GENETIKA MENDEL
Hukum pewarisan yang dikemukakan Mendel atau dikenal sebagai Mendelian
inheritance adalah berkaitan dengan cara gen ditransmisikan dari orangtua pada anakannya. Saat
ini kita ketahui bahwa gen merupakan bagian dari kromosom. Transmisi informasi genetik
melalui kromosom merupakan bagian utama dari sistem reproduksi. Namun dalam
perkembangan genetika modern, diketahui bahwa terdapat sifat-sifat tertentu yang
ditransmisikan melalui ekstrakromosomal (gen non kromosom) yang dikenal sebagai
cytoplasmic inheritance atau dapat pula dikenal sebagai pewarisan ekstrakromosomal.
Hereditas ialah genotif yang diwariskan dari induk pada keturunannya dan akan membuat
keturunan memiliki karakter seperti induknya. Warna kulit, tinggi badan, warna rambut, bentuk
hidung bahkan “penyakit warisan” merupakan dampak dari penurunan sifat. Hereditas dibawa
oleh gen yang ada dalam DNA masing-masing sel makhluk hidup dan pada makluk hidup
multiseluler, tubuhnya tersusun atas puluhan sampai trilyunan sel dengan massa DNA yang
saling mengkait. Definisi hereditas sebagai transmisi genetik dari orang tua pada keturunannya
merupakan penyederhanaan yang berlebih karena sesungguhnya yang diwariskan oleh anak dari
orangtuanya adalah satu set alel dari masing-masing orang tua serta mitokondria yang terletak di
luar nukleus (inti sel), kode genetik inilah yang memproduksi protein kemudian berinteraksi
dengan lingkungan untuk membentuk karakter fenotif. Istilah hereditas akan mengenalkan
terminologi Gen dan Alel sebagai ekspresi alternatif yang terkait sifat. Setiap individu memiliki
sepasang alel yang khas dan terkait dengan tetuanya. Pasangan alel ini dinamakan genotif apabila
individu memiliki pasangan alel yang samamakan maka individu tersebut bergenotipe homozigot
dan jika berbeda maka disebut heterozigot (Campbell, 1999). Jadi karakter atau sifat merupakan
fenotif dan manusia merupakan karakter yang komplek dari interaksi genotif yang unik dan
lingkungan yang khas.
Hukum mengenai pewarisan sifat terhadap organisme terdapat beberapa konsepsi yaitu
hukum pemisahan Mendel (Hukum Mendel I), hukum pilihan bebas Mendel (Hukum Mendel II),
populasi Mendel, dan gen-gen Mendel. Hukum pemisahan Mendel menyatakan bahwa selama
pembentukan gamet, anggota suatu pasang gen akan memisah satu sama lain. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa gen pada setiap sifat tidak bergabung dengan cara apapun, melainkan berdiri
sendiri selama hidupnya, individu yang kemudian akan memisah ketika terjadi proses
pembentukan gamet. Separuh gamet mengandung satu gen sedangkan separuh lainnya
mengandung gen yang lain. Hukum pilihan bebas Mendel menyatakan bahwa suatu pasang gen
memisah secara bebas dari pasangan gen lainnya selama pembentukan gamet. Lebih lanjut
dijelaskan pula bahwa gen diwariskan secara bebas satu sama lainnya. Populasi Mendel diartikan
sebagai suatu satuan organisme yang bereproduksi secara seksual dan secara alami melakukan
persilangan satu sama lain pada batas geografis yang difinitif, satuan tersebut membangun suatu
gene pool. Selanjutnya, gen-gen Mendel diartikan sebagai berbagai gen yang distribusikan dari
berbagai inti turunan dengan bantuan suatu spindel.
Mendel melanjutkan percobaannya hingga turunan ke-2 (F2). Salah satu sifat yang
dijelaskan yaitu bentuk biji (bulat dan keriput). F1 yang telah terbentuk ditumbuhkan terus dan
dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri hingga akhirnya menghasilkan keturunan kembali.
Biji yang dihasilkan pada percobaan ini ternyata menunjukkan sifat bulat dan keriput dan
letaknya pada setiap polong berhadap-hadapan. Jumlah biji bulat 5474 sedangkan biji keriput
1850. Rasio perbandingan biji bulan dan biji keriput pada F2 yaitu 3:1. Bagan persilangan tersaji
pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan Persilangan Percobaan F2 Mendel (Corebima, 2013)
Percobaan Mendel kemudian dilanjutkan untuk mengetahui galur pada setiap sifat dengan
rasio 3:1 yang sudah ditemukan. Percobaan ini dilakukan dengan menanam biji bulat dan biji
keriput kemudian kedua tanaman tersebut dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri. Hasil
percobaan ini menunjukkan bahwa biji keriput sudah merupakan galur murni yang dibuktikan
dengan biji keriput yang ditanam tumbuh, berkembang, dan menghasilkan biji keriput. Disisi
lain, biji bulat yang ditanam tumbuh, berkembang, dan menghasilkan biji bulat dan biji keriput.
1/3 biji bulat tumbuh dan berkembang menghasilkan ercis yang seluruhnya berbiji bulat,
sedangkan 2/3 lainnya tumbuh dan berkembang menghasilkan 3/4 ercis biji bulat serta 1/4 ercis
biji keriput. Hasil ini menunjukkan bahwa 1/3 biji bulat dalam rasio 3:1 merupakan galur murni
dan 2/3 sisanya bukan merupakan galur murni. Hasil ini juga berlaku pada percobaan yang
dilakukan dengan sifat-sifat ercis yang lain.
3. Analisis Mendel Atas Hasil Percobaan Persilangan Menuju Penemuan Hukum
Pemisahan Mendel
Menganalisis hasil percobaan yang telah dilakukan, Mendel merumuskan hipotesis yang
secara umum dijelaskan sebagai berikut: (1) ciri yang berlawanan pada ercis dipengaruhi oleh
suatu faktor (gen) yang diwariskan oleh induk kepada turunannya melalui gamet; setiap gen
dapat berada pada bentukan alternatif (alela) yang bertanggungjawab terhadap karakter alternatif
yang dimunculkan dan (2) Untuk setiap karakter yang dimunculkan, ercis harus memiliki dua
faktor (gen) yang diturunkan masing-masing oleh induk jantan dan betina.
Mendel berpendapat bahwa galur murni ciri biji bulat pada ercis ditentukan oleh dua
faktor identik (homozigot) demikian pula yang terjadi pada galur murni biji keriput. Di sisi lain,
pada 2/3 biji bulat yang bukan merupakan galur murni, Mendel menjelaskan bahwa karakter
yang dimunculkan dipengaruhi oleh dua faktor yang tidak satu sama lain tidak identik
(heterozigot). Pada keadaan terdapat dua faktor yang tidak identik, Mendel menjelaskan bahwa
salah satu faktor bersifat dominan dan yang lainnya bersifat resesif. Berdasarkan fakta bahwa
sifat induk kembali muncul pada turunan yang tumbuh dari biji heterozogot, Mendel
menjelaskan bahwa kedua faktor yang tidak identik tersebut tidak bergabung (tidak bercampur)
dalam cara apapun melainkan berdiri sendiri selama hidupnya individu dan akan memisah ketika
terjadi proses pembentukan gamet. Dalam hal ini, separuh gamet membawa satu faktor dan
gamet lainnya membawa faktor yang lain. Penjelasan ini yang mendasari hukum pemisahan
Mendel.
4. Percobaan dan Temuan Hukum Pilihan Bebas Mendel
Sebelumnya Mendel telah melakukan persilangan dengan menggunakan satu karakter
(biji bulat dan biji keriput). Pertanyaan yang muncul kemudian yaitu “Apakah yang terjadi jika
pada rangkaian percobaan persilangan, dua ciri diperhatikan sekaligus?”.
Pada percobaan ini Mendel menyilangkan tanaman ercis biji bulat kuning dengan biji keriput
hijau. Hasil percobaan memunculkan F1 sesuai dengan dugaan Mendel yaitu seluruh turunannya
memunculkan karakter bulat bulat kuning. Pada F2, Mendel mempertimbangkan dua hal yaitu:
(1) ciri yang berasal dari satu induk akan diwariskan bersama-sama dan (2) ciri yang berasal dari
satu induk akan diwariskan secara bebas satu sama lain. Kemungkinan pertama akan benar
apabila F2 memunculkan karakter biji bulat kuning dan biji keriput hijau dalam rasio 3:1.
Sedangkan kemungkinan kedua akan benar apabila pada F2 memunculkan empat karakter biji
dengan rasio 9:3:3:1.
Hasil percobaan menunjukkan terdapat empat karakter biji pada F2 yang terdiri atas bulat
kuning, bulat hijau, keriput kuning, dan keriput hijau dengan rasio mendekati 9:3:3:1. Hal ini
mendasari hukum pilihan bebas Mendel yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan
karakter berbeda diwariskan secara bebas satu sama lain.
5. Konsepsi Dasar Mendel
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan oleh Mendel, dapat dirumuskan bahwa
Mendel memiliki konsep bahwa setiap karakter dipengaruhi oleh dua faktor yang berpasangan
(baik identik ataupun tidak identik). Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor tersebut merupakan
satuan atau unit karakter yang berdiri sendiri yang dijelaskan melalui hasil percobaan F2 pada
persilangan dua atau tiga ciri sekaligus. Simpulan yang dapat ditarik dalam hal ini yaitu Mendel
berpendapat bahwa satu buah faktor menentukan atau mengontrol satu buah karakter.
Epistasi
Epistasi merupakan suatu kondisi atau peristiwa yang meunjukkan dominansi, dimana
sifat X tertutupi oleh sifat Y sehingga sifat X tidak nampak pada hasil persilangan. Adapun
contoh epistasis disajikan pada Gambar 6.
Sumber Rujukan
Campbell., Reece., Mitchell., 1999. Biology. Edisi ke-5. Diterjemahkan oleh Wesman Menalu.
Jaakarta: Erlangga.
Corebima, A.D. 2013. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.
HESTY NURWIJAYATI
1. Mengapa pewarisan Mendel dikatakan belum mencakup seluruh pola pewarisan?
Pewarisan Mendel hanya pada organisme diploid yang berbiak secara seksual. Dalam hal ini,
organisme yang tidak berbiak secara seksual belum dijelaskan. Kalaupun konjugasi pada E.coli
dikatakan sebuah mekanisme berbiak seksual, pola Mendel ini tetap tidak belaku. Hal tersebut
dikarenakan karena kojugasi tidak didauhuli meiosis. Pola pewarisan pada organisme
prokaryotik dilakukan melalui pembelahan biner. Di pihak lain, pada organisme asesluler
dijelaskan mekanisme pewarisannya mengikuti karakteristik replikasi asam nukleat.
2. Bagaimana posisi teori hereditas Mendel terhadap paradigma-paradigma pra-Mendelism?
teori hereditas Mendel merupakan revolusi paradigma sains jika dibandingkan dengan pra-
Mendel tetapi merupakan evolusi paradigma sains jika dihubungkan dengan perkembangan teori
hereditas pasca-Mendel.