Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat
dan Hidayahnya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr. Ir., DR
SUPARTONO, MM., CIQaR., M. M., S. T. yang telah memberikan tugas
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan 11
...........................................................................................
B. Saran.......................................................................................................... 12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi pancasila berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari
dua kata yaitu panca dan perintah. Panca artinya lima sedangkan sila artinya
dasar. Dalam kehidupan sehari-hari, kedua makna tersebut sering dijadikan
makna untuk menyampaikan gagasan Pancasila sebagai dasar negara. Menurut
terminologi, Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia. Penggunaan kata
pancasila sebagai ungkapan pertama kali diperkenalkan oleh Ir. Soekarno saat
berpidato di depan sidang hari ketiga Badan Penyelidik Pendahuluan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam pidatonya, Sukarno mengusulkan lima
hal sebagai dasar negara Indonesia merdeka dan menyebutnya Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia memiliki kekuatan hukum
yang kuat berdasarkan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 dan Instruksi
Presiden No. 12 Tahun 1968, 13 April 1968. Sekarang dasar hukumnya menjadi
Ketetapan MPR RI No. II/MPR/2000. Pancasila memperoleh landasan hukum
sebagaimana dimaksud di atas, yaitu Pancasila sebagaimana termaktub dalam
Bab VI Pembukaan UUD 1945. Pancasila yang sah dan benar inilah yang
dijadikan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sejati ini
mengandung lima perintah, yaitu pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Kedua,
kemanusiaan yang adil dan beradab. Ketiga, persatuan Indonesia. Keempat,
demokrasi yang dipimpin secara politik dalam negosiasi perwakilan; dan kelima,
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila merupakan landasan
konstitusional dan dapat juga disebut sebagai ideologi negara atau falsafah
negara. Sehubungan dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
tersebut, disebutkan bahwa bangsa Indonesia mendapat dasar negara yang
dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945, yang di dalamnya termasuk dasar
negara Pancasila.
Namun, ada kelompok masyarakat yang menolak Pancasila sebagai dasar
negara, baik individu maupun kelompok, dan semua itu karena hilangnya
kepercayaan terhadap negara atau pemerintah yang menyelenggarakannya.
Ketidakadilan ada di mana-mana, sistem pemerintahan tidak baik, dan penguasa
mengutamakan kepentingan pribadi. Sehingga timbul pemikiran “kalau pihak
berwenang bisa, kenapa kita tidak bisa?”. Sementara semua ini terjadi mereka
mulai memikirkan ideologi yang dapat menguntungkan mereka atau kelompok
mereka dan di sana unsur-unsur tersebut menyatakan ideologi atau dasar negara
baru sebagai bentuk ketakutan. telah terjadi ketidakadilan. Walaupun banyak
pihak/kelompok yang menentang Pancasila sebagai bentuk negara, bahkan
mereka ingin mengganti bentuk negara Indonesia dengan non-Pancasila,
misalnya. Khilafah, liberal, komunis atau kapitalis berdasarkan ketidakadilan.
5
Namun tidak sedikit warga negara Indonesia yang berpancasila atau yang akan
mempertahankan pancasila sampai titik darah penghabisan. Sebagian besar
menganggap pancasila sudah sesuai dan mencerminkan kepribadian bangsa atau
jauh dari nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, dengan adanya ideologi Pancasila, kita dapat
menyelesaikan berbagai persoalan dan cobaan yang dihadapi bangsa Indonesia
sejak awal kemerdekaan hingga saat ini. Permasalahan dan cobaan bangsa
Indonesia menunjukkan upaya sistematis untuk melemahkan pengalaman ideologi
Pancasila oleh berbagai pihak baik internal maupun eksternal. Mereka selalu
berusaha menggoyahkan ideologi Pancasila dengan berbagai cara untuk
mengubah fondasi negara ini. Hubungan Pancasila dengan Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia Pada dasarnya Deklarasi 17 Agustus 1945
bukan hanya tujuan, tetapi sarana, isi dan makna, yang pada dasarnya
mengandung dua hal, yaitu:
A. Proklamasi Kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, baik kepada diri
sendiri maupun kepada dunia luar.
B.Operasi
•Tindakan mendesak diperlukan sehubungan dengan Proklamasi
Kemerdekaan (Kaelan, 1993:62). Setelah deklarasi dibacakan pada 17 Agustus
1945, naskah konstitusi disusun keesokan harinya, 18 Agustus 1945.
• UUD 98, yang berisi tentang pembukaan. Dalam kata pengantar UUD 1945,
tepatnya di bagian itu.
• Proklamasi Kemerdekaan yang diproklamirkan oleh Indonesia, sehingga
letak dan sifat hubungan antara Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
dengan pembukaan UUD 1945 dapat ditentukan sebagai berikut :
A. Pembaharuan penyebutan Deklarasi Kemerdekaan pada bagian ketiga
mukadimah menunjukkan bahwa Deklarasi dan mukadimah merupakan satu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
B. Pengesahan pembukaan pada tanggal 18 Agustus 1945, bersamaan
dengan pengesahan UUD, Presiden dan Wakil Presiden, merupakan pelaksanaan
bagian kedua Deklarasi.
C. Inti dari pembukaan adalah Proklamasi Kemerdekaan, yang lebih rinci dari
adanya cita-cita luhur, yang merupakan semangat penggerak untuk mendukung
kemerdekaan berupa negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, adil,
dan makmur berdasarkan spiritual prinsip Dari Pancasila.
D. Oleh karena itu sifat hubungan antara Pembukaan dan Deklarasi, yaitu:
memberikan laporan pelaksanaan deklarasi 17 Agustus 1945, mengukuhkan
pelaksanaan deklarasi 17 Agustus 1945 dan memberikan tanggung jawab atas
pelaksanaan deklarasi 17 Agustus 1945 (Kaelan, 1993:62-64).
6
B. Alasan Banyak Pihak Yang Tetap Ingin Mempertahankan Pancasila
Sebagai Dasar Negara
7
C. Penilaian Tentang Perbedaan Pandangan
Pandangan yang menolak Pancasila sebagai dasar negara dan pihak yang
ingin mempertahankannya memang memiliki perbedaan yang signifikan. Di satu
sisi, pihak yang menolak Pancasila menganggap bahwa Pancasila tidak lagi
relevan dalam konteks globalisasi dan modernisasi. Mereka berpendapat bahwa
Pancasila tidak lagi mampu menjadi pedoman dalam pembangunan nasional
karena kurang memiliki daya tarik bagi generasi muda dan tidak mampu
menangkap tren dan perubahan yang terjadi di dunia saat ini.
Di sisi lain, pihak yang ingin mempertahankan Pancasila sebagai dasar
negara menganggap bahwa Pancasila tetap relevan dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi Indonesia saat ini. Mereka berpendapat bahwa
Pancasila mampu mengakomodasi keberagaman dan merangkul seluruh rakyat
Indonesia. Pancasila juga dinilai mampu memberikan dasar filosofis yang kokoh
bagi pembangunan nasional.
Salah satu perbedaan pandangan yang signifikan adalah mengenai aspek
agama dalam Pancasila. Pihak yang menolak Pancasila sebagai dasar negara
umumnya memiliki pandangan yang beragam mengenai agama. Ada yang
berpendapat bahwa Pancasila terlalu mengakomodasi agama dan kurang bersifat
sekuler, sementara ada yang justru berpendapat sebaliknya.
Sementara itu, pihak yang ingin mempertahankan Pancasila sebagai dasar
negara menilai bahwa Pancasila sudah cukup mengakomodasi agama tanpa
harus terlalu menekankan aspek agama. Pancasila, menurut mereka, sudah cukup
memberikan kebebasan beragama bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa harus
terlibat dalam politik agama yang berpotensi menimbulkan konflik.
Perbedaan pandangan lainnya adalah mengenai aspek kebangsaan dan
nasionalisme dalam Pancasila. Pihak yang menolak Pancasila umumnya memiliki
pandangan yang lebih kritis terhadap konsep nasionalisme yang diusung oleh
Pancasila. Mereka berpendapat bahwa konsep nasionalisme cenderung
mengekang kebebasan individu dan mengabaikan keberagaman yang ada di
dalam masyarakat.
Sementara itu, pihak yang ingin mempertahankan Pancasila sebagai dasar
negara menilai bahwa konsep nasionalisme dalam Pancasila sangat penting
dalam membangun identitas bangsa Indonesia yang kuat. Pancasila, menurut
mereka, mampu merangkul seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang suku,
agama, atau ras, sehingga mampu menciptakan rasa persatuan dan kesatuan
yang kuat di antara masyarakat Indonesia.
Sementara itu, pihak yang ingin mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara
menilai bahwa konsep keadilan sosial dalam Pancasila sangat penting dalam
menciptakan kehidupan sosial yang adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila, menurut mereka, mampu mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi
yang ada di Indonesia, sehingga mampu menciptakan stabilitas sosial yang
penting bagi kelangsungan pembangunan nasional.
Namun, perbedaan pandangan mengenai Pancasila tidak hanya terjadi
antara pihak yang ingin mempertahankannya dan yang menolaknya. Ada juga
8
pihak yang ingin mereformasi Pancasila agar lebih sesuai dengan kondisi dan
tantangan yang dihadapi oleh Indonesia saat ini.
Pihak-pihak ini berpendapat bahwa Pancasila harus diperbarui agar lebih responsif
terhadap perkembangan zaman dan dinamika sosial yang ada di masyarakat.
Namun, mereka tetap mengakui bahwa Pancasila memiliki nilai-nilai yang sangat
penting bagi pembangunan nasional dan tidak boleh dihilangkan sepenuhnya dari
dasar negara.
Dalam konteks perbedaan pandangan tersebut, penting bagi kita untuk
menghargai dan memahami argumen dari setiap pihak. Kita harus mampu
berdialog dan mencari solusi yang terbaik untuk Indonesia, tanpa meninggalkan
prinsip-prinsip dasar yang telah dibangun oleh Pancasila.
Pancasila memang bukanlah sesuatu yang statis dan terus-menerus
berubah sesuai dengan kondisi dan perkembangan zaman. Namun, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, seperti keadilan sosial, persatuan, dan kemanusiaan,
harus tetap menjadi pijakan dalam pembangunan nasional.
Sebagai warga negara Indonesia, kita harus menghargai Pancasila sebagai
dasar negara dan berusaha untuk memperkuat nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya. Kita juga harus mampu membuka diri dan terbuka terhadap perubahan
dan perbaikan, tanpa harus meninggalkan esensi dan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila.
Pihak yang ingin mereformasi Pancasila juga harus diberi ruang untuk
mengemukakan pendapat dan solusi. Namun, mereka juga harus memahami
bahwa Pancasila merupakan identitas dan karakter bangsa Indonesia yang tidak
boleh dirubah secara drastis.
Dalam menghadapi tantangan dan perubahan di masa depan, Pancasila
tetap menjadi landasan dan acuan bagi Indonesia. Oleh karena itu, kita semua
harus bersatu dan saling mendukung dalam mempertahankan dan memperkuat
Pancasila sebagai dasar negara yang kokoh dan kuat.
9
D. Sikap Dalam Menghadapi Perbedaan
10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan