Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PANCASILA IDEOLOGI NEGARA


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu: Dr. Ir. Dharma Widada, M.T., IPU

Disusun oleh Kelompok 6:


Syarifah Adiba Rianti 2209036025
Annisa Putri Dewiyanti 2209036026
Zaky Zidan 2209036027
Hidayat Makarim 2209036028
Ahmad Ridhani 2209036029

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PANCASILA IDEOLOGI NEGARA”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini, yaitu:
1. Dr. Ir. Dharma Widada, M.T., IPU selaku dosen Pendidikan Pancasila yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
2. Orang tua dan teman-teman yang memberikan dukungan dan masukan.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam
struktur kalimat dan tata bahasa. Oleh karena itu, kami menyambut baik segala saran dan kritik
dari pembaca dengan tangan terbuka sehingga dapat menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis.

Samarinda, 8 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

1.2. Permasalahan .................................................................................................................. 1

1.3. Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................. 3

2.1 Hakikat Ideologi Negara ............................................................................................. 3

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 1

3.1 Pengertian Ideologi ..................................................................................................... 5

3.2 Karakteristik Ideologi bagi Negara ............................................................................. 6

3.3 Fungsi Ideologi ............................................................................................................ 7

3.4 Macam-macam Ideologi .............................................................................................. 8

3.5 Ideologi Tertutup dan Ideologi Terbuka ................................................................... 16

3.6 Fungsi Ideologi .......................................................................................................... 16

3.7 Kedudukan Pancasila Dalam Kehidupan Bernegara ................................................. 17

3.8 Peran Pancasila Sebagai Ideologi Negara ................................................................. 17

3.9 Makna Pancasila Sebagai Ideologi Negara ............................................................... 18

3.10 Sejarah Perkembangan Ideologi Pancasila Dari Masa Ke Masa............................... 18

1. Ideologi Pancasila Pada Zaman Orde Lama ............................................................. 18

2. Ideologi Pancasila Pada Zaman Orde baru ............................................................... 18

3. Ideologi Pancasila Pada Masa Reformasi ................................................................. 19

3.11 Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka ......................................................................... 20

3.12 Pancasila Sebagai Ideologi Tertutup ......................................................................... 21

ii
3.13 Peran Ideologi Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa ............................................... 22

3.14 Faktor-Faktor yang Mengancam Keutuhan Nasional Bangsa Indonesia .................. 23

3.15 Contoh Kasus Korupsi di Indonesia ……………………………………………….25

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………28

4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 28
4.2 Saran .......................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….27

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1………………………………………………………………………..………….5

Gambar 3.4.1…………………………………………………..……………………………..9

Gambar 3.4.2…………………………………………………………………………………11

Gambar 3.4.3…………………………………………………………………………………12

Gambar 3.4.4…………………………………………………………………………………14

Gambar 3.4.5…………………………………………………………………………………15

Gambar 3.16.…………………………………………………………………………………25

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan
terbentuk secara otodidak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang
terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia, namun terbentuknya Pancasila melalui proses
yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Ideologi Pancasila yang diterapkan di
Indonesia bila dibandingkan dengan ideologi besar lain di dunia mempunyai suatu
perbedaan. Di satu sisi terkadang perbedaan tersebut terasa dekat dan tipis, tetapi di sisi
lainnya perbedaan tersebut sangat jauh dan sangat berbeda.
Permasalahan tentang Ideologi Pancasila bukan hanya sebuah permasalahan yang
berkadar kefilsafatan karena bersifat cita-cita dan normatif namun juga bersifat praktis
karena menyangkut operasionalisasi dan strategi. Hal ini karena ideologi Pancasila juga
menyangkut hal-hal yang mendasarkan suatu ajaran yang menyeluruh tentang makna dan
nilai-nilai hidup, ditentukan secara kongkrit bagaimana manusia harus bertindak. Ideologi
Pancasila tidak hanya menuntun misalnya agar setiap warga negara bertindak adil, saling
tolong menolong, saling menghormati antar sesama manusia, lebih mengutamakan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau kepentingan golongan dan
sebagainya, melainkan juga ideologi Pancasila akan menuntut ketaatan kongkrit, harus
melaksanakan ketetapan, dan bahkan seringkali menuntut dengan mutlak orang harus
bersikap dan bertindak tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja konsep dan pengertian dan karakter tentang ideologi besar dunia,
khususnya tentang ideologi tertutup dan ideologi terbuka?
2. Bagaimana pancasila sebagai ideologi termasuk bersifat tertutup atau terbuka?
3. Apa saja faktor-faktor yang mengancam keutuhan nasional bangsa Indonesia?
4. Bagaimana peran ideologi Pancasila sebagai pemersatu bangsa Indonesia?
5. Contoh kasus apakah yang terkait dengan korupsi di Indonesia yang mengancam
eksistensi ideologi Pancasila?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui tentang konsep dan pengertian dan karakter tentang ideologi
besar dunia, khususnya tentang ideologi tertutup dan ideologi terbuka.
2. Dapat mengetahui tentang pancasila sebagai ideologi termasuk bersifat tertutup
atau terbuka.
3. Dapat mengetahui tentang faktor-faktor yang mengancam keutuhan nasional
bangsa Indonesia
4. Dapat mengetahui tentang peran ideologi Pancasila sebagai pemersatu bangsa
Indonesia
5. Dapat mengetahui tentang kasus yang terkait dengan korupsi di Indonesia yang
mengancam eksistensi ideologi Pancasila

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Hakikat Ideologi Negara


Secara etimologis Istilah ideologi berasal dari kata “idea”, yang dapat diartikan sebagai
“gagasan, konsep, pengertian dasar, dan cita-cita”, serta “logos” yang berarti “ilmu”.
Sedangkan kata “idea” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “eidos”, yang
berarti bentuk. Disamping itu ada pula kata “Idein” yang berarti melihat. Maka secara harfiah
idiologi dapat diartikan dengan ilmu pengertianpengertian dasar, yang dalam keseharian “idea”
disamakan artinya dengan cita-cita. Yaitu cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai
(Kaelan, 2007).
David Miller (dalam Kusumohamidjojo, 2015) merumuskan ideologi sebagai
seperangkat kepercayaan mengenai alam sosial dan politik yang secara bersamaan memberi
makna kepada sesuatu yang berlangsung dalam masyarakat dan membimbing respons praktis
kita terhadapnya (Handoyo, 2018).
Pengertian ideologi, yaitu keseluruhan pandangan cita-cita, nilai dan keyakinan yang
ingin diwujudkan dalam kenyataan hidup yang konkrit (Soerjanto Poespowardojo, 1991:44).
Dengan demikian ideologi diyakini mampu memberikan semangat dan arahan yang positif,
bagi kehidupan masyarakat untuk berjuang melawan berbagai penderitaan, kemiskinan dan
kebodohan. Dengan pemahaman yang baik mengenai ideologi, maka seseorang dapat
menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik
(Cholisin, 2011).
Bila dilihat secara harfiah (Etimologis) “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta dari
India (bahasa kasta Brahmana), yang dapat dijabarkan dalam dua kata, yaitu Panca yang berarti
lima, dan Sila yang berarti dasar. Sehingga Pancasila berarti lima dasar, yaitu lima Dasar
Negara Republik Indonesia (Kaderi, 2015).
Ideologi negara merupakan perkembangan dari ideologi bangsa. Abdurrahman Wahid
(Gus Dur) (1991:163), menyatakan Pancasila sebagai ideologi bangsa artinya setiap warga
negara Republik Indonesia terikat oleh ketentuan-ketentuan yang sangat mendasar yang
tertuang dalam sila yang lima. Kadang-kadang kedua istilah tersebut, disatukan menjadi
Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia (Kaelan, 2010: 30-31). Pancasila
sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia dimaksdukan bahwa Pancasila pada hakikatnya
bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang

3
sebagaimana ideologi –ideologi lain di dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-
istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai relegius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan perkataan lain unsur-unsur yang
merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asala bahan) Pancasila.
Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara.
Sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dan negara
Indonesia (Cholisin, 2011).
Pentingnya Pancasila sebagai ideologi negara adalah untuk memperlihatkan peran
ideologi sebagai penuntun moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
sehingga ancaman berupa penyalahgunaan narkoba, terorisme, dan korupsi dapat dicegah. Di
samping itu, Pancasila sebagai ideologi negara pada hakikatnya mengandung dimensi realitas,
idealitas, dan fleksibilitas yang memuat nilai-nilai dasar, cita-cita, dan keterbukaan
(Nurwardani, 2016).

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Ideologi

Istilah ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, ide-ide dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari bahasa Yunani, eidos yang berarti bentuk
atau idein yang berarti melihat. Idea dapat diartikan sebagai cita-cita, yaitu cita-cita yang
bersifat tetap dan akan dicapai dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, cita-cita ini pada
hakikatnya merupakan dasar, pandangan, atau faham yang diyakini kebenarannya.
Sedangkan logos berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-
ide (the sciene of ideas), atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar.

Istilah “ideologi” pertama kali dilontarkan oleh seorang filsuf Perancis, Antoine Destutt
de Tracypada tahun 1796 sewaktu Revolusi Perancis tengah menggelora (Christenson, et.al.,
1971: 3). Tracy menggunakan istilah ideologi guna menyebut suatu studi tentang asal mula,
hakikat, dan perkembangan ide-ide manusia, atau yang sudah dikenal sebagai “Science of
Ideas”. Kajian mengenai ideologi lahir pada abad 19 yang disebut abad ideologi. Marx
berpendapat dalam bukunya yang berjudul German Ideology bahwa:

The Ideas of the rulling class are, in every age, the rulling ideas:i.e. the class, which is the
dominant material force in society, is the same time the dominant intellectual force.

Gambar 3.1 Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Berdasarkan Gambar 3.1 di atas, arti ideologi mula-mula berarti: (1) ‘ilmu tentang
(terjadinya) cita-cita, gagasan atau buah pikiran’; (2) kemudian diubah oleh Marxisme yang
berarti pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas
sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial; (3) dalam sosiologi tentang ilmu-ilmu, ideologi

5
biasanya diartikan sebagai pra-penilaian dari kesadaran yang timbul karena pengaruh
lingkungan hidup; (4) orang menganut ideologi tertentu sebagai pandangan yang lebih sesuai
dengan keinginan daripada dengan kenyataan; dan (5) ideologi adalah sistem dasar seseorang
tentang nilai-nilai dan tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa ideologi adalah suatu sistem nilai sekaligus
kebulatan ajaran yang memberikan motivasi yang mengandung konsep dasar tentang
kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa. Dengan demikian, ideologi memiliki sifat
futuristik, dalam artian, ideologi merupakan suatu konsep yang mendalam mengenai kehidupan
yang dicita-citakan serta yang ingin diperjuangkan dalam kehidupan nyata.

3.2 Karakteristik Ideologi bagi Negara


Beberapa karakteristik suatu ideologi, antara lain:
• Ideologi seringkali muncul dan berkembang dalam situasi krisis
Situasi krisis, di mana cara pandang, cara berpikir dan cara bertindak yang sebelumnya
dianggap umum dan wajar dalam suatu masyarakat telah dianggap sebagai suatu yang sudah
tidak dapat diterima lagi. Jika manusia, kelompok, ataupun masyarakat mulai merasakan
bahwa berbagai kebutuhan dan tujuan hidupnya tidak dapat direalisasikan, maka kesalahan
pertama seringkali ditimpakan kepada ideologi yang ada atau sedang dikembangkan. Biasanya
ideologi yang ada dianggap tidak mampu lagi berbuat, baik dalam menjelaskan eksistennya
atau justifikasi terhadap situasi yang sedang terjadi, ataupun dalam melaksanakan aturan main
yang dicanangkan sebelumnya.
• Ideologi merupakan pola pemikiran yang sistematis
Ideologi pada dasarnya merupakan ide atau gagasan yang dilemparkan atau ditawarkan ke
tengah-tengah arena perpolitikan. Sebagai ide yang hendak mengatur tertib hubungan
masyarakat, maka ideologi biasanya menyajikan penjelasan dan visi mengenai kehidupan yang
hendak diwujudkan. Meskipun ideologi dikatakan sebagai suatu pola pemikiran yang
sistematis, namun tidak jarang dikatakan bahwa ideologi merupakan konsep yang abstrak. Hal
ini tidak dapat dipisahkan dengan ideologi yang kurang mampu menggambarkan tentang
realitas dan lebih menggambarkan tentang model atas dasar persepsi tentang realitas yang ideal.
Dengan demikian, tidak mengherankan apabila ideologi cenderung menjadi reduksionis, dalam
arti cenderung mengetengahkan penjelasan dan rekomendasi yang sederhana, umum, dan lebih
mudah dipahami.
• Ideologi mempunyai ruang lingkup jangkauan yang luas, namun beragam

6
Ideologi mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, mulai dari penjelasan-penjelasan yang
parsial sifatnya sampai pada gagasan-gagasan atau pandangan-pandangan yang komperehensif
(misalnya: weltanschauung). Ideologi-ideologi yang totaliter dapat dikatakan lebih
komprehensif dibandingkan dengan ideologi-ideologi yang demokratis karena senantiasa
mendambakan kekuasaan mutlak untuk mengatur semua aspek kehidupan. Ideologi dapat
menjadi indikator dalam menentukan keberhasilan suatu negara dalam membangun
masyarakatnya.
• Ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan
Ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan, mulai dari konsep yang kompleks
dan sophisticated sampai dengan slogan-slogan atau simbol-simbol sederhana yang
mengekspresikan gagasan-gagasan tertentu sesuai dengan tingkat pemahaman dan
perkembangan masyarakatnya. Dapat dikatakan bahwa ideologi berada pada keragaman
landasan yang akhirnya akan membuahan berbagai pemahaman dan penerimaan dari para
pengikutnya. Ketertarikan seseorang pada suatu ideologi bisa didasarkan pada rangsangan
intelektual, emosional, atau yang paling sering adalah kepentingan pribadi. Dengan demikian,
tidak mengherankan apabila para “ideolog” cenderung menunjukkan militansi dan fanatisme
terhadap doktrin ideologi sehingga menjadi sumber dukungan yang aktif dan sangat loyal
dengan pasif menerima ideologi apa adanya.

3.3 Fungsi Ideologi


Ideologi bisa memainkan fungsinya dalam mengatur hubungan antara manusia dan
masyarakat. Setiap kehidupan masyarakat pasti mengharapkan setiap anggotanya dapat terlibat
dan tercakup di dalamnya. Ideologi juga memiliki fungsi yang khusus sifstnya, seperti:
• Ideologi berfungsi melengkapi struktur kognitif manusia
Sebagai sistem panutan, ideologi pada dasarnya merupakan formulasi ide atau gagasan melalui
manusia dapat menerima, memahami, dan sekaligus menginterpretasikan hakikat kehidupan
ini. Orientasi kognitif dari suatu ideologi dapat membantu untuk menghindarkan diri dari sikap
ambiguitas, sekaligus memberikan kepastian dan rasa aman dalam mengarungi kehidupannya.
Jika manusia melihat ada kekuasaan atau kekuatan yang sulit diprediksikan, maka ideologilah
ide satu-satunya tempat berlindung.
• Ideologi berfungsi sebagai panduan
Sebagai suatu panduan, ideologi mencanangkan seperangkat patokan tentang bagaimana
manusia seharusnya bertingkah laku, di samping tujuan dan cara mencapai tujuan itu. Seiring
dengan fungsinya, ideologi menyajikan saluran-saluran yang dapat dipakai untuk mewujudkan

7
ambisi pribadi atau kelompok, hak dan kewajiban, dan parameter yang menyangkut harapan
pribadi dan anggota masyarakat. Ideologi juga dapat memberikan batasan tentang kekuasaan,
tujuan, dan organisasi yang berkaitan dengan masalah-masalah politik. Dengan demikian,
fungsi ideologi bagi suatu negara bukan sekedar sebagai standar pertimbangan dalam memilih
berbagai alternatif, melainkan menyertakan “a sense of self-justification,” cara-cara
mengevaluasi tingkah laku para anggotanya, dan memberikan kerangka landasan bagi
legitimasi politik (kekuasaan).
• Ideologi berfungsi sebagai lensa, melalui mana seseoran dapat melihat dunianya;
sebagai cermin, melalui seseorang dapat melihat dirinya; dan sebagai jendela,
melalui mana orang lain bisa melihat diri kita.
Ideologi merupakan salah satu alat bagi seseorang atau bangsa untuk mengenal dan melihat
dirinya sendiri, dan mengharapkan orang lain untuk bisa melihat dan menginterpretasikan
tindakanna yang didasarkan atas ideologinya. Dengan demikian, ideologi merupakan potret
diri pribadi, kelompok atau masyarakat yang sangat impresionistis.
• Ideologi berfungsi sebagai kekuatan pengendali konflik, sekaligus fungsi
integratif
Di sisi lain, ideologi dapat mengikat kebersamaan dengan cara mengintegrasikan berbagai
aspek kehidupan individu. Dalam kehidupan masyarakat, ideologi juga dapat berfungsi
membatasi terjadinya konflik. Guna menjaga kontiunitas dan usaha-usaha bersama, suatu
masyarakat tidak saja memerlukan pengendalian konflik, tetapi juga memerlukan adanya
integrasi secara politis dari para anggotanya.

3.4 Macam-macam Ideologi


Dalam usaha untuk memahami dasar negara Indonesia yakni Pancasila, akan lebih jelas
jika memahami ideologi-ideologi bangsa-bangsa lain. Lebih-lebih jika bangsa lain itu sedikit
banyak turut menentukan baik perjalanan bangsa-bangsa di dunia pada umumnya maupun
perjalanan bangsanya sendiri. Menurut Sukarna (1981) ada lima ideologi besar yakni Ideologi
Fasisme, Komunisme, Liberalisme, Pancasila, dan Islam.

3.4.1 Ideologi Fasisme


Menurut Prof. Dr. William Eberstein (dalam Sukarna, 1981) Fasisme ialah
pengorganisasian pemerintah dan masyarakat secara totaliter oleh kediktatoran suatu
partai, yang berwatak atau bercorak nasionalis, rasialis, militeristik, dan imperialis.

8
Selanjutnya Prof. Dr. William Eberstein (dalam Sukarna, 1981) mengemukakan unsur-
unsur ajaran Fasisme sebagai berikut:
a. Tidak mempercayai pikiran (the distrust of reason).
Ajaran Fasisme menyanggah atau memungkiri hasil-hasil pikiran manusia. Ia
menolak suatu tradisi rasional dalam kebudayaan dan pandangan Barat yang
berakar dari kebudayaan Yunani, ajaran Monotheisme Yahudi dan ajaran
Kristen. Secara psikologis, Fasisme meletakkan dasar kefanatikan dan dogmatis.

Gambar 3.4.1 Ideologi Fasisme

Oleh karena itu, dalam ideologi Fasisme terutama ditanamkan suatu


kepercayaan (taboo) yang tidak bisa dibantah atau didiskusikan tentang
kebenaran dari ras, kerajaan, dan pimpinan. Sebagai contoh di Italia waktu
Fasisme berkuasa, gambar Mussolini terpancang di mana-mana dengan tulisan
'Mussolini is always right'.
b. Menyanggah persamaan dasar manusia (the denial of basic human equality).
Dalam pandangan Fasisme laki-laki lebih tinggi derajatnya daripada wanita,
serdadu lebih tinggi dari pada sipil, anggota partai lebih tinggi dari pada bukan
anggota partai, bahkan yang menang dalam peperangan lebih mulia daripada
yang dikalahkan. Jadi prinsip inequality (ketidaksamaan) dalam ajaran Fasisme
didasarkan atas kekuatan.
c. Etika tingkah laku didasarkan atas kebohongan dan kekerasan (code of
behaviour on lies and violence).

9
Dalam pandangan Fasisme, politik ditandai dengan friend-enemy relations
(hubungan sahabat dan musuh). Dalam pandangan Fasisme, politik dimulai dan
diakhiri dengan kemungkinan musuh mendapat kemenangan atau kebinasaan
secara total.
d. Pemerintahan dilakukan oleh golongan elite (government by elite).
Fasisme di manapun juga akan menentang ajaran demokrasi, bahwa rakyat bisa
mengurus atau memerintah dirinya sendiri. Fasisme berpendapat bahwa yang
berhak dan dapat memerintah ialah segolongan kecil dari pada penduduk
(rakyat), yang mempunyai keturunan yang baik, berpendidikan, dan mempunyai
status sosial.
e. Totalitarianisme (totaliterianism).
Totalitarisme di dalam fasisme, bukan saja di dalam sistim pemerintahan, tetapi
segala sektor kehidupan dalam masyarakat baik politik maupun non politik.
f. Rasialisme dan imperalisme (racialism and imperialism).
Dalam ideologi fasisme, imperalisme merupakan ajaran atau doktrin yang harus
dilakukan sebagai perwujudan dari pada prinsip inequality (ketidak samaan).
g. Oposisi terhadap hukum dan ketertiban internasional (opposition to inter-
national law and order).
Penentangan terhadap hukum dan ketertiban internasional ini merupakan
konsekuensi logis dari pada ajaran Fasisme tentang inequality, rasialisme, dan
imperalisme dan peperangan. Bagi kaum Fasis, perang itu dijadikan suatu ideal.

