Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

ILMU GENETIKA

Disusun Oleh:
NAMA : DIMAS ABIAN PAMUNGKAS
NIM : D1A022063
KELAS: A

LABORATORIUM PEMULIAAN TERNAK


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2022
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pewarisan mendel merupakan dasar ilmu genetika. Sebelum mempelajari konsep dasar
pewarisan sifat kualitatif, kita harus mengerti terlebih dahulu genetika kualitatif (Mendel).
Pewarisan Mendel sangat bermanfaat dalam penelitian-penelitian genetika. Mendel adalah
orang pertama yang meletakan dasar pewarisan sifat kualitatif dan sampai sekarang,
mendel di kenal sebagai bapak genetika. Pada abad ke 19, teori pewarisan sifat mengikuti
teori pewarisan pencampuran (blending inheritance). Blending inheritance atau
percampuran keturunan merupakan sebuah teori dari Charles Darwin yang mengemukakan
bahwa keturunan akan memiliki percampuran sifat dari kedua orang tuanya. Teori
percampuran keturunan menganggap genetic itu seperti cat, missal nya bunga kuning di
silangkan dengan bunga biru maka hasil nya menjadi bunga hijau. Kekurangan dari teori
percampuran keturunan ini adalah tidak bisa menjelaskan kenapa anak dari keturunan nya
(bunga hijau) jika di kawinkan dengan sesamanya bisa memunculkan sifat awal (kuning dan
biru).
Mendel mengemukakan teori pewarisan terpisah (particulate inheritance) yaitu bahan
genetik penentu sifat diwariskan dari kedua tetuanya ke zuriatnya berupa unit-unit yang
utuh, yang tetap terpisah, tidak bercampur atau melebur seperti pencampuran. Hukum
Mendel membantah kebenaran teori pencampuran keturunan yang menganggap bahwa
genetik itu seperti cat. Mendel menggunakan kacang kapri sebagai tes keturunan. Kacang
kapri ini ada yang bijinya kisut x bijinya mulus dan kacang kapri tinggi x rendah. Dari
percobaannya tersebut mendel berkesimpulan bahwa gen itu merupakan satuan diskrit
(terpisah dan berbeda) contohnya AA: merah dominan, Aa: merah muda (intermediet), aa:
putih. Persilangan-persilangan dalam makhluk hidup itu disebut sebagai hukum genetika
mendel.
Mendel menjelaskan bahwa penentu pewarisan sifat, yang dikenal sebagai gen, setiap
tanaman (kacang kapri) mempunyai sepasang gen dalam setiap sel, dalam pembentukan
gamet setiap gen dari pasangan gen-gen tersebut bersegregasi (berpisah) sama rata
kedalam sel-sel gamet, setiap gamet membawa hanya satu gen dari setiap pasang gen, dan
penggabungan gamet-gamet dari tiap tetua untuk membentuk zigot terjadi secara acak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja Prinsip prinsip genetika klasik yang dikembangkan oleh mendel
2. Bagaimana pewarisan sifat kualitatif pada level individu menurut mendel

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa bisa mengetahui prinsip prinsip genetika klasik yang dikembangkan oleh
mendel.
2. Mahasiswa bisa memahami pewarisan sifat kualitatif pada level individu menurut
mendel.
II. PEMBAHASAN

II.1. Prinsip Prinsip Genetika Klasik yang Dikembangkan Oleh Mendel

Dalam kehidupan sehari-hari kerap kita menemukan seseorang yang memiliki paras
wajah yang mirip dengan ibunya, atau seseorang yang berambut ikal seperti ayahnya.
Keadaan ini menunjukan bahwa ada salah satu ciri atau sifat orang tua yang diwariskan
kepada anak-anaknya. Pewarisan sifat dari suatu individu kepada keturunannya merupakan
bagian penting dan kebutuhan paling dasar yang diperlukan dalam mempertahankan dan
menjaga keberadaan suatu organisme atau spesies. Konsep di atas tidak hanya dapat di
aplikasikan pada manusia saja, tetapi dapat juga di aplikasikan kepada hewan atau tumbuhan.
Gregor Johann Mendel adalah orang yang pertama kali mengetengahkan satu
mekanisme pewarisan sifat menurun melalui eksperimen di bidang genetika. Mendel berhasil
membuktikan bahwa pemindahan sifat melainkan merupakan pola yang dapat diperkirakan.
Dasar pemikiran Mendel inilah yang kemudian dijadikan dasar untuk memperoleh sifat-sifat
yang diinginkan dengan melakukan hibridisasi. Dalam bidang biologi, hibridasi memiliki dua
arti. Istilah tersebut dapat merujuk ke persilangan antara dua spesies atau varietas, atau dapat
pula berarti pembentukan pasangan basa yang saling melengkapi antara dua untai DNA dari
sumber yang berbeda (misalnya sebuah kuar DNA dan fragmen DNA). (Brookes, 2005).
Karya Mendel tentang pola pewarisan sifat di publikasikan pada tahun 1866 di
Proceedings of the brunn society for Natural History. Tahun 1900 tiga orang ahli botani
secara terpisah, yaitu Hugo de Vries di belanda, Carl Correns di jerman dan Eric von
Tschermak-Seysenegg di Austria, melihat bukti kebenaran prinsip-prinsip mendel pada
penelitian mereka masing-masing. Semenjak saat itu hingga kurang lebih pertengahan abad
ke-20 berbagai percobaan persilangan atas dasar prinsip-prinsip mendel sangat mendominasi
penelitian di bidang genetika. Hal ini menandai berlangsungnya suatu era yang di namakan
genetika klasik. (Nusantari, 2015).
Menurut Mendel, suatu sifat dapat muncul pada satu generasi, namun dapat menghilang
pada generasi berikutnya. Mendel meyakini ada faktor pembawa sifat yang dapat diturunkan
dari induk kepada keturunannya. Faktor ini kemudian dikenal dengan nama gen. Gen adalah
unit pewarisan sifat bagi organisme hidup. Bentuk fisiknya adalah urutan DNA yang melekat
atau berada disuatu protein, polipeptida, atau seuntai RNA yang memiliki fungsi bagi
orgasme yang memilikinya. Gen berfungsi menurunkan informasi genetic dengan
pengkodean protein. Gen menentukan sifat fisik yang akan diturunkan oleh orang tua pada
keturunannya.
Jauh sebelum teori pewarisan sifat ditemukan oleh mendel, manusia telah berusaha
mengartikan dan memahami bagaimana sifat-sifat diturunkan dari induk ke keturunannya.
Konsep tentang pewarisan sifat sebenarnya sudah diketahui oleh peradaban manusia bahkan
pada masa mesir kuno. Dalam perspektif sejarah, ilmu genetika berkembang sebagai ilmu
pengetahuan setelah melalui berbagai tahapan dan penemuan yang mendahuluinya.
Perkembangan ilmu genetika di bagi kedalam tiga periode yaitu periode sebelum 1860,
periode 1900-1944, dan periode 1944- sekarang. (Effendi, 2020).
Di dalam ilmu genetika terdapat istilah hukum mendel klasik. Hukum ini berisi prinsip-
prinsip genetika klasik yang telah dikembangkan oleh mendel. Hukum ini mengatur
pewarisan sifat secara genetik dari satu organisme kepada keturunannya. Hukum tersebut
terdiri dari dua bagian. Yang pertama yaitu hukum pertama mendel (hukum pemisahan atau
segregation). Isi dari hukum segregasi adalah pada waktu berlangsung pembentukan gamet,
setiap pasang gen akan disegregasi ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk. Hukum
kedua mendel (hukum berpasangan secara bebas atau independent assortment). Isi dari
hukum pasangan bebas yaitu segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi
pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan
kombinasi gen-gen secara bebas. (Cahyono, 2011)
Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi atau hukum pemisahan alel-alel
dari suatu gen yang berpasangan. Hukum Mendel I terjadi setelah Mendel melakukan
persilangan monohybrid. Persilangan monohybrid adalah persilangan dua individu, tapi
dengan satu sifat beda. Sifat yang dimaksud seperti warna bunga yang disilangkan, bentuk
biji, tinggi tanaman, dan lainnya. Bunyi Hukum I Mendel: "Alel-alel dari gen yang sama akan
terpisah atau tersegregasi saat pembentukan gamet (sel kelamin)".
Contoh Hukum Mendel I: contoh dari percobaan Mendel tentang persilangan tanaman
ercis bunga ungu dan putih ya. Jadi, awalnya ia memotong serbuk sari dari ercis bunga ungu
dan menyisakan putiknya. Sebaliknya, pada ercis bunga putih, yang dipotong putiknya saja.
Ercis bunga ungu dan ercis bunga putih yang disilangkan ini disebut induk atau parental 1
(P1).
Ternyata, hasil dari persilangan tersebut menghasilkan keturunan pertama atau filial 1
(F1) berwarna ungu semua. Kemudian, Mendel membiarkan F1 melakukan penyerbukan
sendiri, sehingga F1 ini jadi parental 2 (P2). Nah, keturunan yang didapat ternyata berbeda,
karena yang ia peroleh ercis bunga ungu dan ercis bunga putih. Hasil keturunan tadi disebut
sebagai filial 2 atau F2. Karena ercis bunga ungu tiga kali lebih banyak dibanding ercis bunga
putih maka rasionya 3:1.
Hukum Mendel II disebut juga dengan Prinsip Asortasi Bebas, atau Independent
Assortation Principle. Dalam hukum ini dinyatakan bahwa pada individu yang mempunyai
dua atau lebih sifat, maka diturunkannya sifat terjadi secara bebas, tidak bergantung pada
sifat yang lain.
Hukum II Mendel bisa diamati pada persilangan dihibrid (2 sifat beda). tujuannya untuk
mengetahui pewarisan 2 sifat beda selalu menghasilkan sifat anakan yang sama seperti
induknya atau tidak. Bunyi Hukum II Mendel: "Pasangan alel dari gen yang berbeda bisa
berpasangan secara bebas selama pembentukan gamet".
Contoh Hukum Mendel II: Mendel menyilangkan biji bulat kuning dengan biji kisut
hijau. Biji bulat kuning dan biji kisut hijau ini disebut parental 1 (P1). Ia mengamati bahwa
semua keturunan pertamanya (F1) menghasilkan biji bulat warna kuning. Artinya, sifat yang
dominan dari 2 biji induk tersebut adalah biji bulat kuning.
Mendel melakukan penyerbukan sendiri pada keturunan F1. Jadi, untuk parental 2 (P2)
semuanya merupakan hasil F1 yaitu biji bulat kuning. Ternyata F2 yang didapatkan
bervariasi, ia memperoleh 4 sifat yang berbeda. Yaitu biji kisut kuning, biji bulat kuning, biji
kisut hijau, dan biji bulat hijau, dengan rasio 9:3:3:1.

2.2 Pewarisan Sifat Kualitatif Pada Level Individu Menurut Mendel


Mendel adalah orang pertama yang meletakan dasar pewarisan sifat kualitatif. Mendel di
kenal sebagai Bapak Genetika. Pada abad ke 19, teori pewarisan sifat mengikuti teori
pewarisan pencampuran (blending inheritance) yaitu sifat turunan merupakan campuran dari
sifat kedua orang tuanya. Selanjutnya, Mendel menemukan hukum pewarisan suatu sifat.
Mendel mengemukakan teori pewarisan terpisah (particulate inheritance) yaitu bahan genetic
penentu sifat diwariskan dari kedua orang tuanya ke zuriatnya berupa unit-unit yang utuh,
yang tetap terpisah, tidak bercampur atau melebur seperti pencampuran.
Mendel memiliki nama asli Gregor Johann Mendel. Ia merupakan seorang pendeta asal
Austria.Tahun 1865 Mendel melakukan percobaan pada tanaman kacang kapri (pisum
sativum). Lalu, ia meneliti pewarisan sifat pada tanaman kapri tersebut dan menghasilkan
hukum sistem pewarisan. Selain itu, mendel juga melakukan perkawinan silang tanaman
kacang polong dengan sifat yang berbeda yang di sebut juga dengan hibridisasi. Lalu hasil
dari hibridisasi ini adalah hibrida. Dari perkawinan silang tersebut di dapatkan sifat keturunan
yang dapat di amati atau sifat kualitatif diantaranya warna, bentuk dan ukuran dan sifat dasar
yang tidak nampak dan tidak di pengaruhi oleh lingkungan yang bisa di sebut dengan
genotipe.
Tahun 1857 mendel menanam tanaman kacang-kacangan guna melakukan percobaan.
Adapun tanaman yang digunakan untuk bahan percobaan adalah pisum sativum, pisum
quadratum, pisum saccaharatum. Sifat-sifat yang diamati yaitu bentuk biji, warna albumin,
warna bunga, bentuk polong dan warna polong. Lalu, mendel menjelaskan bahwa penentu
pewarisan sifat, yang dikenal sebagai gen. kedua, setiap tanaman mempunyai sepasang gen
dalam setiap sel, untuk setiap sifat yang diamati. Ketiga, dalam pembentukan gamet, setiap
gen dari pasangan gen-gen tersebut bersegregasi sama rata ke dalam sel-sel gamet. Keempat,
setiap gamet membawa hanya satu gen dari setiap pasang gen. terakhir mendel menjelaskan
bahwa penggabungan gamet-gamet dari tiap tetua untuk membentuk zigot terjadi secara acak.
III. PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Gregor Johann Mendel adalah orang yang pertama kali mengetengahkan satu mekanisme
pewarisan sifat menurun melalui eksperimen di bidang genetika. Mendel berhasil
membuktikan bahwa pemindahan sifat melainkan merupakan pola yang dapat diperkirakan.
Dasar pemikiran Mendel inilah yang kemudian dijadikan dasar untuk memperoleh sifat-sifat
yang diinginkan dengan melakukan hibridisasi. Dalam bidang biologi, hibridasi memiliki dua
arti. Istilah tersebutbdapat merujuk ke persilangan antara dua spesies atau varietas, atau dapat
pula berarti pembentukan pasangan basa yang saling melengkapi antara dua untai DNA dari
sumber yang berbeda (misalnya sebuah kuar DNA dan fragmen DNA).
Di dalam ilmu genetika terdapat istilah hukum mendel klasik. Hukum ini berisi prinsip-
prinsip genetika klasik yang telah dikembangkan oleh mendel. Hukum ini mengatur
pewarisan sifat secara genetik dari satu organisme kepada keturunannya. Hukum tersebut
terdiri dari dua bagian. Yang pertama yaitu hukum pertama mendel (hukum pemisahan atau
segregation). Isi dari hukum segregasi adalah pada waktu berlangsung pembentukan gamet,
setiap pasang gen akan disegregasi ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk. Hukum
kedua mendel (hukum berpasangan secara bebas atau independent assortment). Isi dari
hukum pasangan bebas yaitu segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi
pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan
kombinasi gen-gen secara bebas.
Pada abad ke 19, teori pewarisan sifat mengikuti teori pewarisan pencampuran (blending
inheritance) yaitu sifat turunan merupakan campuran dari sifat kedua orang tuanya.
Selanjutnya, Mendel menemukan hukum pewarisan suatu sifat. Mendel mengemukakan teori
pewarisan terpisah (particulate inheritance) yaitu bahan genetic penentu sifat diwariskan dari
kedua orang tuanya ke zuriatnya berupa unit-unit yang utuh, yang tetap terpisah, tidak
bercampur atau melebur seperti pencampuran.
Tahun 1857 mendel menanam tanaman kacang-kacangan guna melakukan percobaan.
Tanaman yang di gunakan oleh mendel adalah pisum sativum, pisum quadratum, pisum
saccaharatum. Sifat-sifat yang diamati yaitu bentuk biji, warna albumin, warna bunga,
bentuk polong dan warna polong. Lalu, mendel menjelaskan bahwa penentu pewarisan sifat,
yang dikenal sebagai gen. kedua, setiap tanaman mempunyai sepasang gen dalam setiap sel,
untuk setiap sifat yang diamati. Ketiga, dalam pembentukan gamet, setiap gen dari pasangan
gen-gen tersebut bersegregasi sama rata ke dalam sel-sel gamet. Keempat, setiap gamet
membawa hanya satu gen dari setiap pasang gen. terakhir mendel menjelaskan bahwa
penggabungan gamet-gamet dari tiap tetua untuk membentuk zigot terjadi secara acak.
IV. DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, F. 2011. Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan Mendel. Jurnal Sistem dan
Teknologi Informasi 12(1):32-39.
Brookes, M. 2005. Bengkel Ilmu Genetika. Penerbit Erlangga.
Efendi, Y. 2020. Buku Ajar Genetika Dasar. Penerbit Pustaka Rumah Cinta
Nusantari, E. 2015. Genetika Belajar Genetika dengan Mudah dan Komprehensif.
Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai