Anda di halaman 1dari 14

PANCASILA SEBAGAI SISTEM

FILSAFAT

ROMBEL 10

OLEH KELOMPOK 4

Abdi Budiawan Nim : 2217041198


I Komang Asmara Putra Nim : 2217041156
Kadek Listianingsih Nim : 2217041236
Made Sukma Divatni Dewantari Laksmi JLP Nim : 2217041199
Kadek Wisnu Ari Putra Nim : 2217041157
Alifsyah Farahul Amin NIM : 2217041237

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa, kami panjatkan puja dan puji syukur atas

kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini baik dan lancar. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal

dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dan sumber sehingga dapat memperlancar

pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. kami menyadari sepenuhnya

bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan

pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk dan saran

serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata kami berharap

semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Singaraja, 14 Oktober 2022

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Perumusan masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Pancasila....................................................................................................3
2.1.1 Secara Estimologis...............................................................................................3
2.1.2 Secara Historis.....................................................................................................3
2.1.3 Secara Terminologis............................................................................................4
2.1 Pengertian filsafat........................................................................................................4
2.2.1 Menurut Para Ahli...............................................................................................4
2.2.2 Pancasila Merupakan Suatu Filsafat...................................................................5
2.3 Pancasila Melalui Pendekatan Dasar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis..............6
2.3.1 Dasar Ontologis (Hakikat Manusia) Sila–sila Pancasila....................................6
2.3.2 Dasar Epistemologis (Pengetahuan) Sila–sila Pancasila)..................................6
2.3.3 Dasar Aksiologis Pancasila.................................................................................7
2.4 Hakekat Pancasila........................................................................................................7
2.5 Nilai-Nilai Pancasila sebagai suatu Sistem.................................................................8
BAB III..............................................................................................................................................10
PENUTUP.........................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Filsafat Pancasila masih terus berkembang. Filsafat Pancasila belum merupakan


ajaran tertulis seorang filosof. Filosofi Pancasila tertanam dalam budaya sosial masyarakat
Indonesia dan masih diwariskan dalam bentuk sistem nilai dan sistem sosial yang telah
dilestarikan sepanjang sejarah. Filosofi Pancasila masih tersembunyi sebagai kemungkinan
dalam proses perwujudannya.
Darji Darmodiharjo mengatakan bahwa falsafah pancasila merupakan hasil pemikiran
terdalam bangsa Indonesia yang menganggapnya sebagai yang paling benar, paling adil,
paling bijaksana, paling jujur dan baik (kenyataan, nilai). , norma), dikatakan percaya. ,
meyakini. Sempurna untuk orang Indonesia. Bapak Notnagoro mengatakan Pancasila adalah
hasil pemikiran bertahun-tahun yang mendalam, membumi, hati-hati dan sistematis oleh para
ahli.

Menurut Mohammad Yamin, Pancasila benar-benar merupakan filsafat yang


sistematis. Karena setiap pelajarannya (prinsip dasar, ide dasar) saling terkait dan mewakili
satu kesatuan pandangan atau kesatuan pandangan secara keseluruhan. Pancasila disebut
komposisi serba seimbang oleh Ruslan Abdulghani karena merangkum falsafah hidup dan
cita-cita luhur bangsa Indonesia dalam hubungan antarmanusia.

(a) mereka yang bersama Allah,

(b) orang satu sama lain,

(c) seorang pria dengan rumah, dan

(d) orang-orang dengan harta milik mereka sendiri;

Sebagai dasar negara, Pancasila bersifat mengikat

hukum. Artinya, seluruh tatanan kehidupan nasional yang bertentangan dengan Pancasila
sebagai aturan konstitusional pada dasarnya batal dan harus dihapuskan. Sebagai dasar
negara, Pancasila dikaitkan dengan struktur kekuasaan formal. Demikian pula Pancasila
sebagai dasar negara mengandung suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang mengatur

1
hukum dasar negara, baik berupa hukum dasar tertulis yang berupa undang-undang dasar
maupun yang berupa hukum dasar tidak tertulis. adalah. Hukum berkembang dalam praktik
ketatanegaraan.

1.2 Perumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Pancasila dan Filsafat?
2. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai filsafat? 3. Apa tujuan dari falsafah
pancasila?
3. Bagaimana Pancasila melalui pendekatan fundamental ontologis, epistemologis dan
aksiologisnya?
4. Apa hakikat pancasila?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian pancasila dan falsafah.
2. Mengetahui dan memahami pentingnya Pancasila sebagai falsafah.
3. Mengetahui Pokok-Pokok Filsafat Pancasila
4. Mengetahui dan memahami Pancasila melalui pendekatan dasar ontologis,
epistemologis, dan aksiologis.
5. Mengetahui Hakikat Pancasila.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila


2.1.1 Secara Estimologis
Secara etimologis, istilah “Panchasila” berasal dari bahasa Sansekerta India (bahasa
para Brahmana), dan bahasa rakyat jelata adalah Prakerta. Menurut Muhammad
Yamin, kata pancasila dalam bahasa Sansekerta memiliki dua arti leksikal.
• "panca" berarti "lima"
• ``shila'' Vokal i pendek berarti ``fulcrum'', ``basic'' atau ``fundamental''.
• Vokal i panjang dalam ``shila'' berarti “peraturan tingkah laku yang baik, yang
penting atau senonoh”

Kata-kata ini sejak itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, khususnya bahasa
Jawa, yang berarti "moralitas" dan terkait dengan moralitas.', dan arti leksikalnya adalah
'fugue of lima batu' atau secara harfiah 'bass dengan lima elemen'. Istilah "Panca Syiila"
dengan huruf Dewanagari i menunjukkan lima aturan perilaku yang penting.

2.1.2 Secara Historis


Proses peresepan Pancasila menjadi isu yang diangkat Dr. Radjiman Widyodiningrat
pada sidang pertama BPUPKI. Spesifiknya akan dibahas selama persidangan. Pertanyaannya
menyangkut mediator dalam rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Tiga
pembicara, Mohammad Yamin, Supomo dan Sukarno, kemudian hadir dalam sidang tersebut.
1 Juni 1945, dalam prosesi Ir. Sukarno memberikan pidato lisan tentang calon-calon
pembentuk dasar bangsa Indonesia. Menurut Sukarno, itu diberi nama "Panchasila", yang
berarti lima dasar, atas saran seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya, salah satu
temannya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya, dan
pada tanggal 18 Agustus 1945, UUD 1945 disahkan dan UUD 1945 mulai berlaku. Namanya
Pancasila. Sejak saat itu, kata pancasila menjadi istilah bahasa Indonesia dan umum.
Meskipun Pembukaan UUD 1945 baris ke-4 tidak memuat istilah “Panchasila”, yang
dimaksud dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia disebut “Panchasila”.

3
Hal ini didasarkan pada interpretasi sejarah dan sangat relevan dengan pembentukan calon
perumusan dasar negara, yang secara aklamasi dan sukarela diadopsi oleh peserta sidang.

2.1.3 Secara Terminologis


Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 membentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera
mengadakan rapat untuk membekali negara dengan perlengkapan nasional sebagaimana
lazimnya bangsa-bangsa merdeka. Dalam persidangannya pada 18 Agustus 1945, ia berhasil
mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD
1945.
UUD 1945 memuat 37 pasal, satu ketentuan peralihan empat pasal, dan satu ketentuan
pelengkap dua alinea. Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari empat alinea, kata-kata
pancasila adalah:
1) Tuhan Yang Maha Esa
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Demokrasi yang dipandu oleh kebijaksanaan permusyawaratan dan perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Frase Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sah dan benar secara konstitusional
sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yang disahkan oleh PPKI, yang mewakili
seluruh rakyat Indonesia.

2.1 Pengertian filsafat


2.2.1 Menurut Para Ahli
Para ahli mengatakan ada perbedaan definisi filsafat yang disebabkan oleh berbagai
implikasi filsafat dan keyakinan hidup yang mereka dukung. Ketidaksepakatan juga muncul
dari perkembangan filsafat itu sendiri, yang pada akhirnya mengarah pada pemisahan
beberapa ilmu dari filsafat.
Di bawah ini adalah beberapa pengertian profesional filsafat, yang memiliki
pengertian yang jauh lebih luas daripada pengertian linguistik.
• Cicero (106 – 43 SM) Filsafat adalah seni yang hidup sebagai ibu dari segala seni.
• Aristoteles (384-322 SM) Filsafat berkewajiban menyelidiki sebab dan prinsip
segala sesuatu.

4
• Plato (427–347 SM) Filsafat adalah semua pengetahuan
• Al Farabi (w. 950 M) Filsafat adalah ilmu alam yang ada, yang bertujuan untuk
menyelidiki sifat sejatinya.
• Thomas Hobbes (1588 – 1679) Filsafat adalah ilmu yang menjelaskan hubungan
antara akibat dan sebab atau sebab akibat, dan karena itu selalu berubah.

2.2.2 Pancasila Merupakan Suatu Filsafat


Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila adalah falsafah nasional yang lahir sebagai
ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa Indonesia. Mengapa Pancasila disebut
Filsafat? Pancasila adalah hasil refleksi jiwa yang mendalam dari para pendahulu kita dan
dituangkan ke dalam sistem yang sesuai. Menurut Notnagoro, falsafah Pancasila ini
membawa pengetahuan dan pemahaman ilmiah terutama tentang hakikat Pancasila.
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan dengan tujuan untuk secara kritis dan rasional
mencerminkan Pancasila sebagai dasar bangsa dan realitas budaya bangsa, dengan tujuan
untuk memperoleh pemahaman yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai
filsafat. Karena Pancasila merupakan hasil refleksi jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh
para Founding Fathers Indonesia dan tertanam dalam sistem 'Abdul Gani 1998'.
Pengertian umum falsafah pancasila adalah hasil pemikiran atau pemikiran terdalam
bangsa Indonesia, yang dipandang sebagai kebenaran, norma dan nilai yang benar, adil,
bijaksana, dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian. rakyat, dan kepercayaan,
dikenal dan dipercaya. warga negara Indonesia. Filosofi Pancasila dikembangkan oleh
Sukarno dari tahun 1955 hingga akhir pemerintahannya pada tahun 1965. Saat itu, Sukarno
selalu mengatakan bahwa Pancasila adalah filosofi khas Indonesia yang dipinjam dari
budaya dan tradisi Indonesia, transformasi lintas budaya India (Hindu Buddha), budaya
Barat (Kristen) Arab (Islam), sawah.
Karena falsafah pancasila dapat direduksi menjadi falsafah praktis, maka falsafah
pancasila tidak hanya berisi atau mencari pemikiran yang mendalam, tetapi hasil pemikiran
tersebut dijadikan pedoman hidup sehari-hari dalam bentuk falsafah pancasila, pandangan
dunia). Hal ini digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk membantu mereka menjadi
bahagia lahir dan batin baik di dunia maupun di akhirat.

5
2.3 Pancasila Melalui Pendekatan Dasar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis
2.3.1 Dasar Ontologis (Hakikat Manusia) Sila–sila Pancasila
Manusia pengemban sila pancasila secara ontologis tersusun atas kodrat, tubuh-jiwa,
susunan tubuh-roh, kodrat kemanusiaan sebagai makhluk individu dan sosial, serta
kedudukan kemanusiaan sebagai manusia. Sebagai individu yang mandiri dan makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Secara hierarkis, perintah pertama Tuhan Yang Maha Esa mendasari
dan menjiwai keempat perintah Pancasila lainnya karena memposisikan kodrat manusia
sebagai individu yang berbeda dan sebagai makhluk Tuhan (Notonagoro, 1975:53).
(1) Sila pertama : Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, tuhan adalah mutlak,
sempurna dan kuasa, tidak berubah, tidak terbatas pula sebagai pengatur tata tertib
alam (Notonagoro, 1975:78)
(2) Sila kedua : kemanusiaan yg adil dan beradab, negara adalah lembaga kemanusiaan,
yg diadakan oleh manusia (Notonagoro, 1975:55)
(3) Sila ketiga : persatuan indonesia. Persatuan adalah sebagai akibat adanya manusia
sebagai makhluk tuhan yg maha esa,adapun hasil persatuan adalah rakyat sehingga
rakyat adalah merupakan unsur pokok negara
(4) Sila keempat : maka pokok sila keempat ialah kerakyatan yaitu kesesuaiannya dengan
hakikat rakyat
(5) Sila kelima : dengan demikian logikanya keadilan sosial didasari dan dijiwai oleh sila
kedua yaitu kemanusiaan yg adil dan beradab (Notonagoro, 1975:140,141)

2.3.2 Dasar Epistemologis (Pengetahuan) Sila–sila Pancasila)


Secara ideologis, Pancasila memiliki tiga unsur utama untuk memperoleh loyalitas
dan pengikut.
1. Logos yaitu rasionalitas atau penalarannya
2. Pathos yaitu penghayatannya
3. Ethos yaitu kesusilaannya (wibisono, 1996:3)

Landasan epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari


landasan ontologisnya. Pancasila sebagai ideologi didasarkan pada nilai-nilai intinya, yaitu
falsafah Pancasila (Soeryanto, 1991:51).

6
Epistemologi memiliki tiga masalah mendasar:
Yang pertama menyangkut sumber-sumber pengetahuan manusia, yang kedua
menyangkut teori-teori tentang kebenaran pengetahuan manusia, dan yang ketiga
menyangkut hakikat pengetahuan manusia (Titus, 1984:20). Kemampuan atau daya untuk
menyerap atau mentransformasikan pengetahuan memiliki tingkatan sebagai berikut:
Demonstrasi, imajinasi, asosiasi, analogi, introspeksi, intuisi, inspirasi, inspirasi
(notonagoro, tanpa tahun:3).

2.3.3 Dasar Aksiologis Pancasila


Aksiologi adalah cabang filsafat ilmu yang mempelajari bagaimana orang
menggunakan pengetahuan. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani. axios,
artinya pantas atau pantas. Sedangkan logos berarti pengetahuan. Aksiologi dipahami sebagai
teori nilai. Jujun S. Suriasumantri mendefinisikan aksioma sebagai teori nilai tentang
kegunaan pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, sebagai bagian dari kajian
filsafat, nilai mengacu pada gagasan dan sistem seperti politik, masyarakat, dan agama. Nilai
itu sendiri adalah sesuatu yang berharga yang didambakan setiap manusia.
Aksiologi adalah ilmu yang berbicara tentang tujuan ilmu itu sendiri. Oleh karena itu,
aksiologi adalah ilmu yang mempelajari sifat dan kegunaan pengetahuan, dan memang tidak
ada yang gratis jika kita dapat menggunakannya dengan cara yang terbaik. Karena hari-hari
ini ada begitu banyak orang dengan lebih banyak pengetahuan daripada yang dieksploitasi.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas
nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai
budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan
oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya
malahan menimbulkan bencana.

2.4 Hakekat Pancasila


Kata ‘hakikat’ dapat didefinisikan sebagai suatu inti yang terdalam dari segala sesuatu
yang terdiri dari sejumlah unsur tertentu yang mewujudkan sesuatu tersebut, sehingga
terpisah dengan sesuatu lain dan bersifat mutlak. Contohnya pada hakikat air yang tersusun
atas dua unsur mutlak, yaitu hidrogen dan oksigen. Kebersatuan kedua unsur tersebut bersifat
mutlak untuk membentuk air. Artinya kedua unsur tersebut secara bersamasama menyusun

7
air sehingga terpisah dari benda yang lainnya, misalnya dengan batu,kayu, dan lain
sebagainya.

Terkait dengan hakikat sila-sila pancasila, pengertian kata ‘hakikat’ dapat dipahami
dalam tiga kategori yaitu :

1. Hakikat Abstrak yang disebut sebagai hakikat jenis atau hakikat umum yang
mengandungunsur-unsur yang sama, tetap dan tidak berubah. Hakikat abstrak sila-sila
Pancasila menunjuk pada kata: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Kata-kata tersebut merupakan kata-kata yang dibubuhi awalan dan akhiran
ke dan an ( sila I,II,IV, dan V) sedangkan yang satunya per dan an (sila ke III).
Awalan dan akhiran ini memiliki kesamaan dalam maksudnya yang pokok, ialah
membuat abstrak daripada kata dasarnya
2. Hakikat Pribadi sebagai hakikat yang memiliki sifat khusus. Hakikat pribadi Pancasila
menunjuk pada ciri-ciri khusus sila-sila Pancasila yang ada pada bangsa Indonesia,
yaitu adat istiadat, nilai-nilai agama, nilai-nilai kebudayaan, sifat dan karakter yang
melekat pada bangsa indonesia sehingga membedakan bangsa indonesia dengan
bangsa yang lainnya.
3. Hakikat Kongkrit yang bersifat nyata sebagaimana dalam kenyataannya. Hakikat
kongkrit Pancasila terletak pada fungsi Pancasila sebagai dasar filsafat negara.

2.5 Nilai-Nilai Pancasila sebagai suatu Sistem


Nilai-nilai yang terkandung dalam Amanat 1 sampai 5 merupakan cita-cita, harapan
dan impian yang harus diwujudkan oleh bangsa Indonesia dalam kehidupannya. Cita-cita
tersebut telah didambakan agar terwujud dalam masyarakat dengan ungkapan masyarakat
yang gemah ripah loh jinawi, tata tenteram karta raharja,dengan harapan dapat diwujudkan
dalam segala tindakan dan tindakan seluruh umat manusia di Indonesia.
Selain itu, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila memiliki tingkatan baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Namun nilai-nilai tersebut saling berkaitan, saling melengkapi
dan tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai
integral dari sistem nilai yang dimiliki bangsa Indonesia. Demikian pula nilai-nilai Pancasila
merupakan sistem nilai yang dapat diturunkan dari sila-sila Pancasila yang bersifat sistem.
Perintah-perintah tersebut merupakan satu kesatuan organis, karena perintah-perintah
Pancasila saling berkaitan dan berkaitan erat.

8
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila termasuk nilai-nilai spiritual yang
tertinggi, dan nilai-nilai tersebut disusun menurut tingkatannya, sebagai berikut:
Nilai Tuhan Yang Maha Esa adalah nilai yang tertinggi, karena nilai Tuhan itu mutlak. Nilai
kemanusiaan saja. Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sehingga nilai
kemanusiaan adalah sebagai spesialisasi nilai pada Tuhan.
Nilai ketuhanan dan nilai manusia dalam pandangan datar lebih tinggi dari nilai-nilai
pemerintahan yang terkandung dalam tiga perintah lainnya: perintah persatuan, perintah
demokrasi, dan perintah keadilan. Hal ini berkaitan dengan kehidupan berbangsa. Hal ini
dijelaskan dalam poin utama keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu: . . . "Negara berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradab".
Adapun nilai-nilai kenegaraan yang terkandung dalam ke tiga sila tersebut berturut-
turut memiliki tingkatan sebagai berikut:
 Nilai persatuan dipandang memiliki tingkatan yang lebih tinggi
daripada nilai kerakyatan dan nilai keadilan sosial, karena
persatuan adalah merupakan syarat mutlak adanya rakyat dan
terwujudnya rasa keadilan.
 Sedangkan nilai kerakyatan yang didasari oleh nilai Ketuhanan,
nilai Kemanusiaan dan nilai Persatuan lebih tinggi dan mendasari
nilai dari keadilan sosial, karena Kerakyatan adalah sarana
terwujudnya suatu Keadilan sosial,
 Sementara nilai yang terakhir adalah nilai Keadilan sosial, yang
merupakan tujuan akhir dari keempat sila lainnya.

Nilai- nilai yang terkandung dalam Perda Pancasila berbeda-beda dan pada tingkatan
yang berbeda-beda, namun secara kolektif nilai-nilai tersebut membentuk satu kesatuan dan
tidak saling lepas. Oleh karena itu, harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas, Pancasila merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan karena

tidak dapat dipertukarkan atau digerakkan oleh perintah apapun. Bagi bangsa Indonesia,

Pancasila adalah pedoman hidup berbangsa dan bernegara Indonesia. Dan filsafat adalah ilmu

karena memiliki logika, metode dan sistem. Pancasila disebut filsafat karena merupakan hasil

perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu dan kemudian

dituangkan ke dalam sistem yang tepat dengan esensinya sendiri yang dibagi menjadi lima

bagian sesuai dengan Lima Sila.

10
DAFTAR PUSTAKA

(2022). Retrieved 13 October 2022, from


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/5c7448e8e62a1a07a1c34653047716a2.p
df

(2022). Retrieved 13 October 2022, from https://repository.unikom.ac.id/46828/1/Pancasila


%20sebagai%20Sistem%20Filsafat.pdf

03314-UNIVUM6007-C32-C32-20211: PAncasila sebagai sistem filsafat. (2021). Retrieved 13


October 2022, from https://sipejar.um.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=227535#:~:text=Jawab
%3A%20Pancasila%20dikatakan%20sebagai%20sistem,bangsa%20dalam%20berbangsa%20dan
%20bernegara.

11

Anda mungkin juga menyukai