Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH DASAR DASAR GENETIKA

Dosen Pengampu :

Wulan Kumalasari, S.P., M.P., Ph. D

Disusun Oleh:

Kelompok 3:

Amanda Raudatun Nadifah (2110242019)


Anggie Shirleen F. Zebua (2110242027)
Alvin Niqmatul Akbar (2110242001)
Airful Ihsan (2110241032)
Ilham Adha (2110241012)
Mulzatul Fatmi (2110241002)
Sandy Miranda Pranata (2110241006)
Solat Ayu Maisaroh Panjaitan (2110241025)
Suai Namun Srilanang (2110243005)
Romi Juliardi (2110242008)
Viniekarezky Riyaneta (2110243012)
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
wawasan mengenai mata kuliah Dasar – Dasar Genetika, yang berjudul “HUKUM
MENDEL I”.

Dengan tulisan kami ini diharapkan bapak atau teman mahasiswa lainnya mampu
untuk memahami makna dari Hukum Mendel I. Kami sadar tulisan ini terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, Kami mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama ibu selaku dosen dan teman mahasiswa lainnya, supaya
kelak menjadi pribadi yang berdedikasi tinggi, karena kita adalah penerus Bangsa
Indonesia.

Penulis

………………………
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI …………………………………………..………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………4
A.Latar Belakang…………………………………………………………4
B.Rumusan Masalah………………………………………………………5
C.Tujuan…………………………………………………………………..5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….6

BAB III PENUTUP……………………………………………………………….8


A.Kesimpulan…………………………………………………………….8

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Genetika merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempeajari


pewarisan sifat pada mahluk hidup. Kata genetika sendiri pertarna kali
diperkenalkan oleh William Bateson sebagai cabang baru dalam ilmu Biologi.
Jlmu genetika telah lama diterapkan oleh nenek moyang kita melalui proses
seleksi buatan. Nenek moyang kita mendomestifikasi tumbuhan dan hewan liar
dan kemudian melakukan persilangan untuk memperoleh hewan atau tumbuhan
dengan sifat yang diinginkan. jagung rnerupakan salah satu contoh hasil
penerapan ilmu genetika di masa Jarnpau.

Genetika berkembang melalui penelitian yang dilakukan oleh para


ilmuwan. Persilangan dilakukan para peneliti terdahulu sebagai usaha untuk
mengungkap berbagai pola pewarisan sifat. Dari fakta tersebut, dapat dikatakan
bahwa persilangan merupakan ciri kegiatan inkuiri dari berbagai ilmuwan yang
turut mengembangkan konsep genetika yang dipelajari di bangku sekolah saat ini.
Berkaitan dengan hal tersebut, satu solusi yang mungkin dapat digunakan untuk
mengatasi permasalahan kesulitan siswa dalam memahami materi pewarisan sifat
adalah dengan memfasilitasi siswa untuk melakukan hal yang sama dengan apa
yang telah dilakukan oleh para peneliti tersebut. Pembelajaran seperti ini
merupakan pembelajaran yang menurut Srisawasdi (2012) sangat tepat diterapkan
dalam pembelajaran sains.

Perkembangan genetika hingga saat ini amat pesat yang diawali sejak era
Mendel, Watson-Crick, genetika molekular, hingga rekayasa genetika. Pesatnya
perkembangan di bidang genetika menyebabkan materi yang dapat dikumpulkan
dan informasi yang dapat disampaikan sudah begitu beragam dan padat. Oleh
karena itu untuk mempermudah dalam penguasaannya beberapa ahli
mengelompokkan genetika, sehingga dikenal beberapa macam genetika
berdasarkan sudut pandang. Pengelompokan di bidang genetika seperti; genetika
Mendel, genetika modern, genetika tumbuhan, genetika molekular, genetika
hewan, genetika mikroba, dan genetika manusia. Untuk dapat memahami genetika
secara keseluruhan.

