Anda di halaman 1dari 24

Tugas Biologi Reproduksi

“MENDELISME HUKUM MENDEL I DAN HUKUM MENDEL II”

Disusun Oleh :

Kelompok 1 (Satu) Eugenia VI

1) Nurcahaya Sulamin Lubis P1337424520055


2) Nurlaila Isticharoh P1337424520056
3) Mei Suranti P1337424520057
4) Agnes Dogma Wahyuni Sianturi P1337424520058
5) Arania Putindo P1337424520059
6) Nuryati P1337424520060
7) Lilis Maulisia P1337424520061

Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Magelang


Politeknik Kementerian Kesehatan Semarang
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah mengistimewakan manusia atas
seluruh makhluk-Nya dan mengangkatnya sebagai khalifah dimuka bumi. Allah menganugrahkan
akal kepadanya untuk membedakan mana yang buruk dan yang baik, maupun melihat nikmatnya
lantas bersyukur kepada Rabb-Nya dan memuliakan-Nya.
Dalam rangka menyusun laporan kelompok, sehingga tim dapat menyelesaikan laporan
dengan judul “Mendelisme Hukum Mendel I Dan Hukum Mendel II” Tim menyadari dalam
pembuatan laporan ini banyak sekali kekurangan dan kesalahan baik dari bahannya dan cara
menyusunnya. Dengan ini tim mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar
kedepannya lebih sempurna. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan dapat
menjadi secuil ilmu dari ilmu-ilmu yang maha luas.
Ucapan terima kasih tim kepada dosen yang telah membimbing tim dengan sangat baik
sehingga tim dapat menyelesaikan semua dengan sangat baik dan bisa melakukan tindakan yang
sangat berguna.

Magelang, 14 Agustus 2020

Tim
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Hukum Mendel I.................................................................................................


B. Hukum Mendel I..............................................................................................................
C. Hukum Mendel II.............................................................................................................
D. Terminologi Dalam Genetika..........................................................................................
E. Penyimpangan Dalam Hukum Mendel............................................................................
F. Monohibrida Pada Manusia.............................................................................................
G. Perkembangan Hukum Mendel........................................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................................
B. Saran................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Genetika sebagai ilmu yang mempelajari segala hal mengenai keturunan dimulai sejak
zaman purbakala, kira-kira 4000 tahun yang lalu di Sumaria, Mesir, ketika para petani
mengetahui bahwa hasil pertaniannya dan ternaknya dapat ditingkatkan melalui
persilangan. Meskipun pengetahuan mereka masih sangat primitif namun mereka
menyadari bahwa beberapa sifat yang baik pada tumbuhan dan hewan dapat diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mereka menjalankan berbagai persilangan tanpa
didasari pengetahuan karena belum dikenal adanya gen, apalagi hukum keturunan.
Genetika yang sesungguhnya baru dimulai pada dekade kedua dari abad ke-19 setelah
Mendel menyajikan secara hati-hati hasil analisis beberapa percobaan persilangan yang
dibuatnya pada tanaman ercis/kapri (Pisum sativum). Percobaan-percobaan yang dilakukan
Mendel itu sesungguhnya sangat sederhana, tetapi karena ketekunannya menganalisis data
yang diperolehnya, ia berhasil menyusun prinsip yang penting mengenai warisan sifat dari
induk kepada keturunannya. Penemuan itu mengantar Mendel mencapai kemasyurannya
sehingga ia dinyatakan sebagai Bapak Gentika.
Sesudah tanaman ercis/kapri yang digunakan Mendel dalam percobaannya, menyusullah
lalat buah Drovophilla melanogaster, tanaman jagung, ayam, tiku s, cendawan dan
bakteri untuk bahan penelitian genetika.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah sejarah Hukum Mendel?
2. Bagaimanakah Hukum Mendel I?
3. Bagaimana Hukum Mendel II?
4. Bagaimana penyimpangan Hukum Mendel?
5. Bagaimana perkembangan Hukum Mendel?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sejarah Hukum Mendel
2. Untuk mengetahui Hukum Mendel I
3. Untuk mengetahui Hukum Mendel II
4. Untuk mengetahui penyimpangan Hukum Mendel
5. Untuk mengetahui perkembangan Hukum Mendel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. SEJARAH HUKUM MENDEL 1


Genetika erat hubungannya dengan hereditas atau penurunan sifat-sifat genetik dari
satu generasi (orangtua / induk) ke generasi selanjutnya (anak). Ilmu yang mempelajari
mengenai pewarisan sifat ini disebut Genetika. Prinsip dasar dari genetika pertama kali
dicetuskan oleh Gregor John Mendel (1822–1884) sebagai penemu prinsip dasar dari
Hereditas. Penemuan ini dilakukan karena pengaruh dosennya di Universitas Vienna (1851-
1853) yaitu Prof. Doppler seorang fisikawan dan Prof. Unger sebagai ahli tumbuhan. Atas
pengaruh kedua Profesor tersebut.
Mendel mulai melakukan penelitian pada tanaman ercis/kacang kapri (Pisum
sativum) penelitian mendel ini memerlukan waktu hingga 8 tahun. Pemilihan tanaman ercis
ini dilakukan karena:
1. Mudah melakukan penyerbukan silang
2. Mudah di dapat
3. Mudah hidup dan mudah dipelihara
4. Cepat berbuah/berumur pendek
5. Dapat melakukan penyerbukan sendiri
6. Terdapat jenis-jenis yang memiliki sifat berbeda (menyolok), misalnya warna bunga,
warna biji, warna buah, bentuk biji, sifat kulit, letak bunga, dan ukuran batang.

Penemuan Mendel ini tidak langsung mendapat perhatian besar dari para peneliti
pada waktu itu. Setelah beliau wafat, pendapat Mendel ini baru kembali di teliti tahun 1900
oleh Hugo De Vries (Belanda), Carl Correns (Jerman), Erich von Tsermak (Austria) yang
melakukan penelitian lebih lanjut. Dari penelitian yang dilakukan oleh Mendel diketahui
bahwa ada sifat dominansi dan resesif pada beberapas sifat kacang kapri ini setelah
dikawinkan berkali kali. Hasil persilangan pada kacang ini diketahui ada yang murni dan
tidak. Oleh karena itu ada beberapa istilah untuk penggunaan pada hukum Mendel ini.
B. HUKUM MENDEL I
Hukum I Mendel disimpulkan dari persilangan monohibrid. Hukum I Mendel
disebut sebagai hukum segregasi (pemisahan). Hukum segregasi menyatakan bahwa pada
saat pembentukan gamet terjadi segregasi alel-alel secara bebas, dari diploid menjadi
haploid. Artinya: saat pembentukan gamet maka kedua induk yang merupakan pasangan elel
akan terjadi pemisahan secara bebas.
Contoh suatu makhluk hidup mempunyai Aa maka pada pembentukan gamet, gamet
A akan terpisah dengan gamet a. Monohibrida yaitu persilangan dengan satu sifat beda,
misalkan persilangan antara batang tinggi dengan batang pendek. Monohibrida ada 2, yaitu:
1. Monohibrida penuh.
Monohibrida dominan penuh ialah persilangan dengan satu sifat beda tapi salah
satu sifat menguasai sifat yang lain, biasanya sifat yang kuat disebut juga dengan gen
dominan dan sifat yang lemah disebut juga dengan gen resesif. Contoh : P :
PARIENTAL/INDUK persilangan antara TT ( Batang tinggi) X tt ( Batang pendek),
TT akan memisah secara bebas sesuai dengan hukum mendel I. Terbentuk satu
gamet T dan t, kemudian akan disilangkan hasil gametnya Tt. Karena yang T
berpasangan dengan t kecil, maka sifat T akan mengalahkan sifat t yang berbatang
pendek. Maka fenotif yang berbatang tinggi (T). Fenotif adalah sifat yang tampak.
Fenotif adalah gabungan dari genotif dan lingkungan. Genotif adalah komposisi gen
yang tak tampak, biasanya dilambangkan dengan huruf.
2. Monohibrida Dominan Persial
Monohibrida Dominan Persial adalah persilangan dengan satu sifat beda tapi
satu sifat gen tidak ada yang mengalahkan sifat gen lain/ terjadi percampuran antara
kedua sifat tersebut. Contoh: persilangan antara bunga merah dengan bunga putih,
maka hasilnya jadi merah muda karena terjadi pencampuran antara bunga merah
dengan bunga putih. Secara garis besar, hukum ini mencangkup tiga pokok:
a. Gen memiliki bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter.
b. Setiap individu membawa pasangan gen, satu dari jantan dan satu dari induk
betina.
c. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan
terekspresikan. Alel resesif tidak terekspresikan. Alel resesif yang tidak
terekspresikan tetap akan diwariskan pada gamet yang terbentuk.
C. HUKUM MENDEL II
Hukum II Mendel, atau dinamakan hukum penggabungan bebas (the Mendelian law
of independent assortment) mengenai ketentuan penggabungan bebas yang harus menyertai
terbentuknya gamet pada perkawinan dihibrid. Hukum Kedua Mendel menyatakan bahwa
alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling mempengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa
gen yang menentukan tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman tidak saling
mempengaruhi.
Eksperimen Mendel menunjukkan bahwa ketika tanaman induk membentuk sel-sel
reproduksi jantan dan betina, semua kombinasi bahan genetik dapat muncul dalam
keturunanya dan selalu dalam proporsi yang sama dalam setiap generasi. Informasi genetik
selalu ada meskipun ciri tertentu tidak tampak di dalam beberapa generasi karena
didominasi oleh gen yang lebih kuat. Dalam generasi kemudian, bila ciri dominan tidak ada,
ciri resesif itu akan muncul lagi.
Contoh persilangan dengan menggunakan tanaman ercis dengan biji bulat berwarna
kuning dengan tanaman ercis berbiji keriput warna hijau akan menghasilkan keturunan F 1
100% berbiji bulat bewarna kuning. Dari percobaan ini disimpulkan bahwa warna kuning
dominan terhadap keriput dan hijau
1. F1 disilangkan dengan sesamanya menghasilkan tanaman dengan biji bulat hijau
keriput kuning dan keriput hijau dengan perbandingan 9:3:3:1
2. Percobaan yang sama dengan perbedaan sifat lainya, F 2 tetap menunjukan
perbandingan 9:3:3:1

D. TERMINOLOGI DALAM GENETIKA


Untuk dapat memahami prinsip Mendel mengenai keturunannya, sebaiknya
mengenal terlebih dahulu beberapa istilah seperti :
Parental(P) : Tetua, orang tua atau induk

Hibrid : Hasil persilangan dua individu yang memiliki sifat beda. Dikenal:

 Monohibrid = hybrid dengan satu sifatbeda

 Dihibrid = hybrid dengan dua sifatbeda

 Trihibrid = hybrid dengan tiga sifatbeda


 Tetrahibrid = hybrid dengan empat sifatbeda

 Hibridisasi = Persilangan 2 individu yang memilki sifatbeda

Fenotipe : Penampakan atau perbedaan sifat dari suatu individu yang tergantung dari
suatu susunan genetiknya, biasanya dinyatakan dengan kata-kata(misalnya mengenai
ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb).
Genotype : Susunan atau konstitusi genetik dri suatu individu yang ada
hubungannya dengan fenotipe ; biasanya dinyatakan dengan symbol/ tanda huruf pertama
dari fenotipe. Oleh karena individu itu bersifat diploid, maka genotype dinyatakan dengan
huruf double, misalnya AA, Aa, aa, AABB, AaBb, dsb.
Gen : Suatu unit keturunan berupa suatu segmen tertentu dari molekul DNA,
umumnya erletak dalam kromosom, dan memperlihatkan ekspresinya berupa fenotipe.
Biasanya dinyatakan dengan symbol/tanda huruf tunggal dan merupakan huruf pertama
dari suatu sifat keturunan, misalnya T= tinggi; M=merah; B = bulat;dsb.
Alel : Anggota dari sepasang atau suatu seri gen-gen yang terdapat pada suatu
lokus (tempat) tertentu pada kromosom-kromosom homolog.
Dominan : Sifat yang mengalahkan atau menutupi sifat lain. Misalnya : warna
merah dominan terhadap warna putih.
Resesif :Sifat yang dikalahkan atau ditutupi oleh sifat lain. Misalnya warna putih
resesif terhadap warna merah.
Intermediet : Sifat antara dari sifat dominan dan resesif. Misalnya merah adalah
dominan, putih resesif, maka merah jambu adalah sifat intermediet.
Homozigot : Individu yang kromosom-kromosomnya memiliki gen-gen identik dari
sepasang atau suatu seri alel. Individu homozigot hanya membentuk satu macam gamet
saja. Misalnya individu homozigot BB hanya membentuk gamet B saja, dan arena itu
individu homozigot selalu berkembangbiak secara murni.
Heterozigot : Individu yang kromosomnya memiliki gen-gen berlainan dari sepasang
atau suatu seri alel tertentu. Misalnya individu dengan genotip Aa, Bb, AaBb adalah
heterozigot. Individu heterozigot membentuk lebih dari satu macam gamet. Contohnya
individu Aa membentuk gamet-gamet A dan a.
= atau ♀ = betina atau perempuan
♂ atau = jantan atau laki-laki

