Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BIOLOGI UMUM

“Hukum Mendel”

Oleh:
ROSLINA IMRAN
442420005

PROGRAM STUDI S1 KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena telah memberikan kesempatan
pada saya untuk menyelesaikan makalah ini.Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “HUKUM
MENDEL” ini tepat pada waktunya.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak/ ibu selaku


dosen pengampuh mata kuliah biologi umum yang telah memberikan saya tugas ini
karena dengan diberikan tugas ini saya juga bisa menambah pengetahuan dan
wawasan saya terkait meteri ini.

Tugas ini saya buat untuk memberikan ringkasan tentang “HUKUM MENDEL”
dan untuk memenuhi suatu tugas yang diberikan oleh dosen saya. Mudah-mudahan
dengan dibuatnya makalah ini bisa menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
penulis yaitu saya sendiri. Saya pun menyadari masih begitu banyak kekurangan dalam
makalah ini.

Oleh sebab itu, untuk kritik serta anjuran yang sifatnya membangun saya harapkan dari
teman-teman ataupun bapak/ ibu dosen pengajar Biologi Umum.

Gorontalo, 05 Januari 2021

Roslina Imran

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................2

A. Latar Belakang Teori Mendel.........................................................................2


B. Hukum Mendel I.............................................................................................3
C. Hukum Mendel II............................................................................................3
D. Teori Pewarisan Sifat.....................................................................................5
E. Percobaan Mendel.........................................................................................6

BAB III PENUTUP....................................................................................................12

A. Kesimpulan ...................................................................................................12
B. Saran .............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
“Percobaan mengenai Persilangan Tanaman””. Hukum mendel terdiri dari dua
bagian yaitu Hukum pemisahan (segregation) dari mendel, juga dikenal sebagai
Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent
assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme, yang kita kenal dengan hukum segregasi dan hukum asortasi bebas,
yang telah di jabarkan oleh Gregor Johann Mendel. Mendel mengatakan bahwa
pada pembentukan gamet (sel kelamin). Kedua gen induk (Parent) yang
merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima
satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I, dan bunyi hukum
mendel II, menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau
lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung
pada pasangan sifat yang lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah berikut:
1. Apa latar belakang teori mendel ?
2. Apa bunyi hukum mendel I ?
3. Apa bunyi hukum mendel II ?
4. Apa teori pewaris sifat ?
5. Apa saja percobaan mendel ?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah tentang hukum mendel ini yaitu agar
pembaca maupun saya sendiri selaku penulis mengetahui latar belakang dari
teori mendel, mengetahui hukum mendel I dan II, mengetahui teori pewarisan
sifat serta mengetahui percobaan mendel.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Teori Mendel


Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dai indu kepada
keturunannya. Gregor Johann Mendel (1822-1884), seorang biarawan disebuah
biara di Brunn,Austria menyilangkan kacang ercis (Pisum sativum), kemudian
hasil persilangan ditanam dan diamati, mendel melakukannya selama 12 tahun.
Alasan Mendel memilih kecang ercis sebagai bahan percobaan karena
memiliki pasangan sifat beda yang mencolok, melakukan penyerbukan sendiri,
mudah dilakukan penyerbukan silang, waktu yang diperlukan untuk
menghasilkan keturunan cepat, dan mempunyai keturunan banyak.
Langkah awal sebelum perhitungan terhadap pengamatannya adalah
menentukan galur murni jenis tanaman yang dijadikan percobaan. Tanaman
galur murni adalah tanaman yang apabila dilakukan penyerbukan sendiri akan
mengahasilkan keturunan yang semuanya mempunyai sifat yang sama dengan
induknya. Dalam percobaannya mendel melakukan perkawinan silang dengan
menyerbukkan sendiri antara dua varietas ercis yang berbeda sebagai induk-
induknya. Turunan hasil perkawinan silang ini disebut hybrid, sedangkan
prosesnya hibridisasi.
Dari hasil percobaan yang diperolehnya, mendel menyusun beberapa
hipotesis, yaitu:
1. Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang factor
keturunan, satu dari induk jantan dan satu induk betina.
2. Setiap pasang factor keturunan menunjukkan bentuk alternative
sesamanya, misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning atau
hijau. Kedua bentuk alterternative ini disebut alel.
3. Bila pasangan factor itu terdapat Bersama-sama dalam satu tanaman,
factor dominasi akan menutup factor resesif.
4. Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing
alel akan memisah secara bebas.

2
5. Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif
saja.
B. Hukum Mendel I
Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan “Pada
pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan
dalam dua sel anak”. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohybrid
(persilangan dengan satu sifat berbeda). Secara garis besar, hukum ini
mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter
turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel, alel resisif (tidak
selalu Nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam
gambar), dan alel dominan (Nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf
besar, misalnya R)
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan dan satu dari
tetua betina
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan
selalu terekspresikan (Nampak secara visual dari luar). Alel resesif yang tidak
selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada
turunannya.
C. Hukum Mendel II
Hukum Mendek II dikenal dengan hukum Independent Assortment,
menyatakan “bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang
sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung
pada sifat pasangan lainnya”. Hukum ini berlak untuk pesilangan dihybrid (dua
sifat beda) atau lebih.

3
Seperti nampak pada gambar diatas induk jantan (tingkat 1) mempunyai
genotipe ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai
genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2
pada gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk jantan dan induk
betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe
wR).Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan
membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar)
dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w
pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan
membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada
tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini
perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan
ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu merah
dan individu putih adalah 3:1.

Kalau contoh pada gambar diatas merupakan kombinasi dari induk dengan
satu sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk
dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari
induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang persilangan dari
induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya.
Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan
genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan
genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk
adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan sB (nampak
pada huruf di bawah kotak). Lihat ganbar 2

4
Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan
genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi,
maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri
dan baris atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2
mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika
genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna
kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb).
Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil
bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe
SSBB:SSBb:SsBB:SsBb:SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4:1:2:1:2:1
D. Teori Pewarisan Sifat
Pewarisan sifat atau yang dikenal dengan Hereditas merupakan suatu
pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Ilmu yang mempelajari tentang
pewarisan sifat disebut dengan genetika. Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh
kromosom dan gen. Teori-teori tentang pewarisan sifat  adalah sebagai berikut:
1. Teori Embryo
Teori ini dikemukanan oleh William Harvey, 1578-1657 yang menyatakan,
bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini diperkuat oleh Reiner de
Graaf (1641-1673) peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel sperma
dengan sel telur yang akan membentuk embrio. Reiner de Graaf menyatakan
bahwa ovarium pada burung sama dengan ovarium pada kelinci.
2. Teori Preformasi
Teori ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang
menyatakan bahwa telur mengandung semua generasi yang akan dating
sebagai miniature yang telah terbentuk sebelumnnya.
3. Teori Epigenesis Embriologi
Teori ini dikemukakan oleh C.F. Wolf, 1738-1794, yang menyatakan bahwa
ada kekuatan vital dalam benih organiseme dengan kekuatan ini menyebabkan
pertumbuhan embrio menurut pola perkembangan sebelumnya.
4. Teori Plasma Nutfah

5
Teori ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, 1744-1829 yang menyatakan
bahwa sifat yang terjadi karena rangsangan dari luar (lingkungan) terhadap
struktur fungsi organ yang diturunkan pada generasi berikutnya.
5. Teori Pengenesis
Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa setiap
bagian tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut gemuia.
6. Teori Telegani
Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, menyatakan bahwa
spermatozoa sebagian besar tersusun atas inti dan inti bertanggung jawab
sebagai penurunan sifat.
E. Percobaan Mendel
Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda:
a. Persilangan Monohibrid Dominan Penuh
Persilangan dua individu dengan satu sifat beda menurun kan sifat
dominan apabila sifat keturunannya sama dengan salah satu sifat induknya. 
Perhatikan contoh persilangan berikut. Contoh: Tanaman kacang ercis
berbatang tinggi disilangkan dengan kacang ercis berbatang pendek. F1
semuanya berbatang tinggi. Kemudian F1 dibiarkan melakukan penyerbukan
sendiri . Hasil yang diperoleh yaitu F2 yang berbatang tinggi dan berbatang
pendek dengan perbandingan 3 : 1. Persilangan ini dapat dilihat dalam bagan
berikut : 

Kaca
ng Kacan
ercis g ercis
Parenta >
Batan Batang
l 1 (P1) < 
g Pende
Tingg k
i
Genoti >
TT tt
pe < 
Fenotip Tinggi Pendek

6
e
T dan
Gamet t dan t
T
Fenoti
Filial T pe :
(F1) t Batang
Tinggi
Kaca
ng
Kacan
ercis
Parenta > g ercis
Batan
l 2 (P2) <  Batang
g
Tinggi
Tingg
i
Genoti
T  t T   t
pe
T dan >
Gamet T dan t
t < 
Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut : 

          Gam
et T t
Gamet
Tt
TT
T (Tinggi)   .
(Tinggi)  .1
2
Tt
Tt  (Tinggi)  .
T (pendek)  .
3
4
Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan terhadap gen untuk
faktor pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan memiliki

7
fenotipe tinggi. Perbandingan fenotipe F2 pada persilangan monohibrid
dominan penuh adalah :
Tinggi : Pendek = 3 : 1 . Perbandingan Genotipe nya adalah : TT : Tt : tt = 1 : 2 :

b. Persilangan Monohibrid Intermediet


Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni, tetapi
mempunyai fenotipe diantara kedua induknya. Perhatikan contoh : Tanaman
Antihinum majus galur Murni merah (MM) disilangkan dengan galur murni
putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1 yang semuanya
berbunga  merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan
dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah,
merah muda, dan putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya
dapat dilihat sebagai berikut :

Tanam
an
> Tanaman                      
P1 berbun
<  berbunga putih
ga
merah
Genoti >
MM               Mm
pe < 
M dan
Gamet           m dan m
M
M Fenotipe : berbunga merah
F1
m muda
Mm
(mera >
P2 Mm (merah muda)
h < 
muda)
M dan >
Gamet M dan m
m < 
 

