Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR 2

“IMITASI RATIO FENOTIPE”

oleh:

Nama : Asifa Khoirun Nisa’

NIM : 180210104005

Kelas :A

Kelompok : 6 (Enam)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mendel melakukan serangkaian percobaan persilangan pada


kacang ercis (Pisum sativum). Dari percobaan yang di lakukannya selama
bertahun-tahun tersebut, Mendel berhasil menemukan prinsip-prinsip
pewarisan sifat, yang kemudian menjadi landasan utama bagi
perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan. Berkat
karyanya inilah, Mendel di akui sebagai bapak genetika (Adisoemarto,
1998).
Dari serangkaian percobaan yang dilakukan Mendel, terciptalah
dua hukum genetika yang dikenal sebagai Hukum Mendel I dan II. Hukum
Mendel satu lebih mendukung pada persilangan monohibrid (1: 2 : 1 atau
3 : 1), sedangkan Hukum Mendel II lebih mengarah kepada persilangan
dihibrid dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Pada persilangan dihibrid,
sesuai dengan aturan Mendel maka jika dua individu disilangkan maka
akan menghasilkan keturunan dengan rasio fenotipe 9 : 3 : 3 : 1. Hal ini
menjadi ketentuan dalam Hukum Mendel. Akan tetapi rasio ini tidak
sepenuhya berlaku pada beberapa bentuk persilangan (Suryo, 2008).
Kadang kala kita melihat bahwa hasil persilangan yang terjadi
tidaklah seperti yang kita harapkan atau tidak seperti apa yang
diperkirakan oleh Mendel. Hal ini wajar terjadi, dan dalam kemungkinan
yang besar akan dapat terjadi. Dalam kenyataan sehari-hari banyak faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dari
Hukum Mendel tersebut, terlebih lagi bahwa hukum Mendel merupakan
suatu hukum kemungkinan, yang kemungkinan terjadinya sangat
ditentukan oleh faktor dari dalam makhluk

Berdasarkan masalah yang muncul tersebut, dimana aturan dari


hukum Mendel yang tidak sepenuhnya muncul pada beberapa persilangan
sehingga terbentuk beberapa penyimpangan dalam Hukum Mendel, maka
yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum kali ini yaitu untuk
melihat adanya penyimpangan pada rasio fenotipe dan mengamati setiap
bentuk penyimpangan yang disebabkan oleh adanya interaksi antara gen
yang satu dengan yang lainnya.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana pola persilangan mobohibrid dominan penuh?
2. Bagaimana pola persilangan mobohibrid dominan tidak penuh?
3. Bagaimana pola persilangan dihibrid dominan penuh?
4. Bagaimana pola persilangan dihibrid dominan tidak penuh?
1.3 Tujuan
1. Untuk mempelajari pola persilangan monohibrid dominan penuh
2. Untuk mempelajari pola persilangan monohibrid dominan tidak
penuh
3. Untuk mempelajari pola persilangan dihibrid dominan penuh
4. Untuk mempelajari pola persilangan dihibrid dominan tidak penuh
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Genetika saat ini yang telah tumbuh dan beerkembang sejak


temuan hasil percobaan J.G. Mendel diumumkan pada tahun 1996. Ilmu
genetika terus tumbuh dan berkembang bahkan pada dekade ini , laju
pertumbuhan dan perkembangan genetika sangat pesat, banyak aplikainya
sudah terbukti mempengaruhi kehidupan kita sehari hari. Masyarakat luas
juga banyak yang menyadari peranan gen terhadap keberadaan makhluk
hidup (Nusantari, 2015:1).

Pasangan alel memisah (terpisah) selama pembentukan gamet


menggunakan mekanisme pembelahan sel meiosis. Karena pemisahan ini,
masing masing gamet akan terdiri dari sejumlah setengah dari kromosom
(n kromosom) tetua hanya membawa satu alel dari setiap gen, selama
fertilisasi fusi gamet yang berasal dari tetua perempuan dan laki laki
menciptkan pasangan alel lagi.

