Anda di halaman 1dari 20

Fenomena Hukum I Mendel pada Persilangan Drosophila melanogaster Strain Normal dan

Strain Vestigial

Laporan Proyek
disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Genetika yang dibimbing oleh Prof. Dr. Siti
Zubaidah, M. Pd dan Deny Setiawan, M. Pd

Oleh:
Offering I / Kelompok 6
Ainaya Salsabilla Fatin (220342608431)
Ezra Ibra Fransisco (220342604411)
Irma Nur Ramadhania (220342600883)
Trisiana Intan Permana Putri (220342606007)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum pemisahan dan hukum pilihan bebas merupakan hukum yang dirumuskan
oleh G. J. Mendel pada tahun 1865 (Corebima, 1977). Secara garis besar, hukum
pemisahan Mendel menjelaskan terkait keberadaan sepasang faktor yang mengendalikan
setiap karakter akan memisah pada waktu pembentukan gamet. Pada hukum pilihan bebas,
Mendel menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menentukan karakter-karakter yang
berbeda diwariskan secara bebas satu sama lain (Klug, 2012). Istilah faktor yang dijelaskan
oleh Mendel tersebut dikemudian hari dikenal dengan istilah gen. Ilmu genetika modern
yang ditemukan oleh Gregor Mendel tentang ciri-ciri faktor keturunan yang ditentukan
oleh unit dasar yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, mempunyai
persyaratan: (1) Diwariskan dari generasi ke generasi dimana keturunannya mempunyai
persamaan fisik dari materi tersebut, (2) Membawa informasi yang berkaitan dengan
struktur, fungsi, dan sifat-sifat biologi yang lain (Mutoharoh, 2022).
G. J. Mendel menemukan prinsip dasar pewarisan dengan melakukan pengujian
dalam pembiakan silang. Mendel melakukan percobaan dengan menggunakan kacang
ercis. Digunakan kacang ercis karena dia memiliki 7 sifat yang beda yang sangat mencolok,
mudah tumbuh, mudah disilangkan, memiliki umur yang pendek, memiliki bunga yang
sempurna sehingga dapat melakukan persilangan sendiri (Arumingtyas, 2016). Persilangan
ini membuktikan hukum Hukum Mendel I yang menyatakan bahwa pasangan alel pada
proses pembentukan sel gamet dapat memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga
dengan hukum segregasi (Arianti, 2018). Drosophila melanogaster merupakan lalat buah
yang telah digunakan sebagai subjek penelitian genetika sejak awal abad 20 (Dubnau,
2014). Karakteristik serangga ini yang memiliki siklus hidup yang cepat, hanya memiliki
sedikit kromosom, ukuran genom yang kecil, dan memiliki kromosom raksasa di kelenjar
ludahnya menjadikan Drosophila melanogaster dipilih peneliti genetika dalam
penelitiannya (Hartwell, 2011).
Drosophila melanogaster dipilih sebagai objek studi untuk mempelajari fenomena
Hukum I Mendel karena sangat mudah dipelihara dan membutuhkan biaya yang relatif
murah. Lalat betina dapat menghasilkan 30-50 telur per hari dan tiap telur dapat
berkembang menjadi lalat dewasa dalam waktu sekitar 10 hari (Panchal, 2017). Drosophila
melanogaster memiliki masa hidup yang singkat (sekitar 2-3 bulan) sehingga sangat cocok
untuk digunakan dalam mempelajari beberapa proses biologis (Brandt, 2013). Penggunaan
lalat buah Drosophila melanogaster dalam penelitian tidak membutuhkan pengurusan
kode etik sehingga sangat mengefisienkan waktu peneliti (Panchal, 2017). Oleh karena itu
dilakukan penelitian yang berjudul “Fenomena Hukum I Mendel pada Persilangan
Drosophila melanogaster Strain Normal dan Strain Vestigial”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fenomena Hukum I Mendel pada persilangan Dropsophila melanogaster
strain normal dan strain vestigial?
2. Bagaimana fenotipe F2 yang muncul pada persilangan Dropsophila melanogaster
strain normal dan strain vestigial?
3. Bagaimana cara menganalisis pewarisan sifat hasil perkawinan Dropsophila
melanogaster?
4. Bagaimana rasio fenotipe F2 pada persilangan Dropsophila melanogaster strain
normal dan strain vestigial?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengamati fenomena Hukum I Mendel pada persilangan Dropsophila
melanogaster strain normal dan strain vestigial.
2. Untuk mengetahui fenotipe yang muncul pada persilangan Dropsophila melanogaster
strain normal dan strain vestigial.
3. Untuk mengetahui pewarisan sifat hasil perkawinan Dropsophila melanogaster.
4. Untuk mengetahui rasio fenotipe F2 pada persilangan Dropsophila melanogaster strain
normal dan strain vestigial.

D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini bagi mahasiwa yaitu dapat mengetahui teknik dalam
persilangan Dropsophila melanogaster, mampu membedakan jenis kelamin pada lalat
buah, mengetahui jenis-jenis mutan pada lalat buah, mengetahui karakteristik Dropsophila
melanogaster terutama strain normal dan strain vestigial, dan juga mampu
mengaplikasikan ilmu genetika melalui proyek ini. Bagi peneliti selanjutnya dapat
menambah ilmu pengetahuan mengenai fenomena Hukum Mendel I pada persilangan
Dropsophila melanogaster strain normal dan strain vestigial.

E. Ruang Lingkup Penelitian


1. Penelitian dilakukan pada Dropsophila melanogaster strain normal dan strain vestigial.
2. Penelitian ini dilakukan sebatas di dalam laboratorium genetika Universitas Negeri
Malang.
3. Penelitian ini hanya mengamati fenotip F1 an F2 pada persilangan strain ♂ N >< ♀ vg
dan ♂ vg >< ♀ N.
4. Persilangan dilakukan sebanyak 9 kali ulangan dari persilangan ♂ N >< ♀ vg dan ♂
vg >< ♀ N.
5. Pengambilan data berupa perhitungan anakan F1 dan F2 hari ke-1 menetas hingga hari
ke-7 dari persilangan Drosophila melanogaster strain ♂ N >< ♀ vg dan ♂ vg >< ♀ N.

F. Batasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam satu semester yaitu pada bulan Agustus – Desember.

G. Asumsi Penelitian
1. Drosophila melanogaster yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kemampuan
reproduksi yang sama.
2. Umur Drosophila melanogaster yang disilangkan adalah sama.
3. Lalat yang digunakan virgin atau belum pernah dikawinkan.
4. Medium yang digunakan selama praktikum adalah sama.
5. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan yaitu suhu, dan kelembaban tempat biakan.

H. Definisi Operasional

1. Hukum I Mendel. Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat
pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum Mendel I menyatakan bahwa pada
pembentukan gamet (sel kelamin anak), kedua gen induk (orang tua) yang merupakan
pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari
induknya. Hukum ini berlaku untuk persilangan dengan satu sifat yang berbeda. Rasio
yang didapat pada Hukum I Mendel adalah 3:1. Cara bagaimana cara mengukurnya
yaitu dengan mengawinkan Drosophila melanogaster strain normal dan strain vestigial
selama 2 generasi.

2. Strain adalah suatu sifat yang dibawa oleh suatu individu.


Ciri - ciri Drosophila melanogaster strain normal yaitu :
a. Drosophila melanogaster strain normal memiliki mata bulat lonjong dengan warna
merah cerah. Warna pigmen mata pada Drosophila melanogaster berasal dari
pigmen pteridin dan ommochrome.
b. Drosophila melanogaster strain normal memiliki warna tubuh coklat keabu-abuan
dengan panjang ukuran sayap normal.
c. Indikasi sayap normal adalah sayap yang panjangnya lebih panjang melebihi
panjang tubuhnya.

Ciri - ciri Drosophila melanogaster strain vestigial yaitu memiliki perbedaan pada
ukuran sayap. Perbedaan ukuran sayap tersebut disebabkan oleh mutasi atau mutan.
Sayap tereduksi yang berarti panjang sayap mutan jauh lebih pendek dibanding panjang
sayap Drosophila melanogaster normal. Drosophila melanogaster dengan bentuk
sayap tersebut tidak dapat terbang. Mereka hanya mengandalkan bristle sebagai alat
sensor mekaniknya.

3. Cara mengidentifikasi Drosophila melanogaster yaitu dengan pengamatan


menggunakan mikroskop, kemudian diidentifikasi dengan atlas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hukum I Mendel
Hukum Mendel pertama kali ditemukan oleh seorang biarawan asal Austria, Gregor Johann
Mendel, pada tahun 1865 (Corebima, 1997). Secara garis besar, hukum pemisahan Mendel
menjelaskan terkait keberadaan sepasang faktor yang mengendalikan setiap karakter akan
memisah pada waktu pembentukan gamet. Pada hukum pilihan bebas, Mendel menjelaskan
bahwa faktor-faktor yang menentukan karakter-karakter yang berbeda diwariskan secara
bebas satu sama lain (Klug, dkk., 2012; Snustad dan Simmons, 2012; Corebima, 1997). Istilah
faktor yang dijelaskan oleh Mendel tersebut digunakan di kemudian hari dikenal dengan
istilah gen.
Pada awalnya Mendel melakukan penelitian melalui penyulingan pada kacang ercis dan
menemukan bahwa kacang ercis memiliki beberapa sifat dominan dan resesif seperti batang
tinggi, batang rendah, kulit buah licin, kulit buah mengkerut, bunga warna ungu dan bunga
warna putih. Hukum Mendel kemudian terbagi menjadi dua bagian, yaitu Hukum Segregasi
atau Hukum Pertama Mendel dan Hukum Berpasangan Secara Bebas atau Hukum Kedua
Mendel (Corebima, 1997)
Drosophila melanogaster biasa dimanfaatkan dalam percobaan genetika. organisme ini
sering digunakan sebagai model penelitian untuk mempelajari berbagai aspek dalam biologi
terkhususnya genetika dan pewarisan sifat (Jennings, 2011). keuntungan dalam menggunakan
organisme ini adalah karena masa berkembangbiaknya relatif cepat dan juga siklus hidup
yang pendek, selain hal tersebut biayanya juga relatif lebih murah.
B. Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster merupakan jenis insekta (Diptera) yang sering digunakan dalam
penelitian bidang genetika Mendel, karena lalat buah ini memiliki daur hidup yang cepat
selama kurang lebih satu minggu dalam satu generasi. Populasinya besar karena lalat betina
menghasilkan ratusan telur hasil pembuahan, serta mudah dipelihara di Laboratorium
(Kimball, 1992).
Adapun klasifikasi dari Drosophila melanogaster sebagai berikut (Gullan and Cranston,
2014):
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Drosophiladae
Genus : Drosophila
Spesies : Drosophila melanogaster
Alasan Drosophila melanogaster sering digunakan dalam percobaan karena Drosophila
melanogaster memiliki jumlah kromosom yang sedikit, yaitu 2n = 8. Drosophila
melanogaster memiliki siklus hidup yang pendek yaitu sekitar 10-12 hari, dengan
menghasilkan telur yang banyak tiap kali Drosophila melanogaster betina bertelur, sehingga
mudah dirawat dan mempunyai banyak karakter mutan. Drosophila melanogaster memiliki
tiga pasang kromosom penting, yang mempunyai sistem kromosom XX/XY untuk penetapan
kromosom seks, mempunyai kromosom raksasa pada kelenjar ludah dari larvanya, dan pada
Drosophila melanogaster jantan tidak ditemukan crossing over atau pindah silang saat
meiosis terjadi (Jones & Rickards. 1991).
Morfologi dari Drosophila melanogaster strain normal yaitu normal memiliki ciri-ciri
panjang tubuh lalat dewasa 2-3 mm, imago betina umumnya lebih besar dibandingkan dengan
yang jantan, tubuh berwarna coklat kekuningan dengan faset mata berwarna merah berbentuk
elips. Terdapat pula mata oceli yang mempunyai ukuran jauh lebih kecil dari mata majemuk,
berada pada bagian atas kepala, diantara dua mata majemuk, berbentuk bulat. Selain itu,
Drosophila melanogaster strain normal memiliki antena yang berbentuk tidak runcing dan
bercabang-cabang dan kepala berbentuk elips. Thorax berwarna krem, ditumbuhi banyak
bulu, dengan warna dasar putih. Abdomen bersegmen lima, segmen terlihat dari garis-garis
hitam yang terletak pada abdomen. Sayap Drosophila normal memiliki ukuran yang panjang
dan lurus, bermula dari thorax hingga melebihi abdomen lalat dengan warna transparan
(Amelia, 2016).
Pada Drosophila melanogaster strain vestigial memiliki ciri khusus yakni memiliki sayap
berukuran sangat pendek. Lalat dengan sayap vestigial ini tidak mampu untuk terbang. Lalat
ini memiliki kecacatan dalam “gen vestigial” mereka pada kromosom ke dua. Lalat ini
memiliki mutasi resesif (Mas' ud & Tuapattinaya, 2013). Sayap vestigial tidak dapat
digunakan untuk terbang, kelainan ini disebabkan adanya kelainan pada kromosom nomor 2,
lokus 67,0 (Campbell, 2002).
Pada Siklus hidup Drosophila melanogaster mengalami perkembangan sempurna yang
mempunya 4 fase metamorphosis yaitu telur, larva (larva instar pertama, larva instar kedua
dan larva instar ketiga), pupa dan imago (lalat dewasa) (Azhar et al., 2021).

Siklus hidup Drosophila melanogaster (Azhar, 2021)


Drosophila melanogaster memiliki masa hidup sekitar 2-3 bulan, dimana usia tersebut
relatif sangat singkat dibandingkan dengan tikus, mencit, kelinci ataupun manusia. Pada fase
embrio Drosophila melanogaster dapat berkembang menjadi larva instar pertama dalam
waktu satu hari kemudian berkembang menjadi larva instar kedua dan larva instar ketiga
berturut–turut dalam waktu satu dan dua hari. Kemudian larva instar ketiga berubah menjadi
pupa setelah kurang lebih lima hari, lalat akan keluar dari cangkang pupa yang selanjutnya
disebut lalat dewasa (Nainu, 2018).

C. Kerangka konseptual
Kerangka konseptual pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Drosophila memiliki ciri morfologi yang berbeda antara jantan dan betinanya. Pada
Drosophilla jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
yang betina. Drosophila dikenal sebagai organisme yang tidak mempunyai pasangan
tetap dapat kawin berulang kali, selain itu, hewan betina mempunyai spermateca yang
digunakan untuk menyimpan sperma dalam waktu cukup lama

Hukum Mendel I menjelaskan bagaimana alel gen diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Hukum ini berlaku untuk organisme diploid, seperti Drosophila
melanogaster, dan menjelaskan bagaimana alel dari sepasang gen diwariskan kepada
generasi berikutnya.

Persilangan F1 adalah persilangan strain ♂ N >< ♀ vg dan ♂ vg >< ♀ N. Individu


keturunan akan membawa satu alel normal (N) dan satu alel vestigial (vg) yang berasal
dari pasangan kromosom homolog yang dipisahkan selama pembentukan gamet.

Persilangan tersebut akan memiliki rasio fenotip yang konsisten sesuai dengan hukum
tersebut, yakni 3:1, dengan tiga individu normal dan satu individu vestigial pada rasio
populasi yang besar.

D. Hipotesis
1. Tidak ada perbedaan signifikan dalam rasio fenotip normal dan vestigial dalam
persilangan Drosophila melanogaster antara strain Normal dan strain Vestigial.
2. Terdapat perbedaan signifikan dalam rasio fenotip normal dan vestigial dalam persilangan
Drosophila melanogaster antara strain Normal dan strain Vestigial, sesuai dengan hukum
Mendel.
3. Rasio fenotip normal dan vestigial dalam persilangan Drosophila melanogaster antara
strain Normal dan strain Vestigial akan mendekati 3:1 sesuai dengan hukum Mendel.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jumlah Perlakuan
Pada penelitian ini terdiri atas 2 perlakuan, jenis strain yang akan disilangkan yakni:

Perlakuan 1: Jantan strain Normal x Betina strain Vestigial


Perlakuan 2: Jantan strain Vestigial x Betina strain Normal

Jumlah Ulangan
Jumlah ulangan yang akan dilakukan dihitung menggunakan RAL, yakni:

RAL= t (r-1) ≥ 15

RAL= 2 (r-1) ≥ 15

RAL= 2r – 2 ≥ 15

RAL= 2r ≥ 15 + 2

RAL= 2r ≥ 17 → r = 17/2 = 8,5 = 9

Jumlah ulangan sebanyak 9 (sembilan) kali

Jumlah Generasi

Jumlah generasi yang digunakan yakni 1 (satu) generasi

B. Variabel Penelitian
Variabel Bebas : Persilangan
Variabel Terikat : Fenomena yang terjadi pada persilangan strain normal dan strain
vestigial, jumlah anakan.
Variabel Kontrol : Kondisi medium, umur ampulan.

C. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Agustus – Desember 2023 yang bertempat di
Laboratorium Genetika (B21.306) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.
D. Sampel dan Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Drosophila melanogaster dan sampel yang digunakan
adalah Drosophila melanogaster strain normal dan strain vestigial.
E. Alat dan Bahan Penelitian
Alat
● Mikroskop stereo, digunakan untuk mengamati morfologi Drosophila
melanogaster, untuk mengetahui strain yang akan digunakan dalam persilangan.
● Kompor gas, digunakan untuk memasak dan memanaskan medium.
● Timbangan, digunakan untuk menimbang bahan-bahan yang akan digunakan untuk
medium seperti pisang rajamala, gula merah, dan tape.
● Botol, digunakan sebagai tempat persilangan atau peremajaan Drosophila
melanogaster.
● Blender, digunakan untuk menghaluskan pisang rajamala dan tape.
● Gunting, digunakan untuk memotong kertas pupasi dan memotong spons.
● Pisau, digunakan untuk memotong pisang dan gula merah.
● Selang ampul, digunakan untuk mengampul larva dan untuk mengambil
Drosophila melanogaster dari botol untuk dipindahkan ke botol lainnya untuk
peremajaan.
● Cotton bud, digunakan untuk mengambil larva yang akan diampul.
● Panci, digunakan untuk memasak medium atau memanaskan medium.
● Pengaduk, digunakan untuk mengaduk medium saat proses memasak.
Bahan

● Drosophila melanogaster, sebagai organisme dalam persilangan Hukum Mendel I.


● Pisang rajamala, sebagai salah satu bahan pembuatan medium.
● Tape, sebagai salah satu bahan pembuatan medium karena terdapat fermentasi di
dalamnya sehingga medium mampu bertahan sedikit lebih lama.
● Gula Merah, sebagai salah satu bahan pembuatan medium karena mengandung
glukosa yang tinggi.
● Fermipan, berfungsi sebagai ragi yang mampu mengubah glukosa menjadi
karbondioksida sehingga dapat menjaga kelembaban medium.
● Air, untuk membuat medium dan mendinginkan medium.
● Spons, digunakan untuk menutup botol saat telah terisi medium dan lalat
Drosophila melanogaster.
● Kertas label, digunakan untuk melabeli agar memudahkan saat pengamatan.
● Spidol, untuk memberi tanda pada label dan pada spons ketika akan dipotong.
● Kertas pupasi, digunakan untuk meletakkan Drosophila melanogaster.
● Kain kassa, untuk membatasi selang ampul yang besar dan yang kecil agar saat
menyedot Drosophila melanogaster tidak tertelan.
● Plastik, digunakan untuk tempat menghitung anakan lalat Drosophila
melanogaster.

F. Prosedur Penelitian
Pembuatan Medium:
● Disiapkan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan medium, antara lain :
700 gram pisang rajamala, 200 gram gula merah, 100 gram tape, dan fermipan.
● Di potong pisang rajamala dan gula merah menjadi bentuk yang kecil, serta
dipisahkan tape dari serat-serat yang ada di dalamnya.
● Dicairkan gula merah yang telah di potong menggunakan sedikit air.
● Di blender pisang rajamala dan tape menggunakan sedikit air hingga halus.
● Dicampurkan gula merah yang telah dicairkan ke dalam medium pisang dan tape.
● Dimasak medium selama 45 menit hingga kekentalan yang tepat, kemudian
didinginkan.
● Disiapkan botol medium.
● Dimasukkan medium ke dalam botol medium sekitar 2-3 sendok.
● Diberi sedikit fermipan dan diletakkan kertas kupasi di dalamnya.
Peremajaan:
● Dipindahkan minimal 3 pasang lalat dari masing-masing strain timin dan adenin ke
dalam botol baru dengan menggunakan selang.
● Ditunggu selama kurang lebih 7 hari hingga lalat menghasilkan pupa yang nantinya
akan dilakukan pada proses pengampulan.
Pengampulan:
● Disiapkan selang dengan panjang +/- 13 cm untuk proses pengampulan.
● Dimasukkan pisang dengan tebal 1 cm di bagian tengah selang.
● Diambil pupa yang virgin, yaitu pupa yang menghitam.
● Diletakkan pupa virgin ke dalam selang yang berisi pisang, tepatnya pada sisi kiri
dan sisi kanan (dalam satu selang, harus dalam strain yang sama).
● Ditunggu selama 2-3 hari hingga pupa menetas.
● Dilakukan pengampulan sebanyak mungkin untuk mengurangi kegagalan.
Persilangan:
● Disilangkan P1 yang berasal dari jantan timin dengan betina adenin, (masing-
masing dari strain yang disilangkan adalah lalat yang virgin).
● Diletakkan jantan timin dan betina adenin di dalam satu botol yang sama.
● Dilepaskan jantan timin 2 hari kemudian.
● Di identifikasi Filial 1 (F1) tidak perlu dihitung, dan di ampul beberapa pupa untuk
menjadi Parental 2 (P2).
● Disilangkan Parental 2 (P2) dengan sesama F1, lalu dilepas jantan setelah 2 hari.
● Dipindahkan larva yang ada di dalam botol A ke dalam botol B.
● Dipindahkan larva yang ada di dalam botol B ke dalam botol C.
● Dipindahkan larva yang ada di dalam botol C ke dalam botol D.

Pengamatan anakan:
● Disiapkan 4 botol dengan label A, B, C, dan D.
● Dimasukkan jantan timin dan betina adenin yang sama-sama virgin ke dalam botol
A.
● Dilepaskan jantan timin pada 2 hari setelah dimasukkan jantan timin dan betina
adenin, sehingga tinggal betina adenin.
● Dibiarkan betina adenin sampai bertelur dan menjadi larva, kemudian dipindahkan
betina adenin ke dalam botol B.
● Dibiarkan betina adenin sampai bertelur dan menjadi larva, kemudian dipindahkan
betina adenin ke dalam botol C.
● Dibiarkan betina adenin sampai bertelur dan menjadi larva, kemudian dipindahkan
betina adenin ke dalam botol D.
● Dilepaskan betina timin.
● Dihitung anakan setiap hari berturut-turut selama 7 hari.

G. Teknik Pengumpulan Data


1. Hasil F2 dari persilangan Drosophila melanogaster strain normal dan strain
vestigial

Strain Botol A Botol B Botol C Botol D


1
2
3
4

Ulangan 1

H. Teknik Analisis Data


Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan yakni menggunakan teknik
analisis Chi square (χ2) dengan cara dibandingkan hasil ekspektasinya (perhitungan secara
teoritis) dan hasil penelitian ini. Teknik analisis ini dapat membantu untuk menentukan
keputusan untuk tidak menolak atau menolak hipotesis. Uji χ2 dapat menyederhanakan
proses kuantifikasi dari berbagai macam variasi yang terbentuk.
BAB IV
ANALISIS DATA

4.1. Hasil Identifikasi Strain

Strain vestigial Drosophila melanogaster memiliki beberapa karakteristik yang


membedakannya dari strain lain. Strain vestigial juga menunjukkan perbedaan dalam respons
terhadap penghambat sintesis dTMP, seperti aminopterin, yang dapat mempengaruhi jumlah
keturunan dan tingkat kelangsungan hidupnya. Selain perbedaan morfologi dan respons
terhadap penghambat sintesis dTMP, strain vestigial juga memiliki karakteristik genetik yang
unik. Gen vestigial (vg) pada Drosophila melanogaster mengkodekan protein nukleus yang
memainkan peran penting dalam pembentukan sayap dan proses perkembangan lainnya.
Mutasi pada gen ini dapat menyebabkan perubahan fenotipik yang terlihat pada sayap dan
jumlah keturunan(Santoso, 2009).
Pada Drosophila melanogaster strain vestigial memiliki ciri khusus yakni memiliki sayap
berukuran sangat pendek. Lalat dengan sayap vestigial ini tidak mampu untuk terbang. Lalat
ini memiliki kecacatan dalam “gen vestigial” mereka pada kromosom ke dua. Lalat ini
memiliki mutasi resesif (Mas' ud & Tuapattinaya, 2013). Sayap vestigial tidak dapat digunakan
untuk terbang, kelainan ini disebabkan adanya kelainan pada kromosom nomor 2, lokus 67,0
(Campbell, 2002).

Tabel 4.1 Ciri-ciri Fenotipe Strain Parental/Indukan


No Strain Gambar Ciri-ciri Strain
1. Normal Jantan :
● Mata berwarna merah.
● Warna tubuh kuning
kecoklatan.
● Sayap lebih panjang
dari tubuh.
● Terdapat warna hitam
pada badan serta ujung
abdomen tumpul.
Betina :
● Mata berwarna merah.
● Warna tubuh kuning
kecoklatan.
● Sayap lebih panjang
dari tubuh.
● Ujung abdomen
meruncing.
2. Vestigial Jantan :
● Mata berwarna merah.
● Ukuran sayap sangat
pendek.
● Terdapat warna hitam
pada badan serta ujung
abdomen tumpul.
Betina :
● Mata berwarna merah.
● Ukuran sayap sangat
pendek.
● Ujung abdomen
meruncing.

4.2.Rekonstruksi Persilangan
4.2.1 Persilangan ♂ N >< ♀ vg
Parental 1 : ♂ N >< ♀ vg
𝑣𝑔+ 𝑣𝑔
Genotipe : 𝑣𝑔+ 𝑣𝑔
Gamet : vg+ , vg+ vg , vg
Filial 1 :

vg+ vg+
vg 𝑣𝑔+ 𝑣𝑔+
𝑣𝑔 𝑣𝑔
vg 𝑣𝑔+ 𝑣𝑔+
𝑣𝑔 𝑣𝑔

𝑣𝑔+
100% Normal Heterozigot
𝑣𝑔
Parental 2: ♀N >< ♂N
𝑣𝑔+ 𝑣𝑔+
Genotip : ><
𝑣𝑔 𝑣𝑔
+ +
Gamet : 𝑣𝑔 , vg >< 𝑣𝑔 , vg
Filial 2 :
vg+ vg
+
vg + 𝑣𝑔 𝑣𝑔+
𝑣𝑔+ 𝑣𝑔
vg 𝑣𝑔+ 𝑣𝑔
𝑣𝑔 𝑣𝑔
N : vg = 3 : 1
4.2.2 Persilangan ♀ N >< ♂vg
Parental 1: ♀ N >< ♂vg
𝑣𝑔+ 𝑣𝑔
Genotipe : 𝑣𝑔+ 𝑣𝑔
Gamet : vg , vg+
+
vg , vg
Filial 1 :

vg+ vg+
+
vg 𝑣𝑔 𝑣𝑔+
𝑣𝑔 𝑣𝑔
vg 𝑣𝑔+ 𝑣𝑔+
𝑣𝑔 𝑣𝑔

𝑣𝑔+
100% Normal Heterozigot
𝑣𝑔
Parental 2: ♀N >< ♂N
𝑣𝑔+ 𝑣𝑔+
Genotip : ><
𝑣𝑔 𝑣𝑔
+ +
Gamet : 𝑣𝑔 , vg >< 𝑣𝑔 , vg
Filial 2 :
vg+ vg
vg + 𝑣𝑔+ 𝑣𝑔+
𝑣𝑔+ 𝑣𝑔
vg 𝑣𝑔+ 𝑣𝑔
𝑣𝑔 𝑣𝑔
N : vg = 3 : 1

4.3. Data

Strain Botol A Botol B Total

N 24 131 155

vg 15 24 39

4.4. Analisis Data


Pada persilangan Drosophila melanogaster vg x N dihasilkan jumlah filial 2 (F2) strain N
pada botol A berjumlah 24 ekor, sedangkan pada botol B berjumlah 131 ekor. Sehingga
didapatkan jumlah total (F2) strain N adalah 155 ekor. Pada strain vg (vestigial) didapatkan
F2 di botol A sejumlah 15 ekor, sedangkan pada botol B strain berjumlah 24 ekor. Sehingga
jumlah total strain vg (vestigial) yang dihasilkan adalah 39 ekor. Dari kedua data strain N dan
strain vg tersebut didapatkan rasio perbandingan 3: 1.
BAB V
PEMBAHASAN

Penelitian Hukum 1 Mendel pada Drosophila melanogaster dilakukan melalui


persilangan N >< vg dimana strain mutan memiliki 1 sifat beda, yaitu pada sayap. Pada
penelitian ini, Drosophila melanogaster digunakan sebagai organisme model untuk
mendemonstrasikan hukum pemisahan dan pilihan bebas Mendel. Persilangan pertama adalah
persilangan antara strain N dengan vg. Persilangan tersebut digunakan untuk
mendemonstrasikan hukum pemisahan Mendel.
Hukum Mendel I adalah hukum pemisahan (segregasi) yakni memisahnya gen yang
terangkai dalam kromosom saat meiosis fase anafase. Jadi yang berpisah adalah gen yang
terangkai dalam kromosom (Corebima, 1997). Pemisahan bebas merupakan pembentukan
gamet (sel kelamin anak), dimana kedua gen induk (orang tua) yang merupakan pasangan alel
itu akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari alelnya (Suhaeny, 2021).
Sifat dominan merupakan sifat-sifat eksklusif yang muncul pada generasi F1. Alel berbagai
alternatif bentuk gen, setiap individu diploid memiliki dua, masing-masing gamet memiliki
satu alel untuk setiap gen, persatuan gamet kembali dalam proses fertilisasi menyatukan alel
dari tetua jantan dan betina membentuk pasangan. Genotipe adalah gen yang sebenarnya
banyak dimiliki oleh setiap individu atau alel-alel dari setiap individu dengan genom
terkandung didalamnya. Fenotipe adalah penampilan fisik atau kegiatan biokimia yang
𝑣𝑔+
disebabkan oleh suatu genotipe. Genotipe bisa 𝑣𝑔+
, fenotipnya vg+ adalah yang membuat
𝑣𝑔
organisme mempunyai tampilan atau fungsi dominan. Genotipe akan memiliki fenotipe
𝑣𝑔
vg yang membuat organisme mempunyai tampilan atau fungsi resesif (Arumingtyas,
2016).
Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa hasil anakan F2 dari
persilangan antara strain N dengan vg memenuhi rasio hukum Mendel I. Rasio yang dimaksud
adalah 3,9:1 pada data F2. Rasio ini tidak berbeda jauh dengan perbandingan rasio Hukum I
Mendel yakni 3:1. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh belum lengkap. Percobaan
dilakukan secara berulang-ulang untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh pada F2
sesuai dengan kesimpulan Mendel. Menurut Mendel bahwa pada percobaan monohibrid, F2
dihasilkan dengan perbandingan genotif 1:2:1 dan perbandingan fenotif 3:1 (Arianti, 2018).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mendel pada tanaman
ercis. J.G. Mendel menyimpulkan bahwa pada individu-individu (atau pada ciri-ciri
heterozigot, satu alel dominan sedangkan yang lainnya resesif) (Firdauzi, 2014). Mendel
menemukan bahwa ciri-ciri induk muncul kembali pada turunan tanaman ercis yang tumbuh
dari biji heterozigot. Dari hasil tersebut, Mendel menyimpulkan bahwa kedua faktor untuk
tiap ciri tidak bergabung dalam cara apapun. Kedua faktor tersebut tetap berdiri sendiri selama
hidupnya individu dan memisah pada waktu pembentukan gamet-gamet. Dalam hubungan ini,
separuh gamet membawahi satu faktor, sedangkan separuhnya yang lain membawahi faktor
lainnya. Penjelasan tersebut dikenal dengan hukum pemisahan Mendel (Corebima, 1997).
Berkaitan dengan demonstrasi persilangan pada penelitian ini, faktor yang dimaksud adalah
faktor vg+ dan faktor vg. Pada saat gametogenesis, tepatnya pada individu heterozigot
(Parental 2), individu tersebut dapat menghasilkan dua macam gamet, yaitu gamet yang
membawa faktor vg+ dan gamet yang membawa faktor vg. Akibatnya, ketika fertilisasi
berlangsung, akan terbentuk tiga genotip pada anakan, yaitu 25% vg+ /vg+ , 50% vg+ /vg, dan
25% vg/vg. Sebaran genotip semacam itu akan menghasilkan fenotip anakan N dan vg yang
memiliki perbandingan 3:1(Fauzi dan Corebima, 2016). Sesuai dengan data yang telah
terkumpul dan analisis data yang telah dilakukan, terbukti bahwa melalui persilangan strain N
>< vg Drosophila melanogaster, hukum pemisahan bebas dapat didemonstrasikan. Hasil ini
dapat didemonstrasikan setelah persilangan dan pengumpulan data dilakukan hingga generasi
kedua.

KESIMPULAN
Diketahui melalui pengamatan pada Drosophila melanogaster dengan menggunakan uji
Hukum Mendel I dapat disimpulkan bahwa fenomena Hukum Mendel I pada persilangan
monohibrid Drosophila melanogaster strain ♂ N >< ♀ vg dan resiproknya menghasilkan
fenotipe pada keturunan F1 adalah Strain Normal (100% N heterozigot).
DAFTAR RUJUKAN

Amelia, R. (2016). Pengaruh persilangan strain wild type (N) dengan white (W) terhadap jumlah
turunan F2 lalat buah (drosophila sp) (Doctoral dissertation, IAIN Palangka Raya).
Arianti, E. (2018). Balok-Balok Berbentuk Alat Dadu Schagai Membuktikan Hukum Mendel
Peraga Untuk Pada Percobaan Monohibrid Dalam Pembelajaran Genetika. Jurnal
Pencerahan, 12(2): 124-149.
Arumingtyas, E. 1, (2016). Genetika Mendel: Prinsip Dasar Pemahaman Ilmu Genetika
Universitas Brawijaya Press.
Azhar, A.F., Manurung, B., Sudibyo, M., Kuswardhani, R.A., Azwana, A., Hasruddin, H., Brata,
W.W.W., Prastowo, P. and Kartono, G., 2021. Pengenalan Lalat Buah Bactrocera spp.
Yayasan Kita Menulis.
Brandt, A., & Vilcinskas, A. (2013). The fruit fly Drosophila melanogaster as a model for aging
research. In A. Vilcinskas (Ed.), Yellow Biotechnology I: Insect Biotechnologie in Drug
Discovery and Preclinical Research (pp. 63-77). Berlin, Heidelberg: Springer Berlin
Heidelberg.
Campbell, G. (2002). Distalization of the Drosophila leg by graded EGF-receptor activity. Nature,
418(6899), 781-785.
Corebima. 1997. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.
Dubnau J, 2014. Behavioral Genetics of the Fly (Drosophila melanogaster). Cambridge:
Cambridge University Press.
Fauzi, A., & Corebima, A. D. (2016). Pemanfataan Drosophila melanogaster sebagai organisme
model dalam mempelajari Hukum Pewarisan Mendel. In Seminar Nasional Biologi (pp.
372-377).
Firdauzi, N. F. (2014). Rasio Perbandingan F1 dan F2 Pada Persilangan Strain N x b, dan Strain
N x tx serta Resiproknya. Jurnal Biology Science & Education, 2(3).
Gullan, P. J., & Cranston, P. S. (2014). The insects: an outline of entomology. John Wiley & Sons.
Hartwell LH, Hood L, Godlberg ML, Reynolds AE, dan Silver LM. 2011. Genetics, Fourth
Edition. McGraw Hill.
Jennings, BH, 2011. Drosophila – a versatile model in biology & medicine. Materials Today,
14(3), 190- 195.
Jones, R. N., & Rickards, G. K. (1991). Practical genetics. Open University Press.
Klug WS, Cummings MR, Spencer CA, dan Palladino, MA, 2012. Concepts of Genetics, Tenth
Edition. San Francisco: Pearson Education, Inc.
Mutoharoh, A. 2022. Telaah Islam dan Genetika. skripsi. Lampung: Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung.
Mas' ud, A., & Tuapattinaya, P. M. (2013). Studi Peristiwa Epistasis Resesif Pada Persilangan
Drosophila melanogaster Strain Sepia (se)>< Dumphi (dp). Jurnal Bioedukasi, 1(2), 85-
93.
Nainu, F. (2018). Penggunaan Drosophila melanogaster sebagai organisme model dalam
penemuan obat. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy)(e-Journal),
4(1), 50-67.
Panchal, K., & Tiwari, A. K. (2017). Drosophila melanogaster “a potential model organism” for
identification of pharmacological properties of plants/plant derived components. Biomed
Pharmacother, 89, 1331-1345. doi: https://doi.org/10.1016/j.biopha.2017.03.001
Santoso, B. M. 2009. Pengamatan Siklus Hidup Drosophila sp dan Pengenalan Mutan Drosophila
sp. Jambi: FKIP Universitas Jambi Jurusan Biologi
Snustad DP dan Simmons MJ. 2012. Principles of Genetics, Sixth Edition. New Jersey: John Wiley
& Sons, Inc
Suhaeny, A. (2021). Genetika dan Pewarisan Sifat. Modul Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai