Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUKUM PEWARISAN SIFAT (HUKUM MENDEL)


Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Disusun oleh :
Cintamy Dellya Ashari 05 IX C
Dewi Amanda 07 IX C
Fahmi Ariq Hanafi 10 IX C
Fandi Kurniawan 11 IX C
Jihan Aurelia 15 IX C

MTSN 2
KOTA SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH...........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Latar Belakang Teers Mendel....................................................................................................2
B. Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan................................................2
C. Hukum Mendel I........................................................................................................................3
D. Hukum Mendel II......................................................................................................................3
E. Teori Pewarisan Sifat.................................................................................................................4
1. Teori Embryo.........................................................................................................................4
2. Teori Preformasi....................................................................................................................4
3. Teori Epigenesis Embriologi..................................................................................................4
4. Teori Plasma Nutfah..............................................................................................................5
5. Teori Pengenesis....................................................................................................................5
6. Teori Telegani........................................................................................................................5
F. Percobaan Mendel....................................................................................................................5
1. Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda..........................................................5
2. Persilangan Dua Individu dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid)...........................................7
3. Persilangan dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid).........................................9
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................10
A. Kesimpulan............................................................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang
diabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya Percobaan mengenai Persilangan
Tanaman Hukum interdin dari dua bagian Hukum pemisahan (segregation) dan Mendet, juga
dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent
assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum kedua Mendel.
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme, yang
kita kenal dengan hukum segregasi dan hukum asortasi bebas, yang telah di jabarkan oleh
Gregor Johann Mendel Mendel mengatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin),
kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap
gamet menerima satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I, dan bunyi
hukum mendel II, menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih
sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat
yang lain

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa latar belakang teori mendel?
2. Apa bunyi hukum mendel 1?
3. Apa bunyi hukum mendel II
4. Apa teori pewarisan sifat
5. Apa saja percobaan mendel?

C. Tujuan
1. Agar siswa mengetahui latar belakang teori mendel.
2. Agar siswa mengetahui hukum mendel 1.
3. Agar siswa mengetahui hukum mendel II.
4. Agar siswa mengetahui teori pewarisan sifat.
5. Agar siswa mengetahui percobaan mendel.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Teers Mendel

Geneta ada yang mempelajari pewarisan sifat dan induk kepada keturunannya
Gregor Jann mende (1822-1884), seorang harawan disebuah biara di Brunn, Austra
menyilangkan kacang (Paum sativum) kemudian hasil persidangan ditanam dan di
amati, mendel melakukannya selama 12 tahun

B. Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan


1. Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok
2. Melakukan penyerbukan sendin
3. Mudah dilakukan penyerbukan silang
4. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat
5. Mempunyai keturunan banyak

Langkah awal sebelum dilakukan perhitungan terhadap pengamatannya adalah


menentukan galur murni jenis tanaman yang dijadikan percobaan Tanaman galur
mumi adalah tanaman yang apabila dilakukan penyerbukan sendin akan menghasilkan
keturunan yang semuanya mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Dalam
percobaannya Mendel melakukan perkawinan silang dengan menyerbukkan sendiri
antara dua vanetas ercis yang berbeda sebagai induk-induknya. Turunan hasil
perkawinan silang ini disebut hybrid, sedangkan prosesnya hibridisasi.

Dari hasil percobaan yang diperolehnya, Mendel menyusun beberapa hipotesis, yaitu:

1. Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang factor keturunan, satu
dan induk jantan dan satu induk betina.
2. Setiap pasang factor keturunan menunjukkan bentuk alternative sesamanya,
misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning atau hijau. Kedua bentuk
alternative ini disebut alel
3. Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, factor
dominasi akan menutup factor resesif
4. Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing alel akan
memisah secara bebas
5. Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.

2
C. Hukum Mendel I
Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan: pada
pembentukan gam kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua
sel anak. Hukum ini berlaku un persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat
beda).

Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:


1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter
turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alet; alel resisif (tidak selalu
nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar), dan
alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya Ri
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan dan satu dan tetua
betina
3. sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan selalu
terekspresikan (nampak secara visual dan luar). Alel resesif yang tidak selalu
terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.

D. Hukum Mendel II
Hukum Mendell Il dikenal dengan Hukum Independent Assortment, menyatakan:
bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih,
maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada sifat pasangan
lainnya Hukum ini berlaku untuk persilangan dhibnd (dua sifat beda) atau lebih
Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe ww.
(secara fenotipe bersama puth), dan induk betina mempunyai genotipe RR (secara
fenotipe berwama merah). Keturunan pertama (tingkat 2 pada gambar) merupakan
persilangan dari genotipe induk jantan dan Induk betinanya, sehingga membentuk 4
individu baru (semuanya bergenotipe WR) Selanjutnya, persilangan perkawinan dan
keturuan pertama ini akan membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat
3 pada gambar) dengan gamet R dan w pada sisi kin (induk jantan tingkat 2) dan
gamet R. Dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini
akan membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada
tingkat 3 dengan genotipe: RR, RW, Rik dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan
genotipe RR. (berwama merah) Rw (juga berwarna merah) dan ww (berwarna putih)
adalah 1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu merah dan individu putih adalah
3:1
Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dan induk dengan satu sifat
dominan (berupa wama), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk dengan
macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dan induk dengan

3
satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang persilangan dari induk-induk dengan
dua sifat dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya.
Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan genotipe
SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi, maka akan
membentuk individu keturunan F2 Gamet Fitnya nampak pada sisi kiri dan baris atas
pada papan catur Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16
macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut pendek (jika genotipenya SS atau Ss)
dan panjang (jika genotipenya ss) dan 2 macam warna kulit coklat (jika genotipenya
88 atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb).

Perbandingan hasil warna coklat putih adalah 124, sedang perbandingan hasil bentuk
buntut pendek panjang adalah 12:4 Perbandingan detail mengenai genotipe $588
SSBb: SsBB Ss8b SSbb Ssbb ss88 ssBb: ssbb adalah 12:24:12121

E. Teori Pewarisan Sifat


Pewarisan sifat atau yang dikenal dengan Hereditas merupakan suatu pewarisan
sifat dan induk kepada keturunannya. Ilmu yang mempelajan tentang pewarisan sifat
disebut dengan genetika Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh kromosom dan gen.
Teori-teori tentang pewarisan sifat adalah sebagai berikut

1. Teori Embryo
Teori ini dikemukanan oleh William Harvey, 1578-1657 yang menyatakan, bahwa
semua hewan berasal dan telur Pernyataan ini diperkuat oleh Reiner de Graaf (1641-
1673) peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel sperma dengan sel telur yang
akan membentuk embrio. Reiner de Graaf menyatakan bahwa ovarium pada burung
sama dengan ovarium pada kelinci

2. Teori Preformasi
Teon ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang menyatakan bahwa
telur mengandung semua generasi yang akan dating sebagai miniature yang telah
terbentuk sebelumnya

3. Teori Epigenesis Embriologi


Teon ini dikemukakan oleh CF. Wolf, 1738-1794, yang menyatakan bahwa ada
kekuatan vital dalam benih organiseme dengan kekuatan ini menyebabkan
pertumbuhan embrio menurut pola perkembangan sebelumnya.

4
4. Teori Plasma Nutfah
Teon ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, 1744-1829 yang menyatakan bahwa sifat
yang terjadi karena rangsangan dari luar (lingkungan) terhadap struktur fungsi organ
yang diturunkan pada generasi berikutnya.

5. Teori Pengenesis
Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa setiap bagian
tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut gemuia,

6. Teori Telegani
Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, menyatakan bahwa spermatozoa sebagian
besar tersusun atas inti dan inti bertanggung jawab sebagai penurunan sifat

F. Percobaan Mendel
1. Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda
a. Persilangan Monohibrid Dominan PenuhPersilangan dua individu dengan
satu sifat beda menurun kan sifat dominan apabila sifat keturunannya sama
dengan salah satu sifat induknya. Perhatikan contoh persilangan berikut.
Contoh: Tanaman kacang ercis berbatang tinggi disilangkan dengan kacang
ercis berbatang pendek. F1 semuanya berbatang tinggi. Kemudian F1
dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh yaitu F2
yang berbatang tinggi dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1.
Persilangan ini dapat dilihat dalam bagan berikut :

Parental 1 Kacang ercis >< Kacang ercis


(P1) Batang Tinggi Batang Pendek
Genotipe TT >< tt
Fenotipe Tinggi Pendek
Gamet T dan T t dan t
Filial (F1) Tt Fenotipe :
Batang Tinggi
Parental 2 Kacang ercis >< Kacang ercis
(P2) Batang Tinggi Batang Tinggi
Genotipe T t T t
Gamet T dan t >< T dan t

5
Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut :

Ga
met
Ga
met T t
Tt
(Ti
TT ngg
Pada persilangan (Ting i) . ini , gen untuk
faktor Tinggi (T) T gi) .1 2 dominan terhadap
gen untuk faktor Tt pendek (t). Maka
Individu bergenotipe (pe Tt (no. 2 dan 3)
akan memiliki Tt (T nde fenotipe tinggi.
Perbandingan inggi) k) . fenotipe F2 pada
persilangan T .3 4 monohibrid
dominan penuh adalah :
Tinggi : Pendek = 3 : 1 .
Perbandingan Genotipe nya adalah : TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1
b. Persilangan Monohibrid Intermediet Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip
galur murni, tetapi mempunyai fenotipe diantara kedua induknya.
Perhatikan contoh : Tanaman Antihinum majus galur Murni merah (MM) disilangkan
dengan galur murni putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1 yang
semuanya berbunga merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan
dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda,
dan putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat dilihat sebagai berikut
:

P1 Tanama >< Tanaman


n berbunga putih
berbung
a merah
Genotip MM >< Mm
e
Gamet M dan m dan m
M

6
F1 M Fenotipe : berbunga merah
m muda
P2 Mm >< Mm (merah muda)
(merah
muda)
Gamet M dan >< M dan m
m

7
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah :

Gamet
Gamet M M
MM Mm (merah
M (Merah) 1 muda) 2
Mm (merah Mm
m muda) 3 (putih) 4
Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid intermediet adalah :
merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan Genotipenya : MM : Mm : mm
=1:2:1

2. Persilangan Dua Individu dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid)


Persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih menghasilkan
keturunan dengan perbandingan fenotipe dan genotipe tertentu. Mendel dalam
percobaannya menggunakan kacang ercis galur murni yang mempunyai biji bulat
warna kuning dengan galur murni yang mempunyai biji keriput warna hijau. Karena
bulat dan kuning dominan terhadap keriput dan hijau, maka F1 seluruhnya berupa
kacang ercis berbiji bulat dan warna biji kuning. Biji-biji F1 ini kemudian ditanam
kembali dan dilakukan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh F2. Keturunan
kedua F2 yang diperoleh adalah sebagai berikut. Persilangan tersebut adalah
persilangan dua individu dengan dua sifat beda yaitu bentuk biji dan warna biji.
B=bulat, dominan terhadap keriput b=keriput,
K=kuning, dominan terhadap hijau k= hijau
Perhatikan bagan persilangan dua individu dengan dua sifat beda (dihibrid) di bawah

P1 Kacang >< Kacang ercis


ercis berbiji
berbiji keriput warna
bulat hijau
warna
kuning
Genotipe BBKK >< Bbkk
Gamet BK dan >< bk dan bk
BK
F1 BbKk Fenotipe :
berbiji bulat
warna kuning
P2 BbKk >< BbKk

8
Gamet BK,B >< BK,Bk,bK,bk
k,bK,bk

Individu yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu yang mengandung K
memiliki biji warna kuning, Fenotipe pada F2 adalah :
1. bulat – kuning = nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13
2. bulat – hijau = nomor : 6, 18, 14
3. keripit – kuing = nomor : 11, 12, 15
4. keriput – hijau = nomor : 16
Perbandingan Fenotipe F2 adalah :
bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning : keriput – hijau = 9 : 3 : 3 : 1
Kemungkinan macam genotipe dan fenotipe pada dihibrid F2 :

Kemun K Ge Fen
gkinan ot noti otip
ke- a pe e
k
n
o
m
or
1 1 BB Bul
KK at
kun
ing
2 2, BB Bul
5 Kk at
kun
ing
3 3, Bb Bul
9 KK at
kun
ing
4 4, Bb Bul
7, Kk at
10 kun
, ing
13
5 6 BB Bul
kk at

9
hija
u
6 8, Bbk Bul
14 k at
hija
u
7 11 bbK Ker
K iput
kun
ing
8 12 bbK Ker
, k iput
15 kun
ing
9 16 bbk Ker
k iput
hija
u

BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk


1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :1

10
3. Persilangan dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid)
Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu :Batang tinggi,
biji bulat dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji keriput, warna biji hijau.
Keturunan F1 yang dihasilkan adalah : Bagan persilangan Trihibrid
Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2

Jumlah Sifat Beda Jumlah Macam Gamet Jumlah Macam Genotipe F2 Jumlah
Macam Fenotipe F2 Perbandingan Fenotipe F2 Jumlah Individu F2

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Perbandingan Fenotipe Jumlah


Sifat Macam Macam Macam F2 Individu
Beda Gamet Genotipe Fenotipe F2
F2 F2
1 21 = 2 3 2 3:1 4
2 22 = 4 9 4 9:3:3:1 16
3 23 = 8 27 8 27:9:9:9:3:3:3:1 64
N 2n 3n 2n 4n

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada


organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan
mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama
Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari
Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.

B. Saran

Siswa harus lebih teliti dalam menyilangkan genetika. Karena apabila salah
menyilangkan , maka akan salah pula hasil persilangannya. Mengingat materi
pembelajaran ini sangat berguna untuk kehidupan mendatang, maka disarankan
kepada seluruh Siswa agar rajin mempelajarinya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Siti Nur Hidayah, dkk. 2022. Buku Interaktif : Ilmu Pengetahuan IPA untuk SMP/MTs.
Yogyakarta : Intan Pariwara
http://biologimediacentre.com/genetika-hukum-mendel/#sthash.C7PN7wAX.dpuf
http://www.scribd.com/doc/84672312/Pewarisan-Sifat-Sifat-Keturunan
http://endick.wordpress.com/2008/01/30/percobaan-mendel-2/
http://smointi.blogspot.com/2010/12/makalah-hukum-mendel.html

13

Anda mungkin juga menyukai