Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERSILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID

DI SUSUN OLEH:
1. Diki Candra
2. Herlina
3. Kristian Wulandari
4. Risky Gita Cahyani
5. Salsabila Lutfi Anggaraini
6. Windi Klarista

KELAS: XII MIPA 3

SMA NEGERI 6 METRO


TAHUN AJARAN 2019/2020

Jln. FKKPI Rejomulyo, kec. Metro Selatan Telp. (0725) 7525196


E-mail : smanegeri6metro@ymail.com
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang maha pengasih dan penyayang, beserta rasa
syukur atas pemberian limpahan nikmat karunia-Nya, sehingga kita dapat
menyelesaikan proposal ini. Proposal ini kami susun dengan maksimal sesuai aturan
yang telah tertera dan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan proposal ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan proposal .

Terimakasih kami sampaikan kepada Bapak Jamaludin Spd. Selaku kepala sekolah
SMA Negeri 6 Metro atas pemberian dana dalam kegiatan yang akan kami adakan ini dan
terimaksih juga kepada Bapak I Made Wianta S.sos selaku Waka Kesiswaan SMA Negeri 6
Metro yang telah membimbing, membina dan memberi pertimbangan kami atas
proposal yang telah kami susun ini sehingga kami dapat menyelesaikannya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki proposal ini.

Akhir kata kami berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat dan berinspirasi
terhadap para pembaca .
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................................................3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................................4

1.2 Tujuan..............................................................................................................................................................4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TEORI-TEORI PEWARISAN SIFAT.......................................................................................................6

2.2 GENOTIP DAN FENOTIP..........................................................................................................................6

2.3 MENENTUKAN MACAM GAMET..........................................................................................................6

2.4 SIFAT DOMINAN, RESESIF DAN INTERMEDIET...........................................................................6

2.5 HUKUM MENDEL........................................................................................................................................6

2.6 PERSILANGAN DUA INDIVIDU DENGAN SATU SIFAT BEDA................................................


2.7 PRSILANGAN DUA INDIVIDU DENGAN DUA SIFAT BEDA (DIHIBRID)................................

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN......................................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Genetika adalah cabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat pada
organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Secara singkat dapat juga
dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang gen dan segala aspeknya. Meskipun
orang biasanya menetapkan genetika dimulai dengan ditemukannya kembali naskah
artikel yang ditulis Gregor Mendel pada tahun 1900, sebetulnya genetika sebagai "ilmu
pewarisan" atau hereditas sudah dikenal sejak masa prasejarah, seperti domestikasi
dan pengembangan berbagai ras ternak dan kultivar tanaman. Hukum pewarisan
Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh
Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'.

1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Genetika
2. Untuk mengetahui bagaimana caranya menentukan gamet
3. Untuk mengetahui bagimana persilangan Dihibrid
4. Untuk mengetahui bagaiman persilangan Trihibrid
BAB II
PEMBAHASAN

Materi terkecil penyusun makhluk hidup adalah Sel. Di dalam sel terdapat
organela-organela lainnya, dari mitokondria, sitoplasma, ribosom hingga inti sel yang
disebut nukleus yang terletak agak ke tengah sel. Di dalam nukleus terdapat benda-
benda halus yang berbentuk lurus seperti batang atau bengkok dan terdiri dari zat yang
mudah mengikat zat warna. Benang-benang itu dinamakan kromosom. Pada saat sel
tidak membelah diri, kromosom terlihat berupa benang-benang halus yang disebut
benang-benang kromatin. Seorang ahli yang mula-mula mempunyai dugaan bahwa
benda-benda tersebut terlibat dalam mekanisme keturunan adalah Roux (1883).
Benda-benda tersebut untuk pertama kali diberi nama kromosom oleh Waldeyer
(1888). Kromosom adalah faktor pembawa sifat keturunan yang diwariskan dari induk
(orang tua) kepada keturunannya. Kromosom yang terdapat di sebuah sel tidak pernah
sama ukurannya, dan umumnya tumbuh-tumbuhan memiliki kromosom yang lebih
besar dari pada hewan. Setiap kromosom memiliki bagian yang menyempit dan tampak
lebih terang, disebut sentromer.
Kromosom tampak seperti batang dan mengandung struktur yang terdiri dari
benang-benang tipis yang melingkar-lingkar. Di sepanjang benang itu terletak secara
teratur suatu sruktur yang disebut gen. Masing-masing gen memiliki tempat tertentu
didalam kromosom yang disebut lokus gen. Gen tersebut yang sebenarnya berfungsi
untuk mengatur sifat-sifat yang akan diwariskan dari induk kepada keturunannya dan
mengatur perkembangan serta metabolisme makhluk hidup. Gen terdiri dari DNA atau
Deoxyribonukleo acid (asam nukleat). Gen-gen yang terdapat pada kromosom memiliki
tugas atau fungsinya masing-masing, diantaranya adalah mengatur warna bunga, warna
rambut, warna bulu, golongan darah, rasa buah, dan sebagainya .
Setiap sel tubuh memiliki kromosom yang berpasang-pasangan. Kromosom yang
berpasangan dengan bentuk, ukuran, dan komposisi yang sama disebut kromosom
homolog. Setiap pasang kromosom homolog berbeda dengan pasangan kromosom
homolog yang lain. Pada sel kelamin (gamet) seperti sel telur atau ovum (sel kelamin
betina) dan spermatozoa (sel kelamin jantan) mempunyai separuh dari jumlah
kromosom didalam sel tubuh, sehingga dikatakan bersifat haploid (n kromosom). Satu
set kromosom haploid dinamakan genom. Sel tubuh dari kebanyakan mahluk hidup
memiliki sepasang kromosom, sehingga dikatakan bersifat diploid (2n kromosom).
Terjadinya sel tubuh yang diploid tersebut merupakan hasil bersatunya gamet jantan
dan betina yang masing-masing haploid pada saat reproduksi seksual.

2.1 Teori-Teori Pewarisan Sifat


Pewarisan sifat atau yang dikenal dengan Hereditas merupakan suatu pewarisan
sifat dari induk kepada keturunannya. Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat
disebut dengan genetika. Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh kromosom dan gen.
Teori-teori tentang pewarisan sifat adalah sebagai berikut :
1. Teori Embryo
Teori ini dikemukanan oleh William Harvey, 1578-1657 yang menyatakan,
bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini diperkuat oleh Reiner de Graaf
(1641-1673) peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel sperma dengan sel telur
yang akan membentuk embrio. Reiner de Graaf menyatakan bahwa ovarium pada
burung sama dengan ovarium pada kelinci.
2. Teori Preformasi
Teori ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang menyatakan
bahwa telur mengandung semua generasi yang akan dating sebagai miniature yang
telah terbentuk sebelumnnya.
3. Teori Epigenesis Embriologi
Teori ini dikemukakan oleh C.F. Wolf, 1738-1794, yang menyatakan bahwa ada
kekuatan vital dalam benih organiseme dengan kekuatan ini menyebabkan
pertumbuhan embrio menurut pola perkembangan sebelumnya.
4. Teori Plasma Nutfah
Teori ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, 1744-1829 yang menyatakan bahwa
sifat yang terjadi karena rangsangan dari luar (lingkungan) terhadap struktur fungsi
organ yang diturunkan pada generasi berikutnya.
5. Teori Pengenesis
Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa setiap bagian
tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut gemuia.
6. Teori Telegani
Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, menyatakan bahwa spermatozoa
sebagian besar tersusun atas inti dan inti bertanggung jawab sebagai penurunan sifat.
2.2 Genotip Dan Fenotip
Dalam pewarisan sifat atau persilangan, terdapat prinsip yang harus kita ingat,
yaitu :
1. Gen yang berperan dalam pengaturan dan penentuan sifat diberi simbol huruf.
2. Gen yang bersifat dominan dinyatakan dengan huruf kapital, misalnya gen yang
menentukan sifat batang yang tinggi ditulis dengan huruf “T” (tinggi). Gen yang bersifat
resesif dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya gen yang menentukan sifat batang yang
pendek ditulis dengan huruf “t”. Jadi, dapat diartikan bahwa batang tinggi dominan
terhadap batang pendek,dan sebaliknya batang pendek resesif

Pada manusia dan hewan vertebrata, penyatuan sperma dan ovum yang masing-
masing bersifat haploid (n) akan membentuk zigot. Zigot tumbuh dan berkembang
menjadi individu yang bersifat diploid (2n), sehingga individu yang memiliki sifat
tersebut Contoh:
TT : Simbol untuk tumbuhan berbatang tinggi, gamet yang dibentuk T dan T.
tt : Simbol untuk tumbuhan berbatang pendek, gamet yang dibentuk t dan t.
MM : Simbol untuk tumbuhan berbunga merah, gamet yang dibentuk M dan M.
mm : Simbol untuk tumbuhan berbunga putih, gamet yang dibentuk m dan m.
Mm : Simbol untuk tumbuhan yang berbunga merah muda,gamet yang dibentuk M
dan m.
Susunan gen yang menentukan sifat suatu individu disebut genotip.Genotip suatu
individu diberi simbol dengan huruf dobel, karena individu itu umumnya diploid.
Genotip memiliki sepasang gen. Gen-gen tersebut terletak pada lokus yang bersesuaian
dari kromosom yang homolog. Sepasang gen yang terletak pada posisi yang sama pada
pasangan kromosom disebut alel. Jadi, alel merupakan anggota dari sepasang gen
misalnya M = gen untuk warna bunga merah, m = gen untuk warna bunga putih, T = gen
untuk tanaman tinggi, dan t = gen untuk tanaman rendah. M dan m merupakan alel
tetapi M dan t bukan alel. Sifat suatu individu yang genotipnya terdiri dari gen-gen yang
sama dari tiap jenis gen disebut homozigot, misalnya RR, rr, TT, AABB, aabb dan
sebagainya. Homozigot dominan terjadi bila individu bergenotip RR, AA, TT; sedangkan
homozigot resesif bila individu bergenotip rr, aa, tt dan sebagainya.
Sifat suatu individu yang genotipnya terdiri dari gen-gen yang berlainan dari tiap
jenis gen disebut heterozigot, misalnya Rr, Aa, Tt, AaBb dan sebagainya. Karakter atau
sifat lahiriah yang dapat diamati (bentuk, warna, golongan darah, dan sebagainya)
disebut fenotip. Fenotip ditentukan oleh gen dan lingkungan. Fenotip tidak diberi
simbol tetapi ditulis sesuai dengan penampakan seperti rasa buah yang manis, rambut
lurus, warna bunga biru dan sebagainya. Tanaman yang berbiji bulat fenotipnya ditulis
biji bulat dan genotipnya ditulis BB atau Bb bila B dominan terhadap b.
Dua individu yang memiliki sifat fenotip yang sama mungkin memiliki sifat
genotip yang berbeda misalnya dua individu tanaman yang memiliki fenotip sama
seperti berbiji bulat, memiliki kemungkinan genotip ialah BB atau Bb. Gen B bersifat
dominan sehingga gen B tersebut mengalahkan atau menutupi gen b yang bersifat
resesif. Oleh karena itu tanaman dengan BB atau Bb memiliki fenotip berbiji bulat.

2.3 Menentukan Macam Gamet


Sebelum kita belajar cara mencari jumlah dan macam gamet ada baiknya kita
lihat kembali beberapa definisi atau pengertian dari gamet itu sendiri. Berikut ini
penjelasan tentang gamet.
Sel gamet atau gamet adalah sel haploid khusus untuk fertilisasi. Gamet-gamet
yang melebur dapat identik dalam bentuk dan ukuran (isogami) ataupun berbeda
dalam satu atau kedua sifat tersebut (anisogami). Istilah ‘jantan’ dan ‘betina’ acap kali
diterapkan untuk gamet, tetapi hanya berfungsi untuk menunjukkan kelamin asalnya,
karena gamet tidak mempunyai kelamin. Bilamana berbeda dalam ukuran, biasanya
gamet yang lebih besar disebut makrogamet, dan yang lebih kecil disebut mikrogamet.
Kadang-kadang tidak ada pada plasmogami dalam fertilisasi, dalam hal ini nukleus-
nukleus yang melebur dapat dianggap sebagai gamet.
Gamet adalah sel sperma atau telur, terutama yang matang dan sudah berfungsi
dalam proses pembiakan secara seksual; sel benih yang terbentuk secara
gametogenesis dari sel induk benih yang disebut spermatozoa, dan betina disebut
ovum.
Dalam persilangan monohibrid diketahui bahwa gamet yang terbentuk pada P2
ada 2 macam, sementara itu pada persilangan dihibrid yang terbentuk pada P2 ada 4
macam, untuk persilangan trihibrid ada 8 macam, bila persilangan dengan n sifat beda
akan diperoleh 2n macam gamet. Untuk menentukan macam gamet yang terbentuk
dapat digunakan diagram garpu, misalnya: AaBb, macam gametnya adalah:
Untuk menentukan Gamet dalam suatu persilangan individu dengan sifat beda
maka dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

a. Cara Manual
Misal: P = AaBb
Genotip ini memiliki 2 tanda beda yang heterozigot. Jumlah Gamet adalah =22= 4.
Macamnya: Mula-mula kita pecah menjadi masing-masing sifat menjadi A/a dengan
B/b; lalu kita gabungkan sifat-sifat itu dengan pecahannya yang berbeda. Maka hasilnya
adalah sebagai berikut:
A gabung dengan B menjadi AB
A gabung dengan b menjadi Ab
a gabung dengan B menjadi aB
a gabung dengan b menjadi ab
Sehingga diperoleh Gamet : AB, Ab, aB dan ab = 4
Misal : P = MmPpKk
Genotip ini memiliki 3 tanda beda yang heterozigot/ Jumlah Gamet adalah = 23=
8. Macamnya: Mula-mula kita pecah menjadi masing-masing sifat menjadi M/m dengan
P/p dengan K/k; lalu kita gabungkan sifat-sifat itu dengan pecahannya yang berbeda.
Maka hasilnya adalah sebagai berikut:
M dengan P dengan K menjadi MPK m dengan P dengan K menjadi mPK
M dengan P dengan k menjadi MPk m dengan P dengan k menjadi mPk
M dengan p dengan K menjadi MpK m dengan p dengan K menjadi mpK
M dengan p dengan k menjadi Mpk m dengan p dengan k menjadi mpk
Maka diperoleh Gamet : MPK, MPk, MpK, Mpk, mPK, mPk, mpK, mpk = 8
Catatan : Untuk menentukan jumlah macam gamet yang diperhatikan cukup yang
heterozigot Contoh:
AABbCCDd = macam gamet ada 22= 4
XxYyZZ= macam gamet ada 22= 4
PPQQRRSs = macam gamet ada 21 = 2

b. Cara Kurawal /anak garpu (Bracket system)


Makna dari penentuan gamet diatas dalam menentukan ratio fenotipe (RF)
adalah sebagai berikut:
1. Huruf besar (sifat dominan) bernilai 3.
2. Huruf kecil (sifat resesif ) bernilai 1.
Berdasarkan contoh diatas, maka untuk persilangan 2 sifat beda dipeoleh hasil RF:
AB = 3 x 3 = 9 aB = 1 x 3 = 3
Ab = 3 x 1 = 3 ab = 1 x 1 = 1
RF = 9 : 3 : 3 : 1, dimana RF = ratio fenotip atau perbandingan fenotip
Berdasarkan contoh diatas, maka untuk persilangan 3 sifat beda dipeoleh hasil
RF :
MPK = 3 x 3 x 3 = 27 mPK = 1 x 3 x 3 = 9
MPk = 3 x 3 x 1 = 9 mPk = 1 x 3 x 1 = 3
MpK = 3 x 1 x 3 = 9 mpK = 1 x 1 x 3 = 3
Mpk = 3 x 1 x 1 = 3 mpk = 1 x 1 x 1 = 1
RF = 27 : 9 : 9 : 3 : 9 : 3 : 3 : 1 atau = 27 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 : 1

c. Cara Segitiga Pascal

d. Formulasi Matematika
Individu F1 pada suatu persilangan monohibrid, misalnya Aa, akan menghasilkan
dua macam gamet, yaitu A dan a. Gamet-gamet ini, baik dari individu jantan maupun
betina, akan bergabung menghasilkan empat individu F2 yang dapat dikelompokkan
menjadi dua macam fenotipe (A- dan aa) atau tiga macam genotipe (AA, Aa, dan
aa).Sementara itu, individu F1 pada persilangan dihibrid, misalnya AaBb, akan
membentuk empat macam gamet, masing-masing AB,Ab, aB, dan ab. Selanjutnya pada
generasi F2 akan diperoleh 16 individu yang terdiri atas empat macam fenotipe (A-B-, A-
bb, aaB-, dan aabb) atau sembilan macam genotipe (AABB, AABb, Aabb, AaBB, AaBb,
Aabb, aaBB, aaBb, dan aabb).
Dari angka-angka tersebut akan terlihat adanya hubungan matematika antara
jenis persilangan (banyaknya pasangan gen), macam gamet F1, jumlah individu F2, serta
macam fenotipe dan genotipe F2. Hubungan matematika akan diperoleh pula pada
persilangan-persilangan yang melibatkan pasangan gen yang lebih banyak (trihibrid,
tetrahibrid, dan seterusnya), sehingga secara ringkas dapat ditentukan formulasi
matematika seperti pada tabel berikut ini:
Pada kolom terakhir dapat dilihat adanya formulasi untuk nisbah fenotipe F2.
Kalau angka-angka pada nisbah 3 : 1 dijumlahkan lalu dikuadratkan, maka didapatkan (
3 + 1)2 = 32 + 2.3.1 + 12 = 9 + 3 + 3 + 1, yang tidak lain merupakan angka-angka pada
nisbah hasil persilangan dihibrid. Demikian pula jika dilakukan pemangkattigaan, maka
akan diperoleh ( 3 + 1 )3 = 33 + 3.32.11 + 3.31.12+ 13 = 27 + 9 + 9 + 9 + 3 + 3 + 3 + 1, yang
merupakan angka-angka pada nisbah hasil persilangan trihibrid. Dengan demikian
Fenotipe F2 adalah mengikuti rumus (a + b)n, dimana a = 3, b = 1 dan n= berapa pasang
gen yang dipakai.
Untuk Monohybrid Ratio Fenotipe F2 = (3+1)1= 3 : 1. Untuk Dihybrid Ratio Fenotipe
F2 = (3+1)2 = (3)2 + 2(3)1(1) + (1)2 = 9:3:3:1. Untuk Trihybrid Ratio Fenotipe F2 =
(3+1)3 = (3)3 + 3(3)2(1) + 3((3)1(1)+(1)3 = 27:9:9:9:3:3:3:1

Beberapa rumus matematika sebagai berikut:

1. Meramal banyaknya macam gamet yang dapt dibentuk hibrid. Untuk tujuan ini
digunakan rumus 2n angka 2 menunjukkan bahwa setiap pasang alel akan terjadi 2
macam gamet, sedangkan n menunjukkan jumlah pasangan alel atau banyaknya sifat
beda. Jadi:
a. monohibrid (Aa) menghasilkan 2n = 21 = 2 macam gamet (Aa).
b. dihibrid (AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4 macam gamet (AB, Ab, aB, ab) beberapa
macam gamet akan dibentuk oleh individu yang mempinyai fenotif AaBBCcDdEEffGg
jawabannya: 24 = 16 macam gamet.
2. Meramal banyaknya kombinasi dalam f2; Digunakan untuk (2n)2 jadi:
a. Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan (2n)2 = (21)2 = 4 kombinasi, ialah
AA, Aa, Aa, aa.
b. Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan (2n)2 = (22)2 = 16 kombinasi.
3. Meramal banyaknya fenotif dalam f2. Digunakan rumus 2n.
a. Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 2n = 21 = 2 fenotif yang dinyatakan
oleh Aa
b. Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4 fenotif yang dinyatakn
oleh AB, Ab, aB, dan ab).
4. Meramal banyak individu yang genotif dan fenotifnya persis hibridnya. Digunakan
rumus 2n . jadi:
a. Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 2n = 21 = 2 individu yang persis
hibridnya, ialah Aa dan Aa
b. Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4 individu yang persis
hibridnya.
5. Meramal banyaknya individu yang homozigotik. Digunakan 2n , jadi:
a. Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 2n = 21 = 2 individu homozigot ialah
AA dan aa.
b. Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4 individu homozigot.
6. Meramal banyaknya kombinasi baru yang homozigotik. Digunakan rumus 2n – 2 jadi:
a. Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 0 kombinasi baru yang homozigotik.
b. Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n – 2 = 22 - 2 = 2 kombiansi baru
yang homozigot yaitu AA, bb dan aa, BB.
7. Meramal banyaknya macam genotif dalam f2. Digunakan rumus 3n. Jadi:
a. Perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 3n = 31 = 3 macam genotif ialah AA,
Aa, dan aa.
b. Perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 3n = 32 = 9 macam genotif ialah
AABB, AABb, AaBB, AaBb, AAbb, Aabb, aaBB, aaBb, dan aabb.

2.4 Sifat Dominan, Resesif dan Intermediet


Pada suatu persilangan, maka keturunan (Filial) yang dihasilkan akan memiliki
sifat yang muncul atau sifat yang tidak muncul (tersembunyi) dari salah satu sifat
induknya. Sifat yang muncul pada keturunan dari salah satu induk dengan mengalahkan
sifat pasangannya disebut sifat dominan. Sebaliknya sifat yang tidak muncul atau
tersembunyi pada keturunanya karena dikalahkan oleh sifat pasangannya disebut sifat
resesif.

Induk/ Parental : Bunga mawar merah > < Bunga mawar putih

Keturunan/ Filial : Bunga mawar merah

2.5 Hukum Mendel


Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan
mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:

1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum


Pertama Mendel, dan
2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga
dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Dari hipotesis tersebut, Mendel membuat suatu kesimpulan yang disebut Hukum
I Mendel dan Hukum II Mendel. Kedua hukum Mendel tersebut merupakan prinsip
dasar dari genetika
Hukum I Mendel (Hukum segregasi atau hukum pemisahan alel-alel dari suatu
gen yang berpasangan).Pada pembentukkan sel kelamin (gamet), pasangan-pasangan
alel memisah secara bebas. Hukum ini berlaku untuk persilangan dengan satu sifat beda
(monohibrid). Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:

1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter


turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu
nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di
sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar,
misalnya R).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww
dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar
di sebelah).
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar
2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual
dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan
diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.
Hukum II Mendel (Hukum pengelompokkan gen secara bebas atau asortasi),
menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka
diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang
lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal
ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga
suatu tanaman, tidak saling memengaruhi.
2.6 Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda

a. Persilangan Monohibrid Dominan Penuh


Persilangan dua individu dengan satu sifat beda menurunkan sifat dominan
apabila sifat keturunannya sama dengan salah satu sifat induknya.
Perhatikan contoh persilangan berikut. Contoh: Tanaman kacang ercis berbatang
tinggi disilangkan dengan kacang ercis berbatang pendek. F1 semuanya berbatang
tinggi. Kemudian F1 dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh
yaitu F2 yang berbatang tinggi dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1.
Persilangan ini dapat dilihat dalam bagan berikut :
Parental 1 Kacang ercis Kacang ercis
><
(P1) Batang Tinggi Batang Pendek
Genotipe TT >< tt
Fenotipe Tinggi Pendek
Gamet T dan T t dan t
Fenotipe : Batang
Filial (F1) Tt
Tinggi
Parental 2 Kacang ercis Kacang ercis
><
(P2) Batang Tinggi Batang Tinggi
Genotipe T t T t
Gamet T dan t >< T dan t

Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut :


Gamet
T t
Gamet

T TT (Tinggi) .1 Tt (Tinggi) .2

T Tt (Tinggi) .3 Tt (pendek) .4
Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan terhadap gen untuk
faktor pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan memiliki fenotipe
tinggi. Perbandingan fenotipe F2 pada persilangan monohibrid dominan penuh adalah :
Tinggi : Pendek = 3 : 1 . Perbandingan Genotipe nya adalah : TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1

b. Persilangan Monohibrid Intermediet


Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni, tetapi mempunyai
fenotipe diantara kedua induknya.
Perhatikan contoh : Tanaman Antihinum majus galur Murni merah (MM)
disilangkan dengan galur murni putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1
yang semuanya berbunga merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan
dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda, dan
putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat dilihat sebagai berikut :

Tanaman
Tanaman berbunga
P1 berbunga ><
putih
merah
Genotipe MM >< Mm
Gamet M dan M m dan m
Fenotipe : berbunga merah
F1 Mm
muda
Mm (merah
P2 >< Mm (merah muda)
muda)
Gamet M dan m >< M dan m

Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah :


Gamet
M M
Gamet
MM Mm (merah
M
(Merah) 1 muda) 2
Mm (merah Mm
M
muda) 3 (putih) 4

Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid intermediet adalah :


merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan Genotipenya : MM : Mm : mm = 1 :
2:1

2.7 Persilangan Dua Individu Dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid)


Dihibrid adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih yang
menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip dan genotip tertentu. Pada
percobaannya, Mendel melakukan persilangan kacang ercis galur murni yang memiliki
biji bulat warna kuning dengan galur murni yang memiliki biji keriput warna hijau. Sifat
bulat dan kuning dominan terhadap sifat keriput dan hijau, sehingga menghasilkan
seluruh F1 berupa kacang ercis berbiji bulat dengan warna biji kuning.
Biji-biji F1 tersebut kemuadian ditanam kembali dan dilakukan penyerbukan
antara sesamanya untuk mendapatkan F2. Persilangan tersebut merupakan persilangan
dua individu dengan dua sifat beda. Keturunan pada F2 adalah sebagai berikut :
B : bulat, dominan terhadap keriput
b : keriput
K : kuning, dominan terhadap hijau
k : hijau
Contoh : Bagan persilangan dihibrid

Perbandingan genotipe F2
= BBKK : BBKk : BkKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
= 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe F2
= bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau
= 9 : 3 : 3 : 1
2.8 Persilangan Dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid)
Trihibrid adalah persilangan dua individu dengan tiga sifat beda atau lebih yang
menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip dan genotip tertentu. Pada
percobaannya, Mendel melakukan persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda, ialah
batang tinggi, biji bulat, dan biji warna kuning dengan kacang ercis berbatang pendek,
biji keriput, dan biji warna hijau. Sifat tinggi, bulat, dan kuning dominan terhadap
pendek, keriput, dan hijau, maka seluruh F1 berupa kacang ercis yang berbatang tinggi,
berbiji bulat, dan berwarna kuning. Keturunan F1 dapat dilihat pada bagan persilangan
trihibrid
Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu : Batang tinggi,
biji bulat dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji keriput, warna biji hijau.
Keturunan F1 yang dihasilkan adalah :
Bagan persilangan Trihibrid

P1 TTKKBB >< ttkkbb


Fenotif Tinggi, kuning, >< Pendek, keriput,
bulat hijau
Genotif TKB >< tkb
F1 TtKkBb
Fenotipe :
Tinggi,kuning,bulat
P2 TtKkBb >< TtKkBb
Gamet TKB,TKb,TkB,Tkb,tKB,tKb,
tkB,tkb

Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Perbandingan Jumlah


Sifat Macam Macam Macam Fenotipe F2 Individu
Beda Gamet Genotipe Fenotipe F2
F2 F2
1 21 = 2 3 2 3:1 4
2 22 = 4 9 4 9:3:3:1 16
3 23 = 8 27 8 27:9:9:9:3:3:3:1 64
N 2n 3n 2n 4n
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
 Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:

1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama
Mendel, Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel
kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah
sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya.

2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga


dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat
berpasangan secara bebas dengan gen/sifat lain. Meskipun demikian, gen untuk satu
sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat yang lain yang bukan termasuk alelnya.

 Hukum Mendel 1 dan 2 menjelaskan tentang parental dari masing-masing


individu yang berbeda karakter menghasilkan 100% individu dengan karakter
yang dominan dari parentalnya, kemudian disilangkan lagi dengan individu yang
sejenis hingga menghasilkan fenotip 2 dengan perbandingan 3:1 untuk hukum
Mendel 1 dan 9:3:3:1 untuk hukum Mendel 2.

 Hal ini mengartikan bahwa terjadinya variasi turunan itu merupakan dampak
dari hukum Mendel diatas. Karena induk yang tadinya berkarakter lain
disilangkan menghasilkan banyak karakter turunan yang berkarakter lain lagi
dengan variasi yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. http://biologimediacentre.com/genetika-hukummendel/#sthash.


C7PN7wAX.dpuf. Diakses Tanggal 19 September 2014.
Anonim. 2012. http://endick.wordpress.com/2008/01/30/percobaan-mendel-2/.
Tanggal 19 September 2014.
Edy, Syahmi. 2014. Diktat Genetika. Universitas Negeri Medan: Medan.
Pujianto, Sri. 2008. Menjelajah Dunia Biologi. Jakarta: Gramedia.
Suryo. 2004. Genetika Strata 1. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai