Anda di halaman 1dari 14

MENDELIAN INHERITANCE

GENETIKA MENDEL
Hukum pewarisan yang dikemukakan Mendel atau dikenal sebagai Mendelian
inheritance adalah berkaitan dengan cara gen ditransmisikan dari orangtua pada anakannya. Saat
ini kita ketahui bahwa gen merupakan bagian dari kromosom. Transmisi informasi genetik
melalui kromosom merupakan bagian utama dari sistem reproduksi. Namun dalam
perkembangan genetika modern, diketahui bahwa terdapat sifat-sifat tertentu yang
ditransmisikan melalui ekstrakromosomal (gen non kromosom) yang dikenal sebagai
cytoplasmic inheritance atau dapat pula dikenal sebagai pewarisan ekstrakromosomal.
Hereditas ialah genotif yang diwariskan dari induk pada keturunannya dan akan membuat
keturunan memiliki karakter seperti induknya. Warna kulit, tinggi badan, warna rambut, bentuk
hidung bahkan “penyakit warisan” merupakan dampak dari penurunan sifat. Hereditas dibawa
oleh gen yang ada dalam DNA masing-masing sel makhluk hidup dan pada makluk hidup
multiseluler, tubuhnya tersusun atas puluhan sampai trilyunan sel dengan massa DNA yang
saling mengkait. Definisi hereditas sebagai transmisi genetik dari orang tua pada keturunannya
merupakan penyederhanaan yang berlebih karena sesungguhnya yang diwariskan oleh anak dari
orangtuanya adalah satu set alel dari masing-masing orang tua serta mitokondria yang terletak di
luar nukleus (inti sel), kode genetik inilah yang memproduksi protein kemudian berinteraksi
dengan lingkungan untuk membentuk karakter fenotif. Istilah hereditas akan mengenalkan
terminologi Gen dan Alel sebagai ekspresi alternatif yang terkait sifat. Setiap individu memiliki
sepasang alel yang khas dan terkait dengan tetuanya. Pasangan alel ini dinamakan genotif apabila
individu memiliki pasangan alel yang samamakan maka individu tersebut bergenotipe homozigot
dan jika berbeda maka disebut heterozigot (Campbell, 1999). Jadi karakter atau sifat merupakan
fenotif dan manusia merupakan karakter yang komplek dari interaksi genotif yang unik dan
lingkungan yang khas.
Hukum mengenai pewarisan sifat terhadap organisme terdapat beberapa konsepsi yaitu
hukum pemisahan Mendel (Hukum Mendel I), hukum pilihan bebas Mendel (Hukum Mendel II),
populasi Mendel, dan gen-gen Mendel. Hukum pemisahan Mendel menyatakan bahwa selama
pembentukan gamet, anggota suatu pasang gen akan memisah satu sama lain. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa gen pada setiap sifat tidak bergabung dengan cara apapun, melainkan berdiri
sendiri selama hidupnya, individu yang kemudian akan memisah ketika terjadi proses
pembentukan gamet. Separuh gamet mengandung satu gen sedangkan separuh lainnya
mengandung gen yang lain. Hukum pilihan bebas Mendel menyatakan bahwa suatu pasang gen
memisah secara bebas dari pasangan gen lainnya selama pembentukan gamet. Lebih lanjut
dijelaskan pula bahwa gen diwariskan secara bebas satu sama lainnya. Populasi Mendel diartikan
sebagai suatu satuan organisme yang bereproduksi secara seksual dan secara alami melakukan
persilangan satu sama lain pada batas geografis yang difinitif, satuan tersebut membangun suatu
gene pool. Selanjutnya, gen-gen Mendel diartikan sebagai berbagai gen yang distribusikan dari
berbagai inti turunan dengan bantuan suatu spindel.

A. LAHIRNYA GENETIKA MENDEL


The Blending Theory of Inheritance
Sebuah teori The Blending Theory of Inheritance menjelaskan bahwa sifat keturunan dari
kedua induk bercampur sedemikian rupa, sebagaimana terjadi percampuran pada macam darah.
Teori ini, pada masa itu, diperkuat karena tidak ada upaya kuantifikasi untuk melakukan
pengapatan satu sifat pada satu serta pengamatan tidak dilakukan secara terencana selama
beberapa generasi berurutan. Selanjutnya diketahui bahwa Mendel merumuskan sebuah
mekanisme pewarisan sifat yang berbeda dengan teori ini.
1. Percobaan dan Temuan Hukum Pemisahan Mendel
Mendel menggunakan kacang ercis (Pisum sativum) untuk mengetahui proses pewarisan
satu sifat. Alasan penggunakaan kacang ercis yaitu karena kacang ercis memiliki kecenderungan
melakukan pemuahan sendiri. Dalam hal ini bangun bunga ercis memungkinkan serbuk sari
secara normal jatuh ke kepala putik bunga yang sama. Selain itu, untuk melakukan perkawinan
silang juga dapat dilakukan sengan sederhana. Cara yang digunakan yaitu membuka kuncup
bunga ercis yang belum mekar dan memotong benang sarinya sebelum masak. Hal tersebut
menyebabkan penyerbukan sendiri dapat dicegah untuk kepentingan persilangan.
Kacang ercis tersebut dikumpulkan kemudian diseleksi selama dua tahun agar
mendapatkan satu ciri strain yang stabil. Selama proses percobaan, Mendel melakukan
persilangan antara satu strain dengan strain yang lain hingga turunan ke-2 (F2). Ciri yang
muncul pada F2 kemudian direkam frekuensinya dan dihubungkan dengan gambaran data ciri
turunan pertama (F1) maupun ciri induk. Upaya percobaan ini memungkinkan Mendel dapat
menemukan hukum pemisahan dan hukum pilihan bebas yang dikenal dengan hukum Mendel I
dan hukum Mendel II.
2. Pelaksanaan Percobaan Mendel dan Hasilnya
Mendel mempelajari sifat bentuk biji Ercis bulat disilangkan dengan ercis biji keriput
yang menghasilkan seluruh turunan pertama (F1) biji bulat. Hal serupa terjadi pada percobaan
sifat yang lain yang melibatkan polong hijau-polong kuning, polong mengembung-polong tidak
mengembung, bunga aksial-bunga terminal, batang tinggi-batang rendah, kulit biji abu-abu- kulit
biji putih, dan biji kuning-biji hijau. Mendel menyebutkan bahwa semua sifat yang muncul pada
F1 merupakan sifat dominan sedangkan yang tidak muncul disebut sifat resesif. Bagan
persilangan tersaji pada Gambar 1. Pada percobaan Mendel terbukti bahwa:
a. Polong hijau > polong kuning
b. Polong mengembung > polong tidak mengembung
c. Batang tinggi > batang rendah
d. Bunga aksial > bunga terminal
e. Kulit biji abu-abu > kulit biji putih
f. Biji kuning > biji putih

Gambar 1. Bagan Persilangan Percobaan F1 Mendel (Corebima, 2013)

Mendel melanjutkan percobaannya hingga turunan ke-2 (F2). Salah satu sifat yang
dijelaskan yaitu bentuk biji (bulat dan keriput). F1 yang telah terbentuk ditumbuhkan terus dan
dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri hingga akhirnya menghasilkan keturunan kembali.
Biji yang dihasilkan pada percobaan ini ternyata menunjukkan sifat bulat dan keriput dan
letaknya pada setiap polong berhadap-hadapan. Jumlah biji bulat 5474 sedangkan biji keriput
1850. Rasio perbandingan biji bulan dan biji keriput pada F2 yaitu 3:1. Bagan persilangan tersaji
pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan Persilangan Percobaan F2 Mendel (Corebima, 2013)
Percobaan Mendel kemudian dilanjutkan untuk mengetahui galur pada setiap sifat dengan
rasio 3:1 yang sudah ditemukan. Percobaan ini dilakukan dengan menanam biji bulat dan biji
keriput kemudian kedua tanaman tersebut dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri. Hasil
percobaan ini menunjukkan bahwa biji keriput sudah merupakan galur murni yang dibuktikan
dengan biji keriput yang ditanam tumbuh, berkembang, dan menghasilkan biji keriput. Disisi
lain, biji bulat yang ditanam tumbuh, berkembang, dan menghasilkan biji bulat dan biji keriput.
1/3 biji bulat tumbuh dan berkembang menghasilkan ercis yang seluruhnya berbiji bulat,
sedangkan 2/3 lainnya tumbuh dan berkembang menghasilkan 3/4 ercis biji bulat serta 1/4 ercis
biji keriput. Hasil ini menunjukkan bahwa 1/3 biji bulat dalam rasio 3:1 merupakan galur murni
dan 2/3 sisanya bukan merupakan galur murni. Hasil ini juga berlaku pada percobaan yang
dilakukan dengan sifat-sifat ercis yang lain.
3. Analisis Mendel Atas Hasil Percobaan Persilangan Menuju Penemuan Hukum
Pemisahan Mendel
Menganalisis hasil percobaan yang telah dilakukan, Mendel merumuskan hipotesis yang
secara umum dijelaskan sebagai berikut: (1) ciri yang berlawanan pada ercis dipengaruhi oleh
suatu faktor (gen) yang diwariskan oleh induk kepada turunannya melalui gamet; setiap gen
dapat berada pada bentukan alternatif (alela) yang bertanggungjawab terhadap karakter alternatif
yang dimunculkan dan (2) Untuk setiap karakter yang dimunculkan, ercis harus memiliki dua
faktor (gen) yang diturunkan masing-masing oleh induk jantan dan betina.
Mendel berpendapat bahwa galur murni ciri biji bulat pada ercis ditentukan oleh dua
faktor identik (homozigot) demikian pula yang terjadi pada galur murni biji keriput. Di sisi lain,
pada 2/3 biji bulat yang bukan merupakan galur murni, Mendel menjelaskan bahwa karakter
yang dimunculkan dipengaruhi oleh dua faktor yang tidak satu sama lain tidak identik
(heterozigot). Pada keadaan terdapat dua faktor yang tidak identik, Mendel menjelaskan bahwa
salah satu faktor bersifat dominan dan yang lainnya bersifat resesif. Berdasarkan fakta bahwa
sifat induk kembali muncul pada turunan yang tumbuh dari biji heterozogot, Mendel
menjelaskan bahwa kedua faktor yang tidak identik tersebut tidak bergabung (tidak bercampur)
dalam cara apapun melainkan berdiri sendiri selama hidupnya individu dan akan memisah ketika
terjadi proses pembentukan gamet. Dalam hal ini, separuh gamet membawa satu faktor dan
gamet lainnya membawa faktor yang lain. Penjelasan ini yang mendasari hukum pemisahan
Mendel.
4. Percobaan dan Temuan Hukum Pilihan Bebas Mendel
Sebelumnya Mendel telah melakukan persilangan dengan menggunakan satu karakter
(biji bulat dan biji keriput). Pertanyaan yang muncul kemudian yaitu “Apakah yang terjadi jika
pada rangkaian percobaan persilangan, dua ciri diperhatikan sekaligus?”.
Pada percobaan ini Mendel menyilangkan tanaman ercis biji bulat kuning dengan biji keriput
hijau. Hasil percobaan memunculkan F1 sesuai dengan dugaan Mendel yaitu seluruh turunannya
memunculkan karakter bulat bulat kuning. Pada F2, Mendel mempertimbangkan dua hal yaitu:
(1) ciri yang berasal dari satu induk akan diwariskan bersama-sama dan (2) ciri yang berasal dari
satu induk akan diwariskan secara bebas satu sama lain. Kemungkinan pertama akan benar
apabila F2 memunculkan karakter biji bulat kuning dan biji keriput hijau dalam rasio 3:1.
Sedangkan kemungkinan kedua akan benar apabila pada F2 memunculkan empat karakter biji
dengan rasio 9:3:3:1.
Hasil percobaan menunjukkan terdapat empat karakter biji pada F2 yang terdiri atas bulat
kuning, bulat hijau, keriput kuning, dan keriput hijau dengan rasio mendekati 9:3:3:1. Hal ini
mendasari hukum pilihan bebas Mendel yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan
karakter berbeda diwariskan secara bebas satu sama lain.
5. Konsepsi Dasar Mendel
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan oleh Mendel, dapat dirumuskan bahwa
Mendel memiliki konsep bahwa setiap karakter dipengaruhi oleh dua faktor yang berpasangan
(baik identik ataupun tidak identik). Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor tersebut merupakan
satuan atau unit karakter yang berdiri sendiri yang dijelaskan melalui hasil percobaan F2 pada
persilangan dua atau tiga ciri sekaligus. Simpulan yang dapat ditarik dalam hal ini yaitu Mendel
berpendapat bahwa satu buah faktor menentukan atau mengontrol satu buah karakter.

B. TEMPAT, WAKTU, DAN AKIBAT PERISTIWA YANG BERLANGSUNG


MENGIKUTI HUKUM PEMISAHAN MENDEL, DAN HUKUM PILIHAN BEBAS
MENDEL
Hukum pemisahan Mendel dan hukum pilihan Mendel secara kontekstual dapat
dijelaskan terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Beberapa aspek yang digunakan yaitu dimana
terjadi? kapan terjadi?, dan apa akibatnya jika terjadi?
Berkaitan dengan tempat terjadinya, hukum pemisahan Mendel dan hukum pilihan bebas Mendel
hanya terjadi pada makhluk hidup diploid yang berbiak secara seksual. Tentang makhluk hidup
haploid (prokariotik), walaupun berbiak secara seksual, namun kedua hukum Mendel tersebut
tidak dapat berlangsung. Selanjutnya, apabila dilihat dari sudut pandang makhluk hidup triploid
atau poliploid (yang berbiak secara seksual) peristiwa pemisahan dan pilihan bebas Mendel tidak
berlangsung tepat sebagaimana yang dirumuskan dalam hukum Mendel I dan hukum Mendel II.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa peristiwa yang mendasari hukum Mendel I dan hukum Mendel II
terjadi pada organ (atau bagian) reproduksi jantan dan betina organisme diploid. Mengenai
waktu terjadinya hukum pemisahan Mendel dan hukum pilihan bebas Mendel, dijelaskan bahwa
peristiwa tersebut terjadi ketika terjadi suatu proses tertentu di dalam tubuh makhluk hidup yang
pada akhirnya menghasilkan gamet.
Akibat dari hukum pemisahan Mendel dan hukum pilihan bebas Mendel dapat dilihat dari
terbentuknya gamet atau “inti gamet” yang beranekaragam. Keanekaragaman gamet atau “inti
gamet” ini dapat menjelaskan tentang turunan pada reproduksi seksual. Hal ini pula dapat
menjelaskan bahwa hukum pemisahan Mendel dan hukum pilihan bebas Mendel memiliki kaitan
erat dengan evolusi makhluk hidup. Pernyataan tersebut didukung oleh teori yang mendasari
sebuah seleksi alam yaitu differential reproduction.
1. BEBERAPA TERMINOLOGI
a) Interaksi Dominan dan Interaksi Resesif
Pada percobaan yang telah dilakukan oleh J. G. Mendel (persilangan tanaman ercis
[Pisum sativum]) menyatakan bahwa terdapat dua sifat, yaiu sifat dominan dan sifat resesif. Sifat
dominan merupakan sifat yang mengalahkan sifat resesif, sedangkan sifat resesif merupakan sifat
yang dikalahkan oleh sifat dominan. Kedua sifat tersebut merupakan sifat interaksi antara dua
faktor (gen) penyusun suatu pasang faktor (gen).
b) Interaksi Dominan Tidak Sempurna dan Interaksi Kodominan
Interaksi antara kedua faktor tidak selalu bersifat dominan dan resesif, namun interaksi
tersebut ada yang bersifat dominan tidak sempuurna dan kodominan. Contoh munculnya sifat
interaksi tidak sempurna yaitu pada kuda. Apabila terdapat interaksi antara kedua faktor bersifat
dominan maka warna bulu badan yang muncul adalah terang (putih). Apabila interaksi antara
kedua faktor bersifat beda (satu dominan dan satu resesif) maka warna bulu badan yang muncul
adalah kuning keemasan dengan ekor keputihan. Apabila interaksi kedua faktor bersifat resesif
maka warna bulu badan yang muncul adalah coklat kemerahan. Interaksi lain yang terjadi adalah
interaksi yang bersifat kodominan. Sifat ini muncul, apabila kedua sifat induk muncul bersamaan
pada sifat anak. Contoh dari sifat ini adalah munculnya golongan darah AB. Golongan darah AB
berasal dari golongan darah A dan B, kedua sifat induk muncul bersamaan.
c) Interaksi Lethal
Interaksi antara dua faktor dapat berpengaruh terhadap viabilitas tiap individu. Viabilitas
tersebut dapat menyebabkan kematian pada individu tersebut. Interakasi tersebut dikatakan
bersifat letal, sedangkan faktor yang berinteraksi disebut dengan faktor lethal. Interaksi lethal
dapat bersifat dominan dan dapat bersifat resesif. Bersifat dominan, apabila kedua faktor bersifat
dominan sedangan bersifat resesif apabila kedua faktor bersifat resesif. Contoh interaksi lethal
dominan adalah kelainan postur pada ayam sedangkan contoh interaksi lethal resesif adalah
pasangan faktor hemofili pada manusia.
d) Genotip dan Fenotip
Istilah genotip dan fenotip memiliki makna yang berbeda. Menurut Wilhem Johannsen
tahun 1909 menyatakan bahwa fenotip merupakan penampakan yang mencakup morfologi,
fisiologi, dan tingkah laku makhluk hidup sedangkan genotip adalah konstitusi genetik yang
telah diwariskan. Fenotip dapat berubah sedangkan genotip tidak dapat berubah selama hidup
makhluk hidup.
e) Keadaan (Sifat) Homozigot, Heterozigot, dan Galur Murni
Terdapat istilah lain selain dominan dan resesif yaitu homozigot dan heterozigot.
Homozigot merupakan karakter yang dikontrol oleh 2 gen sepasang yang identik. Hereozigot
merupakan karakter yang dikontrol oleh 2 gen sepasang yang tidak identik. Sepasang gen yang
homozigot akan menghasilkan istilah galur murni. Menurut Gardner dkk. Pada tahun 1984
menyatakan bahwa galur murni total akan terpenuhi apabila seluruh pasangan alel berada dalam
keadaan homozigot, serta galur murni ini akibat dari peristiwa inbreeding. Peristiwa inbreeding
merupakan pembuahan sendiri atau perkawinan antara individu-individu berkerabat dekat dalam
banyak generasi.
f) Hibrid
Hibrid merupakan turunan suatu persilangan antara dua individu yang secara genetik
berbeda. Berdasarkan jumlah sifat yang diperlihatkan dalam persilangan tersebut, hibrid
dibedakan menjadi beberapa istilah, seperti monohibrid, dihibrid, trihibrid, dan polihibrid. Mono
berarti 1, di berarti 2, tri berarti 3, dan poli berarti lebih dari 3.

C. TEMUAN TEMUAN SESUDAH J.G. MENDEL


1. Teori Pewarisan Kromosom (The Chromosomal Theory of Inheritance)
Terdapat beberapa pernyataan para ahli genetika terkait dengan teori pewarisan
kromosom. Kesimpulan dari beberapa pernyataan tersebut menegaskan bahwa faktor (gen)
terdapat pada kromosom, kromosom-kromosom tersebut berpasangan, tiap separuh pasangan
berasal dari induknya, serta perilaku yang parallel antara faktor dan kromosom ditemukan
selama meiosis dan di saat ferstilisasi.
Pautan
Semua faktor yang terdapat pada satu kromosom yang sama akan cenderung terpaut satu
sama lain selama pembelahan reduksi pada meiosis. Keadaan atau peristiwa ini merupakan
keadaan yang normal. Faktor-faktor yang terdapat pada satu kromosom memang terangkai satu
sama lain (melalui ikatan kimia), jumlah pautan pada makhluk hidup diploid adalah sebanyak
jumlah pasangan kromosom.
Pautan Kelamin
Sifat yang diturunkan oleh induk kepada anaknya dapat terpaut kromosom gonosom atau
kromosom kelamin. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh T.H. Moran dan C.B.
Bridges pada tahun 1910 dengan menggunakan Drosophila melanogaster. Pada penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor warna mata terdapat pada kromosom kelamin X dan
kromosom kelamin Y tidak mengandung warna mata. Pola pewarisan yang terpaut kelamin pada
Drosophila melanogaster juga ditemukan pada semua hewan dan tumbuhan yang individu
jantannya berkelamin heterogametik. Contoh sifat yang terpaut kromosom kelamin pada manusia
adalah sifat buta warna dan hemofilia.
Pindah Silang (Crossing Over)
Kejadian pindah silang didasari dengan adanya peristiwa chiasma. Chiasma diartikan
bahwa telah terjadi suatu pemutusan dan penyambungan kembali, yang diikuti oleh pertukaran
resiprok antara kedua kromatid di dalam bentukan bivalen (satu kromatid bersifa paternal,
sedangkan yang lain bersifat maternal). Peristiwa pindah silang umumnya terjadi selama meiosis
pada semua makhluk hidup berkelamin betina maupun jantan dan antara semua pasangan
kromosom homolog. Peristiwa pindah silang dapat diamati dan tidak dapat diamati. Pindah
silang yang mudah dideteksi adalah yang berlangsung antara dua kromatid bukan sesaudara
karena apabila sesaudara kromatidnya identik sehingga susah untuk diamati. Pertukaran bagian-
bagian antara kromosom-kromosm homolog mnyebabkan perubahan posisi faktor tertentu dari
suatu kromosom ke pasangan homolognya. Keadaan semacam ini berakibat munculnya tipe
turunan yang bukan tipe parental, yang disebut dengan tipe rekombinan.
Pemetaan Kromosom
Pemetaan kromosom pertama kali diperkenalkan oleh A.H. Sturtevant dengan
memanfaatkan data frekuensi rekombinan akibat peristiwa pindah silang selama meiosis. Satuan
jarak yang digunakan untuk memperlihatkan posisi faktor satu dengan yang lainnya pada suatu
kromosom disebut dengan unit peta. Satu unit peta setara dengan 1% frekuensi rekombinan.
1) Pemetaan Kromosom yang Memanfaatkan Sarana Persilangan Trihibridisasi
Contoh persilangan trihibridisasi terjadi pada Drosophila melanogaster, dimana pada
persilangan tersebut memperlihatkan ketiga faktor yang terpaut pada satu kromosom kelamin X.
Persilangan tersebut menyatakan bahwa terjadi pindah silang pada individu betina selama
meiosis serta terdapat tipe rekombinan yang merupakan hasil dari dua peristiwa pindah silang
selama periode meiosis yang sama. Hal ini membuktikan bahwa semua tipe rekombinan tidak
dapat terbentuk sendiri-sendiri satu sama lain. Bukti tersebut mempertegas bahwa faktor-faktor
tersebu tersusun secara linier.
2) Interferensi Genetik
Interferensi menyatakan bahwa terdapat pengaruh dari satu peristiwa rekombinasi atas
peristiwa rekombinasi lainnya. Interferensi biasanya ditulis dengan simbol I. Nilai interferensi
dapat dihitung dengan cara I=1-c. c merupakan koefisien koinsiden, yaitu hasil bagi antara
frekuensi peristiwa rekombinasi ganda yang terjadi dan yang diharapkan. Besarnya nilai
interferensi sangat tergantung kepada letak faktor-faktor yang terlibat dalam peristiwa pindah
silang. Apabila jarak antara kedua faktor semakin dekat maka nilai I akan semakin besar begitu
pula sebaliknya. Nilai interferensi dapat bersifat postif dan negatif. Bersifat positif apabila berada
pada kisaran 0-1, nilai tersebut menyatakan bahwa pindah silang pertama berpengaruh terdapat
kejadian pindah silang kedua yang berlangsung di dekatnya. Bersifat negatif apabila nilai
interferensi >1, nilai tersebut menyatakan bahwa pindah silang pertama meningkatkan peluang
pindah silang tambahan didekatnya.
Pindah Silang Berlangsung Selama Tahap Tetrad Pasca Replikasi
Peristiwa pindah silang lebih sering terjadi setelah replikasi. Pernyataan tersebut sesuai
dengan penelitian yang melibatkan kelas jamur Ascomycetes. Alasan penggunaan kelas tersebut
karena (1) meiosis belangsung setelah fusi kedua inti haploid dari dua tipe kelamin; (2)
ascospora hasil meiosis tersusun secara linier di dalam struktur serupa tabung yang disebut
ascus; (3) ascospora tumbuh dan berkembang menghasilkan miselia multiseluler; (4) N. crassa
dapat tumbuh pada suatu medium buatan yang sederhana; (5) N. crassa berkembang biak secara
aseksual maupun seksual. Apabila peristiwa pindah silang terjadi sebelum replikasi maka semua
hasil dari suatu meiosis pasti memperlihatkan ciri tipe rekombinan. Apabila peristiwa pindah
silang terjadi setelah replikasi maka hanya dua dari empat hasil suatu meiosis yang
memperlihatkan tipe rekombinan. Pernyataan tersebut disajikan pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 3. Kejadian pindah silang sebelum replikasi (Corebima, 2013)

Gambar 4. Kejadian pindah silang setelah replikasi (Corebima, 2013)


Gagal Berpisah (nondisjunction) Dari Kromosom Kelamin X
Gagal berpisah merupakan suatu peristiwa penyimpangan yang trejadi selama proses
pembelahan. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian persilangan Drosophila melanogaster yang
dikemukakan oleh T.H. Morgan dan Bridges. Gagal berpisah ini dikarenakan kedua kromosom
X gagal memisah selama proses meiosis sehingga keduanya menuju kutub yang sama sehingga
terbentuk telur yang memiliki 2 kromosom kelamin X maupun yang tidak memiliki kromosm
kelamin X. Peristiwa gagal berpisah dibedakan menjadi 2 yaitu gagal berpisah primer dan gagal
berpisah sekunder. Peristiwa gagal berpisah tidak hanya terjadi pada hewan tetapi juga pada
manusia.
Alela Ganda
Alela ganda merupakan faktor yang memiliki lebih dari 2 macam alel. Contoh alel ganda
yaitu faktor penentu atau pengontrol warna bulu kelinci dan faktor penentu golongan darah pada
manusia.
Pleiotropy
Pleiotropy merupakan keadaan yang berhubungan dengan satu faktor yang berpengaruh
terhadap lebih dari satu sifat. Semua gen mungkin bersifat pleiotropy naumn efek yang
dihasilkan belum diketahui atau belum dikenal.
Polygene
Variasi yang terjadi pada makhluk hidup ada dua yaitu variasi yang terputus-putus dan
variasi yang tidak terputus-putus. Variasi terputus-putus mudah dibedakan sedangakn variasi
yang tidak terputus-putus tidak mudah dibedakan. Variasi yang tidak terputus-putus disebut
dengan sifat kuantitatif. Variasi tidak terputus-putus dijumpai pada tiap sifat yang dikontrol oleh
beberapa faktor atau bahkan oleh banyak faktor sekaligus dan tiap factor memiliki efek
kumulatif. Tiap faktor secara individual mempunyai sedikit peranan terdapat suatu sifat, tetapi
bersama faktor lain secara kumulatif akan mengontrol suatu sifat bersama sehingga tampak
berkisar dalam satu rentangan, faktor tersebut disebut dengan polygene.
Interaksi Antara Factor (Gen)
Interaksi antara dua factor akan menghasilkan suatu sifat lain. Pernyataan ini
beradasarkan penelitian atau eksperimen yang dilakukan oleh R.C. Punnest dan W. Bateson
dengan menggunakan ayam. Persilangan yang dilakukan tersebut menghasilkan ayam dengan
jengger yang berbeda dengan induknya. Persilangan tersebut disajikan pada Gambar 3.
Gambar 5. Persilangan ayam membuktikan adanya interaksi factor
(Corebima, 2013)

Epistasi
Epistasi merupakan suatu kondisi atau peristiwa yang meunjukkan dominansi, dimana
sifat X tertutupi oleh sifat Y sehingga sifat X tidak nampak pada hasil persilangan. Adapun
contoh epistasis disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Contoh persilangan yang menunjukkan epistasis (Corebima, 2013)

Berdasarkan Gambar 6, dapat disimpulkan bahwa gen cc menutupi gen PP sedangkan


gen pp menutup CC. Interaksi faktor resesif menghasilkan warna putih sedangkan interaksi
faktor dominan menghaslkan warna ungu.
D. HUKUM PEMISAHAN MENDEL DAN HUKUM PILIHAN BEBEAS MENDEL
Beberapa konsepsi yang disampaikan oleh Mendel terbukti benar dan tetap diterima
hingga saat ini. Di pihak lain, terdapat pula beberapa konsepsi Mendel yang terbukti tidak benar,
kurang tepat, ataupun perlu disempurnakan berdasarkan perkembangan ilmu genetika saat ini.
Bagaimana Konsepsi Dasar J.G. Mendel Pada Masa Kini?
Konsep karakter atau sifat ditentukan oleh faktor (gen) masih bisa diterima hingga saat
ini. Saat ini diketahui bahwa setiap ekspresi karakter atau sifat organisme ditentukan oleh reaksi
biokimia yang terjadi di dalam tubuh organisme tersebut. Reaksi biokimia dihasilkan dengan
katalis enzim. Enzim merupakan suatu protein yang tersusun oleh rantai polipeptida yang
pembentukannya dikontrol oleh faktor (gen). Konsepsi Mendel selanjutnya tentang kemunculan
setiap karakter dikotrol oleh dua faktor berpasangan belakangan ini diketahui hanya terjadi pada
organisme eukaryotik haploid. Hal ini menandakan keterbatasan konsepsi Mendel kala itu.
Selanjutnya, organisme eukaryotik itu pula dibatasi pada faktor (gen) di dalam inti sel saja.
Perkembangan ilmu biologi molekuler menyatakan bahwa saat ini sudah diketahui terdapat DNA
di luar inti sel seperti pada mitokondria yang bentuknya sirkuler. Konsep bahwa sebuah faktor
(gen) merupakan unit yang berdiri sendiri saat ini jelas salah. Hal tersbeut karena karena saat ini
diketahui bahwa faktor (gen) merupakan segmen DNA. DNA merupakan asam nukleat yang
berada pada kromosom. Bahwa hasil percobaan Mendel memperkuat konsepsinya itu hanya
karena ciri sifat beda yang disilangkan berada pada kromosom yang berbeda.
Pandangan Mendel tentang sebuah faktor (gen) mengontrol sebuah karakter dapat
diterima, namun lebih dari itu, ada pula karakter yang dikontrol oleh lebih dari satu faktor (gen),
dan ada pula satu faktor (gen) yang mengontrol lebih dari satu karakter. Kebenaran konsepsi
Mendel yang menyatakan sebuah faktor (gen) mengontrol sebuah karakter masih perlu
dijustifikasi. Berdasarkan penjelasan bahwa sebuah reaksi biokimia yang mengontrol sebuah
karakter bukan merupakan reaksi tunggal. Jika ditarik lebih ke belakang, bahwa sebuah reaksi
biokimia melibatkan enzim yang proteinnya berasal dari DNA yang ekspresinya dikontrol oleh
faktor (gen). Maka dapat dikatakan bahwa sebuah karakter dimungkinkan dikontrol oleh lebih
dari satu faktor (gen). Namun, konsepsi Mendel dapat saja dikatakan benar apabila dibatasi pada
lingkup reaksi biokimia dan polipeptida tertentu. Konsep ini hanya dipandang benar, bukan
memang benar adanya.
Tentang konsepsi dominansi yang melekat pada faktor (gen) telah diperluas dengan tambahan
yang diberikan oleh perkembangan ilmu genetika. Saat ini diketahui dominansi dipengaruhi
faktor internal, eksternal, dan lingkungan genetik. Dalam hubungan ini, dominansi gen
disebabkan karena adanya modifier gene dalam lingkungan genertik. Selain itu dimungkinkan
pula karena jumlah atau aktivitas enzim yang pembentukannya berlangsung di bawah kontrol
faktor (gen). Saat ini, konsepsi dominansi Mendel tidak dapat diterapkan pada semua kasus.
Evaluasi Terhadap Hukum Pemisahan Mendel dan Hukum Pilihan Bebas Mendel
Hukum pemisahan Mendel dan hukum pilihan bebas Mendel secara prinsipil benar.
Hukum ini tersusun atas dasar konsepsi bahwa setiap faktor merupakan unit yang berdiri sendiri.
Oleh karena hari ini diketahui bahwa faktor (gen) diketahui merupakan bagian dari kromosom,
maka yang melakukan pemisahan Mendel dan pilihan bebas Mendel selama pembelahan reduksi
yaitu kromosom. Oleh karena faktor (gen) merupakan bagian dari kromosom, maka dalam hal ini
faktor (gen) mengikuti kromosom.

Sumber Rujukan
Campbell., Reece., Mitchell., 1999. Biology. Edisi ke-5. Diterjemahkan oleh Wesman Menalu.
Jaakarta: Erlangga.
Corebima, A.D. 2013. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.

HESTY NURWIJAYATI
1. Mengapa pewarisan Mendel dikatakan belum mencakup seluruh pola pewarisan?
Pewarisan Mendel hanya pada organisme diploid yang berbiak secara seksual. Dalam hal ini,
organisme yang tidak berbiak secara seksual belum dijelaskan. Kalaupun konjugasi pada E.coli
dikatakan sebuah mekanisme berbiak seksual, pola Mendel ini tetap tidak belaku. Hal tersebut
dikarenakan karena kojugasi tidak didauhuli meiosis. Pola pewarisan pada organisme
prokaryotik dilakukan melalui pembelahan biner. Di pihak lain, pada organisme asesluler
dijelaskan mekanisme pewarisannya mengikuti karakteristik replikasi asam nukleat.
2. Bagaimana posisi teori hereditas Mendel terhadap paradigma-paradigma pra-Mendelism?
teori hereditas Mendel merupakan revolusi paradigma sains jika dibandingkan dengan pra-
Mendel tetapi merupakan evolusi paradigma sains jika dihubungkan dengan perkembangan teori
hereditas pasca-Mendel.

Anda mungkin juga menyukai