i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PANCASILA IDEOLOGI NEGARA”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini, yaitu:
1. Dr. Ir. Dharma Widada, M.T., IPU selaku dosen Pendidikan Pancasila yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
2. Orang tua dan teman-teman yang memberikan dukungan dan masukan.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam
struktur kalimat dan tata bahasa. Oleh karena itu, kami menyambut baik segala saran dan kritik
dari pembaca dengan tangan terbuka sehingga dapat menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
ii
3.13 Peran Ideologi Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa ............................................... 22
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………28
4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 28
4.2 Saran .......................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….27
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1………………………………………………………………………..………….5
Gambar 3.4.1…………………………………………………..……………………………..9
Gambar 3.4.2…………………………………………………………………………………11
Gambar 3.4.3…………………………………………………………………………………12
Gambar 3.4.4…………………………………………………………………………………14
Gambar 3.4.5…………………………………………………………………………………15
Gambar 3.16.…………………………………………………………………………………25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui tentang konsep dan pengertian dan karakter tentang ideologi
besar dunia, khususnya tentang ideologi tertutup dan ideologi terbuka.
2. Dapat mengetahui tentang pancasila sebagai ideologi termasuk bersifat tertutup
atau terbuka.
3. Dapat mengetahui tentang faktor-faktor yang mengancam keutuhan nasional
bangsa Indonesia
4. Dapat mengetahui tentang peran ideologi Pancasila sebagai pemersatu bangsa
Indonesia
5. Dapat mengetahui tentang kasus yang terkait dengan korupsi di Indonesia yang
mengancam eksistensi ideologi Pancasila
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
sebagaimana ideologi –ideologi lain di dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-
istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai relegius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan perkataan lain unsur-unsur yang
merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asala bahan) Pancasila.
Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara.
Sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dan negara
Indonesia (Cholisin, 2011).
Pentingnya Pancasila sebagai ideologi negara adalah untuk memperlihatkan peran
ideologi sebagai penuntun moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
sehingga ancaman berupa penyalahgunaan narkoba, terorisme, dan korupsi dapat dicegah. Di
samping itu, Pancasila sebagai ideologi negara pada hakikatnya mengandung dimensi realitas,
idealitas, dan fleksibilitas yang memuat nilai-nilai dasar, cita-cita, dan keterbukaan
(Nurwardani, 2016).
4
BAB III
PEMBAHASAN
Istilah ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, ide-ide dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari bahasa Yunani, eidos yang berarti bentuk
atau idein yang berarti melihat. Idea dapat diartikan sebagai cita-cita, yaitu cita-cita yang
bersifat tetap dan akan dicapai dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, cita-cita ini pada
hakikatnya merupakan dasar, pandangan, atau faham yang diyakini kebenarannya.
Sedangkan logos berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-
ide (the sciene of ideas), atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar.
Istilah “ideologi” pertama kali dilontarkan oleh seorang filsuf Perancis, Antoine Destutt
de Tracypada tahun 1796 sewaktu Revolusi Perancis tengah menggelora (Christenson, et.al.,
1971: 3). Tracy menggunakan istilah ideologi guna menyebut suatu studi tentang asal mula,
hakikat, dan perkembangan ide-ide manusia, atau yang sudah dikenal sebagai “Science of
Ideas”. Kajian mengenai ideologi lahir pada abad 19 yang disebut abad ideologi. Marx
berpendapat dalam bukunya yang berjudul German Ideology bahwa:
The Ideas of the rulling class are, in every age, the rulling ideas:i.e. the class, which is the
dominant material force in society, is the same time the dominant intellectual force.
5
biasanya diartikan sebagai pra-penilaian dari kesadaran yang timbul karena pengaruh
lingkungan hidup; (4) orang menganut ideologi tertentu sebagai pandangan yang lebih sesuai
dengan keinginan daripada dengan kenyataan; dan (5) ideologi adalah sistem dasar seseorang
tentang nilai-nilai dan tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa ideologi adalah suatu sistem nilai sekaligus
kebulatan ajaran yang memberikan motivasi yang mengandung konsep dasar tentang
kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa. Dengan demikian, ideologi memiliki sifat
futuristik, dalam artian, ideologi merupakan suatu konsep yang mendalam mengenai kehidupan
yang dicita-citakan serta yang ingin diperjuangkan dalam kehidupan nyata.
6
Ideologi mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, mulai dari penjelasan-penjelasan yang
parsial sifatnya sampai pada gagasan-gagasan atau pandangan-pandangan yang komperehensif
(misalnya: weltanschauung). Ideologi-ideologi yang totaliter dapat dikatakan lebih
komprehensif dibandingkan dengan ideologi-ideologi yang demokratis karena senantiasa
mendambakan kekuasaan mutlak untuk mengatur semua aspek kehidupan. Ideologi dapat
menjadi indikator dalam menentukan keberhasilan suatu negara dalam membangun
masyarakatnya.
• Ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan
Ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan, mulai dari konsep yang kompleks
dan sophisticated sampai dengan slogan-slogan atau simbol-simbol sederhana yang
mengekspresikan gagasan-gagasan tertentu sesuai dengan tingkat pemahaman dan
perkembangan masyarakatnya. Dapat dikatakan bahwa ideologi berada pada keragaman
landasan yang akhirnya akan membuahan berbagai pemahaman dan penerimaan dari para
pengikutnya. Ketertarikan seseorang pada suatu ideologi bisa didasarkan pada rangsangan
intelektual, emosional, atau yang paling sering adalah kepentingan pribadi. Dengan demikian,
tidak mengherankan apabila para “ideolog” cenderung menunjukkan militansi dan fanatisme
terhadap doktrin ideologi sehingga menjadi sumber dukungan yang aktif dan sangat loyal
dengan pasif menerima ideologi apa adanya.
7
ambisi pribadi atau kelompok, hak dan kewajiban, dan parameter yang menyangkut harapan
pribadi dan anggota masyarakat. Ideologi juga dapat memberikan batasan tentang kekuasaan,
tujuan, dan organisasi yang berkaitan dengan masalah-masalah politik. Dengan demikian,
fungsi ideologi bagi suatu negara bukan sekedar sebagai standar pertimbangan dalam memilih
berbagai alternatif, melainkan menyertakan “a sense of self-justification,” cara-cara
mengevaluasi tingkah laku para anggotanya, dan memberikan kerangka landasan bagi
legitimasi politik (kekuasaan).
• Ideologi berfungsi sebagai lensa, melalui mana seseoran dapat melihat dunianya;
sebagai cermin, melalui seseorang dapat melihat dirinya; dan sebagai jendela,
melalui mana orang lain bisa melihat diri kita.
Ideologi merupakan salah satu alat bagi seseorang atau bangsa untuk mengenal dan melihat
dirinya sendiri, dan mengharapkan orang lain untuk bisa melihat dan menginterpretasikan
tindakanna yang didasarkan atas ideologinya. Dengan demikian, ideologi merupakan potret
diri pribadi, kelompok atau masyarakat yang sangat impresionistis.
• Ideologi berfungsi sebagai kekuatan pengendali konflik, sekaligus fungsi
integratif
Di sisi lain, ideologi dapat mengikat kebersamaan dengan cara mengintegrasikan berbagai
aspek kehidupan individu. Dalam kehidupan masyarakat, ideologi juga dapat berfungsi
membatasi terjadinya konflik. Guna menjaga kontiunitas dan usaha-usaha bersama, suatu
masyarakat tidak saja memerlukan pengendalian konflik, tetapi juga memerlukan adanya
integrasi secara politis dari para anggotanya.
8
Selanjutnya Prof. Dr. William Eberstein (dalam Sukarna, 1981) mengemukakan unsur-
unsur ajaran Fasisme sebagai berikut:
a. Tidak mempercayai pikiran (the distrust of reason).
Ajaran Fasisme menyanggah atau memungkiri hasil-hasil pikiran manusia. Ia
menolak suatu tradisi rasional dalam kebudayaan dan pandangan Barat yang
berakar dari kebudayaan Yunani, ajaran Monotheisme Yahudi dan ajaran
Kristen. Secara psikologis, Fasisme meletakkan dasar kefanatikan dan dogmatis.
9
Dalam pandangan Fasisme, politik ditandai dengan friend-enemy relations
(hubungan sahabat dan musuh). Dalam pandangan Fasisme, politik dimulai dan
diakhiri dengan kemungkinan musuh mendapat kemenangan atau kebinasaan
secara total.
d. Pemerintahan dilakukan oleh golongan elite (government by elite).
Fasisme di manapun juga akan menentang ajaran demokrasi, bahwa rakyat bisa
mengurus atau memerintah dirinya sendiri. Fasisme berpendapat bahwa yang
berhak dan dapat memerintah ialah segolongan kecil dari pada penduduk
(rakyat), yang mempunyai keturunan yang baik, berpendidikan, dan mempunyai
status sosial.
e. Totalitarianisme (totaliterianism).
Totalitarisme di dalam fasisme, bukan saja di dalam sistim pemerintahan, tetapi
segala sektor kehidupan dalam masyarakat baik politik maupun non politik.
f. Rasialisme dan imperalisme (racialism and imperialism).
Dalam ideologi fasisme, imperalisme merupakan ajaran atau doktrin yang harus
dilakukan sebagai perwujudan dari pada prinsip inequality (ketidak samaan).
g. Oposisi terhadap hukum dan ketertiban internasional (opposition to inter-
national law and order).
Penentangan terhadap hukum dan ketertiban internasional ini merupakan
konsekuensi logis dari pada ajaran Fasisme tentang inequality, rasialisme, dan
imperalisme dan peperangan. Bagi kaum Fasis, perang itu dijadikan suatu ideal.
10
Gambar 3.4.2 Ideologi Komunisme
11
5) Sistem pemerintahan Komunis adalah kediktatoran satu partai, yaitu semua organ
pemerintahan berfungsi untuk kepentingan pemerintah yang telah dirumuskan oleh
Partai Komunis.
12
Liberalisme menurut Huszar and Stevenson (dalam Sukarna, 1981) bersumber pada
teori John Locke (1632-1704) yang mengemukakan bahwa manusia itu diberi oleh alam
hak-hak tertentu. Hak-hak ini harus dijamin oleh suatu konstitusi dan dilindungi oleh
Pemerintah. Pemerintah harus memakai sistim perwakilan jadi harus demokratis.
Paham Liberalisme memandang bahwa manusia adalah manusia pribadi yang utuh,
lengkap, dan terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu memiliki potensi
dan senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri. Atas dasar kepentingan bersama, negara
menurut Liberalisme harus tetap menjamin kebebasan individu, dan untuk itu maka
manusia secara bersama-sama mengatur negara.
Jadi bisa dikatakan bahwa Liberalisme adalah suatu ideologi atau ajaran tentang
negara, ekonomi, dan masyarakat yang mengharapkan kemajuan di bidang budaya,
hukum, ekonomi dan tata kemasyarakatan atas dasar kebebasan individu yang dapat
mengembangkan bakat dan kemampuannya sebebas mungkin. Liberalisme ekonomi
mengajarkan kemakmuran orang perorang dan masyarakat seluruhnya diusahakan dengan
memberi kesempatan untuk mengejar kepentingan masing-masing dengan sebebas-
bebasnya.
Mengutip kembali dari Dwi Siswanto (Jurnal Filsafat, Vol. 38, 2004: 271),
disebutkannya ada lima ciri liberalisme, yaitu:
1) Bentuk pemerintahan demokrasi adalah yang terbaik.
2) Masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh.
3) Pengaturan yang dilakukan pemerintah hanya terbatas.
4) Kekuasaan seseorang diartikan sebagai hal buruk dalam kehidupan.
5) Kebahagiaan individu adalah tujuan utama.
13
Gambar 3.4.4 Ideologi Islam
Hanya dapat dikatakan bahwa dalam Islam terkandung adanya unsur-unsur untuk dijadikan
bahan dalam ideologi. Pokok-pokok ideologi dalam Islam menurut Sukarna (1981) adalah:
a. Percaya kepada hanya satu Tuhan.
Al Qur'an Surat Yunus ayat 3 "sesungguhnya Tuhan kamu Allah yang menjadikan
langit dan bumi dalam enam hari lamanya, kemudian la bersemayam di atas Arasy
seraya mengatur pemerintahan. Tiada seorang juga dapat memberi pertolongan
melainkan dengan ijin-Nya. Demikian Allah yang menjaga kamu, sebab itu
hendaknya kamu menyembah-Nya. Tidakkah kamu mendapat peringatan".
b. Persatuan dan kesatuan.
Surat Ali Imran ayat 3 "Berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan
janganlah kamu berpisah-pisah".
c. Musyawarah dan mufakat.
Surat Ali Imran ayat 159 "Bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan
masyarakat, dan apabila sudah mengambil keputusan mengenai suatu perkara,
tawakallah kepada Tuhan."
d. Memegang persamaan dasar manusia.
Manusia itu diciptakan oleh Tuhan yang Maha Kuasa dari tidak ada menjadi ada
kemudian dihidupkan dan dimatikannya serta dihidupkannya kembali.
e. Etika tingkah laku didasarkan atas kerja sama.
Al Qur'an surat Al-Maidah ayat 2" Bertolong-tolonglah kamu berbuat kebajikan dan
taqwa dan janganlah kamu bertolong-tolongan berbuat dosa dan aniaya. Takutlah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah itu besar siksa-Nya"
14
f. Memegang/menegakkan keadilan.
Al Qur'an surat Al-Maidah ayat 8 "Hendaklah kamu itu berlaku adil, karena adil itu
lebih dekat kepada taqwa. Takutlah kepada Allah karena Allah itu mengetahui apa-
apa yang kamu kerjakan", dan seterusnya.
15
3.5 Ideologi Tertutup dan ideologi terbuka
• Ideologi tertutup
Salah satu ciri khas suatu ideologi tertutup adalah tidak hanya menentukan kebenaran nilai-
nilai dan prinsip-prinsip dasar saja. Ideologi tertutup tidak mengakui hak masing-masing orang
untuk memiliki keyakinan dan pertimbangannya sendiri. Ideologi tertutup menuntut ketaatan
tanpa reserve. Ciri lain dari suatu ideologi tertutup adalah tidak bersumber dari masyarakat,
melainkan dari pikiran elit yang harus dipropagandakan kepada masyarakat.
Ideologi Marxisme-Leninisme meliputi ajaran dan paham tentang (a) hakikat realitas alam
berupa ajaran materialisme dialektis dan ateisme; (b) ajaran makna sejarah sebagai
materialisme historis; (c) norma-norma rigid bagaimana masyarakat harus ditata, bahkan
tentang bagaimana individu harus hidup; dan (d) legitimasi monopoli kekuasaan oleh
sekelompok orang atas nama kaum proletar.
• Ideologi terbuka
Ideologi terbuka hanya berisi orientasi dasar, sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuan-
tujuan dan norma-norma sosial-politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan nilai
dan prinsip moral yang berkembang di masyarakat.
Dengan sendirinya ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai
melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. Ideologi terbuka hanya dapat ada dan mengada
dalam sistem yang demokratis.
Tipe ideologi tertutup maupun terbuka masing-masing memiliki acuan sebagai berikut:
1. Ideologi ditangkap dalam artian negatif, karena dikonotasikan dengan sifat totaliter.
2. Ideologi ditangkap dalam artian positif, terutama pada sekitar Perang Dunia II karena
menunjuk kepada keseluruhan, pandangan cita-cita, nilai, dan keyakinan.
16
Ideologi di sini berperan sebagai pemersatu keberagaman yang ada agar masyarakat.
Ideologi sebagai identitas bangsa Indonesia terlihat dari ideologi Pancasila yang dimiliki.
17
3.9 Makna Pancasila Sebagai Ideologi Negara
1. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dijadikan acuan dalam mencapai cita-cita
yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan bernegara.
2. Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai yang berupa kesepakatan bersama,
dan menjadi sarana pemersatu bangsa.
Pancasila sebagai ideologi negara sekaligus menjadi tujuan atau cita-cita terwujudnya
kehidupan bernegara tertuang dalam ketetapan MPR tentang visi Indonesia di masa depan,
yaitu:
1. Visi ideal, merupakan cita-cita luhur bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam
UUD 1945.
2. Visi antara, merupakan visi bangsa Indonesia hingga tahun 2020.
3. Visi lima tahunan, seperti yang telah tercantum dalam GBHN.
18
5. Adanya diskriminasi terhadap masyarakat non pribumi, juga kelompok yang
minoritas.
20
2. Nilai instrumental yang mencakup arahan, kebijakan, strategi, sasaran, dan lembaga
yang melaksanakannya.
3. Nilai praksis, meliputi realisasi dari instrumental yang sifatnya nyata dan bisa
digunakan untuk kehidupan bernegara.
Adapun selain nilai, terdapat tiga dimensi yang merupakan syarat Pancasila sebagai
ideologi terbuka, yaitu:
1. Dimensi Idealistis
Bagian ini menyangkut nilai dasar yang sebelumnya disebutkan, yakni
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
2. Dimensi Nomartif
Pancasila sebagai ideologi terbuka juga bisa mengatur sesuatu secara mendalam
untuk pelaksanaannya melalui norma yang dibuat atau diubah.
3. Dimensi Realistis
Poin ini mencerminkan Pancasila bisa hidup dalam segala keadaan yang sedang
terjadi di Indonesia. Semua nilai dasar dalam Pancasila yang universal serta adanya
norma-norma normatif yang dinamis, membuat Pancasila bisa diterapkan dalam
kehidupan nyata untuk menghadapi berbagai dinamika masyarakat Indonesia hingga
sekarang.
21
Ideologi terbuka memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan
Ideologi tertutup, di antaranya sebagai berikut.
1. Menghormati dan mangakui adanya sebuah kemajemukan (pluralitas).
2. Pemahaman serta pemikirannya tidak mengekang sebuah kebebasan bagi
masyarakat.
3. Merupakan sebuah kekayaan ruhani, moral maupun budaya yang telah ada di
dalam jiwa masyarakat.
4. Tercipta bukan dikarenakan oleh negara.
5. Isi yang terkandung didalamnya tidak operasional secara langsung.
22
Kemudian sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ini mengandung
arti setiap manusia adalah makhluk yang sama. Sehingga seharusnya keberagaman yang ada
tidak menjadi konflik diantara masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari pun dapat
dilakukan dengan menghormati hak orang lain.
3. Sila Ketiga
Dalam sila ini menggabarkan bahwa kita sebagai warga negara Indonesia harus Bersatu
dan mengutamakan kepentingan bangsa Indonesia lebih dari kepentingan perseorangan,
golongan, maupun suku bangsa. Karena setiap masyarakat Indonesia adalah warga negara
Indonesia, maka tidak ada lagi yang namanya perseorangan, kelompok, dan lain sebagainya.
Dalam kehidupan sehari – hari seperti bangga akan karya Bangsa. Kemudian juga
menggunakan Bahasa Indonesia, karena Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan.
4. Sila Keempat
Pancasila bukan hanya membahas tentang perbedaan suku, ras, budaya, dan agama,
namun juga perbedaan pendapat yang dapat dipecahkan masalahnya pada sila keempat ini. Sila
ini menyatukan segala perbedaan pendapat yang ada di seluruh masyarakat Indonesia dan
dijadikan suatu keputusan dengan adanya demokrasi secara musyawarah. Musyawarah ini
membuat semua kepentingan individu maupun golongan dapat terpenuhi, sehingga tidak akan
ada yang merasa dirugikan dalam pengambilan suatu keputusan. Kemudian juga menerima
kritik dari orang lain. Dengan adanya kritik dari orang lain, maka sebagai orang yang
mengamalkan sila keempat hendaklah menerimanya dengan lapang dada dan mengintrospeksi
diri sendiri serta memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
5. Sila Kelima
Di sini sangat jelas membahas tentang keadilan yang didapatkan oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Keadilan yang dimaksud berlaku bagi seluruh aspek kehidupan termasuk hak dan
kewajiban tiap masing individunya. Selain itu, kita juga harus mementingkan kepentingan
orang lain terlebih dahulu, bukan kepentingan diri kita sendiri. Dan juga jika seseorang
melanggar akan diberikan sanksi yang adil sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya, serta
hukuman tersebut berlaku sama kepada setiap orang yang melanggar juga.
24
Selain itu, perdagangan dan peredaran narkoba di Indonesia dapat merusak reputasi
negara Indonesia sebagai negara yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dihebohkan dengan isu dugaan korupsi bantuan sosial
pada tahun 2020 senilai Rp 2,85 triliun.
25
gudang sewaan di Pulogadung. Pasar Jaya merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah
atau BUMD yang ditunjuk Dinas Sosial DKI Jakarta sebagai rekanan untuk menyalurkan
bansos berupa paket sembako kepada warga terkena dampak Covid-19.
Tumpukan beras itu seharusnya disalurkan pada 2020-2021 untuk warga Ibu Kota.
Namun, hingga kini beras itu masih berada di tempat penyimpanan tersebut. Dalam cuitan
tersebut ia juga menyebutkan, Pasar Jaya mendapatkan porsi terbesar senilai Rp 2,85 triliun.
Oleh karena itu kasus korupsi ini tentu saja sangat bertentangan dengan ideologi
pancasila, karena korupsi dana banso ini merupakan tindakan yang tidak berperi kemanusiaan,
dan tidak beradab, dapat kita pahami bagaimana penderitaan rakyat penerima bansos tersebut,
di masa susah yang mereka lalui, rezeki yang seharusnya mereka terima, dengan tidak adil
digelapkan untuk kepentingan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Sungguh perbuatan
keji untuk seseorang yang seharusnya menjadi teladan bagi orang banyak. Apa yang akan
terjadi jika perbuatan buruk ini ditiru generasi penerus bangsa, maka eksistensi pancasila
sebagai ideologi negara akan dipertanyakan, karena bangsa yang seharusnya menjaga dan
melestarikan ideologi dan paham tersebut justru berperilaku bertentangan dengan ideologi
yang menjadi dasar dari negara mereka sendiri.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ideologi merupakan pandangan atau pedoman yang digunakan sebagai acuan untuk
mencapai tujuan tertentu. Secara garis besar ideologi dibedakan menjadi dua macam yaitu
ideologi terbuka dan ideologi tertutup. Ideologi terbuka merupakan pandangan atau pedoman
yang bersifat fleksibel dan dinamis mengikuti perkembangan dan pertumbuhan zaman.
Sedangkan ideologi tertutup merupakan ideologi yang bersifat kaku, dan mutlak sehingga
dalam penerapannya tidak dapat diubah-ubah. Dari sifatnya yang kaku ideologi tetutup
digunakan sebagai acuran dalam menentukan peraturan, perundang-undangan serta norma
yang bersifat mengatur dan larangan di kehidupan bermasyarakat.
Pengertian Pancasila sebagai ideologi terbuka Pancasila harus mampu menyesuaikan diri
dengan zaman. Hal tersebut bukan berarti bahwa nilai yang terkandung dalam pancasila dapat
diganti dengan nilai dasar lain yang meniadakan jati diri bangsa Indonesia. Makna bahwa
Pancasila sebagai ideologi terbuka bahwa nilai-nilai dasar pancasila seperti Ketuhanan,
Kemanusiaan, Kerakyatan, dan keadilan dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika
kehidupan bangsa indonesia dan tuntutan perkembangan zaman secara kreatif dengan
memerhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia sendiri, serta tidak
keluar dari eksistensi dan jati diri sebagi bangsa Indonesia.
4.2 Saran
Diharapkan agar semua masyarakat Indonesia dapat menerapkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila tidak hanya sekedar mengetahui saja, namun melaksanakannya
dalam kehidupan. Dan penerapan pendidikan karakter harus ditanamkan sejak dini agar kelak
nilai Pancasila akan melekat dalam karakter dan kepribadian tiap individu dalam
bermasyarakat agar senantiasa tercipta bangsa Indonesia yang aman, damai, dan tenteram.
27
DAFTAR PUSTAKA
Cholisin. (2011). Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Relevansinya Dengan Kondisi
Saat Ini. Universitas Negeri Yogyakarta, 1-8.
Handoyo, Eko dkk. (2018). Pertarungan Ideologi Pancasila di Tengah Kepungan Ideologi-
ideologi Dominan. Unnes Press: Semarang.
Nurwardani, Paristiyanti dkk. (2016). Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pancasila.
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan: Jakarta.
Syamsir dkk. (2017). Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. BKS-PTN Barat:
Palembang.
28