Mendel menyatakan bahwa unit pewarisan ada dalam pasangan,


memisah secara independen selama pembentukan gamet, dan satu dari
setiap orang tua membentuk pasangan baru pada keturunanya. Dia
menyilangkan kapri galur mrni, yang memiliki perbedaan ciri-ciri secara
jelas diamati.

Ada beberapa istilah terkait studi Mendel. Suatu persilangan


monohybrid adalah persilangan antara dua tanaman inuk yang sudah
diseleksi oleh Mendel. Persilangan antara dua galur murni ini
menghasilkan keturunan F1.

Berpasanganya alel-alel secara independent pada saat pewarisan


sifat dapat diamati ketika Mendel mempelajari lebih dari karaktr pada
suatu persilangan. Persilangan dihybrid adalah perkawinan antara tetua
yang heterozigot untuk dua karakter (dihybrid). Sebagai contoh, Mendel
mulai percobaan dengan menyilangkan tanaman indul galur murni yang
berbeda dalam dua karakter yang dimilkinya seperti warna biji dan
keadaan kulit biji. Alel untuk biji kuning (Y) adalah dominan terhaadap
alel untuk hijau (y) dan bulat (R) adalah dominan terhadap keriput (r). jika
tanaman heterozigot untuk biji kuning bulat (RRYY) disilangkan dengan
tanaman homozigot untuk biji kuning hijau keriput (rryy), menghasilkan
F1 keturunan dihibrid heterozigt untuk kedua sifat (RrYy) dan memiliki
fenotip dominan biji kuning (Arumingtyas, 2016:82)

Menurut Suryo (2008) uji kecocokan warna polong menggunakan


metode Chi-Kuadrat untuk melihat besarnya nilai perbandingan data
percobaan yang diperoleh dari persilangan yang telah dilakukan dengan
hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis (Oktarisna,
2013).

Persilangan monohybrid adalah perkawinan yang menghasilkan


satu karakter dengan dua sifat berbeda. Misalnya warna bunga adalah
karakter tanaman yang diamati. Mendel melihat ada dua sifat dari karakter
warna bunga tanaman kacang kapri, yaitu warna ungu dan warna putih.
Sedangkan persilangan diibrid adalah perkawinan yang menghasilkan
pewarisan dua karakter yang berlainan. Misalnya persilangan antara
tanaman kacang kapri berbiji bulat dan berwwarna kuning dengan tanaman
kacang kapri berbiji keriput dan berwarna hijau. Ternyata hasil persilangan
adalah 100%, anakan berbii bulat dan berwarna kuning (Elrod, 2017:129).

Konsep yang benar adalah gen mengekspresikan sifatnya melalui


proses transkripsi, modifikasi pascatranskripsi, dan translasi untuk
menghasilkan produk berupa polipeptida atau protein. Produk tersebut
selanjutnya digunakan untuk proses-proses biokimiawi baik yang terjadi
pada tingkat gen sendiri hingga tingkat sel (tubuh makhluk hidup). Proses
metabolisme hanyalah salah satu proses biokimiawi yang terjadi di dalam
sel (Roini, 2013).

Penyebaran gen dapat terjadi jika ada persilangan atau perkawinan


antar individu dalam suatu populasi. Berdasarkan jumlah sifat yang
disilangkan, terdapat dua macam persilangan yaitu persilangan monohibrid
dan persilangan dihibrid. Persilangan monohibrid merupakan persilangan
dengan satu sifat beda sedangkan persilangan dihibrid merupakan
persilangan dengan dua sifat beda. Persilangan dihibrid ini lebih rumit
dibandingkan dengan persilangan monohibrid karena pada persilangan
dihibrid melibatkan dua lokus. Okasha menyatakan bahwa konsep penting
dalam genetika populasi yang melibatkan dua lokus adalah adanya
keterkaitan antar keduanya. Persilangan dapat dilakukan secara acak
maupun terkontrol. Menurut Fulford et al penyebaran gen dengan
persilangan acak dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan
diferensi atau persamaan beda hingga persamaan diferensi diaplikasikan
untuk menentukan probabilitas genotip keturunan hasil persilangan
monohibrid pada kondisi normal. Sedangkan dalam Ismiyati (2009)
persamaan diferensi diaplikasikan untuk menentukan probabilitas genotip
keturunan hasil persilangan monohibrid pada kondisi terjadi mutase
(Wijayanto, 2013).