8
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah : 

       Game
t M M
Gamet
MM
Mm (merah muda) 
M (Merah)              
2
1
Mm (merah Mm
m muda) (putih)                     
3 4

Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid intermediet adalah :


merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan Genotipenya : MM :
Mm :mm = 1 : 2 : 1 

c. Persilangan Dua Individu dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid)


Persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih
menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotipe dan genotipe
tertentu. Mendel dalam percobaannya menggunakan kacang ercis galur
murni yang mempunyai biji bulat warna kuning dengan galur murni yang
mempunyai biji keriput warna hijau. Karena bulat dan kuning dominan
terhadap keriput dan hijau, maka F1 seluruhnya berupa kacang ercis berbiji
bulat dan warna biji kuning. Biji-biji F1 ini kemudian ditanam kembali dan
dilakukan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh F2. Keturunan kedua
F2 yang diperoleh adalah sebagai berikut. Persilangan tersebut adalah
persilangan dua individu dengan dua sifat beda yaitu bentuk biji dan warna
biji.
B=bulat, dominan terhadap keriput b=keriput,
K=kuning, dominan terhadap hijau k= hijau 
Perhatikan bagan persilangan  dua individu dengan dua sifat beda
(dihibrid) di bawah

9
Kacang ercis berbiji Kacang ercis berbiji
P1 >< 
bulat warna kuning keriput warna hijau
Genotipe BBKK ><  Bbkk
Gamet BK dan BK ><  bk dan bk
Fenotipe : berbiji bulat
F1 BbKk
warna kuning
P2 BbKk ><  BbKk
Gamet BK,B k,bK,bk ><  BK,Bk,bK,bk

Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah Sbb : 

F                 Game
2 t Gamet BK Bk bK Bk
:
BK BBKK 1 BBKk 2 BbKK 3 BbKk 4
Bk BBKk 5 BBkk 6 BbKk 7 Bbkk 8
1 1
bK BbKK 9 BbKk bbKK bbKk 12
0 1
1 1 1
Bk BbKk Bbkk bbKk Bbkk 16
3 4 5

Individu yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu yang mengandung K


memiliki biji warna kuning, Fenotipe pada F2 adalah :
1. Bulat – kuning = nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13
2. Bulat – hijau = nomor : 6, 18, 14
3. Keripit – kuing = nomor : 11, 12, 15
4. Keriput – hijau = nomor : 16
Perbandingan Fenotipe F2 adalah :
bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning : keriput – hijau = 9 : 3 : 3 : 1
Kemungkinan macam genotipe dan fenotipe pada dihibrid F2 : 

Kemungkina Kotak Genotipe Fenotipe

10
n ke- nomor
1 1 BBKK Bulat kuning
2 2, 5 BBKk Bulat kuning
3 3, 9 BbKK Bulat kuning
4 4,7, 10, 13 BbKk Bulat kuning
5 6 BBkk Bulat hijau
6 8, 14 Bbkk Bulat hijau
Keriput
7 11 bbKK
kuning
Keriput
8 12, 15 bbKk
kuning
9 16 bbkk Keriput hijau

Perbandingan Genotipe nya :


BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 :
1 : 2 :1

d. Persilangan dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid)


Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu :Batang
tinggi, biji bulat dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji keriput,
warna biji hijau. Keturunan F1 yang dihasilkan adalah : Bagan persilangan
Trihibrid 

P1 TTKKBB                     >< Ttkkbb


Fen
Tinggi,kuning Pendek,keripu
otip                     ><
,bulat t,hijau
e
Ge
noti TKB                     >< Tkb
pe
F1 TtKkBb

11
Fenotipe :
Tinggi,kuning,bulat
P2      TtKkBb                     >< TtKkBb
Ga TKB,TKb,TkB,Tkb,tKB,t
met Kb, tkB,tkb

Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2 

Jumla
Jumlah Jumlah
Jumla h Jumlah
Macam Macam Perbandingan
h Sifat Maca Individ
Genotip Fenotip Fenotipe F2
Beda m u F2
e F2 e F2
Gamet
1 21 = 2 3 2 3:1 4
2 22 = 4 9 4 9:3:3:1 16
27:9:9:9:3:3:3:
3 23 = 8 27 8 64
1
N 2n 3n 2n 4n

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada makalah kali ini bisa disimpulkan bahwa Hukum pewarisan Mendel
adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh
Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan
Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian: Hukum pemisahan (segregation)
dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan Hukum
berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal
sebagai Hukum Kedua Mendel.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Saya
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA
http://molamakalah.blogspot.com/2017/08/hukum-mendel.html?m=1
www.academia.edu/10429249/HUKUM_mendel

http://biologimediacentre.com/genetika-hukum-mendel/#sthash.C7PN7wAX.dpuf

http://www.scribd.com/doc/84672312/Pewarisan-Sifat-Sifat-Keturunan

http://endick.wordpress.com/2008/01/30/percobaan-mendel-2/

http://smointi.blogspot.com/2010/12/makalah-hukum-mendel.html

14

Anda mungkin juga menyukai