Setiap organisasi internasional dari pada bangsa-bangsa demokrasi


menghendaki adanya pemerintahan yang dilakukan dengan persetujuan dari
pada yang diperintah. Sedangkan dalam Fasisme menghendaki adanya
pemerintahan dengan kekerasan. Sebagai contoh negara yang menganut
ideologi Fasisme adalah Jerman di bawah Adolf Hitler (1933-1945), Italia di
bawah Mussolini (1922-1945), Argentina di bawah Peron (1943-1955).

3.4.2. Ideologi Komunisme


Ideologi komunisme ialah sistim politik sosial ekonomi dan kebudayaan berdasarkan
ajaran Marxisme-Leninisme. Sumber pokok doktrin Komunisme adalah Manifesto
Komunis yang ditulis oleh Karl Marx dan F. Engels.

10
Gambar 3.4.2 Ideologi Komunisme

Dengan demikian Marxisme Leninisme merupakan sumber pokok teoritis bagi


pelaksanaan tujuan negara dan partai Komunis di dunia. Ajaran-ajaran Stalin, Mao Tse-
tung, dan Tito adalah pelaksanaan ajaran-ajaran Marxisme-Leninisme dan mempunyai
pengaruh yang besar pula.
Dalam mewujudkan masyarakat Komunis, menurut Sosronegoro (1984) digunakan
beberapa prinsip pelaksanaan yang merupakan ciri-ciri pokok yaitu:
a. Sistem totaliter
Sistem totaliter mengandung ciri antara lain:
1) Semua bidang kegiatan manusia seperti politik, ekonomi, sosial, agama,
kebudayaan, dan pendidikan didominasi oleh negara.
2) Sistem Komunis menolak konsep Kristen, Yahudi, Islam, dan agama-agama lain
bahwa manusia itu diciptakan oleh Tuhan.
3) Semua masalah dan bentuk penyelesaiannya disederhanakan dan dipersempit sesuai
dengan prinsip tunggal yaitu kelas.
4) Sistem Komunis merupakan sistem pemerintahan kediktatoran proletariat
demokratis karena mayoritas rakyat (proletariat) berpartisipasi secara aktif dalam
politik atau memperoleh kebebasan.
b. Sistem pemerintahan kediktatoran satu partai.
1) Sistem Komunis hanya mengenal satu partai yaitu Partai Komunis.
2) Sistem Komunis tidak mengenal adanya kelompok-kelompok kecuali satu kelompok
yang mendukung pemerintah.
3) Propaganda dan kekerasan digunakan untuk mencapai tujuan.
4) Mass media dikuasai oleh pemerintah.

11
5) Sistem pemerintahan Komunis adalah kediktatoran satu partai, yaitu semua organ
pemerintahan berfungsi untuk kepentingan pemerintah yang telah dirumuskan oleh
Partai Komunis.

c. Sistem ekonomi negara.


1) Kegiatan ekonomi ditentukan dan dikuasai oleh negara.
2) Ekonomi Komunis adalah ekonomi pemerintah yang bersifat totaliter dan putusan-
putusan ekonomi dibuat oleh negara.
3) Semua harta kekayaan merupakan milik negara.
4) Semua penduduk harus bekerja untuk negara atas perintah negara atau Partai
Komunis.
5) Warga negara/individu merupakan alat untuk mencapai tujuan negara.

d. Sistem sentralisme demokratis.


1) Negara yang demokratis adalah negara yang mencampuri masalah-masalah ekonomi
dan sosial supaya menguntungkan rakyat.
2) Formulasi Lenin tentang konsep sentralisme demokratis menyatakan bahwa
pemimpin-pemimpin dipilih oleh rakyat.
3) Brezhnev menamakan sentralisme demokratis sebagai pendapat bebas dalam
memutuskan persoalan-persoalan dan disiplin besi setelah keputusan diambil.

3.4.3. Ideologi Liberalisme


Secara etimologis liberal berasal dari kata liber bahasa Latin yang berarti free.
Selanjutnya liberal berarti tidak dibatasi atau tidak terikat oleh ajaranajaran yang telah ada
dalam filsafat politik atau agama atau bebas dalam pendapat.

Gambar 3.4.3 Ideologi Liberalisme

12
Liberalisme menurut Huszar and Stevenson (dalam Sukarna, 1981) bersumber pada
teori John Locke (1632-1704) yang mengemukakan bahwa manusia itu diberi oleh alam
hak-hak tertentu. Hak-hak ini harus dijamin oleh suatu konstitusi dan dilindungi oleh
Pemerintah. Pemerintah harus memakai sistim perwakilan jadi harus demokratis.
Paham Liberalisme memandang bahwa manusia adalah manusia pribadi yang utuh,
lengkap, dan terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu memiliki potensi
dan senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri. Atas dasar kepentingan bersama, negara
menurut Liberalisme harus tetap menjamin kebebasan individu, dan untuk itu maka
manusia secara bersama-sama mengatur negara.
Jadi bisa dikatakan bahwa Liberalisme adalah suatu ideologi atau ajaran tentang
negara, ekonomi, dan masyarakat yang mengharapkan kemajuan di bidang budaya,
hukum, ekonomi dan tata kemasyarakatan atas dasar kebebasan individu yang dapat
mengembangkan bakat dan kemampuannya sebebas mungkin. Liberalisme ekonomi
mengajarkan kemakmuran orang perorang dan masyarakat seluruhnya diusahakan dengan
memberi kesempatan untuk mengejar kepentingan masing-masing dengan sebebas-
bebasnya.
Mengutip kembali dari Dwi Siswanto (Jurnal Filsafat, Vol. 38, 2004: 271),
disebutkannya ada lima ciri liberalisme, yaitu:
1) Bentuk pemerintahan demokrasi adalah yang terbaik.
2) Masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh.
3) Pengaturan yang dilakukan pemerintah hanya terbatas.
4) Kekuasaan seseorang diartikan sebagai hal buruk dalam kehidupan.
5) Kebahagiaan individu adalah tujuan utama.

3.4.4. Ideologi Islam


Ideologi adalah suatu sistem politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan berdasarkan
kepada hasil pemikiran manusia sendiri, maka dapat dikatakan bahwa Islam itu bukan
ideologi karena agama Islam berdasarkan Al Qur'an yakni wahyu Allah SWT.

13
Gambar 3.4.4 Ideologi Islam

Hanya dapat dikatakan bahwa dalam Islam terkandung adanya unsur-unsur untuk dijadikan
bahan dalam ideologi. Pokok-pokok ideologi dalam Islam menurut Sukarna (1981) adalah:
a. Percaya kepada hanya satu Tuhan.
Al Qur'an Surat Yunus ayat 3 "sesungguhnya Tuhan kamu Allah yang menjadikan
langit dan bumi dalam enam hari lamanya, kemudian la bersemayam di atas Arasy
seraya mengatur pemerintahan. Tiada seorang juga dapat memberi pertolongan
melainkan dengan ijin-Nya. Demikian Allah yang menjaga kamu, sebab itu
hendaknya kamu menyembah-Nya. Tidakkah kamu mendapat peringatan".
b. Persatuan dan kesatuan.
Surat Ali Imran ayat 3 "Berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan
janganlah kamu berpisah-pisah".
c. Musyawarah dan mufakat.
Surat Ali Imran ayat 159 "Bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan
masyarakat, dan apabila sudah mengambil keputusan mengenai suatu perkara,
tawakallah kepada Tuhan."
d. Memegang persamaan dasar manusia.
Manusia itu diciptakan oleh Tuhan yang Maha Kuasa dari tidak ada menjadi ada
kemudian dihidupkan dan dimatikannya serta dihidupkannya kembali.
e. Etika tingkah laku didasarkan atas kerja sama.
Al Qur'an surat Al-Maidah ayat 2" Bertolong-tolonglah kamu berbuat kebajikan dan
taqwa dan janganlah kamu bertolong-tolongan berbuat dosa dan aniaya. Takutlah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah itu besar siksa-Nya"

14
f. Memegang/menegakkan keadilan.
Al Qur'an surat Al-Maidah ayat 8 "Hendaklah kamu itu berlaku adil, karena adil itu
lebih dekat kepada taqwa. Takutlah kepada Allah karena Allah itu mengetahui apa-
apa yang kamu kerjakan", dan seterusnya.

3.4.5. Ideologi Pancasila


Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup sekaligus juga sebagai
ideologi negara. Sebagai ideologi negara berarti bahwa Pancasila merupakan gagasan
dasar yang berkenaan dengan kehidupan negara.

Gambar 3.4.5 Ideologi Pancasila

Masyarakat yang dicita-citakan dalam ideologi Pancasila ialah masyarakat yang


dijiwai dan mencerminkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu
masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta bertoleransi, menjunjung
tiggi nilai-nilai kemanusiaan, masyarakat yang bersatu dalam suasana perbedaan,
berkedaulatan rakyat dengan mengutamakan musyawarah, serta masyarakat yang
berkeadilan sosial. Hal itu berarti bahwa Pancasila bukan hanya sesuatu yang bersifat
setatis melandasi berdirinya negara Indonesia, akan tetapi Pancasila juga
membawakan gambaran mengenai wujud masyarakat tertentu yang diinginkan serta
prinsip-prinsip dasar yang harus diperjuangkan untuk mewujudkanya.

15
3.5 Ideologi Tertutup dan ideologi terbuka
• Ideologi tertutup
Salah satu ciri khas suatu ideologi tertutup adalah tidak hanya menentukan kebenaran nilai-
nilai dan prinsip-prinsip dasar saja. Ideologi tertutup tidak mengakui hak masing-masing orang
untuk memiliki keyakinan dan pertimbangannya sendiri. Ideologi tertutup menuntut ketaatan
tanpa reserve. Ciri lain dari suatu ideologi tertutup adalah tidak bersumber dari masyarakat,
melainkan dari pikiran elit yang harus dipropagandakan kepada masyarakat.
Ideologi Marxisme-Leninisme meliputi ajaran dan paham tentang (a) hakikat realitas alam
berupa ajaran materialisme dialektis dan ateisme; (b) ajaran makna sejarah sebagai
materialisme historis; (c) norma-norma rigid bagaimana masyarakat harus ditata, bahkan
tentang bagaimana individu harus hidup; dan (d) legitimasi monopoli kekuasaan oleh
sekelompok orang atas nama kaum proletar.
• Ideologi terbuka
Ideologi terbuka hanya berisi orientasi dasar, sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuan-
tujuan dan norma-norma sosial-politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan nilai
dan prinsip moral yang berkembang di masyarakat.
Dengan sendirinya ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai
melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. Ideologi terbuka hanya dapat ada dan mengada
dalam sistem yang demokratis.
Tipe ideologi tertutup maupun terbuka masing-masing memiliki acuan sebagai berikut:
1. Ideologi ditangkap dalam artian negatif, karena dikonotasikan dengan sifat totaliter.
2. Ideologi ditangkap dalam artian positif, terutama pada sekitar Perang Dunia II karena
menunjuk kepada keseluruhan, pandangan cita-cita, nilai, dan keyakinan.

3.6 Fungsi Ideologi


Ideologi dapat digunakan sebagai tanda pengenal dari sebuah bangsa. Selain itu, ideologi
memiliki fungsi lainnya, yaitu fungsi kognitif dan orientasi dasar. Sebagai fungsi kognitif
berarti ideologi dapat dijadikan sebuah landasan bagi suatu bangsa dalam berkehidupan dunia.
Fungsi orientasi dasar berarti ideologi merupakan hal yang dapat dijadikan sumber
wawasan dan makna bagi rakyat, juga dapat menjadi pembimbing bagi rakyatnya dalam
mencapai tujuan. Ideologi memiliki kedudukan yang sentral bagi setiap bangsa.
Peran lain yang dimiliki ideologi adalah sebagai alat dalam pencegahan terjadinya
berbagai konflik dalam masyarakat. Ideologi juga memiliki peranan sebagai pemersatu bangsa.

16
Ideologi di sini berperan sebagai pemersatu keberagaman yang ada agar masyarakat.
Ideologi sebagai identitas bangsa Indonesia terlihat dari ideologi Pancasila yang dimiliki.

3.7 Kedudukan Pancasila Dalam Kehidupan Bernegara


Dalam perumusan Pancasila sebagai ideologi negara merupakan proses yang panjang,
berbagai penafsiran filosofis serta ideologis dilakukan agar mencapai nilai-nilai yang kita kenal
hingga sekarang. Pancasila sendiri memiliki beberapa kedudukan dalam kehidupan bernegara
masyarakat Indonesia, yaitu:
1. Sebagai jiwa bangsa Indonesia
2. Sebagai ciri dari pribadi bangsa Indonesia
3. Sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia
4. Sebagai dasar negara
5. Sebagai sumber dari dari segala hukum
6. Sebagai perjanjian yang luhur ketika negara Indonesia didirikan
7. Sebagai tujuan atau cita-cita bangsa
Pancasila adalah petunjuk dalam kehidupan bernegara bagi masyarakat. Layaknya arah
yang tidak pasti dari kapal tanpa kompas, demikian juga negara akan tanpa arah bila tidak ada
Pancasila.

3.8 Peran Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Peran Pancasila sebagai ideologi negara memberi bimbingan kepada masyarakat
Indonesia dalam menentukan sikap dan tingkah laku. Kedudukan nilai-nilai yang terkandung
dalam kelima asas Pancasila adalah sebagai aturan tentang moral.
Apabila aturan Pancasila sebagai ideologi negara dilanggar, maka hukumannya adalah
berupa sanksi moral dan sosial. Mereka yang melanggar dan tidak berpedoman pada nilai-nilai
Pancasila tidak akan terkena sanksi hukum.
Pancasila sebagai ideologi negara mengalami beberapa masa perkembangan. Seperti
halnya Pancasila di masa orde lama, Pancasila di masa orde baru, dan Pancasila di era
reformasi. Berbagai pihak dan para ahli sepakat apabila ideologi Pancasila merupakan
kumpulan gagasan yang disepakati bersama, dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Hasil
kesepakatan yang menyatakan Pancasila sebagai ideologi negara ini yang harus dipertahankan
dan dipraktikkan dalam kehidupan bernegara yang berbeda-beda suku bangsa ini.

17
3.9 Makna Pancasila Sebagai Ideologi Negara
1. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dijadikan acuan dalam mencapai cita-cita
yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan bernegara.
2. Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai yang berupa kesepakatan bersama,
dan menjadi sarana pemersatu bangsa.
Pancasila sebagai ideologi negara sekaligus menjadi tujuan atau cita-cita terwujudnya
kehidupan bernegara tertuang dalam ketetapan MPR tentang visi Indonesia di masa depan,
yaitu:
1. Visi ideal, merupakan cita-cita luhur bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam
UUD 1945.
2. Visi antara, merupakan visi bangsa Indonesia hingga tahun 2020.
3. Visi lima tahunan, seperti yang telah tercantum dalam GBHN.

3.10 Sejarah Perkembangan Ideologi Pancasila Dari Masa Ke Masa


1. Ideologi Pancasila Pada Zaman Orde Lama
Pada masa orde lama, Pancasila masih dalam tahap dibangun untuk dijadikan
keyakinan sekaligus ciri khas bangsa Indonesia. Presiden Soekarno yang mengusung
konsep Pancasila menyatakan meski berasal dari mitologi yang belum jelas, tetap saja
dapat membimbing masyarakat Indonesia menuju kesejahteraan.

2. Ideologi Pancasila Pada Zaman Orde baru


Pada masa ini gejolak politik di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Dimulai
dengan pecahnya peristiwa G30S/PKI. Kemudian peristiwa dikeluarkannya Surat
Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun 1966. Walaupun pemerintahan orde
baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara, pelaksanaannya pada
tahun-tahun berikutnya ternyata malah keluar dari jalur. Pada masa orde baru terdapat
beberapa tindakan pemerintah yang keluar dari nilai-nilai Pancasila, antara lain:
1. Kekuasaan presiden yang dilanggengkan hingga 32 tahun lamanya.
2. Adanya penafsiran sepihak Pancasila lewat program p4.
3. Ada penindasan terhadap gagasan atau hasil pemikiran secara sepihak, hingga
orang-orang takut mengeluarkan pendapatnya.
4. Ada penindasan dalam bentuk fisik seperti yang terjadi di Timor Timur, Aceh, Irian
Jaya, dan lainnya.

18
5. Adanya diskriminasi terhadap masyarakat non pribumi, juga kelompok yang
minoritas.

3. Ideologi Pancasila Pada Masa Reformasi


Reformasi adalah sebuah kegiatan menata ulang, memformat ulang, atau
menata kembali segala hal yang dianggap keluar jalur, dan dikondisikan agar kembali
pada bentuk yang sebenarnya, sesuai dengan tujuan asalnya. Ada beberapa syarat yang
harus diperhatikan untuk dapat melakukan reformasi atau pembaruan, seperti berikut
ini:
1. Terdapat penyimpangan.
2. Harus mengacu pada sebuah struktur kerangka tertentu.
3. Reformasi harus dapat mengembalikan sistem pada dasar negara demokrasi.
4. Reformasi harus berupaya dilakukan untuk hal yang lebih baik.
5. Reformasi harus berlandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menjamin
persatuan bangsa.
Adapun tujuan yang dilakukannya reformasi adalah sebagai berikut ini:
1. Untuk melakukan perubahan yang bertahap demi menemukan pembaruan nilai-
nilai dalam kehidupan bernegara.
2. Untuk melakukan penataan terhadap seluruh struktur kenegaraan termasuk hukum
dan undang-undang yang menyimpang dari tujuan.
3. Untuk melakukan perbaikan di berbagai aspek kehidupan, seperti bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, juga pertahanan keamanan.
4. Meniadakan segala kegiatan dan kebiasaan dalam masyarakat yang tidak sesuai
dengan reformasi, seperti KKN, kekuasaan yang otoriter, penyimpangan dan
penyelewengan lainnya.
Pada masa ini, Pancasila yang awalnya merupakan sumber dari nilai serta acuan
kode etik bagi negera beserta aparatnya, ternyata berubah dan dijadikan alat
menghalalkan kegiatan politik di negara ini. segala kegiatan politik mengatasnamakan
Pancasila, padahal pada kenyataannya nilai-nilainya bertentangan sama sekali.
Reformasi dilakukan di berbagai bidang dengan mengatasnamakan Pancasila.
Tapi ternyata masih tidak berpengaruh banyak terhadap kehidupan sosial ekonomi
masyarakat. Adanya globalisasi juga semakin menambah tantangan. Kedudukan
Pancasila sebagai ideologi negara terancam tergusur. Apalagi sekarang Pancasila
mengusung ideologi yang sifatnya terbuka.
19
Pada masa orde lama Pancasila masih dalam tahap dibangun untuk dijadikan
keyakinan dan ciri khas bangsa Indonesia. Padahal kenyataannya Pancasila hanya
digunakan sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan dengan adanya jabatan
presiden seumur hidup.
Di masa orde baru, Pancasila dijadikan dasar negara beserta Undang-Undang
Dasar 1945 oleh bangsa Indonesia. Tapi ternyata Pancasila kembali hanya digunakan
sebagai alat untuk melanggengkan otorisasi kekuasaan presiden selama 32 tahun.
Era reformasi yang diharapkan membawa pengaruh baik dan baru pada
masyarakat Indonesia juga ternyata malah melenceng dari tujuannya. Masyarakat
Indonesia diharapkan dapat kembali mengamalkan nilai-nilai luhur dari Pancasila.
Rakyat di negara ini mengalami pengikisan moral, terlebih lagi karena pengaruh
globalisasi. Korupsi juga dilakukan secara terang-terangan, seperti telah menjadi
bagian dari budaya di negara ini saja. Nilai-nilai dari Pancasila semakin jauh dari
pengamalannya oleh masyarakat.
Era reformasi ini terjadi setelah berakhirnya masa kekuasaan Presiden Soeharto
pada 21 Mei 1998 dan hingga saat ini belum adanya perubahan yang dijanjikan
sebelumnya, bentuk KKN masih terus berlangsung.
Pancasila sebagai pandangan negara sebenarnya adalah wujud dari nilai-nilai
kebudayaan milik bangsa Indonesia yang kebenarannya diyakini. Nilai-nilai Pancasila
ini tumbuh dan berkembang dari masa ke masa. Itulah sebabnya bangsa Indonesia
sudah seharusnya mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, karena
Pancasila adalah cerminan kepribadian bangsa.

3.11 Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila sebagai ideologi terbuka bersifat dinamis. Namun, hal itu tidak mengubah
sedikitpun nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai dasar yang begitu kuat
dalam Pancasila mampu memecahkan masalah-masalah yang selalu berkembangnya zaman
dan kondisi di masyarakat.
Untuk memecahkan masalah yang terjadi di kehidupan masyarakat Indonesia, Pancasila
dalam penerapannya mampu mengembangkan konsep dari nilai yang terkandung di dalamnya.
Nilai yang terkandung di Pancasila sebagai ideologi terbuka, di antaranya:
1. Nilai dasar yang mencakup ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan.

20
2. Nilai instrumental yang mencakup arahan, kebijakan, strategi, sasaran, dan lembaga
yang melaksanakannya.
3. Nilai praksis, meliputi realisasi dari instrumental yang sifatnya nyata dan bisa
digunakan untuk kehidupan bernegara.
Adapun selain nilai, terdapat tiga dimensi yang merupakan syarat Pancasila sebagai
ideologi terbuka, yaitu:
1. Dimensi Idealistis
Bagian ini menyangkut nilai dasar yang sebelumnya disebutkan, yakni
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
2. Dimensi Nomartif
Pancasila sebagai ideologi terbuka juga bisa mengatur sesuatu secara mendalam
untuk pelaksanaannya melalui norma yang dibuat atau diubah.
3. Dimensi Realistis
Poin ini mencerminkan Pancasila bisa hidup dalam segala keadaan yang sedang
terjadi di Indonesia. Semua nilai dasar dalam Pancasila yang universal serta adanya
norma-norma normatif yang dinamis, membuat Pancasila bisa diterapkan dalam
kehidupan nyata untuk menghadapi berbagai dinamika masyarakat Indonesia hingga
sekarang.

3.12 Pancasila Sebagai Ideologi Tertutup


Ideologi tertutup ialah sesuatu gagasan, ide cita-cita, pemikiran dan juga sebuah
pandangan yang mutlak, serta tidak dapat diingkari mengenai kesahihan isi didalamnya serta
wajib diterima, dipatuhi juga dijalankan oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Ciri-
ciri yang dimiliki sebuah ideologi tertutup, dintaranya sebagai berikut.
1. Sebuah cita-cita serta gagasan sekelompok golongan tertentu dan bukan sesutau hal
yang telah diyakini dan berkembang di masyarakat sebelumnya, dan ideologi
tersebut digunakan untuk mengubah cara pandang masyarakat.
2. Memiliki sifat yang totaliter.
3. Isi didalamnya tidak hanya suatu gagasan maupun cita-cita saja namun juga berupa
tuntutan yang diwajibkan terhadap masyarakat secara opersional, mutlak, dan
menyeluruh.
4. Sebuah ideologi tertutup bersifat apriori serta dogmatis.
5. Keberagaman yang timbul dimasyarakat sangat tidah dijaga dan dihormati.
6. Ideologi tertutup bersifat menuntut kepatuhan serta ketaatan mutlak.

21
Ideologi terbuka memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan
Ideologi tertutup, di antaranya sebagai berikut.
1. Menghormati dan mangakui adanya sebuah kemajemukan (pluralitas).
2. Pemahaman serta pemikirannya tidak mengekang sebuah kebebasan bagi
masyarakat.
3. Merupakan sebuah kekayaan ruhani, moral maupun budaya yang telah ada di
dalam jiwa masyarakat.
4. Tercipta bukan dikarenakan oleh negara.
5. Isi yang terkandung didalamnya tidak operasional secara langsung.

3.13 Peran Ideologi Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa


Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat beragam. Mulai dari suku, budaya, ras,
bahasa, agama. Saat ini Indonesia memiliki 17 ribu pulau dengan 269 juta penduduk, dan 714
suku, serta 1100 bahasa. Karena keberagaman tersebut Indonesia dikenal sebagai negara yang
sangat kaya. Namun, dengan adanya keberagaman yang berarti banyaknya perbedaan yang
otomatis akan membuat berbagai macam konflik. Pancasila merupakan ideologi negara
Indonesia yang dapat menyatukan keberagaman yang ada di Indonesia ini menjadi satu
kesatuan yaitu bangsa Indonesia. Di dalamnya terkandung lima nilai penting sebagai pedoman
bangsa Indonesia.
1. Sila Pertama
Sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Di mana sila ini mengandung arti
pengakuan atas keberadaannya Tuhan sebagai pencipa alam semesta beserta isinya. Dalam sila
ini berarti juga Tuhan yang majemuk, tidak memihak suatu golongan tertentu. Artinya semua
agama dan kepercayaan masyarakat Indonesia berada dalam sila pertama ini. Dengan adanya
sila pertama ini, keberagaman tentang kepercayaan dan agama di Indonesia ini dapat tetap
terjaga jika dijalankan dengan benar. Dalam kehidupan sehari-hari sila pertama ini dapat
diamalkan dengan mempercayai adanya Tuhan. Saat mempercayai adanya Tuhan maka kita
akan berhati – hati dalam menjalani hidup. Menolak adanya Tuhan sama dengan melanggar
Pancasila dan Undang –Undang Dasar 1945. Di Indonesia terdapat enam agama resmi yaitu
Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Makna kemerdekaan
beragama bagi Indonesia begitu besar, karena di masa penjajahan sering terjadi pemaksaan
untuk memeluk agama tertentu. Karena beragamnya agama, maka sifat toleransi sangatlah
dibutuhkan.
2. Sila Kedua

22
Kemudian sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ini mengandung
arti setiap manusia adalah makhluk yang sama. Sehingga seharusnya keberagaman yang ada
tidak menjadi konflik diantara masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari pun dapat
dilakukan dengan menghormati hak orang lain.
3. Sila Ketiga
Dalam sila ini menggabarkan bahwa kita sebagai warga negara Indonesia harus Bersatu
dan mengutamakan kepentingan bangsa Indonesia lebih dari kepentingan perseorangan,
golongan, maupun suku bangsa. Karena setiap masyarakat Indonesia adalah warga negara
Indonesia, maka tidak ada lagi yang namanya perseorangan, kelompok, dan lain sebagainya.
Dalam kehidupan sehari – hari seperti bangga akan karya Bangsa. Kemudian juga
menggunakan Bahasa Indonesia, karena Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan.
4. Sila Keempat
Pancasila bukan hanya membahas tentang perbedaan suku, ras, budaya, dan agama,
namun juga perbedaan pendapat yang dapat dipecahkan masalahnya pada sila keempat ini. Sila
ini menyatukan segala perbedaan pendapat yang ada di seluruh masyarakat Indonesia dan
dijadikan suatu keputusan dengan adanya demokrasi secara musyawarah. Musyawarah ini
membuat semua kepentingan individu maupun golongan dapat terpenuhi, sehingga tidak akan
ada yang merasa dirugikan dalam pengambilan suatu keputusan. Kemudian juga menerima
kritik dari orang lain. Dengan adanya kritik dari orang lain, maka sebagai orang yang
mengamalkan sila keempat hendaklah menerimanya dengan lapang dada dan mengintrospeksi
diri sendiri serta memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
5. Sila Kelima
Di sini sangat jelas membahas tentang keadilan yang didapatkan oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Keadilan yang dimaksud berlaku bagi seluruh aspek kehidupan termasuk hak dan
kewajiban tiap masing individunya. Selain itu, kita juga harus mementingkan kepentingan
orang lain terlebih dahulu, bukan kepentingan diri kita sendiri. Dan juga jika seseorang
melanggar akan diberikan sanksi yang adil sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya, serta
hukuman tersebut berlaku sama kepada setiap orang yang melanggar juga.

3.14 Faktor-Faktor yang Mengancam Keutuhan Nasional Bangsa Indonesia


1. Diskriminasi Agama
Diskriminasi Agama dapat diartikan sebagai tindakan yang membedakan, mengucilkan
ataupun membatasi suatu agama tertentu dari masyarakat.
2. Kepemimpinan yang lemah
23
Seorang pemimpin hendaknya berprilaku adil, bijaksana, bermoral dan sudah
seharusnya memberikan contoh yang baik untuk masyarakatnya. Jika seorang
pemimpin memberi contoh buruk misalnya korupsi, maka rakyatnyapun juga akan ikut-
ikutan. Akan jadi apa negara ini, bila pemimpin dan rakyatnya tidak dalam satu jalan.
Rakyat yang mengharapkan kesejahteraan tetepi pemimpin negera sibuk memperkaya
dirinya. Pemimpin yang seharusnya mengayomi masyarakat, mensejahterakan
masyarakat, meningkatkan perekonomian suatu negara, kini malah menghianati
kepercayaan rakyatnya.
3. Unsur Atheisme
Unsur atheisme adalah sebuah pandangan filosofi yang percaya tidak adanya
keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme yang disertai
dengan klaim. Unsur atheisme yang terdapat dalam ideologikomunisme bertentangan
dengan sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
4. Unsur Individualisme
Unsur Individualisme adalah satu filsafat yang memiliki pandangan moral, politik atau
sosial yang menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggung jawab
dan kebebasan sendiri. Unsur individualisme dalam liberalisme tidak sesuai dengan
prinsip nilai gotong royong dalam sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
5. Unsur Kapitalisme
Unsur Kapitalisme adalah ideologi yang meyakini bahwa modal milik perorangan
ataupun sekelompok orang dalam masyarakat bisa mewujudkan kesejahteraan manusia.
Kapitalisme sendiri yang memberikan kebebasan individu untuk menguasai sistem
perekonomian negara tidak sesuai dengan prinsip ekonomi kerakyatan.
6. Aksi Terorisme
Menurut Pasal 1 ayat 2 Perpu 1/2002. UU 5/2018, terorisme adalah perbuatan yang
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror
atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal,
dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis,
lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi,
politik, atau gangguan keamanan.
7. Perdagangan Narkoba
Perdagangan narkoba sebagai barang terlarang merugikan sistem perekonomian negara
Indonesia karena peredaran illegal tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

24
Selain itu, perdagangan dan peredaran narkoba di Indonesia dapat merusak reputasi
negara Indonesia sebagai negara yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.

3.15 Contoh Kasus Korupsi di Indonesia

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dihebohkan dengan isu dugaan korupsi bantuan sosial
pada tahun 2020 senilai Rp 2,85 triliun.

Gambar 3.16 Kasus Korupsi Bansos

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merespons kabar viralnya dugaan korupsi


program bantuan sosial (bansos) oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta pada 2020.
Beredar kabar program bansos di ibu kota itu merugikan keuangan negara sebesar Rp 2,85
triliun. Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri mengatakan, pihaknya sangat terbuka untuk
menunggu adanya laporan dari masyarakat terkait dugaan korupsi bansos DKI tersebut. KPK
memastikan, akan menindaklanjuti setiap informasi yang diterima.

Sebuah akun Twitter bernama @kurawa, melalui cuitannya, mengaku mendapatkan


informasi adanya penimbunan beras di gudang milik Perumda Pasar Jaya di Kawasan Industri
Pulogadung, Jakarta Timur. Penimbunan beras itu diduga merupakan program bansos Pemprov
DKI Jakarta. Temuannya itu berawal dari informasi whistle blower yang mengabarkan adanya
penimbunan beras bansos milik Perumda Pasar Jaya tahun anggaran 2020 yang tersimpan di

25
gudang sewaan di Pulogadung. Pasar Jaya merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah
atau BUMD yang ditunjuk Dinas Sosial DKI Jakarta sebagai rekanan untuk menyalurkan
bansos berupa paket sembako kepada warga terkena dampak Covid-19.

Tumpukan beras itu seharusnya disalurkan pada 2020-2021 untuk warga Ibu Kota.
Namun, hingga kini beras itu masih berada di tempat penyimpanan tersebut. Dalam cuitan
tersebut ia juga menyebutkan, Pasar Jaya mendapatkan porsi terbesar senilai Rp 2,85 triliun.

Oleh karena itu kasus korupsi ini tentu saja sangat bertentangan dengan ideologi
pancasila, karena korupsi dana banso ini merupakan tindakan yang tidak berperi kemanusiaan,
dan tidak beradab, dapat kita pahami bagaimana penderitaan rakyat penerima bansos tersebut,
di masa susah yang mereka lalui, rezeki yang seharusnya mereka terima, dengan tidak adil
digelapkan untuk kepentingan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Sungguh perbuatan
keji untuk seseorang yang seharusnya menjadi teladan bagi orang banyak. Apa yang akan
terjadi jika perbuatan buruk ini ditiru generasi penerus bangsa, maka eksistensi pancasila
sebagai ideologi negara akan dipertanyakan, karena bangsa yang seharusnya menjaga dan
melestarikan ideologi dan paham tersebut justru berperilaku bertentangan dengan ideologi
yang menjadi dasar dari negara mereka sendiri.

26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ideologi merupakan pandangan atau pedoman yang digunakan sebagai acuan untuk
mencapai tujuan tertentu. Secara garis besar ideologi dibedakan menjadi dua macam yaitu
ideologi terbuka dan ideologi tertutup. Ideologi terbuka merupakan pandangan atau pedoman
yang bersifat fleksibel dan dinamis mengikuti perkembangan dan pertumbuhan zaman.
Sedangkan ideologi tertutup merupakan ideologi yang bersifat kaku, dan mutlak sehingga
dalam penerapannya tidak dapat diubah-ubah. Dari sifatnya yang kaku ideologi tetutup
digunakan sebagai acuran dalam menentukan peraturan, perundang-undangan serta norma
yang bersifat mengatur dan larangan di kehidupan bermasyarakat.
Pengertian Pancasila sebagai ideologi terbuka Pancasila harus mampu menyesuaikan diri
dengan zaman. Hal tersebut bukan berarti bahwa nilai yang terkandung dalam pancasila dapat
diganti dengan nilai dasar lain yang meniadakan jati diri bangsa Indonesia. Makna bahwa
Pancasila sebagai ideologi terbuka bahwa nilai-nilai dasar pancasila seperti Ketuhanan,
Kemanusiaan, Kerakyatan, dan keadilan dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika
kehidupan bangsa indonesia dan tuntutan perkembangan zaman secara kreatif dengan
memerhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia sendiri, serta tidak
keluar dari eksistensi dan jati diri sebagi bangsa Indonesia.

4.2 Saran
Diharapkan agar semua masyarakat Indonesia dapat menerapkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila tidak hanya sekedar mengetahui saja, namun melaksanakannya
dalam kehidupan. Dan penerapan pendidikan karakter harus ditanamkan sejak dini agar kelak
nilai Pancasila akan melekat dalam karakter dan kepribadian tiap individu dalam
bermasyarakat agar senantiasa tercipta bangsa Indonesia yang aman, damai, dan tenteram.

27
DAFTAR PUSTAKA

Cholisin. (2011). Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Relevansinya Dengan Kondisi
Saat Ini. Universitas Negeri Yogyakarta, 1-8.

Handoyo, Eko dkk. (2018). Pertarungan Ideologi Pancasila di Tengah Kepungan Ideologi-
ideologi Dominan. Unnes Press: Semarang.

Kaderi, Alwi. (2015). Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. ANTASARI


PRESS: Banjarmasin.

Kaelan. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan. Penerbit Pradigma: Yogyakarta.

Nurwardani, Paristiyanti dkk. (2016). Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pancasila.
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan: Jakarta.

Syamsir dkk. (2017). Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. BKS-PTN Barat:
Palembang.

28

Anda mungkin juga menyukai