Pewarisan suatu sifat diawali oleh tahap pembagian materi genetik. Proses
pembagian materi genetik melalui pembagian kromosom melibatkan pembelahan
meiosis yang terjadi pada gametogenesis. Gametogenesis terjadi sebagai tahapan
awal dalam membagi kromosom dan meneruskannya ke keturunan berikutnya
untuk tujuan utama menjamin kelestarian makhluk hidup di muka bumi. Seluruh
proses rangkaian pewarisan sifat menjadi jelas sejak Mendel mengemukakan hasil
penelitiannya melalui Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II.

Hukum pewarisan Mendel merupakan hukum yang dijabarkan oleh Gregor


Johan Mendel dan dipelajari dalam materi pewarisan sifat. Laporan terdahulu
melaporkan bahwa pewarisan Mendel merupakan salah satu materi yang cukup
sulit dipelajari oleh peserta didik. Hukum pemisahan dan hukum pilihan bebas
merupakan hukum yang dirumuskan oleh G. J. Mendel pada tahun 1865. Secara
garis besar, hukum pemisahan Mendel menjelaskan terkait keberadaan sepasang
faktor yang mengendalikan setiap karakter akan memisah pada waktu
pembentukan gamet. Pada hukum pilihan bebas, Mendel menjelaskan bahwa
faktor-faktor yang menentukan karakter-karakter yang berbeda diwariskan secara
bebas satu sama. Istilah faktor yang dijelaskan oleh Mendel tersebut dikemudian
hari dikenal dengan istilah gen.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Hukum Mendel ?
2. Apa Bunyi Hukum Mendel 1 ?
3. Apa teori pewarisan sifat?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Hukum Mendel
2. Untuk Mengetahui Bunyi Hukum Mendel 1
3. Untuk Mengetahui Teori Pewarisan Sifat
BAB II

PEMBAHASAN

Gregor Johann Mendel

Gregor Johann Mendel (1822-1884) merupakan anak dari pasangan petani yang
tinggal di Eropa Tengah. Pada usia 21 tahun dia masuk menjadi anggota biara
Katolik di kota Brunn. Di Biara inilah dia mulai melakukan percobaan genetika
dengan berbagai tanaman kebun. Dari semua tanaman yang dipakai dalam
penelitiannya, Mendel memperoleh hasil yang memuaskan ketika dia
menggunakan tanaman kacang ercis. Hasil penelitian Mendel dipublikasikan di
Society Prosiding 1866, namun kurang memperoleh tanggapan dari ilrnuwan kala
itu. Pada tahun 1990 artikel yang ditulis Mendel dibaca kembali oleh tiga orang
ahli botani yaitu Hugo de Vries, Carl Correns, dan Eric von Tschermak-
Seysenegg. Mereka telah menemukan bahwa Mendel telah melakukan penelitian
mengenai pewarisan sifat yang sangat teliti dan melakukan analisis yang cermat
terhadap hasil penelitiannya. Sejak saat itu, gagasan-gagasan Mendel mengenai
pewarisan sifat diterima secara luas dikalangan ilmuwan.

Hukum Mendel 1

Mendel memulai percobaannya dengan melakukan persilangan dua kacang


ercis yang memiliki satu perbedaan sifat, dikenal dengan persilangan monohibrid.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menjawab sebuah pertanyaan dasar
"apakah karakter dari individu berasal dari salah satu orang tuanya atau
merupakan campuran kedua orang tuanya?" Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
Mendel menyilangkan dua ercis galur mumi (homozigot) dengan karaktersitik
yang berbeda yaitu satu berbiji kuning dan lainnya berbiji hijau. Kedua induk
galur murni ini dikenal dengan istilah generasi parental (P). Seluruh keturunan
dari hasil persilangan tersebut, dikenal dengan filiall (Fl) memiliki biji bulat.
Fenotip Fl menunjukkan seolah-olah sifat dari individu hanya berasal dari salah
satu induknya saja.

Untuk memastikan apakah benar sifat individu hanya berasal dari salah
satu induknya, Mendel kemudian menyilangkan sesama F1 dan menghasilkan
keturunan dengan perbandingan fenotip ercis berbiji kuning dan ercis berbiji hijau
3:1. Perbandingan fenotip dari F2 ini memberikan kesimpulan-kesimpulan
sebagai berikut:
1. Setiap karakter diatur oleh sepasang faktor penurun sifat. Kesimpulan ini dapat
dilihat dari hasil persilangan sesama F1. Persilangan sesama FI yang berbiji bulat
menghasilkan F2 yang berbiji kuning dan hijau. Munculnya sifat kuning dan hijau
pada F2 menandakan bahwa F1 memiliki faktor penurun sifat kuning dan faktor
penurun sifat hijau, Faktor penurun sifat ini sekarang dikenal dengan nama alel.

2. Ketika individu memiliki dua alel yang berbeda (heterozigot), alel yang
terekspresi disebut dengan alel dominan sedangkan alel yang tertutupi disebut
dengan alel resesif. F1 pada persilangan yang dilakukan Mendel menghasilkan
tanaman berbiji kuning meskipun memiliki alel pengatur sifat kuning dan alel
pengatur sifat hijau Fenotip F1 ini menandakan bahwa alel kuning (diberi
lambang huruf besar) K dominan terhadap alel hijau (diberi lambang dengan
huruf kecil) k.

3. Sepasang alel akan terpisah pada proses pembentukan gamet Pada


pembentukan zigot, alel dari induk betina berpasangan dengan alel dari induk
jantan untuk menghasilkan genotip dari keturunanya, Fl pada persilangan Mendel
memperoleh alel K dan k dari induk yang berbeda. Alel K berasal dari induk
berbiji kuning dengan genotip KK sedangkan alel k berasal dari induk bebiji hijau
dengan genotip kk.

4. Pada pembentukan gamet, kedua alel akan terpisah dengan perbandingan yang
sama. Fl yang bergenotip Kk akan menghasilkan ½ gamet B dan ½ gamet b.
Gamet-gamet tersebut kemudian berpasangan acak pada proses pembentukan
zigot dan menghasilkan 3 jenis genotip yaitu 1/4 KK, ½ kk, 1/4 kk (1:2:1). Alel B
dominan terhadap alel b, sehingga pada kondisi heterozigot (Bb) fenotip yang
muncul adalah bulat, ini mengakibatkan perbandingan fenotip F2 menjadi 3 bulat
berbanding 1 kisut.

Keempat kesimpulan Mendel itu kemudian memunculkan dua konsep penting


yaitu Hukum segregasi dan konsep dominansi. Hukum segregasi menyatakan
bahwa setiap individu diploid memiliki sepasang alel untuk setiap sifat yang
dimiliki. Pada pembentukan gamet, kedua alel akan terpisah ke gamet yang
berbeda dengan peluang yang sama. Konsep dominansi menyatakan bahwa pada
kondisi heterozigot (terdapat dua alel yang berbeda), hanya alel dominan yang
teramati pada fenotip dari individu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada


organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua
bagian: Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai
Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent
assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Daftar Pustaka

Arsal, A. F. 2018. Genetika. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri


Makassar

Artadana, I. B. M., Savitri, W. D. 2018. Dasar- Dasar Genetika Mendel dan


Pengembangannya. Yogyakarta: GRAHA ILMU

Fauzi, A., Corebima, A. D. 2016. Pemanfaatan Drosophila melanogaster Sebagai


Organisme Model Dalam Mempelajari Humuk Pewarisan Mendel. Malang:
Universitas Negeri Malang

Pai, A. C. 1992. Dasar – Dasar Genetika Ilmu Untuk Masyarakat. Jakarta:


PENERBIT ERLANGGA

Anda mungkin juga menyukai