keturunan adalah Roux
(1883). Benda-benda tersebut untuk pertama kali diberi nama kromosom oleh
Waldeyer (1888). Kromosom adalah faktor pembawa sifat keturunan yang diwariskan
dari induk (orang tua) kepada keturunannya. Kromosom yang terdapat di sebuah sel
tidak pernah sama ukurannya, dan umumnya tumbuh-tumbuhan memiliki kromosom
yang lebih besar dari pada hewan. Setiap kromosom memiliki bagian yang
menyempit dan tampak lebih terang, disebut sentromer.
Kromosom tampak seperti batang dan mengandung struktur yang terdiri dari
benang-benang tipis yang melingkar-lingkar. Di sepanjang benang itu terletak secara
teratur suatu sruktur yang disebut gen. Masing-masing gen memiliki tempat tertentu
didalam kromosom yang disebut lokus gen. Gen tersebut yang sebenarnya berfungsi
untuk mengatur sifat-sifat yang akan diwariskan dari induk kepada keturunannya dan
mengatur perkembangan serta metabolisme makhluk hidup. Gen terdiri dari DNA
atau Deoxyribonukleo acid (asam nukleat). Gen-gen yang terdapat pada kromosom
memiliki tugas atau fungsinya masing-masing, diantaranya adalah mengatur warna
bunga, warna rambut, warna bulu, golongan darah, rasa buah, dan sebagainya .
Setiap sel tubuh memiliki kromosom yang berpasang-pasangan. Kromosom
yang berpasangan dengan bentuk, ukuran, dan komposisi yang sama disebut
kromosom homolog. Setiap pasang kromosom homolog berbeda dengan pasangan
kromosom homolog yang lain. Pada sel kelamin (gamet) seperti sel telur atau ovum
(sel kelamin betina) dan spermatozoa (sel kelamin jantan) mempunyai separuh dari
jumlah kromosom didalam sel tubuh, sehingga dikatakan bersifat haploid (n
kromosom). Satu set kromosom haploid dinamakan genom. Sel tubuh dari
kebanyakan mahluk hidup memiliki sepasang kromosom, sehingga dikatakan bersifat
diploid (2n kromosom). Terjadinya sel tubuh yang diploid tersebut merupakan hasil
bersatunya gamet jantan dan betina yang masing-masing haploid pada saat reproduksi
seksual.
1. Teori Embryo
Teori ini dikemukanan oleh William Harvey, 1578-1657 yang menyatakan, bahwa
semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini diperkuat oleh Reiner de Graaf (1641-
1673) peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel sperma dengan sel telur yang
akan membentuk embrio. Reiner de Graaf menyatakan bahwa ovarium pada burung
sama dengan ovarium pada kelinci.
2. Teori Preformasi
Teori ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang menyatakan bahwa
telur mengandung semua generasi yang akan dating sebagai miniature yang telah
terbentuk sebelumnnya.
Teori ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, 1744-1829 yang menyatakan bahwa sifat
yang terjadi karena rangsangan dari luar (lingkungan) terhadap struktur fungsi organ
yang diturunkan pada generasi berikutnya.
5. Teori Pengenesis
Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa setiap bagian
tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut gemuia.
6. Teori Telegani
Dalam pewarisan sifat atau persilangan, terdapat prinsip yang harus kita ingat,
yaitu :
1. Gen yang berperan dalam pengaturan dan penentuan sifat diberi simbol huruf.
2. Gen yang bersifat dominan dinyatakan dengan huruf kapital, misalnya gen yang
menentukan sifat batang yang tinggi ditulis dengan huruf “T” (tinggi). Gen yang
bersifat resesif dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya gen yang menentukan sifat
batang yang pendek ditulis dengan huruf “t”. Jadi, dapat diartikan bahwa batang
tinggi dominan terhadap batang pendek,dan sebaliknya batang pendek resesif
Pada manusia dan hewan vertebrata, penyatuan sperma dan ovum yang
masing-masing bersifat haploid (n) akan membentuk zigot. Zigot tumbuh dan
berkembang menjadi individu yang bersifat diploid (2n), sehingga individu yang
memiliki sifat tersebut Contoh:
Sifat suatu individu yang genotipnya terdiri dari gen-gen yang berlainan dari
tiap jenis gen disebut heterozigot, misalnya Rr, Aa, Tt, AaBb dan sebagainya.
Karakter atau sifat lahiriah yang dapat diamati (bentuk, warna, golongan darah, dan
sebagainya) disebut fenotip. Fenotip ditentukan oleh gen dan lingkungan. Fenotip
tidak diberi simbol tetapi ditulis sesuai dengan penampakan seperti rasa buah yang
manis, rambut lurus, warna bunga biru dan sebagainya. Tanaman yang berbiji bulat
fenotipnya ditulis biji bulat dan genotipnya ditulis BB atau Bb bila B dominan
terhadap b.
Dua individu yang memiliki sifat fenotip yang sama mungkin memiliki sifat
genotip yang berbeda misalnya dua individu tanaman yang memiliki fenotip sama
seperti berbiji bulat, memiliki kemungkinan genotip ialah BB atau Bb. Gen B bersifat
dominan sehingga gen B tersebut mengalahkan atau menutupi gen b yang bersifat
resesif. Oleh karena itu tanaman dengan BB atau Bb memiliki fenotip berbiji bulat.
Sebelum kita belajar cara mencari jumlah dan macam gamet ada baiknya kita
lihat kembali beberapa definisi atau pengertian dari gamet itu sendiri. Berikut ini
penjelasan tentang gamet.
Sel gamet atau gamet adalah sel haploid khusus untuk fertilisasi. Gamet-
gamet yang melebur dapat identik dalam bentuk dan ukuran (isogami) ataupun
berbeda dalam satu atau kedua sifat tersebut (anisogami). Istilah ‘jantan’ dan ‘betina’
acap kali diterapkan untuk gamet, tetapi hanya berfungsi untuk menunjukkan kelamin
asalnya, karena gamet tidak mempunyai kelamin. Bilamana berbeda dalam ukuran,
biasanya gamet yang lebih besar disebut makrogamet, dan yang lebih kecil disebut
mikrogamet. Kadang-kadang tidak ada pada plasmogami dalam fertilisasi, dalam hal
ini nukleus-nukleus yang melebur dapat dianggap sebagai gamet.
Gamet adalah sel sperma atau telur, terutama yang matang dan sudah
berfungsi dalam proses pembiakan secara seksual; sel benih yang terbentuk secara
gametogenesis dari sel induk benih yang disebut spermatozoa, dan betina disebut
ovum. persilangan monohibrid diketahui bahwa gamet yang terbentuk pada P2 ada 2
macam, sementara itu pada persilangan dihibrid yang terbentuk pada P2 ada 4
macam, untuk persilangan trihibrid ada 8 macam, bila persilangan dengan n sifat beda
akan diperoleh 2n macam gamet. Untuk menentukan macam gamet yang terbentuk
dapat digunakan diagram garpu, misalnya: AaBb, macam gametnya adalah:
Untuk menentukan Gamet dalam suatu persilangan individu dengan sifat beda maka
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Cara Manual
Misal: P = AaBb
Genotip ini memiliki 2 tanda beda yang heterozigot. Jumlah Gamet adalah
=22= 4. Macamnya: Mula-mula kita pecah menjadi masing-masing sifat menjadi A/a
dengan B/b; lalu kita gabungkan sifat-sifat itu dengan pecahannya yang berbeda.
Maka hasilnya adalah sebagai berikut:
Misal : P = MmPpKk
Genotip ini memiliki 3 tanda beda yang heterozigot/ Jumlah Gamet adalah =
23= 8. Macamnya: Mula-mula kita pecah menjadi masing-masing sifat menjadi M/m
dengan P/p dengan K/k; lalu kita gabungkan sifat-sifat itu dengan pecahannya yang
berbeda. Maka hasilnya adalah sebagai berikut:
· Maka diperoleh Gamet : MPK, MPk, MpK, Mpk, mPK, mPk, mpK, mpk = 8
Catatan : Untuk menentukan jumlah macam gamet yang diperhatikan cukup yang
heterozigot Contoh:
Makna dari penentuan gamet diatas dalam menentukan ratio fenotipe (RF) adalah
sebagai berikut:
Berdasarkan contoh diatas, maka untuk persilangan 2 sifat beda dipeoleh hasil RF:
AB = 3 x 3 = 9 aB = 1 x 3 = 3
Ab = 3 x 1 = 3 ab = 1 x 1 = 1
Berdasarkan contoh diatas, maka untuk persilangan 3 sifat beda dipeoleh hasil RF :
RF = 27 : 9 : 9 : 3 : 9 : 3 : 3 : 1 atau = 27 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 : 1
c. Cara Segitiga Pascal
d. Formulasi Matematika
Individu F1 pada suatu persilangan monohibrid, misalnya Aa, akan menghasilkan dua
macam gamet, yaitu A dan a. Gamet-gamet ini, baik dari individu jantan maupun
betina, akan bergabung menghasilkan empat individu F2 yang dapat dikelompokkan
menjadi dua macam fenotipe (A- dan aa) atau tiga macam genotipe (AA, Aa, dan
aa).Sementara itu, individu F1 pada persilangan dihibrid, misalnya AaBb, akan
membentuk empat macam gamet, masing-masing AB,Ab, aB, dan ab. Selanjutnya
pada generasi F2 akan diperoleh 16 individu yang terdiri atas empat macam fenotipe
(A-B-, A-bb, aaB-, dan aabb) atau sembilan macam genotipe (AABB, AABb, Aabb,
AaBB, AaBb, Aabb, aaBB, aaBb, dan aabb).
Pada kolom terakhir dapat dilihat adanya formulasi untuk nisbah fenotipe F2.
Kalau angka-angka pada nisbah 3 : 1 dijumlahkan lalu dikuadratkan, maka
didapatkan ( 3 + 1)2 = 32 + 2.3.1 + 12 = 9 + 3 + 3 + 1, yang tidak lain merupakan
angka-angka pada nisbah hasil persilangan dihibrid. Demikian pula jika dilakukan
pemangkattigaan, maka akan diperoleh ( 3 + 1 )3 = 33 + 3.32.11 + 3.31.12+ 13 = 27
+ 9 + 9 + 9 + 3 + 3 + 3 + 1, yang merupakan angka-angka pada nisbah hasil
persilangan trihibrid. Dengan demikian Fenotipe F2 adalah mengikuti rumus (a + b)n,
dimana a = 3, b = 1 dan n= berapa pasang gen yang dipakai.
1. Meramal banyaknya macam gamet yang dapt dibentuk hibrid. Untuk tujuan ini
digunakan rumus 2n angka 2 menunjukkan bahwa setiap pasang alel akan terjadi 2
macam gamet, sedangkan n menunjukkan jumlah pasangan alel atau banyaknya sifat
beda. Jadi:
7. Meramal banyaknya macam genotif dalam f2. Digunakan rumus 3n. Jadi:
Pada suatu persilangan, maka keturunan (Filial) yang dihasilkan akan memiliki
sifat yang muncul atau sifat yang tidak muncul (tersembunyi) dari salah satu sifat
induknya. Sifat yang muncul pada keturunan dari salah satu induk dengan
mengalahkan sifat pasangannya disebut sifat dominan. Sebaliknya sifat yang tidak
muncul atau tersembunyi pada keturunanya karena dikalahkan oleh sifat pasangannya
disebut sifat resesif.
Induk/ Parental : Bunga mawar merah > < Bunga mawar putih
1) Perbedaan strain N dengan b adalah pada warna tubuh, yaitu strain N warna
tubuhnya uning kecoklatan sedangkan b warna tubhnya hitam
2) Perbedaan strain N dengan tx adalah pada bentuk sayap, yaitu strain N sayap
menutupi tubuh sedangkan strain tx sayapnya jeprak Berdasarkan perbedaan tersebut,
maka dapat dilihat bahwa perbedaan strain N, b, dan tx hanya pada 1 sifat saja (satu
sifat beda) sehingga diperoleh persilangan monohibrid dengan rasio perbandingan
3:1.
Persilangan dua individu dengan satu sifat beda menurunkan sifat dominan
apabila sifat keturunannya sama dengan salah satu sifat induknya.
Perhatikan contoh persilangan berikut. Contoh: Tanaman kacang ercis berbatang
tinggi disilangkan dengan kacang ercis berbatang pendek. F1 semuanya berbatang
tinggi. Kemudian F1 dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh
yaitu F2 yang berbatang tinggi dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1.
Persilangan ini dapat dilihat dalam bagan berikut :
Gamet -gamet T T
T TT(tinggi) Tt(tinggi)
T Tt(tinggi) Tt(pendek)
Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan terhadap gen untuk faktor
pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan memiliki fenotipe tinggi.
Perbandingan fenotipe F2 pada persilangan monohibrid dominan penuh adalah :
Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni, tetapi mempunyai
fenotipe diantara kedua induknya.
Perhatikan contoh : Tanaman Antihinum majus galur Murni merah (MM) disilangkan
dengan galur murni putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1 yang
semuanya berbunga merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan
dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda,
dan putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat dilihat sebagai
berikut :
Tanaman
Tanaman berbunga
P1 berbunga ><
putih
merah
Genotipe MM >< Mm
Gamet M dan M m dan m
F1 Mm Fenotipe : berbunga merah muda
Mm (merah
P2 >< Mm (merah muda)
muda)
Gamet M dan m >< M dan m
Gamet Gamet M M
M MM(Merah) Mm(Merah muda)
M Mm(merah muda) mm(putih)
Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid intermediet adalah :
Dihibrid adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih
yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip dan genotip tertentu.
Pada percobaannya, Mendel melakukan persilangan kacang ercis galur murni yang
memiliki biji bulat warna kuning dengan galur murni yang memiliki biji keriput
warna hijau. Sifat bulat dan kuning dominan terhadap sifat keriput dan hijau,
sehingga menghasilkan seluruh F1 berupa kacang ercis berbiji bulat dengan warna
biji kuning.
b : keriput
k : hijau
Perbandingan genotipe F2
= 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe F2
= 9 : 3 : 3 : 1
Trihibrid adalah persilangan dua individu dengan tiga sifat beda atau lebih
yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip dan genotip tertentu.
Pada percobaannya, Mendel melakukan persilangan kacang ercis dengan tiga sifat
beda, ialah batang tinggi, biji bulat, dan biji warna kuning dengan kacang ercis
berbatang pendek, biji keriput, dan biji warna hijau. Sifat tinggi, bulat, dan kuning
dominan terhadap pendek, keriput, dan hijau, maka seluruh F1 berupa kacang ercis
yang berbatang tinggi, berbiji bulat, dan berwarna kuning. Keturunan F1 dapat dilihat
pada bagan persilangan trihibrid
Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu : Batang
tinggi, biji bulat dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji keriput, warna biji
hijau. Keturunan F1 yang dihasilkan adalah :
PENUTUP
REFERENSI JURNAL
Jurnal 1
1
Pascasarjana Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Malang 2 Jurusan Biologi,
Universitas Negeri Malang fauzizou91@gmail.com
ABSTRAK
Hukum pewarisan Mendel merupakan hukum yang dijabarkan oleh Gregor Johan
Mendel dan dipelajari dalam materi pewarisan sifat. Laporan terdahulu melaporkan
bahwa pewarisan Mendel merupakan salah satu materi yang cukup sulit dipelajari
oleh peserta didik. Kegiatan praktikum yang bertujuan untuk memperlihatkan
keberadaan hukum Mendel di dunia nyata dapat digunakan sebagai alternatif cara
agar materi pola pewarisan sifat menjadi lebih mudah dipelajari oleh peserta didik.
Drosophila melanogaster merupakan organisme model yang dapat digunakan sebagai
media dalam mempelajari pola pewarisan sifat bagi para siswa. Penelitian ini
bertujuan untuk membuktikan bahwa melalui persilangan berbagai strain D.
melanogaster, pola pewarisan Mendel dapat teramati. Prosedur persilangan, data hasil
penelitian, serta teknik analisis yang dilakukan dapat digunakan sebagai dasar dalam
memanfaatkan D. melanogaster dalam kegiatan pembelajaran. Pada penelitian ini,
persilangan strain N x e, N x bse, dan testcross N x bcl secara berturut-turut
digunakan untuk memperlihatkan pola pewarisan Mendel I, Mendel II, dan
menunjukkan pemisahan dan pilihan bebas tidak terjadi pada tingkat gen, melainkan
kromosom. Hasil anakan F2 pada persilangan N x e memenuhi rasio 3:1, hasil anakan
F2 pada persilangan N x bse memenuhi rasio 9:3:3:1, sedangkan hasil testcross N x
bcl memperlihatkan peristiwa pilihan bebas terjadi pada tingkat kromosom.
Jurnal 2
ABSTRAK
Jurnal 3
Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 546-
553546 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya
SP-010-004
1
Sekolah Pascasarjana/UPI, Setiabudi No. 229, Bandung, Indonesia 2 FPMIPA/ UPI,
Setiabudi No. 229, Bandung, Indonesia *Corresponding author:
renardierwinsyah@upi.edu
Jurnal 4
KOMBINATORIAL DALAM HUKUM PEWARISAN MENDEL
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.http://biologimediacentre.com/genetikahukummendel/
#sthashC7PN7wAX.dpuf.
Anonim.2012.http://www.scribd.com/doc/84672312/Pewarisan-Sifat-SifatKeturunan.
Anonim2012.http://smointi.blogspot.com/2010/12/makalah-hukummendel.html.