Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH GENETIKA

HEREDITAS MENDEL

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK IV

NAMA ANGGOTA:
Maya Puspita Sari 342017005
Agustina Novyanti 342017006
Wita Listiawati 342017023

DOSEN PENGAMPU:
Drs. Nizkon, M.Si.
Etty Nurmala Fadillah, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Genetika adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat keturunan (hereditas) serta
segala seluk beluknya secara ilmiah. Orang yang dianggap sebagai “Bapak
Genetika” adalah Johan Gregor Mendel. Orang yang pertama mempelajari sifat-sifat
menurun yang diwariskan dari sel sperma dalah Haeckel (1868). Mendel
mempelajari hereditas pada tanaman kacang ercis (Pisum sativus). Tiap sifat
organisma hidup dikendalikan oleh sepasang “faktor keturunan”. Pada waktu itu
mendel belum menggunakan istilah “gen”, tiap pasangan faktor keturunan
menunjukkan bentuk alternatif sesamanya, kedua bentuk alternatif disebut pasangan
Alela, satu dari pasangan alela itu dominan dan menutup alela yang resesif bila
keduanya ada bersama-sama. Pada pembentukan “gamet” alela akan memisah,
setiap gamet menerima satu faktor alela tersebut [ CITATION Niz16 \l 1057 ].
setiap manusia mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan yang
berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi dari berbagai faktor, yaitu faktor dari dalam
(faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri, faktor hereditas: bawaan/warisan)
dan faktor luar (faktor lingkungan). Dengan faktor bawaan tertentu dan disertai
dengan faktor lingkungan yang tertentu pula maka akan menghasilkan pola
pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula. Masing-masing individu lahir ke
dunia dengan suatu hereditas tertentu. Ini berarti bahwa, karakteristik individu
diperoleh melalui pewarisan atau pemindahan dari cairan-cairan “germinal” dari
pihak orang tuannya. [ CITATION Niz16 \l 1057 ].
B. Rumusan Masalah
1.
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian hereditas
2. Mahasiswa mampu mengetahui hukum mendel
3. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan perkawinan monohibrid,
dihibrid dan trihibrid.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Hereditas
Menurut [ CITATION Niz16 \l 1057 ] Hereditas adalah penurunan sifat dari induk
kepada keturunannya. Dimana keturunan yang dihasilkan dari perkawinan antar
individu mempunyai perbandingan fenotip maupun genotip yang mengikuti aturan
tertentu. Aturan-aturan dalam pewarisan sifat ini disebut pola-pola hereditas.
Hereditas ialah genotif yang diwariskan dari induk pada keturunanya dan
akan membuat keturunannya memiliki karakter seperti induknya. Warna kulit, tinggi
badan , warna rambut, bentuk hidung bahkan ‘’ penyakit warisan’’ merupakan
dampak dari penurunan sifat. Hereditas dibawa oleh gen yang ada dalam DNA
masing-masing sel makhluk hidup dan pada makhluk hidup multiseluler, tubuhnya
tersusun atas puluhan sampai triliyunan sel dengan massa DNA yang saling
mengkait.[ CITATION Mei17 \l 1057 ]
Mendel mengemukakan beberapa mengenai pewarisan material genetik dari
tetua kepada anaknya, di antaranya adalah Hukum Segregasi atau Hukum Mendel I
menyatakan bahwa dalam pembentukan sel gamet, pasangan alel akan memisah
secara bebas. Sedangkan, Hukum Perpaduan Bebas atau Hukum Mendel II
menyatakan bahwa alel dari lokus satu akan bepadu secara bebas dengan alel-alel
dari lokus lainnya.
Orang yang pertama kali melakukan percobaan tentang pewarisan sifat
adalah Gregor Mendel. Dia menyilangkan kacang kapri (Pisum sativum) dengan
memperhatikan satu sifat beda yang mencolok, seperti kapri berbunga merah
disilangkan dengan kapri berwarna putih, kapri berbiji bulat disilangkan dengan kapri
berbiji kariput. Berdasarkan penelitian ini, Mendel merumuskan Hukum Mendel I dan
Hukum Mendel II.
Dasar Kromosom dari Hukum Hereditas
Hukum hereditas merupakan akibat langsung dari tingkah laku kromosom
dalm mitosis, meiosis dan fertilisasi. Di dalam tiap kromosom terdapat sejumlah
faktor hereditas, yaitu gen yang masing-masing mengontrol penurunan satu atau
lebih sifat. Tiap gen terletak pada satu tempat tertentu disebut lokus di sepanjang
kromosom. Karena gen terletak dalam kromosom, dan tiap sel mempunyai dua dari
tiap jenis gen. Kromosom terpisah pada waktu meiosis dan bersatu kembali dalam
fertilisasi, demikian juga halnya dengan gen.
B. Hukum-Hukum Hereditas
1. Hukum Mendel I (Hukum Segregasi)
Menurut [ CITATION Niz16 \l 1057 ] Sebelum melakukan suatu persilangan, setiap
individu menghasilkan gamet-gamet yang kandungan gennya separuh dari
kandungan gen pada individu. Sebagai contoh, individu DD akan membentuk
gamet D, dan individu dd akan membentuk gamet d. Pada individu Dd, yang
menghasilkan gamet D dan gamet d, akan terlihat bahwa gen D dan gen d akan
dipisahkan (disegregasi) ke dalam gamet-gamet yang terbentuk tersebut. Prinsip
inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum segregasi atau hukum mendel I.
Hukum Segregasi
‘’ Pada waktu berlangsung pembentukan gamet, tiap pasangan gen akan
disegregsi ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk.’’
Hukum tersebut menyatakan mengenai keberadaan sepasang faktor
partikulat (gen) yang mengendalikan setiap sifat dan harus bersegregasi
(terpisah) saat pembentukan gamet dan akan menyatu secara acak saat
fertilisasi. Salah satu faktor tersebut cenderung di espresikan faktor yang lain
jika keduannya terdapat secara bersama.
Menurut [ CITATION Yat86 \l 1057 ] Berdasarkan percobaan menyilang 2 individu
yang memiliki 1 karakter berbeda: Monohibrid. Mendel menyilangkan kacang
kapri atau ercis normal (tinggi) dengan kacang kapri kerdil ( rendah, abnormal).
Ukuran yang normal itu ialah 1,8m yang kerdil 0,3 m. Mendel mengibaratkan
kacang semula bergenotipe TT yang berasal dari kata tall dalam bahasa inggris,
artinya tinggi. Sedangkan kacang kerdil bergenotipe tt. Hasil silangan
bergenotipe Tt, kalau Tt ini mengadakan penyerbukan sendiri (secara alamiah),
Tt x Tt maka turunannya memiliki genotipe tiga macam TT, Tt, dan tt. Tanaman
bergenotipe TT dan Tt katanya bergenotipe sama, yakni tinggi karakter t untuk
rendah karena resensif, ditutupi oleh T yang menumbuhkan karakter tinggi. (Gb.
31), jadi karakter tinggi dominan.
P : TT x tt
F1 : Tt
F2 : F1 x F1

♀ T t
T TT Tt
Ratio:
t Tt tt Genotipe : 1TT : 2 Tt : 1 tt
Gb. 31 Fenotipe : 3 ttg : 1 rdh

2. Hukum Mendel II (Hukum Pemilihan Bebas)


Menurut [ CITATION Niz16 \l 1057 ] Persilangan yang hanya menyangkut pola
pewarisan satu macam sifat seperti yang dilakukan oleh Mendel tersebut diatas
dinamakan persilangan monohibrid. Mendel melakukan persilangan monohibrid
untuk enam macam sifat lainnya, yaitu warna bunga (ungu-putih), warna
kotiledon (hijau-kuning), warna biji (hijau-kuning), bentuk polong (rata berlekuk),
permukaan biji (halus-keriput), dan letak bunga (aksial-terminal). Ketika Mendel
melakukan persilangan yang mirip dengan kelompok percobaan pertamanya,
tetapi melibatkan 2 sifat sekaligus, menemukan bahwa pembentukan sepasang
alel berlangsung secara sepenuhnya (demokratik) gamet yang menerima alel
dominan untuk tinggi batang saat proses segresi juga bisa menerima alel
dominal atau resesif untuk warna biji.
Hukum mendel kedua, disebut juga hukum berpasangan bebas (the law of
independen assortment) atau hukum karakter satuan (the law of unit charaters)
mengekspresikan konsep bahwa sifat-sifat diwariskan secara bebas. Lebih jauh
lagi, rasio-rasio dari fenotif yang berbeda dapat dikalkulasi dengan muda
menggunakan hukum – hukum probalitas untuk masing-masing kelas.
C. Perkawinan Monohibrid
Menurut [ CITATION Niz16 \l 1057 ] Orang pertama yang melakukan
percobaan perkawinan silang ialah Gregor Mendel, seorang rahib Austria yang
hidup pada tahun 1822-1884. Pada tahun 1857 Mendel mengumpulkan
beberapa jenis ercis (Pisum sativum) untuk dipelajari perbedaan satu dengan
yang lainnya dan melakukan percobaan perkawinan silang pada tanaman ercis.
Setelah itu untuk kurang lebih tujuh tahun lamanya mengadakan pengamatan
secara teliti dan seksama, maka pada tahun 1865 ia membawakan hasil
percobaannya pada pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh
penghimpunan Pengetahuan Alam. Mendel telah memilih tanaman ercis untuk
percobaannya karena:
1. Tanaman ini hidupnya tak lama, mudah tumbuh dan mudah di silangkan.
2. Memiliki bunga sempurna, artinya pada bunga itu terdapat bennag sari
(alat jantan) dan putik (alat betina). Sehingga biasanya terjadi penyerbukan
sendiri. Perkawinan silang dapat berlangsung asal dengan pertolongan
orang. Penyerbukan sendiri yang berlangsung beberapa generasi terus-
menerus akan menghasilkan jalur murni, yakni keturunan yang selalu
memiliki sifat keturunan yang sama dengan induknya.
3. Tanaman ini memiliki tujuh sifat dengan perbedaan yang menyolok seperti
batang tinggi lawan kerdil, buah polongan berwarna hijau lawan kuning,
bunga berwarna ungu lawan putih, bunganya terletak aksial (sepanjang
batang) lawan terminal (pada ujung batang), biji masak berwarna hijau
lawan kuning, permukaan biji licin lawan berkerut, warna kulit biji abu-abu
lawan putih.
Diwaktu mendel mengawinkan tanaman ercis berbatang tinggi
dengan yang kerdil, maka semua tanaman keturunan pertama seragam
berbatang tinggi. Suatu benda bahwa sifat tinggi mengalahkan sifat kerdil. Sifat
demikian disebut sifat dominan sifat yang dikalahkan disebut sifat resesip, ketika
tanaman-tanaman keturunan pertama tadi dibiarkan menyerbuk sendiri
didapatkan tanaman-tanaman keturunan ke dua yang memperlihatkan
pemisahan dengan perbandingan kira-kira ¾ batang tinggi ¼ batang kerdil.

Gambar 5.2 Kacang Ercis


(Sumber: https://genetikasik.blogspot.com/2019/07/hukum-mendel-1-dan-2.html)
Untuk menerangkan hasil percobaan Mendel itu secara genetik perlu
dikenal terlebih dahulu penggunaan beberapa simbol (tanda), seperti:
P = induk/ orang tua (asal dari bahasa latin parents)
F = keturunan (asal dari bahasa latin filius)
Maka F1 = keturunan pertama F2 = ke dua
♂ = tanda kelamin jantan
♀ = tanda kelamin betina
Gen biasanya diberi simbol huruf pertama dari suatu sifat gen dominan
dinyatakan dengan hiruf besar, sedang yang resesip oleh huruf kecil. Misalnya:
T = simbol untuk gen yang menentukan batang tinggi.
T = simbol untuk tanaman berbatang kerdil
Simbol tanaman ditulis dengan huruf dobel. Misalnya:
TT : simbol untuk gen yang menentukan batang tinggi.
tt : simbol untuk tanaman berbatang kerdil.
Percobaan Mendel tersebut di atas dapat diikuti secara genetik seperti
diagram perkawinan sebagai berikut.

P1 : ♂TT x ♀tt
Gamet P1 : T t
Tt
(tanaman batang tinggi)
P2 : ♂Tt x ♀Tt
Gamet P2 : T T
t t
F2 :
♀ ♂ T T
T TT Tt
T Tt tt

Sifat keturunan yang dapat lihat (warna, bentuk, ukuran) dinamakan


fenotip. Sifat dasar yang tak tampak dan tetap (artinya tidak berubah-ubah
karena lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotip (misalnya TT, tt).
Beberapa kesimpulan penting dapat diambil dari perkawinan dua individu
dengan satu sifat beda, yaitu:
1. Semua individu F1 adalah seragam.
2. Jika dominansi nampak sepenuhnya, maka individu F 1 memiliki penotif
seperti induknya yang dominan.
3. Pada waktu F1 yang heterozigot itu membentuk gamet-gamet terjadilah
pemisahan alel sehingga gamet hanya memiliki salah satu alel saja.
4. Jika dominasi nampak sepenuhnya, maka perkawinan menohibrid (Tt x Tt)
menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip 3:1 (yaitu ¾ tinggi : ¼
kerdil), tetapi memperlihatkan perbandingan genotip 1:2:3 (yaitu 1/4TT: 2/4 Tt
: ¼ tt).
Sifat dominan dan resesif
Perkawinan monohibrid ada yang menunjukkan sifat yang bersifat
dominan saja atau resesif saja, jika tidak ada sifat yang bersifat antara atau
intermediet. Contohnya tanaman kacang ercis berbunga merah dikawinkan
dengan yang berbunga putih. Turunan pertamanya (F 1) seluruhnya berbunga
merah. Apabila turunan pertama disilangkan dengan sesamanya ternyata
keturunan kedua (F2) terdiri atas tanaman ercis berbunga merah dan putih
dengan perbandingan 3:1 apabila gen untuk warna merah bunga
dilambangkan M, sedangkan gen untuk warna putih dilambangkan m,
proses penyilangannya akan tampak sebagai berikut.

P1 : ♂MM x ♀mm
Gamet P1 : M
F1 : Mm
(bunga warna merah)
P2 : ♂Mm x ♀Mm
Gamet P2 : M M
M m
F2 :


M m

M MM Mm
m Mm mm

Maka akan terlihat bahwa perbandingan fenotipe F 2 adalah bunga


merah : bunga putih = 3 : 1. Sedangkan perbandingan genotipenya adalah
MM:Mm : mm = 1 : 2 :1. Setiap genotipe yang mengandung M besar, maka
akan berwarna merah. Maka gen M dan warna bunga merah bersifat
dominan. Namun jika tidak mengandung M, maka termasuk warna putih
artinya m bersifat resesif. Juga tidak dihasilkan keturunan yang warna
bungannya merah muda (warna antara merah dan putih).

Sifat intermediet
Persilangan monohibrid tidak selalu memperlihatkan sifat dominan
resesif, tapi ada pula keturunan yang mempunyai sifat diantara keduanya.
Contohnya pada perkawinan silang tanaman bunga pukul (Mirabilis jalapa).
Jika serbuk sari berasal tanaman homozigot berbunga merah (genotipe MM)
disilangkan dengan putik dari tanaman homozigot berbunga putih (genotipe
mm). Diagram persilangannya dapat digambarkan sebagai berikut.

P1 : ♂MM x ♀mm
Gamet P1 : M m
F1 : Mm
(bunga warna merah muda)
P2 : ♂Mm x ♀Mm
Gamet P2 : M M
M m

F2 :

M m

M MM Mm
m Mm mm

Maka perbandingan fenotipe F2 adalah bunga merah : bunga merah


muda : bunga putih = 1 : 2 : 1. Sedangkan perbandingan genotipenya adalah
MM : Mm : mm 1: 2 :1. Warna bunga merah hanya terjadi bila gen M
bertemu dengan M. Jika gen m bertemu dengan m dihasilkan bunga warna
putih. Namun bila gen M bertemu dengan m dihasilkan keturunan dengan
warna gabungan yaitu merah muda. Sifat ini disebut disebut sifat intermediet.
Contoh yang lain misalnya pada sapi yang memiliki bulu merah R disilangkan
dengan bulu putih r. Persilangannya dapat digambarkan sebagai berikut.

P1 : ♂RR x ♀rr
Gamet P1 : R r
F1 : Rr
(sapi bulu kekuning-kuningan)
P2 : ♂Rr x ♀Rr
Gamet P2 : R R
r r
F2 :


R r

R RR Rr
r Rr rr

Bulu kekuning-kuningan : sapi bulu putih = 1 : 2 : 1. Sedangkan perbandingan


genotipenya = RR : Rr : rr = 1 : 2 : 1.

Monohibrid oleh Mendel Pada kacang kapri


Menurut [ CITATION Yat86 \l 1057 ] Mendel menemui pula, bahwa keturunan dari
hasil penyerbukan sendiri itu jauh lebih banyak jumlah yang tinggi dari pada
yang rendah. Kalau dihitung tanaman itu langsung di kebun, secara rata-rata dia
dapat bahwa perbandingan (ratio) antara tinggi dengan rendah ialah 3 : 1.
Pada diperlihatkan hasil silangan Mendel itu bersama kotak perkawinannya.
Di situ kelihatan ratio genotipe pada turunan kedua ialah: 1 TT : 2 Tt : 1 tt,
karena fenotipe TT sama dengan Tt, maka ratio fenotipe semua ialah : 1 tinggi :
2 tinggi : 1 rendah. Disingkat : 3 tinggi : 1 rendah.
Monohibrid pada tumbuhan lain.
Karakter batang tinggi yang dominan terhadap batang rendah berlaku pada
umumnya tumbuhan, termasuk jagung. Pada jagung adanya karakter
pertumbuhan batang yang seperti tebu, secara normal batang itu tinggi dan
besar lalu berubah, sedangkan yang seperti tebu batangnya banyak, rendah dan
tidak berbuah. Pertumbuhan seperti tebu ternyata dominan terhadap
pertumbuhan batang normal.
Pada jamur roti Neurospora, karakternya berwarna mycelium yang merah
dominan terhadap yang putih (albino). Dalam 1 askus dijumpai askospora yang
merah dan yang putih bersama-sama. Pada Neurospora digunakan sebagai
bahan percobaan genetika yang dipakai luas setelah Drosophila, diperkenalkan,
oleh B.O. dodge tahun 1920-an. Hukum segregasi Mendel dapat dilihat dalam
satu askus. Jamur kapang ini mudah sekali didapat dan dibiarkan saja membiak
sendiri pada roti.
Monohibrid pada hewan
Pada marmot, seperti juga kelinci, tupai, tikus dll, gen A menyebabkan
pigmentasi normal, sedang alelnya a menyebabkan albino. Marmot
berpigmentasi normal yang dipakai sebagai objek penyelidikan ialah berbulu
hitam. Dikawinkan marmot hitam dengan marmot albino. Anak-anaknya semua
hitam, jika anak-anaknya ini kawin sesamanya disebut juga kawin inter se,
terjadi F2 yang ratio fenotipenya ialah 3 hitam : 1 albino. Perhitungan genetis
perkawinan itu ialah seperti terlukis pada Gb. 33.
P : AA x aa A = alel dominan, hitam.
(hitam) (albino) a = alel resesif, albino.

F1 : Aa Ratio genotipe F2 : 1AA : 2Aa : 1aa.


(hitam)
F2 : F1 x F1 : Ratio fenotipe F2 : 3 htm : 1 alb.
Albino terjadi karena enzim
pembentukan melanin tidak ada atau
tak cukup.

♀ A a Pada ayam, jawer mawar dominan
A AA Aa terhadap jawer tunggal.
a Aa aa Ayam berjawer mawar dikawinkan
dengan yang berjawer tunggal.
Perkawinan itu 2 macam. 1 jantan
Ratio : Gen : 1AA : 2Aa : 1aa mawar x betina tunggal, semua anak
Fen : 3 hitam : 1 albino mawar. 2 jantan x betina tunggal,
separo anak lagi tunggal. cari
genotipe P dan perhitungan genetik
perkawinan itu. Jawer mawar = R;
jawer tunggal = r.
Dari perkawinan 2 macam itu sudah dapat didapatkan, bahwa genotipe
betinya ialah rr. Karena tunggal resesif, berarti pernyataan fenotipe tipenya
baru ada jika tak ada alel R. Genotipe jantan 2 kemungkinan : RR atau Rr.
Karena diketahui fenotipe mawar, sedang mawar itu dominan (R). Kalau jantan
RR, macam gametnya haya satu yakni R. Macam gamet betina hanya 1
macam juga yakni r. (Gb. 35).
1. P : ♂ mawar x tunggal ♀ Sperma R x ovum r.
RR rr Anak : Rr.
F1 : Rr Hanya satu macam anak yang terjadi
Semua mawar dari perkawinan ini, yakni yang berjawer
mawar. Ini berarti jawaban untuk
perkawinan 1.
2. P : ♂ mawar x tunggal ♀ Jantan bergenotipe Rr, akan
Rr rr memiliki sperma 2 macam : R dan r.
Betina tetap satu saja ovumnya,
yakni r.

F1 : ♂
♀ R r 2 macam sperma x 1 macam
r Rr rr ovum, menghasilkan 2 macam anak.
mawar tunggal Sperma R x ovum r
(1) : (1) Anak : Rr (jawer mawar)
Sperma r x ovum r
Gb. 35 Anak : rr (jawer jantan)
Ayam berjawer mawar x tunggal ini berarti jawaban untuk
pekawinan macam 2.
Monohibrid pada orang
Semacam bahan kimia bernama Phenylthtocarbamida (PTC)
segolongan orang yang bisa mengecapnya, segolongan lagi tidak yang bisa
mengecapnya terasa pahit dan yang tak bisa mengecapnya rasanya tawar
saja. Mengecap oleh gen dominan T dan tak mengecap oleh alelnya yang
bersifat resesif t. Huruf T berasal dari kata Taster. Di sini disebut orang yang
bisa mengecap dengan karakter pahit dan tak bisa mengecap dengan karakter
tawar. Jadi merasa pahit/mengecap memiliki genotipe 2 macam : TT
(homozigot dominan) dan Tt (heterozigot) yang merasa tawar/tak mengecap
hanya memiliki 1 genotipe : tt.
Seorang laki-laki yang mengecap PTC memiliki 3 anak yang 2 dapat
mengecap dan yang 1 tidak. Carilah genotipe si ayah, ketiga anak dan si ibu
yang tak mengecap.
P : ♂ x ♀ Genotipe ayah TT atau Tt. Karena ada
anaknya yang tak mengecap, yang
bergenotipe tt berarti satu alel t diterima si
anak dari ayah, 1 alel t lagi dari si ibu.
Karena itu mestilah genotipe ayah ada
F : ♂ mengandung alel t. Jadi genotipe ayah
♀ T t ialah Tt. (Gb. 36).
T Tt tt

Tt = positif Genotipe ibu salah satu: tt atau Tt.


Tt = negatif tapi diketahui si ibu tak mengecap. Berarti
genotipenya tt, genotipe 2 anak lagi
Gb. 36. mestilah Tt. Tak mungkin TT, karena si ibu
Keluarga untuk kecapan PTC. tak menurunkan alel T.
Generasi ketiga
Medel melanjutkan percobaan pada kacang kapri dengan membiarkan
generasi F2 melakukan penyerbukan sendiri. Biji yang didapat dari sini ditanam,
terdapatlah tanaman generasi ketika: F3. Sebagai contoh pada percobaannya
terhadap karakter warna biji (kotiledon) yang kuning x hijau. Jadi jika disilang P
kuning x hijau, terdapat F1 yang kuning semua. Jika F1 dibiarkan menyerbuki
sendiri (F1 x F1), didapatnya 258 batang generasi F 2 yang bijinya dipipil dan
dikumpulkan semua dan didapat 6022 kuning dan 2001 hijau kalau dirata-
ratakan rationya ialah 3:1.
Untuk mendapatkan F3 individu tiap karakter yang sama dibiarkan
menyerbuki sendiri. Tanaman yang berasal dari biji kuning ditanam di suatu
tumpak, tanaman yang berasal dari biji hijau ditanam terpisah di tumpak lain dan
dibiarkan menyerbuki sendiri. Hasil yang di dapat ialah:
a. Dari 519 biji kuning F 2 yang ditanam terdapat tanaman yang bijinya kalau
dikumpulkan semua memiliki ratio 3 kuning : 1 hijau.
b. Dari 166 biji kuning F 2 yang ditanam terdapat tanaman yang bijinya kuning
semua.
c. Dari semua biji hijau F 2 yang ditanam terdapat tanaman yang bijinya hijau
semua.

Pakai simbol Y untuk kuning dan y untuk hijau.


P : YY x yy
(Kuning) (Hijau)
F1 : Yy
(Kuning)
F1 x F1

F2 : ♀ Y y
Y YY Yy
y Yy yy

Ratio genotipe : 1 YY : 2 Yy : 1yy


Ratio Fenotipe : 3k :1h k = kuning
75%k: 25%h h = hijau
Untuk mendapat generasi ketiga:
a. YY x YY
(Kuning) (Kuning)
F3 : YY 100% k
(Kuning)
b. Yy x Yy
(kuning) (kuning)
F3 : ♂
♀ Y y
Y YY Yy
y Yy yy
c. Yy x yy
(hijau) (hijau)
F3 : yy 100% h
(hijau)
D. Perkawinan Dihibrid
Menurut [ CITATION Niz16 \l 1057 ] Percobaan mendel melibatkan dua sifat
sekaligus disebut percobaan dihibrid. Dari percobaan ini, dapat disimpulkan
bahwa dalam proses pembentukan gamet, setiap pasang alel dalam satu lokus
bersegregasi bebas dengan pasangan alel dalam satu lokus bersegregasi bebas
dengan pasangan alel lokus lainnya, dan akan berpadu secara bebas dengan
alel dari lokus lainnya. Hukum perpaduan bebas ini dirumuskan dari hasil
observasi terhadap penyebaran fenotip F 2 persilangan dihibrid. Pada F 2 Mendel
memperoleh perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1.
Contohnya pada hasil percobaan Mendel dengan tanaman ercis. Pada biji
terdapat 2 sifat beda, yaitu soal bentuk biji dan warna biji. Kedua sifat ini
ditemukan oleh gen-gen yang berbeda yaitu sebagai berikut:
B = gen untuk hijau bulat
B = gen untuk biji keriput
K = gen untuk biji kuning
K = gen untuk biji hijau
Jadi bentuk bulat dan warna kuning adalah dominan.
Jika tanaman ercis berbiji bulat kuning homozigoti (BBKK) disilangkan
dengan tanaman ercis berbiji keriput-hijau (bbkk), maka semua tanaman F 1
berbiji bulat-kuning. Apabila tanam-tanaman F 1 ini dibiarkan menyerbuk sendiri,
maka tanaman ini akan membentuk 4 macam gamet baik jantan maupun betina,
masing-masing dengan kombinasi BK, Bk, Bk dan bk. Akibatnya dalam F 2
diharapkan 4 x 4 = 16 kombinasi, yang terdiri atas 4 tanaman macam fenotip,
yaitu tanaman berbiji bulat-kuning (9/16 bagian), berbiji bulat-hijau (3/16) bagian
berbiji keriput-kuning.
Data sebenarnya yang didapatkan Mendel pada percobaan ialah :
315 tanaman berbiji bulat-kuning (BBKK, BBKk, BbKK, BbKk)
108 tanaman berbiji bulat-kuning (BBkk, BBkk)
101 tanaman berbiji keriput-kuning (bbKK, bbKK)
32 tanaman berbiji keriput-hijau (bbkk)
Angka-angka tersebut diatas menunjukan suatu perbandingan yang
mendekati 9:3:3:1.
Jika tanaman ercis berbiji bulat-kuning homozgot (BBKK) disilangkan
dengan tanaman ercis berbiji keriput-hijau (bbkk), maka semua tanaman F 1
berbiji bukat-kuning. Apabila tanaman-tanaman F 1 ini dibiarkan menyerbuk
sendiri, maka tanaman ini akan membentuk 4 macam gamet baik jantan maupun
betina, masing-masing dengan kombinasi BK, Bk, bK, dan bk. Perhatikan
diagram persilangan berikut:
P1 : ♂ BBKK x ♀ bbkk
Gamet P1 : BK bk
BbKk
(kacang ercis biji bulat warna kuning)
P2 : ♂ BbKk x ♀ BbKk
Gamet P2 : BK BK
Bk Bk
bK bK
bk bk

F2 :

BK bK Bk

BK BBKK BbKK BbKk
Bk BBKk BbKk Bbkk
bK BbKK bbKK bbKk
bk Bbkk bbKk bbkk
Atau

BK Bk bK Bk

BK BBKK BBKk BbKK BbKk
(bukat kuning) (bulat kuning) (bulat kuning) (bulat kuning)
Bk BBKk BBkk BbKk Bbkk
(bulat kuning) (bulat hijau) (bulat kuning) (bulat hijau)
bK bbKK bbKk
BbKK BbKk
(keriput (keriput
(bulat kuning) (bulat kuning)
kuning) kuning)
Bk BbKk
BBKk BBkk Bbkk
(keriput
(bulat kuning) (Bulat hijau) (keriput hijau)
kuning)

Pada F2 diperoleh 4 x 4 = 16 kombinasi, terdiri atas empat macam


fenotipe yaitu tanaman berbiji bulat-kuning (9/16), berbiji bulat-hijau (3/16
bagian), berbiji keriput-kuning (3/16 bagian), dan berbiji keriput-hijau 1/16
bagian). Jadi, pada persilangan dihibrid dapat disimpulkan bahwa pada F 2
diperoleh:
1. Jumlah kombinasi : 16 macam
2. Jumlah genotipe : 9 macam
3. Jumlah fenotipe : 4 macam
4. Rasio perbandingan fenotipe antara biji bulat-kuning : biji bulat-hijau : biji
keriput-kuning : biji keriput-hijau adalah 9 : 3 : 3 : 1.
Uji silang Dihibrida
Menurut [ CITATION Cro93 \l 1057 ] Perhatikan bahwa hanya 1/16 dari
keturunan F2 yang dapat dikenal yaitu homozigot resesif ganda (ggww).
Mereka dapat ditentukan dengan melakukan uji silang balik (backross)
kepada individu resesif ganda. Keempat tanaman dihibrida tersebut akan
menghasilkan nisbah 1:1:1:1 sebagai berikut:
Kuning, bulat Hijau, berkerut
GgWw x ggww
Gamet-gamet gw
GW GgWw = 1 kuning, bulat
Gw Ggww = 1 kuning, berkerut
Gw ggWw = 1 hijau, bulat
Gw ggww = 1 hijau, berkerut.
Semidominansi dalam dihibrid
Menurut [ CITATION Sur10 \l 1057 ] Di muka telah diketahui bahwa apabila
dominansi nampak penuh, maka perkawinan dihibrid menghasilkan keturunan
dengan perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1. Juga telah diketahui bahwa hasil
perkawinan dihibrid = hasil perkawinan monohibrid 1 x hasil perkawinan
monohibrid II. Pada semidominansi (artinya dominansi tidak nampak penuh,
sehingga ada sifat intermedier) maka hasil perkawinan monohibrid
menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1 : 2 : 1. Tentunya mudah
dimengerti bahwa pada semidominansi, perkawinan dihibrid akan
menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1 : 2 : 1 x 1 : 2 : 1 = 1 : 2 : 1 :
2 : 4 : 2 : 1 : 2 :1. Bukti akan kebenaran dapat diperhatikan pada persilangan
tanaman bunga pukul empat (Gb. 1-17).
Tanaman bunga pukul empat ada yang berdaun lebar (genotip LL) dan
ada yang berdaun sempit (genotip II), sedangkan yang berdaun sedang
bersifat heterozigotik (genotipe LI). Bunganya ada yang berwarna merah
(genotip MM), ada yang putih (genotip mm) dan ada yang merah jambu
(genotip Mm). Jika tanaman berdaun sempit bunga putih disilangkan dengan
tanaman homozigot berdaun sedang dan berbunga merah jambu. Tanaman-
tanaman F2 akan memperlihatkan 16 kombinasi dengan perbandingan 1 : 2 :
1 : 2 : 4 : 2 : 1 : 2 : 1.
P : ♀ LLMM x ♂ llmm
Lebar-merah sempit-putih
Gamet ♀: LM gamet ♂: lm

F1 : LlMm
Sedang- merah jambu
(intermedier)
F2 :

LLMM LLMm LlMM LlMm

LM 1 LLMM 2 LLMm 3 LlMM 4 LlMm
Lm 5 LLMm 6 LLMm 7 LlMm 8 Llmm
lM 9 LlMM 10 LlMm 11 llMM 12 llMm
lm 13 LlMm 14 Llmm 15 llMm 16 llmm

Perbandingan
Fenotip Genotif
Genotip Fenotip
Lebar – merah LLMM 1 1
Lebar – merah jambu LLMm 2 2
Lebar – putih LLmm 1 1
Sedang – merah LlMM 2 2
Sedang – merah jambu LlMm 4 4
Sedang – putih Llmm 2 2
Sempit – merah llMM 1 1
Sempit – merah jambu llMm 2 2
Sempit – putih llmm 1 1

Gambar 1-17. Diagram perkawinan pada tanaman bunga pukul empat antara
yang berdaun sempit – bunga putih dengan homozigot berdaun lebar – bunga
merah, dimana terdapat semidominasi.

Perkawinan dihibrid pada hewan


pada marmot misalnya, rambut hitam (ditentukan oleh gen H) adalah
dominan terhadap rambut putih (ditentukan oleh gen h). Rambut kasar
(ditentukan oleh gen K) dominan pula terhadap rambut halus (ditentukan oleh
gen K). Cara menurunnya gen-gen tersebut sama dengan contoh pada
tanaman, sehingga dalam F2 akan didapatkan perbandingan 9 hitam kasar : 3
hitam halus : 3 putih kasar : 1 putih halus.
Perkawinan dihibrid pada manusia
Misalnya sifat kidal adalah resesif dan ditentukan oleh gen kd. Sifat
normal adalah dominan (ditentukan oleh gen Kd). Rambut keriting adalah
dominan (ditentukan oleh gen Kr) terhadap rambut normal (lurus) yang
ditentukan oleh gen resesif kr. Seperti halnya dengan tumbuh-tumbuhan dan
hewan, maka F2 di sinipun akan memperlihatkan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.
Tentu saja dalam kenyataannya akan sulit bahkan tidak mungkin
mendapatkan perbadingan itu, mengingat bahwa jumlah anak dalam suatu
keluarga itu sangat sedikit.
D. Perkawinan trihibrid
Menurut [ CITATION Niz16 \l 1057 ] Trihibrid adalah persilangan dua
individu dengan tiga sifat beda atau lebih yang menghasilkan keturunan
dengan perbandingan fenotip dan genotip tertentu. Pada percobaannya,
Mendel melakukan persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda, ialah
batang tinggi, biji bulat, dan biji warna kuning dengan kacang ercis berbatang
pendek, biji keriput, dan biji warna hijau. Sifat tinggi, bulat, dan kuning
dominan terhadap pendek, keriput, dan hijau, maka seluruh F 1 berupa kacang
ercis yang berbatang tinggi, berbiji bulat, dan berwarna kuning. Keturunan F 1
dapat dilihat pada bagan persilangan trihibrid.
Biji-biji F1 tersebut kemudian ditanam kembali dan dilakukan
penyerbukan antara sesamanya untuk mendapatkan F 2. Persilangan tersebut
merupakan persilangan dua individu dengan tiga sifat beda, ialah ukuran
batang, bentuk biji dan warna biji. Keturunan pada F 2 adalah sebagai berikut.
T : tinggi, dominan terhadap pendek
t : pendek
B : bulat, dominan terhadap keriput
b : keriput
K : kuning, dominan terhadap hijau
k : hijau
contohnya pada tanaman ercis terdapat 3 sifat beda yang masing-
masing ditentukan oleh pasangan gen sebagai berikut:
M = gen untuk warna merah pada bunga
M = gen untuk warna putih pada bunga
K = gen untuk warna kuning pada biji
K = gen untuk warna hijau pada biji
B = gen untuk bentuk bulat pada biji
B = gen untuk bentuk keriput pada biji
Jika serbuk sari yang berasal dari tanaman berbunga putih, biji hijau –
keriput diberikan kepada putik pada tanaman homozigot berbunga merah, biji
kuning – bulat, maka tanaman F 1 berupa suatu trihibrid yang berbunga merah,
biji kuning – bulat.

P : MMKKBB x mmkkbb
Merah, kuning, bulat putih, hijau, keriput
Gamet ♀; MKB gamet ♂; mkb
F1 : MmKkBb
Merah, kuning, bulat
Sesuai dengan rumus di muka, tanaman trihibrid ini akan
membentuk 2n = 23 = 8 macam gamet, yaitu:
 Gamet : MKB, MKb, MkB, Mkb, Mkb, mKb, mkB,mkb
 Gamet : MKB, MKb, MkB, Mkb, Mkb, mKb, mkB, mkb
Apabila tanaman F1 itu di gandakan penyerbukan sendiri, maka menurut
rumusnya akan menghasilkan F2 yang terdiri dari (2n) 2 = (23) 2 = 64
kombinasi.
Thibrid
Menurut [ CITATION Yat86 \l 1057 ] Ini menyilang dengan 3 karakter berbeda,
diambil contoh kacang kapri. Batang tinggi, biji kuning dan bundar murni
bergenotipe TTYYRR disilang dengan batang rendah, biji hijau dan keriput
dengan genotipe ttyyrr. F1 bergenotipe TtYyRr, bergenotipe tinggi – kuning –
bundar. Macam gamet F 1 sesuai dengan rumus 2n, dimana n = 3, ialah 2 3 =
8 : TYR, Tyr, TyR, Tyr, tYR, tYr, tyR, tyr, agar mudah mencarinya pakai garis
garpu.

R TYR
Y
T r TYr
Y R TyR
R Tyr
R tYR
Y
t r tYr
Y R tyR
r tyr
Ratio gamet F1 tentulah 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1, artinya sama banyak
semua, karena kesempatan untuk berasortasi antara ketiga gen dengan alel
masing-masing sama, sesuai dengan Hukum Mendel II.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hereditas ialah genotif yang diwariskan dari induk pada keturunanya dan
akan membuat keturunannya memiliki karakter seperti induknya. Warna kulit, tinggi
badan , warna rambut, bentuk hidung bahkan ‘’ penyakit warisan’’ merupakan
dampak dari penurunan sifat. Hereditas dibawa oleh gen yang ada dalam DNA
masing-masing sel makhluk hidup dan pada makhluk hidup multiseluler, tubuhnya
tersusun atas puluhan sampai triliyunan sel dengan massa DNA yang saling
mengkait.
Orang yang pertama kali melakukan percobaan tentang pewarisan sifat
adalah Gregor Mendel. Dia menyilangkan kacang kapri (Pisum sativum) dengan
memperhatikan satu sifat beda yang mencolok, seperti kapri berbunga merah
disilangkan dengan kapri berwarna putih, kapri berbiji bulat disilangkan dengan kapri
berbiji kariput. Berdasarkan penelitian ini, Mendel merumuskan Hukum Mendel I dan
Hukum Mendel II. Hukum Mendel I (Hukum Segregasi) Sebelum melakukan suatu
persilangan, setiap individu menghasilkan gamet-gamet yang kandungan gennya
separuh dari kandungan gen pada individu. Sebagai contoh, individu DD akan
membentuk gamet D, dan individu dd akan membentuk gamet d. Dan Hukum
mendel kedua, disebut juga hukum berpasangan bebas (the law of independen
assortment) atau hukum karakter satuan (the law of unit charaters)
mengekspresikan konsep bahwa sifat-sifat diwariskan secara bebas.
Perkawinan monohibdrid merupakan persilangan antara dua tanaman yang
diperhitungkan hanya satu sifat berbeda.
Perkawinan Dihibrid percobaan mendel melibatkan dua sifat sekaligus disebut
percobaan dihibrid. Dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pembentukan gamet, setiap pasang alel dalam satu lokus bersegregasi bebas
dengan pasangan alel dalam satu lokus bersegregasi bebas dengan pasangan alel
lokus lainnya, dan akan berpadu secara bebas dengan alel dari lokus lainnya.
Perkawinan Trihibrid adalah persilangan dua individu dengan tiga sifat beda atau
lebih yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip dan genotip
tertentu. Pada percobaannya, Mendel melakukan persilangan kacang ercis dengan
tiga sifat beda, ialah batang tinggi, biji bulat, dan biji warna kuning dengan kacang
ercis berbatang pendek, biji keriput, dan biji warna hijau.
B. Saran
Saran yang dapat kami ajukan pada makalah ini yakni setelah mengetahui meteri
hereditas mendel yang merupakan suatu bahan pelajaran penting yang kita
pelajari dan mengerti. Didalam hereditas kita akan dapat mengetahui tentang
bagaimana sifat dari induk itu bisa diturunkan kepada anak, bagaimana suatu
penyakit itu bisa menurun dari generasi pertama ke generasi berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Crowder, L. V. (1993). Genetika Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University.

Meilinda. (2017). Teori Hereditas Mendel : Evolusi atau Revolusi (Kajian


Filsafatsain). Jurnal Pembelajaran Biologi, Volume 4, Nomor 1, Mei 2017 , 63.

Nizkon. (2016). Genetika. Palembang: Universitas Muhammadiyah Palembang


Press.

Suryo. (2010). Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Yatim, W. (1986). Genetika. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai