Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Disusun Oleh :

Ainia Fatimatuzzahro’

42022170027

PROGRAM STUDI S1 KEDIBDANAN FAKULTAS KEBIDANAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga

kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga

mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen yang telah

membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Sistem

Filsafat”

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya para

mahasiswa untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah

isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin

dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena

itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Kudus, 7 Desember 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................I

DAFTAR ISI..........................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2

1.3 Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3

2.1 Pengertian Pancasila...............................................................................................3

2.2 Pengertian Filsafat..................................................................................................5

2.3 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat..........................................................................6

2.4 Karakteristik, prinsip serta hakikat pancasila sebagai sistem filsafat.....................7

BAB III PENUTUP...............................................................................................................10

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................10

3.2 Saran ......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pancasila sebagai dasar negara memiliki kedudukan sebagai kaidah negara
yang fundamental. Hal ini menuntut Pancasila untuk bersifat tegas, kuat, dan tidak
bisa diubah oleh siapapun. Setiap sila Pancasila memiliki nilai yang harus
dipegang teguh oleh seluruh masyarakat Indonesia. Keberadaan fungsi dan
tujuannya sangat berpengaruh terhadap setiap elemen di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman terhadap
masing-masing fungsi dan tujuan agar dapat dicerminkan pada kehidupan sehari-
hari.

Keterkaitan antara Pancasila dengan berbagai elemen kehidupan telah


membentuk sebuah sistem yang menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan
tertentu.Lahirnya nilai-nilai filosofi dijadikan sebagai bahan perenungan oleh para
pendiri negara untuk mencari identitas bangsa Indonesia. Kadar kebenaran dari
nilai-nilai yang ada digali hingga mencapai akar hakikatnya. Hal ini memunculkan
sifat spekulatif dalam membuktikan sistem filsafat dari Pancasila. Selain itu,
setiap bagian kebenaran dan pernyataannya yang berhubungan secara menyeluruh
dijadikan sebagai inti mutlak tata kehidupan masyarakat Indonesia.

Seiring dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat secara langsung


maupun tidak langsung telah memunculkan masalah baru yang lebih kompleks.
Capaianruang lingkup yang dihadapi pun kian meluas dan perlu diadakan
pengkajian lebih lanjut. Dalam hal ini, berbagai macam bentuk prinsip,
karakteristik, dan objek pada sistem filsafat mulai dimunculkan. Tujuannya tidak
lain untuk membuktikan kebenaran dari nilai-nilai filosofi yang dikaitkan dengan
perkembangan zaman yang ada. Upaya pendekatan terhadap nilai-nilai tersebut
bisa dijadikan sebagai pandangan awal untuk memahami sistem filsafat yang
terkandung di dalam Pancasila.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari pancasila?
2. Apa pengertian dari filsafat?
3. Apa maksud dari pancasila sebagai sistem filsafat?
4. Apa karakteristik, prinsip seta hakikat pacasila sebagai sistem filsafat?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari pancasila.
2. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat.
3. Untuk mengetahui maksud dari pancasila sebagai sitem filsafat.
4. Untuk mengetahui karakteristik, prinsip serta hakikat pancasila sebagai
sistem filsafat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1.4 PENGERTIAN PANCASILA
A. Secara Etimologis
Secara etimologis istilah “pancasila” berasal dari sansekerta dari
India (bahasa kata brahmana) adapun bhasa rakyat biasa adalah bahasa
Prakerta. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan
“pancasila” memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu :
“panca” artinya “lima”
“syila” vokal i pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”
“syila” vokal i panjang artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang
penting atau senonoh”

Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa


Jawa diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas.
Oleh karena itu secara etimologis kata “pancasila” yang dimaksudkan
adalah istilah “Panca Syiila” dengan vokal i pendek yang memiliki makna
leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki
lima unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari i
bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.

B. Secara Historis
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI
pertama dr. Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah,
khususnya akan dibahas pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah
tentang suatu calo rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk.
Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu
Mohammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut Ir. Soekarno
berpidato secara lisan mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia.
Kemudian untuk memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar,
hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu
seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.

3
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945
disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk pembukaa UUD
1945 dimana didalamnya termuat isi rumusan lima prnsip sebagai satu
dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa
Indonesia dan merupakan istilah umum. Walaupun dalam linea IV
Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”, namun yang
dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan
istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama
alam rangka pembentukancalon rumusan dasar negara, yang secara
spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.

C. Secara Terminologis
Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah
melahirkan negara Republik Indonesia. Untuk melengkai alat-alat
perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara-negara yang merdeka,
maka Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera
megadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah
berhasil mengesahkan UUD negara Republik Indonesia yang dikenal
dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1 Aturan
Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 Aturan Tambahan erdiri atas 2
ayat.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea
tersebut tercantum rumusan Pancasilla sebagai berikut :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kemanusiaan yang adildan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

4
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara
Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh
rakyat Indonesia.

1.5 PENGERTIAN FILSAFAT


Pengertian menurut arti katanya, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Yunani “Philosophia” terdiri dari kata Phile artinya Cinta dan Sophia
artinya Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat
yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan
artinya Kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat
atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
Cakupan dari pengertian filsafat yaitu :
1. Filsafat sebagai produk :
 Filsafat sebagai jenis pengetahuan, konsep, ilmu atau pemikiran
 Filsafat sebagai jenis problema yang dihadapi manusia, dan dicari
kebenaran yang timbul dari persoalan yang bersumber dari akal.
2. Filsafat sebagai proses :
Diartikan dalam bentuk suatu aktifitas berfilsafat dalam
proses pemecahan masalah dengan metode yang sesuai dengan
objeknya. Filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk
memperoleh kebenaran hakiki, karena filsafat telah mengalami
perkembangan yang cukup lama tentu dipengaruhi oleh berbagai
faktor, misalnya ruang, waktu, keadaan dan orangnya. Itulah sebabnya
maka timbul berbagai pendapat mengenai pengertian filsafat yang
mempunyai kekhususannya masing-masing, antara lain :
1. Rasionalisme atau mengagungkan akal
2. Materialisme atau mengagungkan materi
3. Individualisme atau mengagungkan individualitas
4. Hedonisme atau mengagungkan kesenangan

Pengertian Filsafat Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat yaitu :


a. Socrates (469-399 s.M.)

5
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau
berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahagia.
Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia akan
menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu dan mau
melakukan peninjauan diri atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap
diri secara obyektif.
b. Plato (472-347 s. M.)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf
adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam
pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak
berubah. Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan pencarian yang bersifat
spekulatif atau terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato
ini kemudan digolongkan sebagai filsafat spekulatif.

1.6 PANCASILA SEBAGAI SITEM FILSAFAT


Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father kita,
yang dituangkan dalam suatu sistem. Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan
pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila. Pancasila sebagai sesuatu
yang ada, maka dapat dikaji secara filsafat (ingat objek material filsafat adalah
segala yang ada), dan untuk mengetahui bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat,
maka perlu dijabarkan tentang syarat-syarat filsafat terhadap Pancasila tersebut,
jika syarat-syarat sistem filsafat cocok pada Pancasila, maka Pancasila merupakan
sistem filsafat, tetapi jika tidak maka bukan sistem filsafat. Sebelum itu pengertian
dari sistem itu sendiri adalah suatu kumpulan atau himpunan dari suatu unsur,
komponen, atau variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung
satu sama lain dan terpadu. Sistem mempunyai ciri ciri, yaitu:
1. Suatu kesatuan bagian-bagian/unsur/elemen/komponen.
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan,
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu (tujuan
sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

6
Dari pengertian serta ciri ciri dari sistem itu sendiri, maka Pancasila sebagai
suatu sistem filsafat juga harus menerapkan hal tersebut sebagai syarat bahwa
Pancasila berperan sebagai suatu sistem filsafat, sehingga memiliki ciri ciri
sebagai berikut, yaitu:
1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan
utuh. Dengankata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila
dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila.
2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat
digambarkan sebagai berikut:
a. Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5.
b. Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan
menjiwai sila 3, 4 dan 5;
c. Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan
menjiwai sila 4, 5;
d. Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan
menjiwai sila 5;
e. Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.

Dari situlah Pancasila bisa dikatakan sebagai suatu sistem filsafat, dimana
Pancasila menjadi satu kesatuan bagian-bagian (yaitu sila-sila pancasila), tiap sila
pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri, tiap sila pancasila tidak dapat berdiri
sendiri dan tidak saling bertentangan, dan keseluruhan sila pancasila merupakan
suatu kesatuan yang sistematis (majemuk tunggal). Membahas Pancasila sebagai
filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila yang bukan
saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada
umumnya.

1.7 KARAKTERISTIK, PRINSIP SERTA HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI


SISTEM FILSAFAT
A. Karakteristik Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Sebagai filsafat, pancasila mempunyai karakteristik sistem filsafat
tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya, diantaranya:

7
a. Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh.
Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila
dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan pancasila
b. Setiap sila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak bertentangan antara
satu dengan yang lain.
c. Susunan pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh dapat
dapat digambarkan sebagai berikut :
 Sila 1, meliputi, mendasari, dan menjiwai: sila 2, 3, 4, dan
5.
 Sila 2, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, serta mendasari
dan menjiwaisila 3,4, dan 5,
 Sila 3, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, serta
mendasari dan menjiwai; sila 4 dan 5.
 Sila 4, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, dan 3, serta
mendasari dan menjiwai sila 5.
 Sila 5, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, 3, dan 4.
d. Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur
asli/permanen/primer
e. Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-unsurnya
berasal dari dirinya sendiri.
f. Pancasila sebagai suatu realitas, artinya ada dalam diri manusia
Indonesia dan masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup
bangsa, yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam kehidupan
sehari-hari.

B. Prinsip Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Pancasila ditinjau dari Kausalitas Aristoteles dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan
materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial
budaya yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri.

8
2) Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan
bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD '45
memenuhi syarat formal (kebenaran formal);
3) Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam
menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi dasar negara
Indonesia merdeka;
4) Kausa Finalis. maksudnya berhubungan dengan tujuannya, yaitu
tujuan diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
merdeka.
Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi :
 Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.
 Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial;atu, yaitu
kesatuan memiliki kepribadian sendiri.
 Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan
bergotong royong.
 Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain
yang menjadi haknya

C. Hakikat Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Hakikat nilai-nilai pancasila dijadikan pangkal tolak permasalahannya
yang berwujud konsep pengalaman dengan bersifat objektif dan subjektif.
Pengamalan secara objektif adalah pengamalan di bidang kehidupan
kenegaraan atau kemasyarakatan (berupa pasal-pasal UUD, ketetapan
MPR, Undang-Undang Organik, dan peraturan-peraturan pelaksanaan
lainnya. Pengamalan secara subjektif adalah pengamalan yang dilakukan
oleh manusia individu, baik sebagai pribadi, warga bermasyarakat,
ataupun sebagai pemegang kekuasaan.
Dengan uraian yang merupakan penjabaran dari syarat-syarat filsafat
yang ternyata cocok diterapkan kepada Pancasila, ini menunjukkan dan
mengukuhkan bahwa Pancasila benar-benar suatu sistem filsafat. Yaitu
Sistem Filsafat Bangsa Indonesia, nama Indonesia ini ditambahkan karena
objek materialnya seperti telah diutarakan di muka adalah dari bangsa
Indonesia sendiri. Yaitu digali dari buminya Indonesia, dari nenek moyang

9
kita sejak lama, dari khasanah kehidupannya, dari kebiasaannya, adat
istiadatnya, kebudayaannya, serta kepercayaan dan agama-agamanya.

10
BAB III
PENUTUP
1.8 KESIMPULAN
Dari apa yang telah dijelaskan di atas, Pancasila merupakan kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat
atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup
bangsa dan negara Indonesia. Dan filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan
karena memiliki logika, metode dan sistem.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang
kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat, dimana pancasila memiliki
hakekatnya tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai dengan kelima sila-silanya
tersebut.
Pancasila yang dihubungkan dengan filsafat muncul dari hasil perenungan
para pendiri negara yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang
menjalankan kehidupan masyarakat luas. Terbangunnya sistem filsafat disini
memiliki hakikat satu kesatuan utuh dari beberapa elemen yang memiliki tujuan
tertentu dengan menjalankan fungsi yang saling ketergantungan. Keterkaitan
antara objek, prinsip, dan karakteristik Pancasila sebagai filsafat harus selaras
dengan hakikatnya. Sila-sila di dalam Pancasila dijadikan sebagai tolakan dalam
mengamalkan nilai-nilainya dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara.

1.9 SARAN
Saran yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh masyarakat
mengetahui seberapa penting Pancasila dan dapat mengamalkan nilai-nilai sila
dari pancasila dengan baik & benar, serta tidak melecehkan arti penting pancasila.

11
DAFTAR PUSTAKA

ASTAWA, I. P. (2017). MAKALAH PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT.


Auliya Tuhfatul Mardliyah, E. A. (2021). MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA.
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT.
RAMADHAN, F. G. (2015). MAKALAH PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT.

12

Anda mungkin juga menyukai