INTERAKSI GEN
Disusun Oleh :
Kelompok 5
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur tak lupa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan segala limpahan rahmad
serta hidayahnya hingga kami selaku kelompok 5 mampu memenuhi tugas pada
mata kuliah Genetika, untuk menyusun dan membuat makalah dengan pokok
bahasan “Interaksi Gen”. Kajian makalah ini memuat mengenai bagaimana
interaksi gen terjadi pada mahluk hidup dan macam-macam jenis interaksi gen yang
ditemukan pada mahluk hidup.
Dengan hati yang lapang kami menyadari jika makalah ini tentunya masih
belum bisa dikatakan sempurna. Namun besar harapan kami agar makalah ini dapat
membantu mahasiswa dalam perkuliahan dan menambah wawasan bagi kita semua.
Untuk itu kami membuka partisipasi pembaca untuk memberikan saran ataupun
kritikan yang bersifat membangun.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 22
B. Saran .................................................................................................. 22
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3. variasi genotip dan fenotipe warna merah pada biji gandum... ..........19
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
satu gen tunggal membawa satu sifat dan gen berada pada kromosom yang
berbeda atau pada kromosom yang sama tetapi gen sangat berjauhan.1
bentuk persilangan mahluk hidup. Hal ini dibuktikkan oleh W.Bateson dan
R.C Punet pada tahun 1906 dengan persilangan antara kacang kapri
berbunga ungu yang memiliki serbuk sari lonjong dengan bunga merah
Morgan seorang sarjana dari Amerika Serikat. Pada tahun 1910 Morgan
1
Yusuf Effendi, Genetika Dasar. (Magelang : Pustaka Rumah Cinta, 2020), 45
1
mekanisme pewarisanya dapat berbeda dari hukum mendel. Dapat dilihat
contohnya pada lalat buah yang hingga kini diketahui mengandung sekitar
5.000 gen dengan hanya 4 kromosom yang dimilikinya. Hal ini berati dalam
satu buah kromosom tidak hanya tersusun satu jenis gen saja tetapi dapat di
masing, akan tetapi gen mampu saling berinteraksi sehingga akan saling
memungkinkan adanya sifat baru yang muncul akibat adanya pengaruh gen
lain, hal inilah yang mengakibatkan adanya rasio fenotipe dapat berbeda
ini disusun untuk mengetahui mengenai interaksi antar gen pada mahluk
hidup dan apa saja jenis-jenis interaksi gen yang ada dalam mahluk hidup.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Mendel memiliki dua hukum yang sesuai dnegan jenis persilangan yang
mendel menyilangkan individu dengan dua sifat yang berbeda dan terjadi
kedua (F2) memiliki rasio fenotipe 3 : 1 dan pada hukum mendel II rasio
fenotipe adalah 9 : 3 : 3 : 1.2 Pada awalnya rasio ini dianggap berlaku untuk
penyimpangan dari hukum mendel. Setiap gen yang membawa sifat dapat
menghasilkan suatu sifat untuk individu. Gen yang saling berinteraksi dapat
berasal dari kromosom yang sama dan juga mungkin berasal dari kromosom
2
Ibid, 53-54
3
fenotipe yang dimunculkan dalam suatu persilangan sehingga rasio fenotipe
semu hukum mendel adalah bentuk penyimpangan yang terjadi ketika hasil
dihibrid pada hukum mendel. fenotipe adalah karakter yang muncul dan
dapat diamati. 3
Bateson (1861-1926) disusul oleh R.C. Punnet pada 1906, dan di ikuti oleh
3
D.Nyoman oka dan I. Gede Sudigaryasa, Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu
Hukum Mendel, (Bali : Pustaka Larasan, 2021), 39.
4
Ibid, 40
4
B. Interaksi Gen
karakter atau sifat pada individu. Gen dapat melakukan interaksi dengan gen
yang lainnya dalam menampilkan suatu sifat atau fenotipe. Gen-gen yang
kromosom yang berbeda. Peristiwa yang terjadi ketika ada dua gen atau
interaksinya.5
semu hukum mendel yang tidak mengubah patokan angka rasio fenotipe
fenotipe yang ada terbentuk dari adanya kerja sama atau interaksi dari gen
gen yang berasal dari alel lain. Interaksi gen yang pertama kali diamati oleh
5
Elya Nusantari, Genetika : Belajar Genetika dengan Mudah dan Komprehensif, (Sleman
: Deepublis, 2015), 188.
5
William D. Stanfield mengungkapkan bahwa fenotipe muncul karen
6
adanya produk gen yang di ekspresikan dalam suatu lingkungan.
secara internal meliputi hormon dan enzim. Struktur protein yang ada akan
dirinci oleh gen, dan semua enzim merupakan sebuah protein. Enzim
suatu bentuk substansi lain. Setiap tahapan selalu melibatkan suatu enzim
produk akhir yang dapat menyusun suatu jalur biosintesis. Interaksi antar
gen kemudan terjadi apabila terdapat dua atau lebih gen yang
dapat berlangsung dalam suatu lokus yang sama dan juga lokus yang
berbeda. Interaksi gen yang berada dalam suatu lokus yang sama disebut
juga sebagai interaksi antar alel (intra-alelik) sementara yang berbeda lokus
beberapa fenotip yang berbeda akibat gen memngearuhi ekspresi gen lain.
Sementara pada interaksi antar alel interaksi hanya terjadi apabila ada gen
6
William D. Stansfield, Genetika Edisi kedua (Jakarta: Erlangga, 1991), 66.
6
dominan yang mampu menutupi sifat gen resesifnya baik secara
mendel.
1. Dominan Sempurna
Contoh : persilangan antara kacang ercis biji hijau dengan kacang ercis
memiliki sifat yang sama kuatnya sehingga kita terjadi persilangan gen
dominan tidak dapat menutupi secara sempurna sifat gen resesifnya dan
genotipe heterozigot.
Contoh
pertama tanaman berbunga merah muda (Rr). Keadaan ini terjadi karena
7
pada persilangan tersbeut gen dominan R tidak mampu menutupi sifat
3. Kodominan
masing gen.
Contoh :
Persilangan pada sapi yang memiliki rambut merah (R) yang kodominan
4. Alel ganda
Alel ganda ialah adanya tiga atau lebih gen dalam satu alel. Alel ganda
terjadi karena adanya mutasi pada gen sehingga dalam satu alel dapat
diisi oleh lebih dari dua alel. Interaksi alel ganda dapat memunculkan
fenotipe baru.7
Contoh :
warna rambut yaitu abu-abu tua, abu-abu muda, putih dengan bercak
hitam apda beberapa bagian, dan albino. Ke empat warna pada rambut
kelinci dibentuk dari adanya empat alel dengan urutan alel yang paling
dominan hingga ke yang paling resesif yaitu C+, Cch, Ch, dan C.
7
Yusuf Effendi, Genetika Dasar. (Magelang : Pustaka Rumah Cinta, 2020), 60
8
5. Alel letal
memunculkan sifat yang penting.8 Alel letal terbagi menjadi dua yaitu :
memiliki kelainan berupa kaki dan sayap yang lebih pendek dari
keadaan normal.
Contoh :
Gen letal resesif pada jagung. Pada jagung reseif homozigot terjadi
mengalami kematian.
8
Ibid, 62.
9
C. Macam-Macam Interaksi Gen
1. Atavisme
Pada contoh tersebut kedua alel yakni alel Y dan alel R keduanya
memberikan efek pengaruhnya secara terpisah dan bebas. Artinya alel Y
akan memberikan efek permukaan biji kacang ercis apakah halus atau
keriput, tanpa memberikan kontribusi efek ke sifat warna biji kacang
ercisnya. Hal ini yang disebut dengan warna independent pada hukum
mendel yang terungkap pada persilangan dihibrid. Namun kenyataannya di
alam banyak terdapat kasus dimana dua alel atau lebih yang berbeda saling
memberikan pengaruhdan berinteraksi sehingga memunculkan efek
kombinasi fenotip yang berbeda dengan induknya, fenomena ini yang
disebut dengan interaksi gen atau atavisme.9
9
Wildan Yatim, Genetika, (Bandung : Tarsito, 1980)
10
Salah satu contoh interaksi atavisme terjadi pada bentuk pial
(jengger) ayam yang pertama kali diperkenalkan oleh W. Bateson dan
R.C.Punnet dimana karakter jengger tidak hanya diatur oleh satu gen, tetapi
oleh dua gen yang berinteraksi. Pada beberapa jenis ayam, gen R mengatur
jengger untuk bentuk ros, gen P untuk fenotip pea, gen R dan gen P jika
bertemu akan membentuk fenotip walnut. Adapun gen r bertemu p akan
membentuk fenotip single.
Genotipe Fenotipe
RRPP Walnut
RRpp Rose
rrPP Pea
Rrpp Single
Berdasarkan hasil persilangan tersebut dapat diketahui rasio fenotip
model pilial ayam mendapatkan rasio fenotip 9 Walnut : 3 Ros : 1 Single.
Berbeda dengan persilangan kacang ercis yang dilakukan Mendel maka
sifat dua buah bentuk jengger dalam satu ayam sangatlah ganjil. Dengan
adanya interaksi antara dua gen dominan dan gen resesif seluruhnya akan
11
menghasilkan variasi fenotip baru, yakni ros dan pea. Gen dominan R yang
berinteraksi dengan gen dominan P akan menghasilkan bentuk jengger pea.
Perbedaan bentuk jengger ayam ini dinamakan dengan atavisme.10
2. Kriptomeri
Kriptomeri merupakan suatu peristiwa dimana suatu faktor tidak
tampak pengaruhnya bila berdiri sendiri, tetapi baru tampak pengaruhnya
bila ada faktor lain yang menyertainya. Dengan kata lain bahwa kriptomeri
adalah peristiwa dimana suatu faktor dominan baru nampak pengaruhnya
bila bertemu dengan faktor dominan lain yang bukan alelnya. Kriptomeri
memiliki ciri khas ada karakter baru muncul bila ada 2 gen dominan yang
bukan alelnya berada bersamaan. Faktor dominan ini seolah olah sembunyi
(kriptos). Jadi faktor yang tersembunyi tersebut adalah faktor kriptomer.
Interaksi bentuk kriptomeri sifatnya menyembunyikan karakter yang
terdapat pada leluhur (atavisme).
Kriptomeri pertama kali diungkapkan oleh Corens pada saat
menyilangkan bunga Linaria marrocana galur murni warna merah dan
putih. Dimana generasi F1 hasil persilangan didapatkan semua bunga
berwarna ungu. Kemudian bunga tersebut disilangkan dengan sesamanya
menghasilkan generasi F2 hasilnya didapatkan fenotip bunga ungu , merah,
dan putih dengan perbandingan 9:3:4. Dari hasil tersebut diduga kuat
bahwa persilangan tersebut merupakan persilangan dihibrida. Berdasarkan
penelitian Correns gen pembentuk antosianin dominan terhadap gen tanpa
antosianin. Pigmen antosianin berwarna merah jika berada dalam
sitoplasma sel yang bersifat asam, jika ditoplasma bersifat basa, pigmen
akan berwarna ungu. Sifat asam basa sitoplasma ini dipengarhi oleh gen
lain. Dan gen penyebab sitoplasma basa ini bersifat dominan.
Keterangan :
A = ada pigmen warna anthosianin
B = protoplasma basa
a = tidak ada pigmen warna anthosianin
b = protoplasma tidak basa (asam)
10
Elrod Susan, Genetika edisi keempat, (Jakarta : Erlangga, 2007)
12
Gambar 3. Diagram persilangan kriptomeri bunga Linaria marocanna
Berdasarkan dua ciri pembentukan anthosianin dan derajat
keasaman sitoplasma menyebabkan fenotip bunga warna ungu
tersembunyi. Warna ungu akan tampak jika kedua gen dominan muncul.
Karena itulah peristiwa ini disebut kriptomeri (kriptos tersembunyi).
Perbandingan fenotip F2 yaitu 9:3:4 terlihat tidak sesuai dengan
perbandingan fenotip dihibrid menurut Mendel.11
3. Epistasis-Hipostasis
Pada interaksi gen, terdapat gen-gen yang memiliki kemampuan
untuk menutupi sifat dari gen lain. Keadaan semacam ini disebut sebagai
epistasis dan hipostasis. Epistasis dan hipostatis merupakan jenis dari
interaksi gen dimana tedapat gen dominan yang akan menutupi sifat gen
dominan lain. Gen yang berhasil menutupi sifat gen lain disebut sebagai
epistasis, sementara gen yang terkalahkan atau tertutupi sifatnya disebut
sebagai hipostasis. Pada peristiwa epistasis dan hipostasis ini, gen yang
bertindak sebagai epistasis tidak akan menutupi sifat gen yang menjadi
pasangannya. 12
Peristiwa epistasis dan hipostasis bermula dari adanya percobaan
yang dilakukan oleh H.Nilon dan Ehle (1873-1949) melalui persilangan
11
Bambang, Irawan, Genetiks amaolekuler (Surabaya : Airlangga University)
12
Yusuf Effendi, Genetika Dasar, (Magelang : Pustaka Rumah Cinta, 2020), 66.
13
dua jenis gandum, yakni gandum dengan kulit berwarna hitam dan gandum
yang memiliki kulit berwarna kuning yang keduanya bergalur murni.13
Selain pada gandum peristiwa epistasis-hopstasis juga dijumpai pada
beberapa keadaan lain misalnya pada warna kulit labu, warna rambut pada
tikus, warna bulu pada aym dan juga warna mata manusia.
Gen epistasis dapat berasal dari gen dominan maupun gen resesif.
Dilihat dari pasangan gen yang bersifat epistasis peristiwa epistasis-
hipostasis dapat dibedakan menjadi epistasis dominan, epistasis resesif,
epistasis dominan-resesif, dan juga epistasis dominan rangkap.
a. Epistasis Dominan
13
Elya Nusantari, Genetika : Belajar Genetika dengan Mudah dan Komprehensif,
(Sleman : Deepublis, 2015), 193.
14
Gambar 4. Diagram persilangan epistasis dominan pada labu
b. Epistasis Resesif
aa epistasis terhadap B dan b
Epistasis resesif dapat terjadi apabila gen yang menutupi sifat
gen lainnya berasal dari gen homozigot resesif. Gen homozigot resesif
ini dapat menutupi sifat gen lainnya dalam keadaan dominan homozigot
maupun dominan heterozigot yang bukan alelnya. Pada epistasis resesif
rasio fenotipe pada keturunan kedua (F2) adalah 9 : 3 : 4, rasio ini
merupakan penyimpangan semu dari rasio fenotipe F2 hukum mendel.
Epistasis resesif dapat dijumpai pada warna rambut tikus. Pada
tikus diketahui terdapat beberapa gen penentu warna dan juga gen yang
menentukan enzim yang menyebabkan warna pada rambut tikus dapat
15
muncul atau tidak.14 Berikut rincian gen yang menimbulkan adanya
warna pada rambut tikus :
Gen A : gen pengendali warna krem
Gen aa : gen pengendali warna hitam
Gen C : gen yang mengandung pigmen warna
Gen c : gen yang menghambar pigmen warna muncul (gen putih, karena
putih dianggap tidak berwarna).
Untuk memunculkan warna pada rambut tikus maka pasangan
gen A (krem) dan pasangan gen a (hitam) harus memiliki gen C.
Dengan demikian apabila menginkan tikus warna krem harus ada gen
A dan gen C dan tikus hitam ada jika terdapat gen aa dan gen C dan
jika semua gen resesif maka akan terbentuk tikus albino.
Tabel 2. Fenotipe dan genotipe warna tikus
Genotipe Fenotipe
C*A* Krem
C*aa Hitam
cc* * Putih
14
Suryo, Genetika untuk Strata 1, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2012),
132
16
Gambar 5. Diagram persilangan epistasis resesif pada tikus
Pada hasil persilangan tersebut diketahui gen cc epistasis terhadap gen
A dan gen a. Gen A seharusnya membawa warna krem, tetapi gen cc
merupakan epistasis dan menutupi warna yang ada pada gen A
sehingga gen A yang bersama gen cc akan kehilangan warna atau
menjadi putih.
4. Polimeri
Peristiwa polimeri pada mahluk hidup diungkap pertama kali pada
tahun 1813 oleh H. Nilson Ehle di Swedia. Polimeri adalah bentuk interaksi
gen yang bersifat saling menambah atau menguatkan (kumulaif).15
Fenotipe yang muncul pada peristiwa polimeri dimunculkan oleh lebih dari
satu pasang gen yang bersal dari lokus yang berbeda tetapi tetap
16
mengekspresikan sifat yang sama. Ciri utama yang menandai peristiwa
polimeri ialah apabila semakin banyak gen dengan sifat dominan pada
15
Elya Nusantari, Genetika : Belajar Genetika dengan Mudah dan Komprehensif,
(Sleman : Deepublis, 2015), 190.
16
D.Nyoman oka dan I. Gede Sudigaryasa, Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu
Hukum Mendel, (Bali : Pustaka Larasan, 2021), 45.
17
suatu lokus maka sifat fenotipenya akan menjadi lebih kuat atau sifatnya
akan lebih menonjol. Rasio fenotipe pada persilangan F2 ialah 15 : 1. 17
Polimeri pertama kali terjadi melalui persilangan biji gandum
(Tritiicum vulgare). H.Nilson Ehle menyilangkan biji gandum warna
merah homozigot dengan biji gandum warna putih homozigot. Hasil
persilangan pada keturunan pertama (F1) menghasilkan biji gandum warna
merah muda. Hasil persilangan ini hampir menyerupai persilangan dihibrid
intermediet yang manghasilkan warna tengah dari kedua induknya. Namun
perbedaannya dapat dilihat ketika F1 disilangkan dengan sesamanya, yang
ternyata memunculkan beragam warna merah dengan kepekatan yang
berbeda dan warna putih.
Persilangan gandum biji merah homozigot (M1M1M2M2) dengan
biji gandum homozigot (m1m1m2m2) yang dilakukan H. Nilson Ehle
dapat dipaparkan dalam bentuk persilangan berikut ini :
P: Biji merah X Biji putih
(M1M1M2M2) (m1m1m2m2)
G: M1M2 m1m2/
F1 : M1m1M2m2 (Biji merah sedang)
P2 : Biji merah sedang X Biji merah sedang
(M1m1M2m2) (M1m1M2m2)
G : M1M2, M1m2 M1M2, M1m2
m1M2, m1m2 m1M2, m1m2
F2 :
Gamet M1M2 M1m2 m1M2 m1m2
M1M2 M1M1M2M2 M1M1M2m2 M1m1M2M2 M1m1m2M2
M1m2 M1M1M2m2 M1M1m2m2 M1m1M2m2 M1m1m2m2
m1M2 M1m1M2M2 M1m1M2m2 M1m1M2M2 m1m1M2m2
m1m2 M1m1M2m2 M1m1m2m2 m1m1M2m2 M1m1m2m2
Rasio fenotipe :
Merah (15) : putih (1)
17
Yusuf Effendi, Genetika Dasar, (Magelang : Pustaka Rumah Cinta, 2020), 57.
18
Warna merah yang dihasilkan dari persilangan diatas muncul
karena adanya gen dominan. Gen dominan M1 dan M2 sama-sama
menghasilkan warna merah, dan ketika gen-gen dominan berkumpul maka
fenotipe yang keluar akan semakin merah. Hal inilah yang menyebabkan
adanya variasi warna merah mulai dari warna merah tua, merah, merah
sedang, merah muda, dan merah pudar. Dapat dilihat pada papan
persilangan semakin banyak gen dominan yang menyusunnya maka akan
semakin pekat warna merah yang nampak. Dengan demikian benar bahwa
keberadaan gen dominan akan bersifat akumulatif pada fenotipe warna
merah.
Tabel 4. variasi genotip dan fenotipe warna merah pada biji gandum
5. Gen komplementer
Gen komplementer ialah interaksi saling mendukung untuk
memunculkan fenotipe atau sifat pada gen. Interaksi ini terjadi antara dua
gen dominan, kedua gen dominan harus bekerja sama untuk memunculkan
suatu sifat. Apabila hanya terdapat satu gen yang dominan maka sifat atau
fenotipe tidak dapat muncul atau terhalang.18
Interkasi gen saling mendukung ini muncul diawali dengan adanya
percobaan yang dilakukan W.Bateson dan R.C Punet menggunakan bunga
Lathyrus odoratus. Percobaan yang menyilangkan sesama bunga Lathyrus
18
Elya Nusantari, Genetika : Belajar Genetika dengan Mudah dan Komprehensif,
(Sleman : Deepublis, 2015), 194.
19
odoratus berwarna putih menghasilkan keturunan pertama yang
seluruhnya berwarna ungu. Kemudian hasil keturunan pertama dibiarkan
hingga menyerbuk sendiri dan didapatkan keturunan kedua bunga Lathyrus
odoratus menghasilkan dua warna bunga yaitu bunga ungu dan putih
dengan perbandingan fenotipe 9 : 7. Berikut diagram persilangan pada
bunga Lathyrus odoratus
20
D dan E. Jika gen dominan D dan E hadir secara bersamaan maka manusia
lahir secara normal. Namunn apabila seseorang lahir dalam keadaan hanya
memiliki gen dominan D atau gen E saja maka dapat menyebabkan
kelainan bisu-tuli.
Contoh perkawinan antara wanita bisu tuli dengan genotipe (DDee) dan
laki-laki bisu tuli bergenotipe (ddEE)
P : wanita bisu-tuli X Laki-laki bisu-tuli
(DDee) (ddEE)
G: De dE
F1 : DdEe (normal)
P2 : DdEe X DdEe
G2 : DE, De, dE, de DE,De, dE, de
F2 :
Gamet DE De dE De
DE DDEE DDEe DdEE DdEd
(Normal) (Normal) (Normal) (Normal)
De DDEe DDee DdEe Ddee
(Normal) (Bisu tuli) (Normal) (Bisu tuli)
dE DeEe DdEe ddEE ddEe
(Normal) (Normal) (Bisu tuli) (Bisu tuli)
de DdEe Ddee ddEe Ddee
(Normal) (Bisu tuli) (Bisu tuli) (bisu tuli)
19
Suryo, Genetika untuk Strata 1, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2012),
137.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyimpangan semu hukum mendel terjadi ketika persilangan antar individu
yang mengacu pada dasar dihibrid namun memiliki perbedaan rasio fenotipe.
Perbedaan ini muncul karena adanya interaksi gen. Interaksi gen adalah interaksi
yang terjadi antara dua gen atau lebih yang dapat mempengaruhi fenotipe individu.
interaksi gen dapat terjadi antar alel dan juga di dalam alel yang sama.
Interaksi gen yang terjadi dalam alel tidak dikategorikan sebagai
penyimpangan semu hukum mendel. Sementara itu interaksi antar alel yang
menghasilkan rasio fenotipe berbeda dari rasio fenotipe persilangan dihibrid hukum
mendel dikategorikan sebagai bentuk penyimpangan semu hukum mendel. Bentuk-
bentuk interaksi gen terdiri dari atavisme yang memunculkan sifat baru, kriptomeri
yang menyembunyikan fenotipe, epistasis-hipostasis yang saling menutupi,
polimeri yang saling menambahkan fenotipe dan komplementer yang saling
menguatkan.
B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
bagi seluruh mahasiswa yang mempelajari ilmu genetika. Penulis juga
mengharapkan kritik yang membangun dan perbaikan apabila terdapat kesalahan
dalam kepenulisan makalah sehingga di lain hari maklah yang di tulis menjadi lebih
baik dari sebelumnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Oka. D Nyoman dan I Gede Sudigaryasa, Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu
Hukum Mendel, Bali : Pustaka Larasan, 2021.
Suryo, Genetika untuk Strata 1, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2012.
23