Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

FILSAFAT PANCASILA DALAM LINTASAN SEJARAH


BANGSA INDONESIA

OLEH:

SKOLASTIKA YULIANA KARFIN

NIM: 2110020086

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya

sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan

terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan

sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca

praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan

makalah ini.

Kupang, 11 Februari 2022

Penulis

Skolastika Yuliana Karfin

i
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................................

KATA PENGATAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

2.1 Tinjauan Pustaka Filsafat Pancasila ............................................................................ 3

2.2 Filsafat Pancasila Dalam Lintas Sejarah Bangsa Indonesia ....................................... 8

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 16

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 16

3.2 Saran ......................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang menyokong

negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta agar tidak terombang ambing oleh

persoalan yang muncul pada masa kini. Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi

manusia berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka

terdapat sesuatu yang bersifat dialektis antara ideologi dengan masyarat negara. Di suatu

pihak membuat ideologi semakin realistis dan pihak yang lain mendorong masyarakat

mendekati bentuk yang ideal. Idologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa

maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Indonesia puntak

terlepas dari hal itu, dimana Indonesia memiliki dasar negara yang sering kita sebut

Pancasila.

Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa dan dasar negara Indonesia, dalam

pengamalanya merupakan penuntun setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa berfungsi sebagai penuntun tindakan

subjektif individual agar tercapai kehidupan harmonis antar wrga negara yang berbeda suku

bangsa dan agama. Pancasila sebagai dasar negara menjadi panutan bagi setiap

penyelenggaraan kenegaraan yang terwujud dalam peraturan-peraturan dari yang tertinggi

samapai yang terendah. Dengan demikian Pancasila merupakan dasar pokok yang

mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia untuk mewujudkan cita-cita bangsa

yaitu masyarakat adil dan makmur baik lahiria maupun barinia (Murni, 2017:72).

Pada hakikatnya pansasila merupakan sebua ilmu filsafat, karena Pancasila itu sendiri

mengandung nilai pandangan serta pemikiran saling berkaitan menjadi kesatuan yang utuh.

Filsafat Pancasila dapat diartikan sebagai suatu refleksi kritis dan rasional Pancasila sebagai

1
Dasar Negara Indonesia. Yang dimana tujuanya adalah untuk mendapatkan nilai-nilai

pengertianya yang mendasardan menyeluruh dari Pancasila itu sendiri (www.ppkn.co.id).

Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia mengandung

makna bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan, kenegaraan dan kemasyarakatan harus

didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan persatuan, kerakyatan dan

keadilan, karena itu semua merupakan dasar dari negara Indonesia yang tercantum dalam

lima sila Pancasila (Dewantara, A. (2017). Pancasila juga menjadi bagian paling penting

dalam sejarah bangsa Indonesia. Kedudukan Pancasila menjadi pasang surut baik dalam

pengamalanya maupun pemahamannya.

Setelah runtuhnya Orde Baru Pancasila seolah olah tengelam dalam pusaran sejarah yang

tak lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila sebagai dasar

negara kini nyaris kehilangan fungsi praksisnya, seolah hanya tinggal kedudukan

formalnya. Dalam koteks ini filsafat Pancasila menjadi symbol yang utama dalam sejarah

pembangunan bangsa Indonesia hingga saat ini. Oleh karena keterkaitan antara filsafat

Pancasila yang erat kaitanya dengan sejarah Indonesia, maka penulis akan membahas topik

ini dalam makalah berjudul FILSAFAT PANCASILA DALAM LINTASAN SEJARAH

BANGSA INDONESIA.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari Pancasila?

2. Apa pengertian filsafat?

3. Bagaimana filsafat Pancasila dalam lintas sejarah bangsa Indonesia?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah kewarganegaraan

2. Untuk memberi pemahaman kepada pembaca terkait filsafat Pancasila dalam lingkup

sejarah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TINJAUAN PUSTAKA FILSAFAT PANCASILA

2.1.1 Pengertian Pancasila

1. Secara etimologis

Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta.

Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa SansekertaPancasila memiliki 2

macam arti secara leksikal yaitu: panca artinya “lima”, syila vokal i pendek

artinya “batu sendi”, syiila vokal I panjang artinya “peraturan tingkah laku yang

baik, yang penting atau yang senonoh” (Kaelan, 2010:21). Kata-kata tersebut

kemudian diserap ke bahasa Indonesia yaitu “Susila” yang berkaitan dengan

moralitas. Oleh karena hal tersebut secara etimologis diartikan sebagai “Panca

Syila” yang memiliki makna berbatu sendi lima atau secara harafiah berarti

“dasar yang memiliki lima unsur”. Berdasarkan Penjelasan di atas maka secara

etimolgis Pancasila dapat diartikan sebagai dasar atau landasan hidup yang

berjumlah lima unsur atau memiliki lima unsur.

2. Secara Histori

Pengertian Pancasila secara historis berarti perumusan Pancasila sebagai dasar

negara tidak terlepas dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut

kemerdekaan. Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidan BPUPKI

pertama dr.Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya

akan dibahas pada sidang tersebut.

Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia

yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang

pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno. Pada tanggal 1

3
Juni 1945 di dalam sidang tersebut Ir.Soerkarno berpidato secara lisan (tanpa

teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk

memberi nama istilah dasar negara tersebut Soekarno memberikan nama

“Pancasila” yang artinya lima dasar.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan

kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945

disahkanlah Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945

dimana di dalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip sebagai

satu dasar negara yang diberi nama Pancasila. Sejak saat itulah perkataan

Pancasila telah menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum.

3. Secara timinologi

Secara terminologi Pancasila dapat diartikan sebagai lima prinsip dasar negara.

Pasca kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, keesokan harinya PPKI

mengadakan sidang sebagai sarana untuk melengkapi alat-alat kelengkapan

negara yang telah merdeka. Dalam sidang tersebut telah berhasil mengesahkan

UUD negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal dengan nama UUD

1945.

Pada saat sidang pengesahan UUD 1945 beserta Pembukaannya oleh PPKI,

naskah Pancasila yang terdapat dalam bagian Pembukaan UUD 1945 adalah

sebagai berikut:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

3) Pesatuan Indonesia

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/ Perwakilan.

4
5) Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan Pancasila sebagaimana tecantum dalam pembukaan UUD 1945

inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara RI.

2.1.2 Pengertian Filsafat

Secara etimologi, lahirnya filsafat sebagai satu sistem pemikiran tersendiri yang tidak

bisa lepas dari apa yang terjadi di Yunani pada 600 SM, yakni awal ditinggalkannya

pemikiran mitologis yang digantikan dengan cara pemikiran yang lebih rasional dan

argumentatif. Filsafat berasal dari kata Yunani: philos (cinta) dan sophos (pengetahuan

atau kebijaksanaan). Filsafat merupakan sebuah usaha berpikir secara rasional

(bernalar), sistematik (runtut), radikal (mendalam), komprehensif (menyeluruh), dan

universal (objekti, intersubjekut) tentang segala sesuatu. Berbeda dengan pemikiran

mitologis yang cenderung irasional, kontradiktif, terfragmentasi dan subjektif

(Soedarso, 2006: 42).

Menurut (Filsafat dapat dilihat artinya dari dua sisi yaitu sebagai berikut: Filsafat

sebagai metode atau cara berpikir adalah cara aytau proses berpikir yang sedalam-

dalamnya atau mendasar sampai hakikat dari pada objek yang dipikirkan. Untuk itu

filsafat menghadapi objeknya harus secara menyeluruh atau komprehnsif. Ilmu-

ilmu special atau ilmu vak tidak sampai pada hakikat di dalam mempelajari

objeknya. Ilmu tersebut hanya sampai pada samapai tingkat pengetahuan dekriptif,

kasual, dan normative.

Filsafat sebagai sistem berpikir yang tersendiri biasa disebut sebagai “mother of

science”, ibu dari segala ilmu. Perkembangan pengertian tentang filsafat dapat dirunut

5
dari penjelasan yang dikemukakan oleh beberapa filsuf atau kelompok filsuf sebagai

berikut (Lechte, 2001).

a. Pythagoras (580-500 SM) Orang pertama kali yang mengemukakan istilah

“filsafat”. Sebagai orang yang memiliki kecerdasan matematik luar biasa,

Pythagoras hanya mengaku sebagai “pencinta pengetahuan” (philos=cinta,

shopia=pengetahuan). Sebagai seorang yang dikenal cerdik pandai, Pythagoras

tidak menyombongkan diri dengan mengaku-ngaku telah memiliki pengetahuan

meskipun sebenarnya pengetahuan yang dimilikinya tidak diragukan lagi.

b. Socrates (468-399 SM) Socrates adalah guru dari Plato, sedangkan Plato

merupakan guru Aristoteles. Socrates, Plato dan Aristoteles adalah trio filsuf

besar Yunani kuno yang pengaruhnya terasa sampai sekarang. Socrates

memandang pengetahuan tidak semata-mata bersifat subjektif dan relatif,

melainkan sebetulnya ada pengetahuan yang objektif dan tetap, bila kita dapat

menemukannya. Filsafat membantu manusia untuk menemukan pengetahuan

yang objektif dan tetap.

c. Plato (427-347 SM) Berfilsafat sama artinya dengan membuka kembali tabir

pengetahuan sejati, abadi dan tak berubah, yaitu pengetahuan yang berasal dari

“dunia ide”, yang telah tertutupi oleh “dunia maya” yang serba berubah dan tidak

abadi dalam alam ini. Plato membedakan antara pengetahuan sejati dan

pengetahuan yang semu. Keberadaan filsafat adalah untuk menemukan

pengetahuan sejati yang bekerja di balik alam ini.

d. Aristoteles (384-322 SM) Aristoteles dikenal sebagai Bapak Logika. Berfilsafat

menurutnya adalah menemukan pengetahuan yang benar dengan berpijak pada

pengamatan terhadap alam ini, bukan berpijak pada ‘alam lain’ sebagaimana

halnya Plato. Dengan filsafat, seseorang dapat membedakan pengetahuan yang

6
mendasar (substansial, pokok) dengan yang hanya berupa penampakan

(aksidensial, hanya kebetulan).

e. Al Kindi (801-865) Filsuf Islam pertama dan seorang ahli di bidang kedokteran,

matematika, penggubah lagu, dan astronomi. Filsafat dipandang tidak

bertentangan dengan Al Qur’an, justru melengkapinya. Menurutnya terdapat dua

jenis pengetahuan: pengetahuan ilahiyah (sumbernya wahyu) dan pengetahuan

insaniyah (sumbernya akal pikiran).

f. Descartes (1596-1650) Ahli geometri dan penemu diagram cartesius ini dikenal

sebagai Bapak Filsafat Modern. Filsafat dimulai dengan meragukan segala

sesuatu sampai kemudian memperoleh pengetahuan yang kokoh, yang tidak dapat

diragukan lagi, bahkan sampai akhirnya berakhir pada pengakuan tentang adanya

Tuhan.

2.1.3 Filsafat Pancasila

Menurut Safitri (2022) Pancasila adalah dasara filsafat, asas kerohaniaan, Ideologi

Negara Republik Indonesia. Penegasan kedudukan Pancasila di dalam negara republic

Indonesia sudah dikemukakan Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan,

nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi

Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis

dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa,

dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan

menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil

permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding father kita, yang

dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani). Filsafat Pancasila memberi

pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila (Notonagoro).

7
Filsafat pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasionl tentang

pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk

mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila

dikatakan sebagai filsafat karena pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang

mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers Indonesia, yang di tuangkan dalam

suatu system (Abdul Gani 1998).

Pengertian filsafat pancasila secara umum adalah hasil berfikir atau pemikiran yang

sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini seba

gai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang benar, adil, bijaksana dan paling

sesuai dengan kehidupan dan kepribadian bangsa Indonesia. Filsafat pancasila

kemudian dikembangkan oleh Soekarno sejak 1955 sampai kekuasaannya berakhir

pada 1965. Pada saat itu Soekarno selalu menyatakan bahwa pancasila merupakan

filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia, serta merupakan

akulturasi budaya India (hindu-buddha), Barat (Kristen), Arab (Islam).

2.2 FILSAFAT PANCASILA DALAM LINTAS SEJARAH BANGSA INDONESIA

Beberapa teori tengtang filsafat Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menurut

Mardino, (2021)

1. Sumber Histori Pancasila

Nilai Historis Pancasila nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan,

dan agama yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan

dahulu. Misalnya, sila Ketuhanan sudah ada pada zaman dahulu, meskipun dalam

praktik pemujaan yang beraneka ragam, tetapi pengakuan tentang adanya Tuhan sudah

diakui. Dalam of Philosophy disebutkan beberapa unsur yang ada dalam agama,

seperti kepercayaan kepada. kekuatan supranatural, perbedaan antara yang sakral dan

yang profan, tindakan ritual pada objek sakral, sembahyang atau doa sebagai bentuk

8
komunikasi kepada Tuhan, takjub sebagai perasaan khas keagamaan, tuntunan moral

diyakini dari Tuhan, konsep hidup di dunia dihubungkan dengan Tuhan, kelompok

sosial seagama dan seiman.

2. Pancasila sebagai Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

a. Pancasila Pada Era Pra Kemerdekaan

Asal mula Pancasila secara budaya, Menurut Pancasila, menyatakan bahwa unsur

Sunoto (1984) melalui kajian filsafat unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia

sendiri, walaupun secara formal Pancasila baru menjadi dasar Negara Republik

Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh sebelum bangsa Indonesia

telah memiliki unsur tanggal tersebut unsur Pancasila dan bahkan melaksanakan di

dalam kehidupan merdeka. Sejarah bangsa Indonesia memberikan bukti yang dapat

kita cari dalam berbagai adat istiadat, tulisan, bahasa, kesenian, kepercayaan,

agama dan kebudayaan pada umumnya. (Sunoto, 1984:1). Dengan rinci Sunoto

menunjukkan fakta historis, diantaranya adalah:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa: bahwa di Indonesia tidak pernah ada Putus-

putusnya orang percaya kepada Tuhan.

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab: bahwa bangsa Indonesia terkenal

ramah tamah, sopan santun, lemah lembut dengan sesama manusia.

3) Persatuan Indonesia: bahwa bangsa Indonesia dengan ciri bersatu, dan

kekeluargaan.

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat permusyawaratan/perwakilan:

bahwa unsur masyarakat kita.cirinya guyub, rukun, kebijaksanaan dalam

unsur demokrasi sudah ada dalam

9
5) Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia: bahwa bangsa Indonesia

dalam menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat social dan be

rlaku adil terhadap sesama.

Pancasil sebagai dasar negara Republik Indonesia, ditetapkan pada tanggal 18

Agustus 1945 sebagai dasar negara, maka nilainilai kehidupan berbangsa, bernegara

dan berpemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancas

kenyataannya, nilaiila, namun pada nilai yang ada dalam Pancasila telah

dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan kita praktekkan hingga

sekarang. Hal ini berarti bahwa semua nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila

telah ada dalam kehidupan rakyat Indonesia sejak zaman nenek moyang.Pada

tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan Rancangan

pembukaan Hukum Dasar, yang oleh Mr. M. Yamin dinamakan Jakarta Charter

atau Piagam Jakarta. Di dalam rancangan pembukaan alinea keempat terdapat

rumusan Pancasila yang tata urutannya tersusun secara sistematis:

1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk

pemeluknya

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab

3) Persatuan Indonesia

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusywaratan perwakilan

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Selain itu, dalam piagam Jakarta pada alinea ketiga juga memuat rumusan teks

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang pertama berbunyi “Atas berkat rahmat

Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya

berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini

10
menyatakan kemerdekaannya”.Kalimat ini merupakan cetusan hati nurani bangsa

Indonesia yang diungkapkan sebelum Proklamasi ke sebagai merdekaan, sehingga

dapat disebut declaration of Indonesian Independence.

b. Pancasila pada Era Kemerdekaan

Bangsa Indonesia pasca kemerdekaan mengalami banyak perkembangan. Sesaat

setelah kemerdekaan Indonesia pada 1945, Pancasila melewati masa-masa

percobaan demokrasi. Pada waktu itu, Indonesia masuk ke dalam era percobaan

demokrasi multi-partai dengan sistem kabinet parlementer. Partai-partai politik

pada masa itu tumbuh sangat subur, dan proses politik yang ada cenderung selalu

berhasil dalam mengusung kelima sila sebagai dasar negara (Somantri, 2006).

Pancasila pada masa ini mengalami masa kejayaannya. Selanjutnya, pada akhir

tahun 1959, Pancasila melewati masa kelamnya dimana Presiden Soekarno

menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Pada masa itu, presiden dalam rangka

tetap memegang kendali politik terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk

memerankan politik integrasi paternalistik (Somantri, 2006). Pada akhirnya, sistem

ini seakan mengkhianati nilai-nilai yang ada dalam Pancasila itu sendiri, salah

satunya adalah sila permusyawaratan. Kemudian, pada 1965 terjadi sebuah

peristiwa bersejarah di Indonesia dimana partai komunis berusaha melakukan

pemberontakan. Pada 11 Maret 1965, Presiden Soekarno memberikan wewenang

kepada Jenderal Suharto atas Indonesia. Ini merupakan era awal orde baru dimana

kemudian Pancasila mengalami mistifikasi. Pancasila pada masa itu menjadi kaku

dan mutlak pemaknaannya. Pancasila pada masa pemerintahan presiden Soeharto

kemudia menjadi core-values (Somantri, 2006), yang pada akhirnya kembali

menodai nilai-nilai dasar yang sesungguhnya terkandung dalam Pancasila itu

11
sendiri. Pada 1998, pemerintahan presiden Suharto berakhir dan Pancasila

kemudian masuk ke dalam era baru yaitu era demokrasi, hingga hari ini.

c. Pancasila Era Orde Lama

Pancasila sebagai idiologi Negara dan falsafah bangsa yang pernah

dikeramatkan dengan sebutan azimat revolusi bangsa, pudar untuk pertama kalinya

pada akhir dua dasa warsa setelah proklamasi kemerdekaan. Meredupnya sinar api

pancasila sebagai tuntunan hidup berbangsa dan bernegara bagi jutaan orang

diawali oleh kahendak seorang kepala pemerintahan yang terlalu gandrung pada

persatuan dan kesatuan. Kegandrungan tersebut diwujudkan dalam bentuk

membangun kekuasaan yang terpusat, agar dapat menjadi pemimpin bangsa yang

dapat menyelesaikan sebuah revolusi perjuangan melawan penjajah (nekolim,

neokolonialisme) serta ikut menata dunia agar bebas dari penghisapan bangsa atas

bangsa dan penghisapan manusia dengan manusia.

Orde lama berlangsung dari tahun 1959-1966. Pada masa itu berlaku demokrasi

terpimpin. Setelah menetapkan berlakunya kembali UUD 1945, Presiden Soekarno

meletakkan dasar kepemimpinannya. Yang dinamakan demokrasi terimpin

yaitudemokrasi khas Indonesia yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan. Demokrasi terpimpin dalam prakteknya tidak sesuai

dengan makna yang terkandung didalamnya dan bahkan terkenal menyimpang.

Dimana demokrasi dipimpin oleh kepentingan-kepentingan tertetu.

Masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan politik dan pemerintah sering terjadi

penyimpangan yang dilakukan Presiden dan juga MPRS yang bertentangan dengan

pancasila dan UUD 1945. Artinya pelaksanaan UUD1945 pada masa itu belum

dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi karena penyelenggaraan

12
pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang presiden dan lemahnya control yang

seharusnya dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan.

Selain itu, muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang

berkepanjangan sehingga situasi politik, keamanaan dan kehidupan ekonomi makin

memburuk puncak dari situasi tersebut adalah munculnya pemberontakan

G30S/PKI yang sangat membahayakan keselamatan bangsa dan Negara.

Mengingat keadaan makin membahayakan Ir. Soekarno selaku presiden RI

memberikan perintah kepada Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 1969

(Supersemar) untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya

keamanaan, ketertiban dan ketenangan serta kesetabilan jalannya pemerintah.

Lahirnya Supersemar tersebut dianggap sebagai awal masa Orde Baru.

d. Pancasila Era Orde Baru

Era Orde Baru dalam sejarah republik ini merupakan masa pemerintahan yang

terlama, dan bisa juga dikatakan sebagai masa pemerintahan yang paling stabil.

Stabil dalam artian tidak banyak gejolak yang mengemuka, layaknya keadaan

dewasa ini. Stabilitas yang diiringi dengan maraknya pembangunan di segala

bidang. Era pembangunan, era penuh kestabilan, menimbulkan romantisme dari

banyak kalangan.

Diera Orde Baru, yakni stabilitas dan pembangunan, serta merta tidak lepas dari

keberadaan Pancasila. Pancasila menjadi alat bagi pemerintah untuk semakin

menancapkan kekuasaan di Indonesia. Pancasila begitu diagung-agungkan;

Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai dan hakikatnya kepada rakyat; dan rakyat

tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang mengganjal.

Menurut Hendro Muhaimin bahwa Pemerintah di era Orde Baru sendiri

terkesan “menunggangi” Pancasila, karena dianggap menggunakan dasar negara

13
sebagai alat politik untuk memperoleh kekuasaan. Disamping hal tersebut,

penanaman nilai-nilai Pancasila di era Orde Baru juga dibarengi dengan praktik

dalam kehidupan sosial rakyat Indonesia. Kepedulian antarwarga sangat kental,

toleransi di kalangan masyarakat cukup baik, dan budaya gotong-royong sangat

dijunjung tinggi. Selain penanaman nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari

penggunaan Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi, yang

menyatakan bahwa semua organisasi, apapun bentuknya, baik itu organisasi

masyarakat, komunitas, perkumpulan, dan sebagainya haruslah mengunakan

Pancasila sebagai asas utamanya.

Pada era Orde Baru sebagai era “dimanis-maniskannya” Pancasila. Secara

pribadi, Soeharto sendiri seringkali menyatakan pendapatnya mengenai keberadaan

Pancasila, yang kesemuanya memberikan penilaian setinggi-tingginya terhadap

Pancasila. Ketika Soeharto memberikan pidato dalam Peringatan Hari Lahirnya

Pancasila, 1 Juni 1967. Soeharto mendeklarasikan Pancasila sebagai suatu force

yang dikemas dalam berbagai frase bernada angkuh, elegan, begitu superior. Dalam

pidato tersebut, Soeharto menyatakan Pancasila sebagai “tuntunan hidup”, menjadi

“sumber tertib sosial” dan “sumber tertib seluruh perikehidupan”, serta merupakan

“sumber tertib negara” dan “sumber tertib hukum”. Kepada pemuda Indonesia

dalam Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1974, Soeharto menyatakan, “Pancasila

janganlah hendaknya hanya dimiliki, akan tetapi harus dipahami dan dihayati!”

Dapat dikatakan tidak ada yang lebih kuat maknanya selain Pancasila di Indonesia,

pada saat itu, dan dalam era Orde Baru.

e. Pancasila Era Reformasi

Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai

dasar negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga

14
negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi

dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila menjadi kerangka

berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar negara ia

sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai negara hukum,

setiap perbuatan baik dari warga masyarakat maupun dari pejabat-pejabat harus

berdasarkan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam kaitannya

dalam pengembangan hukum, Pancasila harus menjadi landasannya. Artinya

hukum yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-

sila Pancasila. Substansi produk hukumnya tidak bertentangan dengan sila-sila

pancasila.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pada masa Orde Lama, yaitu pada masa kekuasaan Presiden Soekarno, Pancasila

mengalami ideologisasi. Artinya, Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai

keyakinan dan kepribadian bangsa Indonesia. Kenyataannya, Pancasila hanya dijadikan

sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan dengan diangkatnya presiden dengan

masa jabatan seumur hidup. Pada masa Orde Baru, yaitu pada masa kekuasaan Presiden

Soeharto, bangsa Indonesia kembali menjadikan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945 sebagai dasar negara. Kenyataannya, Pancasila lagi-lagi hanya dijadikan sebagai alat

untuk melanggengkan kekuasaan otoriter Presiden Soeharto yang berkuasa selama lebih

kurang 32 tahun.

Era Reformasi yang diharapkan sebagai era pembaruan memberikan angin segar bagi

bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia diharapkan kembali mengamalkan nilai-nilai

luhur Pancasila sebagai pedoman berbangsa dan bernegara. Akan tetapi, faktanya

justru pada Era Reformasi ini bangsa Indonesia dirasakan semakin jauh dari nilai-

nilai luhur Pancasila. Rakyat Indonesia mengalami degradasi moral dan cenderung

liberalis karena pengaruh globalisasi. Tindak pidana korupsi dilakukan secara

terang-terangan seolah-olah telah membudaya di Indonesia.

3.2 SARAN

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebenarnya merupakan perwujudan

dari nilai-nilai budaya milik bangsa sendiri yang diyakini kebenarannya. Pancasila

digali dari budaya bangsa yang sudah ada, tumbuh, dan berkembang berabad-abad

lamanya. Oleh karena itu, bangsa Indonesia wajib mengamalkan nilai-nilai luhur

Pancasila karena Pancasila mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.

16
DAFTAR PUSTAKA

Lechte, John, 2001, 50 Filsuf Kontemporer, alih bahasa: A Gunawan Admiranto, Penerbit

Kanisius, Yogyakarta.

https://hot.liputan6.com/read/4566890/pengertian-pancasila-menurut-etimologis-

terminologis-dan-sejarah-wajib-paham

https://ppkn.co.id/pancasila-sebagai-sistem-filsafat/

Maardino putra, 2021. Sumber Sejarah Pancasila Sebagai Kajian Sejarah Bangsa Indonesia.
Soedarso, 2006. Jurnal Filsafat Pancasila. Vol 39 Nomor 1

Yanti, 2021. Sumber Historis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.

Wreksosuhardjo,2005. Ilmu Pancasila Yuridis Kenegaraan dan Ilmu Filsafat Pancasila

17
18

Anda mungkin juga menyukai