Οx♂ = tanda kawin

F1 = keturunan pertama, F2 = keturunan kedua

E. PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL


Macam-Macam Penyimpangan semu Hukum Mendel
1. Epistasis dan Hipostasis
Epistasis-hipostasis merupakan suatu peristiwa dimana suatu gen dominan
menutupi pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi
disebut epistasis, dan yang ditutupi hypostasis. Epistasis dibedakan menjadi 3,
yaitu :
a. Epistasis dominan
Pada peristiwa epistasis dominan terjadi penutupan ekspresi gen oleh suatu
gen dominan yang bukan alelnya. Perbandingan fenotipe pada generasi F 2
dengan adanya epistasis dominan adalah 12:3:1.
Peristiwa epistasis dominan dapat misalnya pada pewarisan warna
buah waluh besar (Cucurbita pepo). Dalam hal ini terdapat gen Y yang
menyebabkan buah bewarna kuning dan alelnya y yang menyebabkan buah
bewarna hijau. Selain itu, ada gen W yang menghalangi pigmentasi dan w
yang tidak menghalangi pigmentasi. Persilangan antara waluh putih (WWYY)
dan waluh hijau (wwyy) menghasilkan nisbah fenotipe generasi F 2 sebagai
berikut.

P : WWYY x wwyy putih


hijau
F1 : WwYy

Putih
WY Wy Wy Wy
F2 : WWYY WWYy WwYY WwYy
WY
(putih) (putih) (putih) (putih)
WWYy WWyy WwYy Wwyy
Wy
(putih) (putih) (putih) (putih)
WwYY WwYy wwYY wwYy
wY
(putih) (putih) (kuning) (kuning)

WwYy Wwyy wwYy Wwyy


Wy
(putih) (putih) (kuning) (hijau)

Dari tabel diatas, dketahui bahwa:

9 W-Y- putih

3 W-yy putih putih : kuning : hijau =

3 wwY- kuning 12 : 3 : 1
1 wwyy hijau

b. Epistasis Resesif
Peristiwa epistasis resesif terjadi apabila suatu gen resesif menutupi
ekspresi gen lain yang bukan alelnya. Akibat peristiwa ini, pada generasi F2
akan diperoleh nisbah fenotipe 9 : 3 : 4.
Contoh epistasis resesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu mencit
(Mus musculus). Ada dua pasang gen nonalelik yang mengatur warna bulu pada
mencit, yaitu gen A menyebabkan bulu berwarna kelabu, gen a menyebabkan
bulu berwarna hitam, gen C menyebabkan pigmentasi normal, dan gen c
menyebabkan tidak ada pigmentasi. Persilangan antara mencit berbulu kelabu
(AACC) dan albino (aacc) dapat digambarkan seperti pada diagram berikut ini.
P : AACC x aacc
kelabu albino
F1 : AaCc
Kelabu
F2 :

AC Ac aC ac
AC AACC AACc AaCC AaCc
(kelabu) (kelabu) (kelabu) (kelabu)

Ac AACc AAcc AaCc Aacc

(kelabu) (Albino) (kelabu) (albino)

aC AaCC AaCc aaCC aaCc


(kelabu) (kelabu) (hitam) (hitam)

Ac AaCc Aacc aaCc aacc


(kelabu) (albino) (hitam) (albino)

Dari tabel diatas dapa disimpulkan bahwa:

9 A-C- kelabu

3 A-cc albino kelabu : hitam : albino=

3 aaC- Hitam 9 : 3 : 4
1 aacc Albino

c. Epistasis Dominan dan Resesif


Epistasis dominan-resesif terjadi apabila gen dominan dari pasangan gen I
epistatis terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari
pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I. Epistasis ini
menghasilkan nisbah fenotipe 13 : 3 pada generasi F2.
Contoh peristiwa epistasis dominan-resesif dapat dilihat pada pewarisan
warna bulu ayam ras. Dalam hal ini terdapat pasangan gen I, yang menghalangi
pigmentasi, dan alelnya, i, yang tidak menghalangi pigmentasi. Selain itu, terdapat
gen C, yang menimbulkan pigmentasi, dan alelnya, c, yang tidak menimbulkan
pigmentasi. Gen I dominan terhadap C dan c, sedangkan gen c dominan terhadap I
dan i.
P : IICC x iicc
putih putih
F1 : IiCc
Putih

F2 :

IC Ic iC Ic
IICC IICc IiCC IiCc
IC
(putih) (putih) (putih) (putih)
IICc IIcc IiCc Iicc
Ic
(putih) (putih) (putih) (putih)
iiCC iiCc
IiCC IiCc
Ic (berwarna (berwarn
(putih)
(putih) ) a)
IiCc Iicc iiCc iicc
Ic
(putih) (putih) (berwarna) (putih)
Dari tabel diatas dapa disimpulkan bahwa:

9 I-C- putih

3 I-cc putih putih : berwarna = 13 : 3

3 iiC- berwarna
1 iicc putih

d. Kriptomeri
Kriptomeri adalah peristiwa suatu faktor dominan yang baru tampak
pengaruhnya apabila bertemu dengan faktor dominan lain yang bukan alelnya.
Faktor dominan ini seolah-olah tersembunyi (kriptos).
Seperti percobaan Correns pada tumbuhan Linaria maroccana berbunga merah
galur murni dengan yang berbunga putih juga galur murni. Dalam persilangan
tersebut diperoleh F1 semua berbunga ungu, sedangkan F2 terdiri atas tanaman
debgan perbandingan ungu: merah: putih = 9: 3: 4.
Warna bunga linaria (ungu, merah dan putih) ditentukan oleh pigmen
hemosianin yang terdapat dalam plasma sel dan sifat keasaman plasma sel. Pigmen
hemosianin akan menampilkan warna merah dalam plasma atau air sel yang
bersifat asam dan akan menampilkan warna ungu pada plasma sel yang bersifat
basa.
Warna bunga linaria maroccana ditentukan oleh ekspresi gen-gen sebagai
berikut:
1) Gen A, menentukan ada bahan dasar pigmen antosianin
2) Gen a, menentukan tidak ada bahan dasar pigmen antosianin
3) Gen B, menentukan suasana basa pada plasma sel
4) Gen b, menentukan suasana asam pada plasma sel
Persilangan antara Linaria maroccana bunga merah dengan bunga putih
menghasilkan keturunan seperti dijelaskan pada diagram berikut:
P1 : AAbb (merah) >< aaBB (putih)
Gamet : Ab aB
F1 : AaBb (Ungu) -> ada pigmen antosianin (A) dalam basa (B) P2
: AaBb (ungu) >< AaBb (ungu)
Gamet : AB, Ab, aB, ab AB, Ab, aB, ab
F2 :
AB Ab aB ab
AABB AABb AaBB AaBb
AB
(ungu) (ungu) (ungu) (ungu)
AABb AAbb AaBb Aabb
Ab
(ungu) (merah) (ungu) (merah)
AaBB AaBb aaBB aaBb
aB
(ungu) (ungu) (putih) (putih)
AaBb Aabb aaBb aabb
Ab
(ungu) (merah) (putih) (merah)
Rasio fenotif F2 = ungu : putih : merah = 9: 4 : 3
e. Polimeri
Polimeri adalah peristiwa dengan beberapa sifat beda yang berdiri sendiri
memengaruhi bagian yang sama dari suatu individu. Peristiwa Polimeri pertama
kali dilaporkan oleh Nelson-Ehle, melalui percobaan persilangan antara gandum
berbiji merah dengan gandum berbiji putih.
Pada penyilangan antara gandum berbiji merah (M1M1M2M2) dan gandum
berbiji putih (m1m1m2m2), dihasilkan F1 semua gandum berbiji merah, maka
ratio prbandingan fenotip F2 adalah sebagai berikut:
P1 :M1M1M2M2 (merah) >< m1m1m2m2

(putih) Gamet : M1M2 m1m2

F1 :M1m1M2m2 (merah) -> artinya: M1 dan M2


memunculkan warna merah
P2 :M1m1M2m2 (merah) >< M1m1M2m2 (merah)
Gamet :M1M2, M1m2, m1M2, m1m2 M1M2,M1m2, m1M2, m1m2
F2 :
M1M2 M1m2 m1M2 m1m2
M1M1M2M2 M1M1M2m2 M1m1M2M2 M1m1M2m2
M1M2
(merah) (merah) (merah) (merah)
M1M1M2m2 M1M1m2m2 M1m1M2m2 M1m1m2m2
M1m2
(merah) (merah) (merah) (merah)
M1m1M2M2 M1m1M2m2 m1m1M2M2 m1m1M2m2
m1M2
(merah) (merah) (merah) (merah)
M1m1M2m2 M1m1m2m2 m1m1M2m2 m1m1m2m2
m1m2
(merah) (merah) (merah) (putih)
Rasio fenotif F2: Merah : putih = 15 : 1

f. Gen Komplementer
Komplementer adalah gen yang saling berinteraksi dan saling melengkapi
sehingga memunculkan fenotipe baru. Apabila ada salah satu gen yang tidak hadir
maka munculnya karakter fenotip tersebut terhambat.
Misalnya, diketahui C (gen penumbuh bahan mentah pigmen), c (gen tidak
mampu menumbuhkan bahan mentah pigmen), R (gen penumbuh enzim
pigmentasi kulit), dan r (gen tidak mampu menumbuhkan enzim pigmentasi kulit).
Jika disilangkan induk berwarna (CCRR) dengan tidak berwarna (ccrr), maka akan
dihasilkan keturunan 100% berwarna. Sedangkan rasio fenotif F2 adalah sebagai
berikut:
P1 :CCRR (berwarna) >< ccrr (tak berwarna)
Gamet : CR cr
F1 :CcRr (berwarna) -> artinya: C dan R mempengaruhi warna

P2 : CcRr (berwarna) >< CcRr (tak berwarna)


Gamet : CR, Cr, cR, cr CR, Cr, cR, cr
F2 :
CCCC
CC C c C
RR R R R
R r R r
( ( ((
b b bb
e e ee
r r rr
w w ww
a a aa
r r rr
n n nn
a a aa
) ) ))

CC C CC
rC C cC
R r Rrr
r r r (
( t
( ( a
b t b k
e a e
r k r
berwarna)
warna) berwarna) warna)
CcRR CcRr ccRR CcRr
cR
(berwarna) (berwarna) (tak berwarna) (berwarna)
Ccrr
Cr CcRr Ccrr ccRr (tak
berwarna)
(berwarna) (tak berwarna) (tak berwarna)

Rasio F2: berwarna : tak berwarna = 9 : 7

g. Interaksi gen (Atavisme)


Selain mengalami berbagai modifikasi nisbah fenotipe karena adanya peristiwa
aksi gen tertentu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang
tidak melibatkan modifikasi nisbah fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-fenotipe
yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen nonalelik.
Peristiwa semacam ini dinamakan interaksi gen.
Peristiwa interaksi gen pertama kali dilaporkan oleh W. Bateson dan R.C.
Punnet setelah mereka mengamati pola pewarisan bentuk jengger ayam. Dalam hal
ini terdapat empat macam bentuk jengger ayam, yaitu mawar, kacang, walnut, dan
tunggal, seperti dapat dilihat pada Gambar dibawah ini:

Persilangan ayam berjengger mawar dengan ayam berjengger kacang


menghasilkan keturunan dengan bentuk jengger yang sama sekali berbeda dengan
bentuk jengger kedua tetuanya. Ayam hibrid (hasil persilangan) ini memiliki
jengger berbentuk walnut. Selanjutnya, apabila ayam berjengger walnut
disilangkan dengan sesamanya, maka diperoleh generasi F2 dengan nisbah
fenotipe walnut : mawar : kacang : tunggal = 9 : 3 : 3 : 1.
Dari nisbah fenotipe tersebut, terlihat adanya satu kelas fenotipe yang
sebelumnya tidak pernah dijumpai, yaitu bentuk jengger tunggal. Munculnya
fenotipe ini, dan juga fenotipe walnut, mengindikasikan adanya keterlibatan dua
pasang gen nonalelik yang berinteraksi untuk menghasilkan suatu fenotipe. Kedua
pasang gen tersebut masing-masing ditunjukkan oleh fenotipe mawar dan fenotipe
kacang.
Apabila gen yang bertanggung jawab atas munculnya fenotipe mawar adalah R,
sedangkan gen untuk fenotipe kacang adalah P, maka keempat macam fenotipe
tersebut masing-masing dapat dituliskan sebagai R-pp untuk mawar, rrP- untuk
kacang, R-P- untuk walnut, dan rrpp untuk tunggal.
P : RRpp x rrPP
mawar kacang
F1 : RrPp

walnut

F2 : 9 R-P- walnut
3 R-pp mawar walnut : mawar : kacang : tunggal=

3 rrP- kacang 9 : 3 : 3 : 1
1 rrpp tunggal

F. MONOHIBRIDA PADA MANUSIA

1. Polydactyli
Jari lebih (polydactyli) ditentukan oleh gen dominan P, sedang alelnya resesif p
menentukan jari normal. Seorang ibu normal, suaminya polydactyli memunyai 3 orang
anak. Anak pertama dan kedua adalah laki-laki polydactyli dan anak ketiga adalah
perempuan normal. Bagaimanakah kira-kira genotip dari individu-individu tersebut?
Ibunya normal, berarti mempunyai genotip pp. ayahnya polydactyli tetapi
mempunyai anak perempuan normal. Jadi ayah itu pasti memiliki gen resesif p dalam
genotifnya, sehingga ayah itu heterozigot Pp. Dengan demikian gen resesif p dari ayah
akan bertemu dengan gen p dari ibu, sehingga dihasilkan anak dengan genotif pp
(normal). Anak laki-lakinya yang polydactyli tentunya juga heterozigotik Pp.
P ♂ Pp x ♀ pp
Polydactyli normal
F1
Gamet ♂ P P
Gamet ♀
p Pp Pp
(polydactyli) (normal)
Diagram perkawinan dari keluarga polydactyli

P p
p p

Pp Pp pp

□ = symbol untuk laki-laki


= symbol untuk perempuan
= symbol untuk individu yang mempunyai kelianan
Diagram silsilah dari keluarga polydactyli

G. PERKEMBANGAN HUKUM MENDEL


Perkembangan hukum Mendel
1. John Gregor Mendel Pada 1822-1884, ilmuwan John Gregor Mendel
mengungkapkan hasil penelitiannya pada tanaman Ercis yang menyilangkan
beberapa sifat. Sifat tersebut kontras dari tumbuhan tersebut seperti: Bentuk biji
kacang Ercis yang bulat disilangkan bentuk biji yang berkerut. Ukuran batang
tumbuhan kacang Ercis yang tinggi disilangkan dengan tumbuhan kacang Ercis
yang berukuran pendek. Bunga yang berwarna ungu disilangkan dengan bunga
yang berwarna putih. Hasil persilangan tumbuhan kacang Ercis pada generasi
pertama maupun generasi kedua memiliki pola keteraturan yang bisa dijelaskan
secara matematika. Dalam penelitiannya, generasi pertama menghasilkan
keturunan yang memiliki sifat yang sama dengan salah satu sifat induknya. Pada
generasi kedua, dihasilkan dua macam penotip sama dengan salah satu induknya
yang memiliki perbandingan fenotip yang tetap.
2. Avery Mcleod dan McCarthy Ilmuwan Avery Mcleod dan McCarthy (1944)
berhasil mengisolasi materi gen yang dapat memisahkan dan memurnikan zat
penyusun materi gen. Materi genetik tersebut terdiri dari asam DNA, RNA dan
serta senyawa lain.
3. D Hershey dan Martha Chase Harshey dan Martha (1851) melakukan penelitian
faga (virus yang menyerang bakteri) Escherichia coli dengan menggunakan
protein radioaktif. Hasilnya diketahui bahwa virus tersusun oleh materi genetik
asam nukleat yang dibungkus oleh protein.
4. JD Watson dan FHC Cricks Watson dan Cricks (1953) mengajukan konsep
mengenai struktur molekul gen yang tersusun oleh asam deoksiribo nukleat
(DNA). Strukturnya berupa rangkaian double helix complementer atau untaian
pita spiral ganda yang berpasangan.
5. MW Nirenberg dan Severo Ochoa Pada 1959, dua ilmuwan tersebut melakukan
penelitian kode genetik untuk sintesa protein. Didapatkan bahwa kode genetik
tersebut harus terdiri dari tiga basa organik yang dikenal sebagai kodon. Kodon
berfungsi untuk menentukan asam amino yang disandi dalam proses sintesa
protein.
6. Era teknologi DNA Memasuki abad 21, perkembangan sains genetika pada abad
ini sudah sangat maju, terutama dalam genetika molekul dan teknologi manipulasi
materi genetik yang dikenal teknologi DNA. Teknologi DNA pada dasarya
melakukan isolasi DNA, memotongnya dengan enzim restriksi dan
menyambungkannya kembali dengan enzim ligase. Kemudian menyisipkan ke
dalam sususan DNA lain yang membawa vektor DNA dan memasukkannya
kembali ke dalam sel organisme lainnya. Pada era Bioteknologi, banyak hasil
rekayasa genetika yang dicapai, seperti vaksin, obat-obat kanker, pestisida,
bakteri yang membersihkan limbang buangan racun dan masih banyak lainnya.
Kontribusi Perkembangan Hukum Mendel Ke Bidang-Bidang Lain
1. Pertanian
Di antara kontribusinya pada berbagai bidang, kontribusi genetika di
bidang pertanian, khususnya pemuliaan tanaman dan ternak, boleh dikatakan
paling tua. Persilangan-persilangan konvensional yang dilanjutkan dengan seleksi
untuk merakit bibit unggul, baik tanaman maupun ternak, menjadi jauh lebih
efisien berkat bantuan pengetahuan genetika. Demikian pula, teknik-teknik
khusus pemuliaan seperti mutasi, kultur jaringan, dan fusi protoplasma
kemajuannya banyak dicapai dengan pengetahuan genetika. Dewasa ini beberapa
produk pertanian, terutama pangan, yang berasal dari organisme hasil rekayasa
genetika atau genetically modified organism (GMO) telah dipasarkan cukup luas
meskipun masih sering mengundang kontroversi tentang keamanan. Kesehatan
salah satu contoh klasik kontrubusi genetika di bidang kesehatan adalah diagnosis
dan perawatan penyakit fenilketonurani (PKU). Penyakit ini merupakan penyakit
menurun yang disebabkan oleh mutasi gen pengatur katabolisme fenilalanin
sehingga timbunan kelebihan fenilalanin akan dijumpai di dalam aliran darah
sebagai derivat-derivat yang meracuni sistem syaraf pusat. Dengan diet
fenilalanin yang sangat ketat, bayai tersebut dapat terhindar dari penyakit PKU
meskipun gen mutan penyebabnya sendiri sebenarnya tidak diperbaiki.
2. Industri farmasi
Teknik rekayasa genetika memungkinkan dilakukannya pemotongan
molekul DNA tertentu. Selanjutnya, fragmen-fragmen DNA hasil pemotongan ini
disambungkan dengan molekul DNA lain sehingga terbentuk molekul DNA
rekombinan. Apabila molekul DNA rekombinan dimasukkan kedalam suatu sel
bakteri yang sangat cepat pertumbuhannya, misalnya Escherichia coli, maka
dengan mudah akan diperoleh salinan molekul DNA rekombinan dalam jumlah
besar dan waktu yang singkat. Jika molekul DNA rekombinan tersebut membawa
gen yang bermanfaat bagi kepentingan manusia, maka berarti gen ini telah
diperbanyak dengan cara yang mudah dan cepat. Prinsip kerja semacam ini telah
banyak di terapkan diberbagai industri yang memproduksi biomolekul penting
seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan.
3. Hukum
Sengketa dipengadilan untuk menentukan ayah kandung bagi seorang
anak secara klasik sering diatasi melalui pengujian golongan darah. Pada kasus-
kasus tertentu cara ini dapat menyelesaikan masalah dengan cukup memuaskan,
tetapi tidak jarang hasil yang diperoleh kurang meyakinkan. Belakangan ini
dikenal cara yang jauh lebih canggih, yaitu uji DNA. Dengan membandingkan
pola restriksi pada molekul DNA anak,ibu, dan orang yang dicurigai sebagai ayah
kandung anak, maka dapat diketahui benar tidaknya kecurigaan tersebut.
4. Kemasyarakatan dan kemanusiaan
Di negara-negara maju, terutama di kota-kata besarnya, dewasa ini dapat
dijumpai klinik konsultasi genetik yang antara lain berperan dalm memberikan
pelayanan konsultasi perkawinan. Berdasarkan atas data sifat-sifat genetik,
khususnya penyakit genetik, pada kedua belah pihak yang akan menikah, dapat
dijelaskan berbagai kemungkinan penyakit genetik yang akan diderita oleh anak
mereka, dan juga besar kecilnya kemungkinan tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan
mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian: Hukum pemisahan
(segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan Hukum
berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai
Hukum Kedua Mendel.

B. Saran
1. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
2. Tim penyusun makalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
kelancaran dan kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya
DAFTAR PUSTAKA

http://biologimediacentre.com/genetika-hukum-mendel/#sthash.C7PN7wAX.dpuf
http://www.scribd.com/doc/84672312/Pewarisan-Sifat-Sifat-Keturunan
http://endick.wordpress.com/2008/01/30/percobaan-mendel-2/

Anda mungkin juga menyukai