Dari kenyataan adanya ciri yang menang terhadap yang lainnya,


J.G. Mendel menyimpulkan bahwa pada individu-individu (atau pada ciri-
ciri heterozygot, satu alela dominan sedangkan yang lainnya resesif). Dari
kenyataannya bahwa ciri-ciri induk muncul kembali pada turunan tanaman
ercis yang tumbuh dari biji heterozygote, J.G. Mendel menyimpulkan
bahwa kedua faktor untuk kedua ciri tidak bergabung (tidak bercampur)
dalam cara apapun kedua faktor itu tetap berdiri sendiri selama hidupnya
individu dan memisah (Firdausi, 2014).

Persilangan antar tetua yang memiliki perbedaan sifat merupakan


salah satu langkah untuk perbaikan karakter suatu tanaman. Karena itu,
dilakukan persilangan antara Yellow Bean dan Taichung, sehingga terjadi
segregasi pada keturunan F2-nya. Akibat segregasi pada generasi F2 akan
menghasilkan keragaman genetik yang luas (Arifianto, 2015).

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Tempat: Laboratorium Biologi Universitas Jember

Tanggal : 15 Maret 2019

Waktu : 06.00-08.50

3.2 Alat dan bahan

1. Kancing genetika berwrna warni, kancing berpasangan menggabarkan


diploid, gamet yang dibentuk memiliki kromosom haploid yang
mewakili oleh kancing yang tidak berpasangan sedangkan pada
percobaan dhbrid belahan kancing dengan penonjolan mewakili gen
dominan.

2. Kantong menggambarkan tempat terjadinya spermatogenesis dan


oogenesis.

3.3 Prosedur percobaan

3.3.1 Perkawinan monohibrid dengan dominasi penuh

Menyiapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan


betina

Mengisi masing masing kantongberisi 10 buah kancing dari dua warna


berbeda

Mengacak kancing – kancing tersebut dan mengambil sebuah kancing


dan menulis genotype zigot yang didapatkan ke dalam tabel

Menuliskan Fenotip individu yang didapatkan

Mengulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mndapat 12 data


setiap kelompok
Melakukan uji X2

3.3.2 Perkawinan monohibrid dengan dominasi tidak penuh

Menyiapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan


betina

Mengisi masing masing kantongberisi 10 buah kancing dari dua warna


berbeda

Mengacak kancing – kancing tersebut dan mengambil sebuah kancing


dan menulis genotype zigot yang didapatkan ke dalam tabel

Menuliskan Fenotip individu yang didapatkan

Mengembalikan kancing kedalam kantong semula dan tidak boleh


tertukar

Mengulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mndapat 12 data


setiap kelompok

Melakukan uji X2
3.3.3 Perkawinan dihybrid dengan dominasi penuh

Menyiapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan


betina

Masing masing kantong berisi 5 merah dengan penonjolan (Merah


besar = gamet MB), 5 merah tanpa penonjolan (Merah kecil = Mb), 5
putih dengan penonjolan (Putih besar = mB), 5 putih tanpa penonjolan
(Putih kecil = mb)

Mengacak kancing – kancing tersebut dan mengambil sebuah kancing


dari masing – masing kantong secara acak, menyatukan kedua kancing
dan menulis genotype zigot yang didapatkan

Menuliskan fenotipe individu yang didapatkan

Mengembalikan kancing kedalam kantong semula dan tidak boleh


tertukar. Mengulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat
16 data setiap kelompok

Melakukan uji X2

3.3.4 Perkawinan dihibrid dominasi tidak penuh

Menyiapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan


betina
Masing masing kantong berisi 5 merah dengan penonjolan (Merah
besar = gamet MB), 5 merah tanpa penonjolan (Merah kecil = Mb), 5
putih dengan penonjolan (Putih besar = mB), 5 putih tanpa penonjolan
(Putih kecil = mb)

Mengacak kancing – kancing tersebut dan mengambil sebuah kancing


dari masing – masing kantong secara acak, menyatukan kedua kancing
dan menulis genotype zigot yang didapatkan

Menuliskan fenotipe individu yang didapatkan

Mengembalikan kancing kedalam kantong semula dan tidak boleh


tertukar. Mengulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat
16 data setiap kelompok

Melakukan uji X2
3. 4 Desain Percobaan

BAB 4. HASIL PENGAMATAN

4.1 Perkawinan monohirid dengan dominasi penuh

Pengambilan Genotipee Fenotipe Jumlah tiap fenotipe


1 Mm Merah Merah =8
2 MM Merah
3 Mm Putih
4 Mm Putih
5 Mm Merah
6 MM Merah
7 Mm Putih Putih = 4
8 Mm Merah
9 Mm Merah
10 MM Merah
11 Mm Putih
12 MM Merah

Data kelas

Kelompok Merah Putih

1 10 2

2 9 3
3 7 5
4 9 3
5 9 3
6 8 4

4.2 Perkawinan monohybrid dengan dominasi tidak penuh

Pengambilan Genotipee Fenotipe Jumlah tiap fenotipe


1 Mm Merah muda Merah =2
2 MM Merah
3 Mm Merah muda
4 Mm Merah muda
5 Mm Merah muda Merah muda = 7
6 Mm Merah muda
7 Mm Putih
8 Mm Merah muda
9 Mm Putih Putih = 3
10 MM Merah
11 Mm Putih
12 Mm Merah muda
Data kelas

Kelompok Merah Merah muda Putih

1 1 10 1

2 3 2 7
3 5 6 1
4 6 5 1
5 3 4 5
6 2 7 3

4.3 Perkawinan dihibrid dengan dominasi penuh

Pengambilan Genotipee Fenotipe Jumlah tiap fenotipe


1 Mm Bb Merah besar Merah besar = 9
2 mmBb Putih besar
3 MmBb Merah besar
4 MmBb Merah besar
5 MMBB Merah besar Merah kecil = 4
6 Mmbb Merah kecil
7 MmBB Merah besar
8 MmBB Merah besar
9 Mmbb Merah kecil Putih besar = 3
10 MMbb Merah kecil
11 MmBB Merah besar
12 mmBb Putih besar
13 MMBb Merah besar Putih kecil = 0
14 MmBb Merah besar
15 MmBB Merah besar
16 MmBb Merah besar
Data kelas

Kelompok Merah besar Merah kecil Putih besar Putih kecil

1 8 4 3 1

2 10 3 1 2
3 6 4 4 2
4 10 2 2 2
5 10 2 2 2
6 9 4 3 0
Total 53 19 15 9

4.4 Perkawinan dihibrid dominasi tidak penuh

Pengambilan Genotipee Fenotipe Jumlah tiap fenotipe


1 MmBB Merah muda
besar
2 Mmbb Putih kecil
3 MMBb Merah sedang
4 MMBb Merah sedang Merah besar = 0

5 mmBb Puth besar Merah kecil = 2


6 MmBb Merah muda
sedang Merah sedang = 2
7 MmBb Merah muda
sedang Merah muda besar = 2
8 MmBb Merah muda
Merah muda kecil = 0
sedang
9 MmBb Merah muda
Merah muda sedang =
sedang
7
10 MmBb Merah muda
sedang
Putih besar = 2
11 mmBb Putih besar
12 MmBB Merah muda Putih kecil = 1
besar
13 MMbb Merah kecil Putih sedang = 0

14 MmBb Merah muda


sedang
15 MmBb Merah muda
sedang
16 MMbb Merah kecil
Data kelas

Kelompok M M M Mm Mm Mm P P P
besar kecil sedang besar kecil sedang Besar Kecil sedang
1 3 0 3 2 0 3 1 4 0

2 1 0 3 2 4 3 1 0 2
3 2 2 1 3 1 6 1 0 0
4 1 1 3 1 2 4 2 1 1
5 1 0 3 3 2 3 0 3 1
6 0 2 2 2 0 7 2 1 0
Total 8 5 15 13 9 26 7 9 4

BAB 5. PEMBAHASAN

Pada praktikum yang sudah kami lakukan, bahwasanya pengertian dari


monohybrid dominasi penuh adalah persilangan yang akan terjadi apabila sifat
gen yang satu lebih kuat dibandingkan dengan sifat gen yang lainnya. akibatnya,
sifat gen yang lebih kuat itu dapat menutupi sifat gen yang lemah. dalam hal ini,
gen yang memiliki sifat yang kuat disebut gen dominan dan gen yang
memiliki sifat yang lemah disebut gen resesif.

Adapun monohibrid dominasi tidak penuh atau yang sering kita sebut
dengan monohybrid intermediet yakni sama halnya dengan persilangan
monohibrid dominasi penuh namun pada dominan tidak penuh . terdapat fenotipe
yang terlihat berbeda dengan induknya. Misalnya, pada persilangan bunga Mawar
Merah (MM) dengan Mawar Putih (mm). Hasil persilangan monohibrid hanya
akan menghasilkan bunga mawar merah dan marah putih. Sedangkan pada
persilangan intermediete, hasilnya dapat berupa bunga mawar merah, mawar
merah muda, dan merah putih. Kesimpulannya, bila gen M bertemu dengan m
dihasilkan keturunan dengan warna gabungan yaitu merah muda.
Selanjutnya adala pola persilangan dihibrid. Persilangan dihibrid adalah
persilangan antara individu untuk 2 gen yang berbeda. Persilangan dihibrid adalah
persilangan yang melibatkan analisis dua sifat yang saling bebas . Persilangan
monohibrid konvensional, dua induk galur murni dikawinkan untuk menghasilkan
generasi F1. Kemudian disilangkan untuk menghasilkan F2. Genotip dihibrid
bersifat heterozigot pada dua lokus. Dihibrid membentuk empat gamet yang
berbeda secara genetis dengan frekuensi yang sebanding akibat pasangan-
pasangan kromosom nonhomolog berorientasi secara acak pada lempeng metafase
meiosis pertama.

Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan


“pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan
dalam dua sel anak”. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid
(persilangan dengan satu sifat beda). Setiap individu membawa sepasang gen, satu
dari tetua jantan (misalnya ww dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua
betina (misalnya RR dalam gambar di bawah ini).

Hukum II Mendel (penggabungan bebas) menyatakan bahwa “pada waktu


pembentukan gamet, alel-alel berbeda yang telah bersegregasi bebas akan
bergabung secara bebas membentuk genotip dengan kombinasi-kombinasi alel
yang berbeda”. Hukum ini disimpulkan dari perkawinan dihibrid. Perkawinan
dihibrid, misalnya suatu inividu memiliki genotip AaBb maka A dan a serta B dan
b akan memisah kemudian kedua pasangan tersebut akan bergabung secara bebas
sehingga kemungkinan gamet yang terbentuk adalah AB, Ab, aB, ab.

Adapun cara kerja dalam persilangan monohybrid yakni dengan


menyiapkan dua buah kanong yang berguna sebagai alat reproduksi jantan dan
betina, maing masing kantong tersebut bersisi 10 buah kancing dari dua warna
berbeda. Warna terang adalah dominan dan warna gelap adalah resesif. Kemudian
mengacak masing masing kantong dan mengambil secara acak sebuah kancing
dari masing masing kantong secara acak, lalu menyatukan kedua kancing dan
menulis apa yang telah didapat kedalam tabel dan menuliskan fenotipnya yang
didapatkan. Terus mengulangi cara tersebut sebanyak data yang diperlukan yakni
12 data pada setiap kelompok dan yang terakhir lakukan uji X2.

Yang selanjutnya adalah persilangan dihirid dengan dominansi peuh dan


dominansi tidak penuh. Persilangan ini hamper sama dengan persilangan
monohybrid namun pada persilangan ini persilangan yang melibatkan analisis dua
sifat yang saling bebas. Pada persilangan dihybrid dominansi penuh memiliki
ratio 9:3:3:1 dan pada dihibrrid dominansi tidak penuh memiliki ratio
1:2:1:2:4:2:1:2:1.

Adapun cara kerja pada persilangan dihibrid dominansi penuh dan tidak
penuh yakni menyiapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan
betina. Lalu Masing-masing kantong berisi 5 merah dengan penonjolan (Merah
besar = gamet MB), 5 merah tanpa penonjolan (Merah kecil = Mb), 5 putih
dengan penonjolan (Putih besar = mB), 5 putih tanpa penonjolan (Putih kecil =
gamet mb). Kemudian mengacak kancing-kancing tersebut dan ambillah sebuah
kancing dari masingmasing kantong secara acak, satukan kedua kancing dan tulis
genotipe zigot yang didapatkan ke dalam tabel. menuliskan fenotipe individu yang
didapatkan mengembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan sampai
tertukar.mengu langi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 16 data
setiap kelompok. Lalu melakukan uji X2.
Dari data percobaan imitasi ratio genetik yang telah dilakukan, diperoleh
hasil bahwa ternyata kemungkinan atau peluang yang dimiliki tiap gen itu
berbeda. Dimana pada percobaan kali ini kita melakukan 4 percobaan yaitu
persilangan monohybrid dominasi penuh, monohybrid dominasi tidak penuh,
dihybrid penuh dan dihybrid tidak penuh. Hasil percobaan monohybrid penuh
yaitu menghasilkan 8 fenotipe merah, 4 fenotipe putih dan pada perhitung
Chisquere menghasilkan X2 hitung 0,26 dan pada X2 tabel 0,70 sehingga data tabel
merupakan hasil yang baik karena X2 hitung < X2 tabel. Pada monohybrid tidak
penuh menghasilkan 2 fenotipe merah 3 fenotipe putih, dan 7 fenotipe merah
muda dan pada perhitung Chisquere menghasilkan X 2 hitung 0,87 dan pada X2
tabel 0,90sehingga data tabel merupakan hasil yang baik karena X2 hitung < X2
tabel.

Yang selanjutnya hasil dari dihybrid dominasi penuh yaitu pada fenotipe
merah besar menghasilkan 4 fenotipe, merah kecil 4 fenotipe, putih besar 3
fenotipe dan padah putih tidak ada dan dan pada perhitung Chisquere
menghasilkan X2 hitung 1,33dan pada X2 tabel 0,90 sehingga data tabel merupakan
hasil yang tidak baik karena X2 hitung > X2 tabel. Yang terakhir pada dihybrid
dominasi tidak penuh yaitu tida menghasilkan merah besar, merah kecil 2
fenotipe, merah sedang 2 fenotipe, merah muda besar 2 fenotipe, merah muda
kecil tidak menghasilkan fenotipe, pada merah muda sedang 7 fenotipe , putih
besar 2 fenotipe , putih kecil 1 fenotipe dan yang terakhir pada putih sedang tidak
menghasilakn fenotipe dan pada perhitung Chisquere menghasilkan X2 hitung 1,33
dan pada X2 tabel 0,90sehingga data tabel merupakan hasil yang tidak baik karena
X2 hitung > X2 tabel.

Urutan data dari yang baik pada monohybrid dominasi penuh adalah 3-1-2-
4-5-6. Urutan data monohybrid dominasi tidak penuh yaitu 1-4-3-5-2-6. Urutan
data dihibrid dominasi penuh yakni 5-3-2-4-6-1. Urutan data perkawinan dihibrid
dengan dominasi tidak penuh 6-1-3-2-4-5.

BAB 6. Penutup

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Pola persilangan monohibrid dominan penuh adalah


pesilangan antara dua jenis individu dengan jumlah perbedaan
sifatnya satu jenis dan salah satu individu memiliki sifat dominan
terhadap pasangannya. Persilangan ini memiliki ketetapan dengan
perbandingan 3:1. Rumus untuk uji chi square yang digunakan
adalah , dikurangi 0,5 karena jumlah fenotifnya tidak

lebih dari dua.


6.1.2 Pola persilangan monohibrid dominan tidak penuh adalah
pesilangan antara dua jenis individu dengan jumlah perbedaan
sifatnya satu jenis dan tidak ada individu yang memiliki sifat
dominan terhadap pasangannya. Persilangan ini memiliki
ketetapan dengan perbandingan 1:2:1. Rumus untuk uji chi square

yang digunakan adalah , tidak dikurangi 0,5 karena jumlah

fenotifnya lebih dari dua.


6.1.3 Dihibrid adalah perkawinan antara dua individu dengan
jumlah perbedaan sifat yang dimiliki dua atau lebih dan salah satu
individu memiliki sifat dominan terhadap pasangannya.
Persilangan ini memiliki ketetapan dengan perbandingan 9:3:3:1.

Rumus untuk uji chi square yang digunakan adalah , tidak

dikurangi 0,5 karena jumlah fenotifnya lebih dari dua.


6.1.4 Dihibrid adalah perkawinan antara dua individu dengan
jumlah perbedaan sifat yang dimiliki dua atau lebih dan tidak ada
individu yang memiliki sifat dominan terhadap pasangannya.
Persilangan ini memiliki ketetapan dengan perbandingan
1:2:1:2:4:2:1:2:1. Rumus untuk uji chi square yang digunakan

adalah , tidak dikurangi 0,5 karena jumlah fenotifnya lebih

dari dua.

6.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan praktikum, asisten memberikan
penjelasan dikit mengenai system praktikum pada hari itu

Daftar Pustaka

Arifianto H., Hanifiah D. S., Kardinato E. H. 2015. Uji f1 dari


perslangan genotip antara beberapa varietas kedelai (glycine max l.
merril) terhadap tetua masing-masing. Jurnal Online Agroteknol
gi. 3(3):1169-1179.
Arumingtyas E. L. 2016. Genetika Mendel. Malang: UB Press.

Elrod S. L., 2017. Genetika. Jakarta: Erlangga.

Firdausi N.F. 2014. Rasio perbandingan f1 dan f2 pada persilangan starin


n x b, dan strain n x tx serta resiproknya. Jurnal Biologi. 3(2):197
204.

Nusantari E. 2014. Genetika.Yogyakarta: Deepublish.

Oktarisna F. A., Soegianto A., Sugiharto A.N. 2013. Pola pewarisan sifat
warna polong pada hasil persilangan tanaman buncis (Phaseolus
vulgaris l.) varietas introduksi dengan varietas local. Jurnal
Produksi Tanaman. 1(2):81-89.
Roini C. 2013. Organisasi konsep genetika pada buku biologi sma kelas
xii. Jurnal Edu Bio Tropika. 1(1):1-60.

Wijayanto D.A., Hidayat R., Hasann M. 2013. Penerapan model


permadiferesi dalam penentuan probabilitas genotip
keturunandengan dua sifat beda. Jurnal Ilmu Dasar. 14(2): 79-84.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai